AQIDAH AKHLAK
Oleh:
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan penulis kesehatan, kesempatan, bahkan petunjuk dan inspirasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam tak lupa pula penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh
denganilmu pengetahuan ini.
Adapun penulisan makalah dengan judul “ Iman Kepada Takdir (Qada’ dan
Qadar) “ ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Aqidah Akhlak.
Taklupa pula penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Muhammad Alfis,M.H selaku dosen pengampu mata kuliah Aqidah Akhlak yang
telah memberikan kami tugas makalah ini sehingga dengan tugas ini penulis
mendapatkan banyak wawasan. Dan penulis juga berterima kasih kepada pihak-
pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyusunan maklah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan didalammnya. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi kebaikan penulis dan maklah ini kedepannya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
iii
I. PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
a. Mengetahui Pengertian Iman Kepada Qada’ , Qadar, Dan Takdir ?
b. Mengetahui Dalil Kebenarn Adanya Qada’, Dan Qadar, Serta Takdir ?
c. Mengetahui Fungsi Beriman Kepada Qada’, dan Qadar Allah SWT ?
d. Mengetahui Ciri-ciri Dari Beriman Kepada Qada’ dan Qadar ?
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
1
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h. 132-133.
2
Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 136.
3
‘Alaqah (segumpal darah), dan empatpuluh hari yang ketiga disebut mudlghah
(segumpal daging). Maka, setelah seratus dua puluh hari ditiupkan nyawa (ruh) oleh
Malaikat diperintahkan menuliskan empat macam perkara, yaitu:
1. Ilmunya (selain ilmu pengetahuan, juga perbuatan-perbuatan yang bakal
dikerjakan).
2. Berapa banyak rezekinya.
3. Berapa lama hidupnya.
4. Nasibnya, apakah ia bakal masuk surga atau neraka.
Empat macam perkara itu ditetapkan (ditakdirkan), dan inilah yang
dimaksudkan Takdir Illahi atau nasib seseorang.3
Takdir adalah hukum Allah. Hukum yang ditetapkan berdasarkan pada
ketentuan, daya, potensi, ukuran, dan batasan yang ada pada sesuatu yang
ditetapkan hukumnya. Takdir juga dapat dibagi menjadi dua hal yang saling
berlawanan, yaitu tetap (mubram, hatami, musayyar) dan berubah (ghairu mubram
atau mu’allaq, ghairu hatami, dan mukhayyar). Takdir mubram yaitu takdir yang
terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan. Contoh: Jenis kelamin, Ciri-
ciri fisik, dll. Sedangkan takdir mu’allaq yaitu takdir yang erat kaitannya dengan
ikhtiar manusia. Disebut juga dengan takdir yang tertulis di Lauh Mahfudh yang
masih mungkin berubah jika Allah menghendaki.
3
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, h.134.
4
III. PEMBAHASAN
4
Taaqiyuddin An-Nabbhani, Asy-Syakshiyah al-Islamiyah, terj. Zakia Ahmad,Lc (Jakarta Selatan:
HTI, 2008) hal.112
5
Lihat, Ibnu Qutaibah, Ta’wil MUsykilil Qur’an, hal 441-442
6
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya Qs. Maryam 19 : Ayat 71
5
dan dikehendaki oleh hikmah-Nya, atau sesuatu yang telah ditentukan sejak zaman
azali. Seperti halnya ayat dibawah ini;
ّللا َقد ًَرا ِّ ٰ َسنَّة
ِّ ٰ ّللا فِّى الَّ ِّذ ْينَ َخلَ ْوا مِّ ْن َق ْب ُل َوكَا نَ اَ ْم ُر ٰ َعلَى النَّبِّي ِّ مِّ ْن ح ََرج ِّف ْي َما َف َرض
ُ ّللاُ لَه َ ََما كَا ن
7م ْقدُورا
ً ْ َّ
Tidak ada suatu keberatan pun atas Nabi tentang apa yang telahditetapkan Allah
baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-
nabi yang telah berlalu dahulu.Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan
yang pasti berlaku. (Qs. Al-Ahzab/33 : 36)
Qadar dari segi bahasa berarti memutuskan suatu perkara. Qadar Allah pada
seseorang berdasarkan ketetapan Allah bersama ikhtiar dan do’anya. Seseorang
yang telah ditetapkan Allah dengan potensi kecerdasan rendah, dapat berubah
menjadi pandai jika ia mau belajar keras dan berdo’a dengan sungguh-sungguh.
