Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AKHLAQ KEPADA ALLAH : BERIMAN, TAQWA DAN


IKHLAS
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Akhlaq
Dosen Pengampu : Ahmad Azhari Nasir, S.H.I., M.S.I

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. M. Muamar (181240000749)
2. Achmad Choirul Rifki (181240000753)
3. Afyan Birera (181240000754)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ JEPARA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas limpahan Nikmat
Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini..

Shalawat serta Salam tidak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah kita nantikan syafaatnya di yaumul qiyamah kelak.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengampu, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa. Makalah ini merupakan makalah yang
membahas materi tentang Akhlaq kepada Allah : Beriman, Taqwa dan Ikhlas.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak terutama Bapak
Ahmad Azhari Nasir, S.H.I., M.S.I dan teman-teman yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik,
namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan
kami sebagai manusia biasa. Harapan penulis atas makalah yang telah penulis tulis
ini adalah supaya mahasiswa terutama Program Studi Teknik Informatika dapat
lebih memahami Akhlaq kepada Allah yaitu Beriman, Taqwa dan Ikhlas.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Jepara, 24 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Cover...................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................2
2.1 Beriman.............................................................................................................................2
A. Pengertian Beriman..................................................................................................................2
B. karakteristik Iman.....................................................................................................................3
C. Fungsi Beriman Kepada Allah.................................................................................................4
D. Hikmah Beriman Kepada Allah...............................................................................................5
2.2 Takwa....................................................................................................................................6
A. Pengertian Takwa.....................................................................................................................6
B. Ciri – ciri orang bertakwa........................................................................................................7
C. Pentingnya takwa kepada Allah swt.........................................................................................8
D. Manfaat takwa kepada Allah swt.............................................................................................9
E. Do’a memohon takwa kepada Allah.........................................................................................9
2.3 Ikhlas....................................................................................................................................10
A. Pengertian Ikhlas....................................................................................................................10
B. Keistimewaan Orang-orang yang Ikhlas.................................................................................10
C. Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri – ciri..........................................................................12
D. Balasan Orang yang Tidak Ikhlas...........................................................................................13
E. Cara Agar Mudah Menerapkan Ikhlas....................................................................................14
BAB III PENUTUP................................................................................................................16
a. Simpulan........................................................................................................................16
b. Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting,


sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat
tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir
batinnya, apabila rusak, maka rusaklah lahir batinnya.
Kewajiban seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu
membuat orang menjadi aman, tenang, dan tidak adanya perbuatan yang tercela. Seseorang
yang berakhlak mulia selalu melaksanakan kewajiban- kewajibannya. Dia melakukan
kewajiban terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhan yang
menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk lain, dan terhadap sesama manusia.
Dari pembuatan makalah ini, kita akan mengajak teman- teman sekalian untuk
sedikit banyak mengulas apa saja yang perlu kita ketahui dan pahami tentang bagaimana
berakhlak kepada Allah dengan semestinya . yaitu Beriman, Taqwa dan Ikhlas, yang mana
setelahnya diharapkan mampu memberikan kontribusi positif  dalam berakhlak kepada
Allah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang yang telah dijelaskan. Maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apa Pengertian tentang beriman kepada Allah?
2. Apa Pengertian tentang bertaqwa kepada Allah?
3. Apa Pengertian tentang ikhlas?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasar rumusan masalah yang telah disebutkan. Maka tujuan penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu beriman kepada Allah Swt.
2. Untuk mengetahui apa itu bertaqwa kepada Allah Swt.
3. Untuk mengetahui apa itu ikhlas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Beriman
A. Pengertian Beriman
Apa itu beriman? Beriman atau kata lain adalah Iman, pengertian iman secara
bahasa arab adalah percaya, menyakini, atau keyakinan. Secara istilah iman kepada Allah
adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkannya
dengan perbuatan. Iman merupakan sesuatu yang berkaitan dengan batin manusia, karena
adanya iman seseorang akan menjalankan segala perintah yang diperintahkan oleh Allah
swt kepada dirinya. Iman juga salah satu pondasi dari keyakinan kita kepada Allah swt.
Tanpa adanya keimanan dalam seseorang maka orang tersebut akan terjerumus
dalam kehidupan sesat dan tujuan hidupnya akan sia sia. Berbeda dengan orang yang
memiliki iman, dia akan selalu takut melakukan kemaksiatan karena hatinya selalu ingat
akan keberadaan Allah swt yang mengawasi dari segala tingkah lakunya.
Dalam islam beriman termasuk dalam aqidah islamiyah (akidah islam), jadi sering
ditautkan dengan rukun iman. Kita tahu bahwa rukun iman ada 6, pertama yaitu beriman
kepada Allah swt, kedua beriman kepada malaikat Allah, ketiga beriman kepada kitab
Allah, keempat beriman kepada rasul Allah, kelima beriman kepada hari dan keenam yaitu
kiamat beriman kepada qada dan qadar Allah.
1. Keyakinan kepada Allah swt
Beriman kepada Allah berarti harus meyakini bahwa adanya Allah sebagai
Zat yang menciptakan segala sesuatu yang di alam semesta. Dan semua yang
terjadi di alam semesta merupakan kehendak Allah SWT.
2. Keyakinan pada para malaikat
Malaikat adalah makhluk ghaib, Allah SWT menciptakan malaikat dari nur
(cahaya) yang selalu berzikir kepada Allah SWT. Malaikat juga tidak memiliki
hawa nafsu seperti manusia, maka dari itu malaikat merupakan ciptaan Allah
SWT yang sangat luar biasa. Malaikat diciptakan juga untuk membantu tugas-
tugas Allah dan kita harus menyakini bahwa adanya malaikat malaikat Allah.
3. Keyakinan pada kitab suci
Allah juga telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada Rasul pilihan-Nya,
seperti Al Qur,an, Taurat, Zabur, dan Injil. Kitab-kitab suci itu memuat wahyu
Allah. kita harus beriman kepadanya hanya saja ada yang berubah diantara
kitab tersebut seperti kitab taurat dan injil. Sebagai umat muslim panutan
utama kita adalah kitab yang dibawa oleh Rasulullah saw yaitu Al-Qur’anul
karim.
4. Keyakinan pada nabi dan rasul
Rasul sebagai pengingat yang di utus Allah untuk umat manusia harus kita
imani dan kita percayai keberadaannya sebagai wujud keimanan kita. Dalam
ilmu tauhid disebutkan nabi dan rasul mempunyai tugas utama yang berbeda.
Tugas dari nabi diberikan wahyu oleh Allah untuk dirinya sendiri dan tidak
diwajibkan menyampaikannya ke umat manusia. Sedangkan Rasul diberi
wahyu oleh Allah diwajibkan menyampaikannya kepada umatnya.
5. Keyakinan pada hari kiamat dan pertanggungjawaban di akhirat
Keyakinan pada hari akhir inilah yang mendorong manusia untuk
menyesuaian diri dengan kerangka nilai abadi yang ditetapkan oleh Allah , dan
ditetapkannya amalan amalan yang telah diperbuat selama didunia. Apabila
melakukan kebajikan atas ridha Allah maka akan dibalas dengan kenikmatan
yang nikmat, sedangkan apabila perbuat kesengsaraan akan dibalas dengan
azab yang pedih. Itulah pertanggungjawaban yang telah diberikan di akhir
kelak. Jadi selama hidup perbanyaklah perbuatan serta amalan yang saleh dan
menjauhi amalan yang buruk.
6. Keyakinan pada qada dan qadar (takdir)
Kita harus percaya dengan takdir yang telah Allah tentukan untuk kita.
Untuk memahami takdir, manusia harus hidup dengan ikhtiar sebab dalam
kehidupan sehari-hari takdir ilahi berkaitan erat dengan usaha manusia dengan diiringi
do’a dan tawakkal. Kita juga harus percaya semua yang telah Allah gariskan
untuk kehidupan kita memiliki hikmah dibalik semuanya.

B. karakteristik Iman
1. Mereka akan menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih mereka cintai dibandingkan
anak,isteri,harta benda dan segalanya.
2. Orang yang beriman tidak akan meminta izin untuk tidak ikut berjihad. Orang-
orang yang beriman kepada Allah, Jadi dalam hal ini orang yang beriman pasti siap
untuk berjihad dan kapan saja saat dibutuhkan demi membela agama islam.
3. Mereka selalu mendengar dan taat apabila Allah dan rasul-Nya memerintahkan
mereka untuk melaksanakan suatu perbuatan.
4. Mereka menjadikan Allah sebagai hakim dalam setiap persoalan atau
permasalahannya.
5. Mereka memiliki iman yang kuat, tidak dicampuri dengan keragu-raguan
sedikitpun serta keimanannya tersebut dibuktikan dengan berjihad di jalan Allah
dengan harta dan jiwanya.
6. Mereka senantiasa taat kepada Allah,rasul-Nya, dan ulil amri(pemimpin) serta
mengembalikan seluruh persoalan yg mereka perselisihkan kepada Al-Qur’an dan
Sunnah Rasulullah SAW
7. Apabila telah dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka maka hati mereka akan
bergetar, imannya akan bertambah, dan akan tetap menjalankan shalat serta
berzakat.
8. Cinta kepada Allah akan membuat seseorang selalu bersifat lemah lembut kepada
manusia sesama muslim, tapi akan menjadi tegas saat menghadapi orang kafir.
Contoh yang telah ada yaitu sahabat Umar bin Khattab Al-Faruq, dia adalah
pelindung bagi orang-orang muslim dan sangatlah lemah lembut pada sesama
muslim. Walaupun sebelumnya beliau adalah orang yang ingin membunuh Nabi
Muhammad SAW.
9. Selalu tunduk, taat dan patuh atas segala perintah Allah yang telah da di Al-Qur’an
maupun yang telah disampaikan oleh Rasul-Nya. Mereka tidak memiliki pilihan
lain selain hanya taat dan selalu tunduk.

