XII MIPA 5
KELPMPOK 3 :
HASNANI ANANTA PUTRI
VIRA YUNITA
MAWAR
KIFLIN
MUHAMMAD AMRAN
MUHAMMAD IMRAN
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3. Tujuan Makalah.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Qadha’ dan Qadar ………………………………….......................... 3
2.2. Mcam-Macam Takdir……………………....................................................... 4
2.3. Tingkatan Qadha dan Qadar.......................................................................... 6
2.4. Hikmah Iman Kepada Qadha’ dan Qadar........................................................ 9
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan................................................................................................. 10
3.2. Saran.......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
Dari segi bahasa qadar berarti ketentuan. Sedangkan menurut istilah qadar adalah rencana yang
telah ditentukan oleh Allah SWT. pada masa azali (masa dahulu,sebelum manusia lahir) dan segala
sesuatu yang akan terjadi menurut qadar yang telah ditentukan.
Iman kepada qadha dan qadar artinya mempercayai bahwa semua kejadian baik yang sudah terjadi,
sedang terjadi, dan yang akan tejadi adalah kehendak dari ketentuan Allah SWT.
Ibnu Atsir memberi defenisi tentang qadar di dalam kitab An-Nihayah (4/22) sebagai
berikut: Qadar (takdir) adalah ketentuan Allah SWT. untuk seluruh makhluk dan ketetapannya
atas segala sesuatu. Ia adalah bentuk masdar dari akar kata: qadara-yaqduru-qadaran (kadang-
kadang huruf dal-nya dimatikan, sehingga menjadi qadran).[1]
Iman kepada qadha dan qadar dalam ungkapan sehari-hari lebih populer dengan sebutan
Iman kepada takdir, Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang terjadi di alam
semesta ini, seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang subur dan yang tandus, hidup dan
mati, rezeki dan jodoh seseorang merupakan kehendak dan ketentuan Allah SWT.
Sedangkan takdir dalam bahasa Al-Qur’an, kata takdir (taqdir) terambil dari kata qaddara
berasal dari akar kata qadara yang berarti antara lain: mengukur, memberi kadar atau ukuran.
Sehingga jika ada yang berkata,“ Allah SWT. telah menakdirkan demikian,” maka itu berarti,”
Allah SWT. telah memberi kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri, sifat, atau kemampuan
maksimal makhluk-Nya.[2]
Hukum beriman kepada takdir adalah fardu ‘ain. Seseorang yang mengaku Islam, tetapi
tidak beriman pada takdir dapat dianggap murtad. Ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang
Iman kepada takdir cukup banyak antara lain :
qoolat robbi annaa yakuunu lii waladuw wa lam yamsasnii basyar, qoola kazaalikillaahu yakhluqu
maa yasyaaa, izaa qodhooo amrong fa innamaa yaquulu lahuu kung fa yakuun
"Dia (Maryam) berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak, padahal
tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?" Dia (Allah) berfirman, "Demikianlah Allah
menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata
kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu."
maa kaana 'alan-nabiyyi min harojing fiimaa farodhollohu lah, sunnatallohi fillaziina kholau ming
qobl, wa kaana amrullohi qodarom maqduuroo
"Tidak ada keberatan apa pun pada Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah
telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah Allah pada nabi-nabi yang telah terdahulu. Dan
ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku,"
wa hadainaahun-najdaiin
"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)."
Selain macam-macam takdir berdasarkan waktu yang telah di uraikan di atas, ada juga jenis takdir
berdasarkan penetapan takdir lain. Dibagi menjadi dua yaitu:
1. Taqdir Mu’allaq
Taqdir mu’allaq adalah takdir Allah SWT. yang masih dapat diusahakan kejadianya oleh
manusia. Sebagai contoh dalam kehidupan ini, kita sering melihat dan mengalami
sunnahtullah, hukum Allah yang berlaku di bumi ini, yaitu hukum sebab akibat yang
bersifat tetap yang merupakan qadha dan qadar sesuai kehendak Allah SWT. Seperti,
bumi brputar pada porosnya 24 jam sehari, bersama bulan bumi mengitari bumi kurang
lebih 365 hari setahun, bulan mengitari bumi setahun 356 hari, air kalau dipanaskan pada
suhu 100 celsius akan mendidih, dan kalau didinginkan pada suhu akan menjadi es,
matahari terbit di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat, dan banyak lagi contoh
lainnya, kalau kita mau memikirkannya.
2. Takdir Mubram
Takdir mubram ialah takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan kejadiannya.