Seseorang yang ditetapkan Allah dengan rezeki secukupnya dapat berubah menjadi
kaya jika ia bekerja keras, hemat, dan berdo’a dengan sungguh sungguh. Oleh
karena itu qadar yang sering disebut sebagai takdir seseorang dapat berubah jika ia
berusaha dengan giat dan memohon (berdo’a) dengan sungguh-sungguh sehingga
Allah mengabulkannya.
Beriman kepada qada dan qadar Allah adalah percaya sepenuh hati bahwa
semua ciptaan Allah di alam semesta telah ditentukan Allah dengan ukuran-ukuran
dan hukum Allah yang ditetapkan pada manusia ada yang tidak bisa berubah
adapula yang bisa berubah jika manusia mau berikhtiar dan berdo’a sungguh-
sungguh.
3.1.3. Pengertian Takdir
Takdir merupakan rukun iman yang ke-6 dan kita umat Islam harus
meyakininya tanpa ada keraguan. Akan tetapi kebanyakan orang salah mengartikan
Takdir. Mereka menganggap apa yang terjadi dengan manusia itu sudah ditakdirkan
dan manusia hanya bisa pasrah tanpa adanya usaha. Ada yang mengartikan juga
bahwa setiap manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan hidupnya karena setiap
manusia akan bertanggungjawab atas apa yang diperbuatnya. Dari kedua
pernyataan tersebut ini merupakan kesalahan dalam mengartikan Takdir. Yang
jelas, Rasul dan para sahabatnya meyakini dengan sepenuhnya akan ada Takdir
7
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya Qs. Al-Ahzab / 33 : Ayat 36
6
yang meliputi semua makhluk bukan hanya manusia. Tetapi tidak menghalangi
mereka untuk terus berusaha semaksimal mungkin, kalaupun tidak sejalan dengan
harapan tidak melampiaskan semua kesalahan kepada Allah swt.
Takdir berasal dari akar kata qadara yang berarti memberi kadar, mengukur
atau ukuran. Yang mana Allah telah menetapkan kadar, ukuran atau batas tertentu
pada diri, sifat dan kemampuan makhluk-Nya. Semua makhluk Allah swt telah
ditetapkan takdirnya dan Allah menunjukkan arah yang mereka tuju.
8
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya Al-Quran Surah Al-Hadid / 57 : 22
9
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya Al-Quran Surah Al-Qamar / 54 : 49
10
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya Al-Quran Surah Al-An'am / 6 : 59
7
selain Dia sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di laut; dan tiada
sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh
sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang
kering melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."
Ayat ini menekankan bahwa Allah memiliki pengetahuan penuh tentang
semua yang gaib, termasuk takdir seseorang.
4. Hadis Riwayat Bukhari: Dalam Hadis Bukhari, Nabi Muhammad SAW pernah
bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menentukan takdir seluruh makhluknya
lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi."
Hadis ini menunjukkan bahwa takdir telah ditentukan oleh Allah jauh
sebelum manusia dan alam semesta diciptakan.
Kesimpulannya, kebenaran qada dan qadar adalah salah satu prinsip dasar
dalam Islam yang mengajarkan bahwa Allah adalah Pencipta yang maha
mengetahui dan maha berkuasa atas segala sesuatu. Semua yang terjadi di dunia ini
telah ditetapkan dalam takdir-Nya, dan manusia diberikan kebebasan untuk
memilih tindakan mereka, tetapi Allah sudah mengetahui pilihan mereka
sebelumnya. Keyakinan ini merupakan bagian penting dari aqidah (keyakinan)
dalam Islam.
Tentang konsep qada dan qadar dalam Islam, ada beberapa poin tambahan yang
dapat dijelaskan:
a. Kebebasan Manusia: Meskipun Allah telah menetapkan takdir, Islam juga
mengajarkan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk membuat pilihan
mereka sendiri. Manusia memiliki akal dan kemampuan untuk memilih antara
berbagai tindakan. Namun, Allah sudah mengetahui apa yang akan mereka
pilih. Konsep ini kadang disebut sebagai "pengetahuan predestinasi" atau
"pengetahuan yang mendahului tindakan."
b. Doa dan Usaha: Konsep qada dan qadar tidak menghapus kepentingan doa dan
usaha dalam Islam. Muslim diajarkan untuk berdoa kepada Allah untuk
meminta petunjuk, perlindungan, dan kebaikan dalam hidup mereka. Selain itu,
mereka juga dianjurkan untuk bekerja keras dan berusaha mencapai tujuan
mereka. Doa dan usaha adalah cara untuk menjalani takdir dengan penuh
kepatuhan kepada Allah.