C. Fungsi Beriman Kepada Allah


1. Menambah Keyakinan
Kita tahu bahwa Allah SWT lah yang menciptakan segala sesuatunya dan membuat kita
masih hidup sampai sekarang. Jadi kita harus semakin yakin dan bersyukur kepada Allah.
2. Menambah Ketaatan
Dengan beriman kepada Allah dapat menjadikan acuan untuk taat menjalani perintah Allah
dan menjauhi laranganya sehingga hati kita akan selalu ingat kepada Allah
3. Menentramkan Hati
Dalam surah Ar-Ra’ad ayat 28 dijelaskan bahwa orang-orang beriman selalu mengingat
Allah, dan membuat hati mereka tentram karenanya
4. Dapat Menyelamatkan Hidup Manusia di Dunia Maupun Akhirat
Dalam Quran Surah Al-Mukminin, Allah berfirman : “Sesungguhnya Kami menolong
rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada
berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)”
5. Mendatangkan Keuntungan dan Kebahagiaan Hidup
Manusia yang beriman kepada Allah hati mereka menjadi tentram, hidup pastinya akan
lebih bahagia dan permasalahan menjadi lebih mudah diselesaikan karena Allah akan
membantunya.

D. Hikmah Beriman Kepada Allah

1. Hati Menjadi Tenang Salah satu hikmah beriman kepada Allah ialah tenang nya
hati, hati menjadi tidak mudah goyah oleh ajakan nafsu jahat atau orang yang
menyesatkan. (Lihat Surah Ar Ra’d ayat 28)

2. Mendapat Bimbingan dari Allah SWT Orang yang beriman kepada Allah SWT
akan mendapatkan bimbingan dari-Nya, sehingga insyaAllah apa yang dilakukan
oleh orang beriman tersebut ialah berbagai macam perbuatan terpuji dan baik.

3. Mempunyai Rasa Kasih Sayang Yang Tinggi Hikmah beriman kepada Allah
dapat membuat diri mengingat orang lain, seperti anak yatim, fakir miskin, dan
menghargai sesama muslim dan orang lain. Alhasil sikap, kasih sayang, jiwa sosial
orang yang beriman kepada Allah sangat tinggi. Dikarenakan orang beriman akan
mempunyai jiwa rendah hati, sering melakukan amal saleh, menyayangi semua
makhluk ciptaan Allah SWT, karena tidak ada satupun ciptaan-Nya yang sia-sia.

4. Diampuni Dosanya dan Mendapat Pahala Besar Orang-orang dijamin akan


diampuni dosanya dan memperoleh pahala yang besar karena ketaatan dan
kepatuhan terhadap perintah dan larangan Allah SWT ketika berada di dunia.
(Lihat Surah Al Maidah Ayat 9)

5. Diberi Kemudahan Hidup Orang beriman diberi kemudahan dalam mencapai


tujuan hidup, terutama bagi orang yang berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadist.
6. Tidak Akan Musyrik Dengan mengetahui kebesaran dan keagungan Allah SWT,
tidak mungkin seorang yang beriman akan berubah menjadi musyrik. Kecuali
Allah berkehendak.

7. Rasa Syukur Bertambah Allah SWT yang menciptakan segalanya, memberi


nikmat yang sangat besar kepada kita. Sudah sangat sepantasnya jika kita terus dan
semakin bersyukur atas segala karunia yang telah Allah berikan.

8. Ketaatan Kepada Allah Bertambah Perintah dan larangan Allah SWT akan
mudah dibedakan oleh seorang mukmin, dan apabila manusia patuh maka hasilnya
hati akan selalu ingat kepada Allah.