Dapat kita beri contoh nasib manusia, lahir, kematian, jodoh, terjadinya kiamat dan
sebagainya. Qadha dan qadar Allah SWT. yang berhubungan dengan nasib manusia
adalah rahasia Allah SWT. hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Manusia
diperintahkan mengetahui qadha dan qadarnya melalui usaha dan ikhtiar.[6]
Kedua tingkatan ini sama-sama dijelaskan oleh Allah SWT. dalam firman-Nya:
ب ِإ َّن َذلِكَ َعلَى هَّللا ِ يَ ِسي ٌر ِ َْألَ ْم تَ ْعلَ ْم َأ َّن هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َما فِي ال َّس َماء َواَأْلر
َ ِض ِإ َّن َذل
ٍ ك فِي ِكتَا
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada
di langit dan di bumi; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kita (Lauh Mahfuzh).
sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah”. (Al-Hajj:70)
Dalam ayat ini disebutkan lebih dahulu bahwa Allah SWT. mengetahui apa saja yang ada di langit
dan di bumi, kemudian dikatakan bahwa yang demikian itu tertulis dalam sebuah kitab Lauh
Mahfuzh.
َ َو َما تَشَاُؤ ونَ ِإاَّل َأن يَ َشاء هَّللا ُ َربُّ ْال َعالَ ِمين. لِ َمن َشاء ِمن ُك ْم َأن يَ ْستَقِي َم
“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak
dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apa bila dikehendaki Allah, Tuhan
semesta alam”. (At Takwir : 28 -29).
ق ْال َموْ تَ َو ْال َحيَاةَ لِيَ ْبلُ َو ُك ْم َأيُّ ُك ْم َأحْ َسنُ َع َماًل
َ َالَّ ِذي خَ ل
“Yang menjadikan hidup dan mati, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang
lebih baik amalnya”. (Al-Mul: 2).[7]
صيبَ ٍة ِإال بِِإ ْذ ِن هَّللا ِ َو َم ْن يُْؤ ِم ْن بِاهَّلل ِ يَ ْه ِد قَ ْلبَهُ َوهَّللا ُ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِي ٌم
ِ اب ِم ْن ُم
َ صَ َما َأ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah;
dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk
kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. at-Taghabun: 11).
ْأ
ٍ لِ َكيْال تَ َسوْ ا َعلَى َما فَاتَ ُك ْم َوال تَ ْف َرحُوا بِ َما آتَا ُك ْم َوهَّللا ُ ال يُ ِحبُّ ُك َّل ُم ْختَا ٍل فَ ُخ
ور
Firman-Nya pula, “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka
cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al-Hadid: 23).[8]
BAB III
PENUTUP
3.1 . Kesimpulan
Dari tulisan makalah di atas, maka dapatlah kita simpulkan sedemikian di bawah ini:
1.Qadha dan qadar adalah ketetapan Allah SWT. yang wajib kita imani.
2.Qadha berarti penetapan hukum, atau pemutusan penghakiman sesuatu. Seorang qadhi
(hakim) di namakan demikian sebab ia bertugas atau bertindak menghakimi dan
memutuskan perkara antara kedua orang yang bersengketa di muka pengadilan.
3.Takdir terbagi menjadi dua yaitu: Pertama takdir mu’allaq, yaitu qadha yang diketahui,
ditulis dan dikehendakai-Nya. Akan tetapi, Allah menggantungkan (masyarakat)
penciptaannya (terjadinya), baik dengan adanya sebab atau tidak adanya sebab. Kedua
takdir qadha mubram yang ia adalah qadha yang pasti terjadi dan tidak bisa di tolak
dengan sebab apapun. Ini terbagi menjadi dua; pertama, yang dipengaruhi oleh sebab
dalam mencapai akibat dengan izin Allah SWT. Kedua, yang tidak bisa dipengaruhi
sebab, dan sebab tersebut tidak akan bermanfaat baginya.
4.Orang yang beriman kepada qadha dan qadar adalah orang yang bisa qona’ah, ikhlas,
dan ridha dalam menyikapi setiap persoalan yang datang. Yang hasil dari pada itu adalah
terciptanya kehidupan yang sehat lahir dan batin.
3.2 . Saran
Pada penyusunan makalah ini kami sangat menyadari masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan yang terdapat di dalamnya baik berupa bahasa maupun cara penyusunannya.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran guna menciptakan penyusunan makalah
yang lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
https://paiftkuinsa.blogspot.com/2018/10/makalah-iman-kepada-qadha-dan-
qadar.html
https://andrilamodji.wordpress.com/makalah/makalah-iman-kepada-qada-dan-qadar/