8
c. Ujian dan Hikmah: Terkadang, Allah menguji manusia melalui berbagai
cobaan dan ujian dalam hidup mereka. Ini adalah bagian dari takdir-Nya dan
memiliki hikmah tertentu. Dalam menghadapi ujian, orang-orang muslim
diajarkan untuk bersabar, tawakal (bertawakal kepada Allah), dan berusaha
mencari hikmah di balik cobaan tersebut.
d. Kepatuhan dan Tawakal: Salah satu ajaran utama dalam Islam adalah tawakal
kepada Allah. Ini berarti bahwa meskipun manusia berusaha keras, mereka
akhirnya berserah diri kepada takdir Allah. Ini adalah sikap yang menunjukkan
kepatuhan kepada kehendak-Nya dan penerimaan atas apa yang telah
ditetapkan dalam takdir.
e. Peran Ilmu dan Hikmah: Ilmu dan hikmah juga memiliki tempat penting dalam
pemahaman qada dan qadar. Manusia diberi akal untuk memahami dan
mengambil pelajaran dari pengalaman mereka. Oleh karena itu, penting bagi
muslim untuk mencari pengetahuan, berpikir bijak, dan belajar dari
pengalaman.
f. Taubat dan Perubahan: Dalam Islam, taubat (pengampunan) adalah cara untuk
merubah takdir. Jika seseorang melakukan dosa atau kesalahan, dia dapat
bertaubat kepada Allah, dan Allah yang Maha Penyayang dapat mengubah
takdirnya sebagai tanggapan atas taubat tersebut.
Konsep qada dan qadar adalah salah satu dari banyak aspek yang penting dalam
ajaran Islam. Ia menggambarkan pemahaman muslim tentang Allah yang Maha
Mengetahui dan Maha Kuasa serta peran manusia dalam menghadapi takdir yang
telah ditentukan oleh-Nya.
3.3. Fungsi Beriman Kepada Qada’, Dan Qadar Allah SWT
Dengan beriman kepada qada dan qadar, berfungsi bagi kita dalam
menjalani kehidupan di dunia dan mempersiapkan diri untuk akhirat nanti11. Fungsi
tersebut antara lain adalah :
a. Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan
dengan susuai ketentuan-ketentuan Allah SWT (sunatullah dan hukum alam).
Kesadaran demikian dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk
11
Miftah, Farid, 1995. Pokok-pokok ajaran islam, Bandung: Penerbit Pustaka.
9
menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidang nya masing-masing. Kemudian
mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap makhluk Allah SWT sperti
manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, dan yang lainnya untuk dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejehtaraan manusia ke arah yang lebih
tinggi.
b. Melatih diri untuk banyak bersabar dan bersyukur. Orang yang beriman kepada
qadha dan qadar, apabila mendapat keuntungan, maka ia akan bersyukur, karena
keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya
apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut adalah ujian
dari Allah. Seperti dalam firman Allah yang artinya “Dan apa saja nikmat yang
ada pada kamu, maka dari Allah (datangnya), dan apabila ditimpa oleh
kemudratan, maka hanya kepada-nya lah kamu meminta pertolongan” (QS. An-
Nahl ayat 53)12.
c. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa. Orang yang tidak beriman
kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap
keberhasilan itu semata-mata karena hasil usaha nya sendiri. Ia pun dirinya
hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus
asa, karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan
Allah SWT.
d. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja. Manusia tidak mengetahui takdir apa
yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan
beruntung. Keberuntungan tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan.
Oleh sebab itu, orang yang beriman kaepada qadha dan qadar Allah SWT
senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan
tersebut.
e. Menenangkan jiwa. Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa
mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia merasa senang dengan
apa yang telah Allah tentukan kepada dirinya. Jika beruntung atau berhasil, ia
bersyukur dan jika ia terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi,
Allah berfirman yang artinya “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada
tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-nya, maka masuklah ke dalah
12
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya Terjemahan QS. An-Nahl ayat 53
10
jamaah hamba-hamba ku dan masuklah kedalam surga-ku” (QS Al-Faj ayat 27-
30).