9. Mendapat Kebahagiaan Sesungguhnya Beriman dengan sungguh-sungguh


kepada Sang Pencipta Segalanya membuat hati manusia yang beriman kepada
Allah tenteram dan membuat manusia merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Berada lurus di jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.

2.2 Takwa
A. Pengertian Takwa
Dari segi bahasa berasal daripada perkataan “wiqayah” yang diartikan
“memelihara”. Maksud dari pemeliharaan itu adalah memelihara hubungan baik dengan
Allah SWT., memelihara diri daripada sesuatu yang dilarangNya. Melaksanakan segala
titah perintahNya dan meninggalkan segala laranganNya.
Takwa, menurut istilah, berasal dari kata waqa yaqi wiqayatan yang artinya
berlindung atau menjaga diri dari sesuatu yang berbahaya. Takwa juga berarti takut.
Sedangkan menurut syara, dalam Kitab Syarah Riyadhus Shalihin (1/290), Syeikh
Utsaimin berkata, “Takwa diambil dari kata wiqayah, yaitu upaya seseorang melakukan
sesuatu yang dapat melindungi dirinya dari azab Allah SWT. Dan, yang dapat menjaga
seseorang dari azab Allah SWT ialah (dengan) melaksanakan perintah-perintah Allah
SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Taqwa juga diartikan Menjalankan perintah, dan menjauhi larangan Kepada allah
SWT, maka dilanjukan dengan kalimat Taqwallah yaitu taqwa kepada Allah SWT.
Kelihatan kata-kata tersebut ringan diucapkan tapi kenyataan-nya banyak orang yang
belum sanggup bahkan terkesan asal-asalan dalam menerapkan arti kata Taqwa tersebut,
lihat sekitar kita ada beberapa orang yang tidak berpuasa dan terang-terangan makan di
tempat umum, ada juga yang sudah berpuasa tapi masih suka melirik kanan-kiri
Ayat yang berkaitan dengan taqwa (QS AN-NISA AYAT 1 dan QS YUSUF AYAT
90)
Surah An-Nisa ayat 1
َ ‫وا هَّللا‬CCُ‫ث ِم ْن ُهما ِرجاالً َكثيراً َو نِسا ًء َو اتَّق‬ ْ ‫ق ِم ْنها‬
َّ َ‫زَو َجها َو ب‬ َ َ‫س وا ِح َد ٍة َو َخل‬ ُ َّ‫يا أَ ُّي َها الن‬
ٍ ‫اس اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّذي َخلَقَ ُك ْم ِمنْ نَ ْف‬
‫الَّذي‬
ً ‫تَسائَلُونَ بِ ِه َو اأْل َ ْرحا َم إِنَّ هَّللا َ كانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقيبا‬
Artinya ;
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan- mu yang telah menciptakan kamu
dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya
Allah memperkembang biakkan laki- laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah dengan mempergunakan nama- Nya kamu saling meminta satu sama lain,
dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu”.
Surah yusuf ayat 90
ۖ
ِ ‫ضي ُعأ َ ْج َرا ْل ُم ْح‬
(90). َ‫سنِين‬ ْ َ‫سفُ َو ٰ َه َذاأَ ِخ ۖيقَ ْد َمنَّاللَّ ُه َعلَ ْينَ ۖاإِنَّ ُه َم ْنيَتَّقِ َوي‬
ِ ُ‫صبِ ْرفَإِنَّاللَّ َهاَل ي‬ ُ ‫سفُقَاأَل َنَايُو‬ُ ‫قَالُواأَإِنَّكَأَل َ ْنتَيُو‬
Artinya;
Mereka berkata: "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?" Yusuf menjawab:
"Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya
kepada kami". Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka
sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik"

B. Ciri – ciri orang bertakwa


Taqwa menjadi kriteria penilaian Allah terhadap kemuliaan manusia. Manusia
dinilai mulia oleh Allah bukan berdasarkan rupa, pintar bodoh, kaya miskin, asal usul,
suku bangsa dan sebagainya, melainkan hanya dari ketaqwaannya
Ada beberapa ciri-ciri yang berkaitan ajaran taqwa:
1. Bersegera memohon ampunan Allah bila berbuat dosa dan mudah meminta maaf
kepada sesama manusia(tidak gengsi)
2. Mau berinfaq/sedekah dalam keadaan lapang maupun sempit (Tidak pelit)
3. Bisa menahan amarah (Tidak ngambekan/emosian)
4. Mudah memaafkan kesalahan orang lain (Tidak pendendam)
5. Senantiasa melakukan kebaikan atau berbuat baik (Tidak jahat)
6. Selalu menepati janji
7. Bersabar dalam menerima cobaan
8. Tidak sombong dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi
9. Selalu ingat kepada Allah (dzikrullah) dengan menggunakan akal

C. Pentingnya takwa kepada Allah swt


1. Takwa adalah kunci keberuntungan di dunia dan akhirat
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imra [3]:130)
2. Takwa mengundang limpahan berkah dan rahmat Allah SWT
Allah SWT berfirman, “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi.” (QS. Al-A’raf [7]:96)
Dia juga berfirman, “Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang
bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat
Kami.” (QS. Al-A’raf [7]:156)
3. Takwa adalah kunci mendapatkan ampunan dan kasih sayang Allah SWT
Allah SWT berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya
Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-
kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang
besar.” (QS. Al-Anfal [8]:29)
Dia juga berfirman, “Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul),
bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah
memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya
yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hadid [57]:29)
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.”
(QS. At-Taubah [9]:4&9)
4. Takwa adalah untuk keberuntungan
Allah SWT berfirman,
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)-nya.” (QS. Ath-Thalaq [65]:2-3)
Dia juga berfirman, “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya
Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq [65]:4)
5. Orang paling mulia adalah orang bertaqwa
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat [49]:13)
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, telah ditanyakan kepada Rasulullah Saw,
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling mulia?” Rasulullah Saw menjawab,
“Orang yang paling bertakwa.” (Muttafaq ‘Alaihi)

D. Manfaat takwa kepada Allah swt


Takwa adalah salah satu perintah Allah SWT yang banyak disebutkan dalam Al-
Qur`an (208 ayat, 226 kata) dan Al-Hadits, mengingat hal tersebut merupakan salah satu
kunci untuk menggapai rahmat Allah SWT, guna menggapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Melalui Al-Qur`an-Nya, Allah SWT juga menjelaskan bahwa balasan bagi orang-
orang yang bertakwa tidak hanya dapat dirasakan di akhirat kelak, tetapi buahnya dapat
pula dinikmati sejak kita masih hidup. Bahkan dalam Surah Ath-Thalaq Allah SWT
mengemukakan bahwa takwa merupakan solusi dari berbagai himpitan hidup yang
menghimpit. Dan di akhirat kelak mereka akan memasuki surga yang luasnya seluas langit
dan bumi (lihat QS. Ali Imran [3]: 133).

E. Do’a memohon takwa kepada Allah


Dari Abdullah bin Mas’ud RA, ia berkata, “Nabi SAW senantiasa berdoa dengan
Allâhumma innî as’alukal hudâ wat tuqâ wal ‘afâf wal Ghinâ (Ya Allah, aku mohon pada-
Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian diri (dari perbuatan hina) dan kekayaan).” (HR.
Muslim)
Takwa merupakan wasiat Allah kepada seluruh umat, baik generasi pertama
maupun generasi akhir. Allah Ta’ala berfirman, “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ada
dilangit dan yang dibumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang
yang diberi kitab sebelum kamu, dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.
Tetapi jika kamu kafir, maka (ketahuilah) sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di
bumi hanyalah kepunyaan Allah, dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. An-Nisa:
131)
Allah Ta’ala berfirman,
Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kalian. Dan barangsiapa yang
bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan
melipatgandakan pahala baginya. (Ath-Thalaq [65]:5)
Takwa kepada Allah merupakan salah satu sebab utama dihapuskannya dosa manusia.
Di samping itu, takwa juga menjadi sebab diraihnya pahala yang besar dan masuknya
seseorang ke dalam surga.

2.3 Ikhlas
A. Pengertian Ikhlas
Secara etimologis, kata ikhlas merupakan bentuk mashdar dari kata akhlasha yang
berasal dari akar kata khalasha. Menurut Luis Ma’luuf, kata khalasha ini mengandung
beberapa macam arti sesuai dengan konteks kaliamatnya. Ia bisa berarti shafaa (jernih),
najaa wa salima (selamat), washala (sampai), dan I’tazala (memisahkan diri). Maksudnya,
didalam menjalankan amal ibadah apa saja harus disertai dengan niat yang ikhlas tanpa
pamrih apapun.

Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata


mengharapkan ridha Allah SWT. Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat tanpa
pamrih, hanya semata-mata karena Allah SWT.
a. Tiga unsur keikhlasan:
1.      Niat yang ikhlas ( semata-semata hanya mencari ridho Allah )
2.      Beramal dengan tulus dan sebaik-baiknya
 Setelah memiliki niat yang ikhlas, seorang muslim yang mengaku  ikhlas melakukan
sesuatu harus membuktikannya dengan melakukan perbuatan itu dengan sebaik-baiknya.
3. Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat.
Yaitu memanfaatkan hasil kerja keras atas usaha yang kita lakukan dengan memenuhi
keperluan maupun kebutuhan sehari-hari.
B. Keistimewaan Orang-orang yang Ikhlas
Orang-orang yang ikhlas merupakan orang-orang yang bersih dari dosa karena
mereka telah berusaha membersihkan dirinya dengan benar-benar melaksanakan segala
perintah Allah dengan tulus. Dalam beraqidah mereka benar-benar mengesakan Allah
SWT. dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain seperti halnya orang-orang musyrik,
yahudi dan nasrani. Selanjutnya dalam melakukan ibadah dan amal kebajikan lainnya
mereka kerjakan semata-mata karena Allah dan untuk Allah; bukan karena manusia
dengan cara riya’(memperlihatkan amal kebaikan dengan maksud agar dipuji orang lain)
dan sum’ah(memperdengarkan amal perbuatan yang telah ia lakukan kepada orang lain
agar dipuji), untuk mendapatkan popularitas dan kesenangan hawa nafsu lainnya.
Apabila kita kembali merujuk kitab suci al-Qur’an, maka akan kita temukan di
dalamnya beberapa ayat yang menerangkan keistimewaan dan keutamaan orang-orang
yang ikhlas, antara lain sebagai berikut.
Pertama, selamat dari kesesatan. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah dalam
surat al-Hijr: 39-40 yang artinya sebagai berikut: Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab
Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka
memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan
mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis(orang yang terus berjuang
agar bisa ikhlas) di antara mereka”. Dan begitu juga firman Allah dalam surat Shad ayat
82-83 yang artinya sebagai berikut: Iblis menjawab: “Demi kekuasan Engkau aku akan
menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlas(orang yang
mendapat anugrah ikhlas) di antara mereka”.
Ayat di atas merupakan penggalan kisah Nabi Adam dan pembangkangan pertama
yang dilakukan oleh iblis terhadap Allah SWT. Mereka adalah hamba Allah yang
membangkang, durhaka, ingkar, sombong dan terkutuk yang diberi umur panjang—karena
permintaan mereka hingga mendekati hari kiamat. Mereka ingin menyesatkan semua
manusia untuk diajak ke neraka dengan bujuk rayunya yang manis. Maka berdasarkan ayat
di atas, orang-orang yang ikhlas tidak akan dapat digoda oleh iblis dan sekutunya karena
mereka telah mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.
Kedua, dapat mengendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu merupakan salah satu
potensi yang ada dalam diri manusia yang selalu cendrung untuk mengajak manusia
kepada kesenangan-kesenangan badaniah, pemuasan syahwat dan keinginan-keinginan
rendah lainnya. Hal ini sebagaimana diterangkan Allah dalam al-Qur’an surat Yusuf: 53
yang artinya sebagai berikut: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi
rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Di antara orang yang tidak mudah diperbudak oleh hawa nafsunya adalah orang-
orang yang ikhlas. Seperti dikisahkan dalam surat Yusuf: 24 tentang Yusuf yang diajak
berselingkuh oleh seorang wanita (Zulaikha), istri seorang raja Mesir. Namun berkat
perlindungan Allah, ia selamat dari godaan hawa nafsu yang akan menjerumuskannya ke
dalam kema’siatan.
Dengan demikian, sikap ikhlas akan membentengi manusia dari segala dorongan
dan bujukan hawa nafsu, seperti keinginan terhadap kemewahan, kedudukan, harta,
popularitas, simpati orang lain. Di mana untuk mewujudkan keinginan-keinginannya
tersebut kadang-kadang seseorang cenderung melakukan segala cara seperti dengan
melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme.
Ketiga, do’anya akan dikabulkan Allah SWT. Manusia biasanya baru
menyadari akan kelemahannya dan tidak henti-hentinya berdo’a kepada Allah supaya
cepat terbebas dari problema yang dihadapinya. Meskipun demikian, Allah SWT. akan
tetap mengabulkan permohonan mereka jika memang dilakukannya dengan penuh
keikhlasan. Sebagaimana dalam firman Allah dalam surat Lukman ayat 32 yang artinya
sebagai berikut: “Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka
menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan
yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak
setia lagi ingkar”.
Keempat, terhindar dari siksaan neraka dan masuk kedalam syurga di
akhirat. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah SWT. Dalam al-Qur’an surat al-Shaffat :
40, 74, 128,160, dan 169. Ayat – ayat tersebut menjelaskan orang – orang yang telah
disucikan Allah dari segala dosa dan noda sehingga menjadi orang – orang pilihan dan
kesayangan-Nya.di dunia mereka telah diselamatkan dari segala kehinaan dan bencana,
seperti yang dialami kaum Nabi Nuh, kaum ‘Ad, Tsamud dan kaum yang ingkar lainnya.
Sementara di akhirat nanti mereka akan terbebas dari siksaan api neraka, serta akan
mendapatkan balasan yang sempurna atas amal saleh yang telah mereka lakukan berupa
kenikmatan di dalam surga yang tiada tandingannya, kenikmatan yang belum pernah
terlintas pada pendengaran, penglihatan, dan hati manusia.
C. Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri – ciri :
1. Hidupnya jarang sekali merasa kecewa, orang yang ikhlas dia tidak akan
pernah berubah sikapnya seandainya disaat dia berbuat sesuatu kebaikan ada
yang memujinya, atau/tidak ada yang memuji/menilainya bahkan dicacipun
hatinya tetap tenang,karena ia yakin bahwa amalnya bukanlah untuk
mendapatkan penilaian sesame yang selaluberubah tetapi dia bulatkan
seutuhnya hanya ingin mendapatkan penilaian yang sempurna dari Allah SWT.
2. Tidak tergantung / berharap pada makhluk, Sayyidina ‘Ali pun pernah
berkata, orang yang ikhlas itu jangankan untuk mendapatkan pujian, diberikan
ucapan terima kasih pun dia sama sekali tidak akan pernah mengharapkannya,
karena setiap kita beramal hakikatnya kita itu sedang berinteraksi dengan
Allah, oleh karenanya harapan yang ada akan senantiasa tertuju kepada
keridaan Allah semata.
3. Tidak pernah membedakan antara amal besar dan amal kecil,
Diriwayatkan bahwa Imam Ghazali pernah bermimpi, dan dalam mimpinya
beliau mendapatkan kabar bahwa amalan yang besar yang pernah ia lakukan
diantaranya adalah disaat beliau melihat ada seekor lalat yang masuk kedalam
tempat tintanya, lalu beliau angkat lalattersebut dengan hati – hati lalu
dibersihkannya dan sampai akhirnya lalat itupun bisa kembali terbang lagi.
Maka sekecil apapun perbuatan amal yang kita lakukan apabila dikerjakan
dengan sempurna dan berharap ataskeridaan Allah SWT maka menjadi amalan
yang sangat besar dihadapan Allah SWT.