f. Memperkuat keyakinan kepada Allah SWT pencipta alam semesta adalah tuhan
yang maha esa, maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana. Keyakinan tersebut
dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk melakukan usaha-usaha
yang bijaksana, agar menjadi umat yang merdeka dan berdaulat, kemudian
kemerdekaan tersebut digunakan untuk terwujudnya kemakmuran kesejahteraan
bersama di dunia dan akhirat.
g. Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat
menumbuhkan kesadaran bahwa segala yag terjadi dan yang ada di alam semesta
ini seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus,
dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, serta banjir
semata-mata karena kehendaknya. Selain itu, kemahakuasaan dan keadilan
Allah SWT akan ditampakkan kepada umat manusia, tatkala umat manusia
sudah meninggal dan hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika
dirinya bertakwa, tentu akan memperoleh kenikmatan dan akan dimasukkan ke
dalam surga, sedangkan manusia yang di dunia durhaka kepada Allah dan
banyak berbuat dosa, tentu memperoleh siksa kubur dan dicampakka ke dalam
neraka jahannam.
h. Menumbuhkan sikap terprilaku dan terpuji, serta menghilangkan sikap yang
tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir tentu akan memiliki sikap
yang dan perilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan optimis dalam
hidup, dan juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan perilaku tercela,
seperti sombong, iri hati, dengki, buruk sangka dan pesimis dalam hidup.
i. Mendorong umat manusia (umat islam) untuk berusaha agar kualitas hidupnya
meningkat, sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik
dari hari ini. Umat manusia (umat islam) jika betul-betul beriman kepada takdir,
tentu di dalam hidupnya di dunia yang sebesar ini tidak akan berpangku tangan.
Mereka akan berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh dibidangnya
masing-masing, sesuai dengan kemampuan yang telah di usahakan secara
maksimal sehingga menjadi manusia yang paling bermanfaat. Rasulallah SAW
11
bersabda yang artinya “Sebaik-baiknya umat manusia ialah yang bermenfaat
bagi manusia lainnya” (H.R. At-Tabrani).
12
8. Tidak meminta pertolongan selain kepada Allah.
Tidak mau meminta pertolongan orang lain karena ia tidak mau
membebankan masalahnya kepada orang lain.cukup kepada Allah semata yang
mampu menolongNya.
13
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Qadha secara etimologi adalah masdar dari Qadhayyaqdhiy- Qadhaa al-
asya’, yang bermakna mengadakan dengan sebuah ketetapan dan mentakdirkannya.
Qadar Secara etimologi adalah masdar dari qadara-yaqdaruqadaran, dan adakalanya
huruf dalnya disukunkan (qadran). Maka qadar adalah akhir atau puncak segala
sesuatu. Takdir berasal dari akar kata qadara yang berarti memberi kadar, mengukur
atau ukuran. Yang mana Allah telah menetapkan kadar, ukuran atau batas tertentu
pada diri, sifat dan kemampuan makhluk-Nya. Semua makhluk Allah swt telah
ditetapkan takdirnya dan Allah menunjukkan arah yang mereka tuju.
Kebenaran qada dan qadar (takdir) dalam Islam adalah konsep fundamental
yang mengacu pada keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini telah
ditentukan oleh Allah SWT. Ini termasuk semua peristiwa, kejadian, dan tindakan
manusia.
Dengan beriman kepada qada dan qadar, berfungsi bagi kita dalam
menjalani kehidupan di dunia dan mempersiapkan diri untuk akhirat nanti. Fungsi
tersebut antara lain menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya
berjalan dengan susuai ketentuan-ketentuan Allah SWT (sunatullah dan hukum
alam) dan melatih diri untuk banyak bersabar dan bersyukur.
Adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadar yaitu semua
yang terjadi pada dirinya selalu di terima, bersabar ketika mendapat ujian dari allah,
apabila di bacakan tanda- tanda kebesaran allah hatinya selalu bergetar, tidak
mengeluh dan putus asa, dll.
4.2. Saran
Untuk memperdalam pemahaman tentang qada dan qadar, pembaca
sebaiknya menggali aspek-aspek filosofis, teologis, dan praktisnya. Selain itu,
disarankan untuk mencari kaitan antara keyakinan ini dengan kehidupan sehari-
hari, bagaimana hal ini memengaruhi sikap, perilaku, dan tindakan individu dalam
menghadapi berbagai situasi. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang qada
dan qadar, pembaca akan dapat menggabungkan konsep ini ke dalam kehidupan
14
mereka dengan lebih bermakna, termasuk dalam bersyukur saat berbahagia dan
bersabar saat diuji Allah.
15
DAFTAR PUSTAKA
16