D. Balasan Orang yang Tidak Ikhlas


Hadis Nabi SAW: “Sesungguhnya manusia yang pertama dihisab pada hari kiamat
nanti adalah seseorang yang mati syahid, di mana dia dihadapkan dan diperlihatkan
kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia pun mengakuinya, kemudian ditanya:
Apakah yang kamu gunakan terhadap nikmat itu? Ia menjawab: Saya berjuang di jalan-Mu
sehingga saya mati syahid. Allah berfirman: Kamu dusta, kamu berjuang (dengan niat)
agar dikatakan sebagai pemberani, dan hal itu sudah terpenuhi. Kemudian Allah
memerintahkan untuk menyeret orang tersebut yang akhirnya dia dilemparkan ke An Nar
(neraka).
Kedua, seseorang yang belajar dan mengajar serta suka membaca Al Qur’an, dia
dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia pun
mengakuinya, kemudian ditanya: Apakah yang kamu gunakan terhadap nikmat itu? Ia
menjawab: Saya telah belajar dan mengajarkan Al Qur’an untuk-Mu. Allah berfirman:
Kamu dusta, kamu belajar Al Qur’an (dengan niat) agar dikatakan sebagai orang yang alim
(pintar), dan kamu membaca Al Qur’an agar dikatakan sebagai seorang Qari’ (ahli
membaca Al Qur’an), dan hal itu sudah terpenuhi. Kemudian Allah memerintahkan untuk
menyeret orang itu yang akhirnya dia dilemparkan ke dalam An Nar (neraka).

Ketiga, seseorang yang dilapangkan rezekinya dan dikurniai berbagai macam


kekayaan, lalu dia dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya
serta ia pun mengakuinya, kemudian ditanya: Apakah yang kamu gunakan terhadap
nikmat itu? Ia menjawab: Tidak pernah aku tinggalkan suatu jalan yang Engkau sukai
untuk berinfaq kepadanya, kecuali pasti aku akan berinfaq kerana Engkau. Allah
berfirman: Kamu dusta, kamu berbuat itu (dengan niat) agar dikatakan sebagai orang yang
dermawan, dan hal itu sudah terpenuhi. Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret
orang tersebut yang akhirnya dia dilemparkan ke dalam An Nar.” (HR Muslim)

E. Cara Agar Mudah Menerapkan Ikhlas


1) Berfikir Positif
Yakin saja bahwa Tuhan sedang menyiapkan rencana lain yang tidak kalah
menyenangkan dari apa yang kamu bayangkan. Jika kamu sudah memiliki pikiran
yang positif maka segala ganjalan yang ada di hati akan mudah untuk memudar.
2) Banyak Bersyukur
Ketika kamu kehilangan sesuatu yang sangat amat diharapkan, jangan terlalu lama
bersedih. Dari sekian banyak harapan dan mimpi yang kalian punya coba lihat
berapa banyak pencapaian yang telah berhasil kamu raih? Syukuri apa yang sudah
kamu capai sebelumnya. Jangan hanya terfokus pada satu kegagalan yang
sebenarnya tidak ada artinya jika dibandingkan dengan apa yang telah kamu
dapatkan selama ini.
3) Bersabar
Sabar memang menjadi kunci utama dari semua permasalahan yang ada, termasuk
saat kamu susah merelakan dan ikhlas. Bersabar akan memberi ketenangan bagi
hati dan membuat kualitas dirimu bertambah. Kamu tidak akan merugi jika berhasil
jadi orang yang memiliki tingkat kesabaran yang tinggi.
4) Hindari Mengeluh
Kalau kamu masih sering mengeluh, maka jangan harap kamu bisa ikhlas dalam
waktu dekat. Mengeluh adalah cara yang paling efektif untuk membuat diri merasa
tidak berarti. Kamu hanya akan memperkeruh suasana jika terus menerus
membahas hal yang tidak mengenakkan. Memang sulit untuk bisa move on dari
sebuah kegagalan, namun kamu harus tegas agar bisa terus melangkah maju.
5) Banyak Menebar Senyum
Percaya atau tidak kekuatan senyum itu sangat berdampak pada ketenangan diri
kita. Senyum juga bisa menular sehingga orang-orang yang ada disekitar kita akan
menjadi lingkungan yang mempunyai aura positif. Kamu akan terhindar dari
perasaan yang bikin tidak nyaman kalau rajin senyum.
BAB III
PENUTUP

a. Simpulan
Kita tahu bahwa rukun iman ada 6, pertama yaitu beriman kepada Allah swt, kedua
beriman kepada malaikat Allah, ketiga beriman kepada kitab Allah, keempat beriman
kepada rasul Allah, kelima beriman kepada hari dan keenam yaitu kiamat beriman kepada
qada dan qadar Allah.
Takwa, menurut istilah, berasal dari kata waqa yaqi wiqayatan yang artinya
berlindung atau menjaga diri dari sesuatu yang berbahaya. Dan ikhlas adalah beramal
semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.
Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT,
manusia seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya semata dengan penuh
keikhlasan dan bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan ditujukan untuk
memperoleh keridhaan-Nya.

b. Saran
Baik pembaca maupun penyusun dapat mendapatkan pelajaran dan menerapkan
akhlak yang baik itu dalam kehidupannya, karena kita merupakan golongan Umat
Rasulullah Saw. yang senantiasa selalu belajar untuk memperbaiki akhlak.
DAFTAR PUSTAKA

Daud Ali, Mohammad. 2013. Pendidikan Agama islam. Jakarta:Rajawali Pers


https://www.yuksinau.id/pengertian-hikmah-perilaku-iman-kepada-allah/
https://cerdika.com/iman-kepada-allah/
https://symbianplanet.net/pengertian-iman-menurut-para-ahli/
http://www.scribd.com/doc/48476583/PENGERTIAN-TAQWA
http://halaqahmuntijah.wordpress.com/2010/10/08/kpi-muslim-taqwa-di-sisi-allah-swt/
http://diniadzhaniputri.blogspot.co.id/2011/10/tafsir-surat-yusuf-ayat-90-surat-nahl.html
https://almanhaj.or.id/11937-pengertian-ikhlas-2.html
https://almanhaj.or.id/11949-keutamaan-ikhlas-2.html
http://rinianisasugito.blogspot.com/2014/12/ikhlas.html

Anda mungkin juga menyukai