Anda di halaman 1dari 3

1.

Pokok Ajaran Syiah


a. Tauhid (ke-Esa-an Tuhan)
Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensinya. Ke-Esa-an Tuhan adalah muthlaq, Ia
bereksistensi dengan sendiri-Nya. sebelum ada ruang dan waktu, Tuhan adalah Qadim.
Maksudnya Tuhan bereksistensi dengan sendirinya sebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan
waktu diciptakan oleh Tuhan.

b. Al-‘Adl (Keadilan)
Tuhan menciptakan kebaikan di alam ini merupakan keadilan. Ia tidak pernah menghiasi
ciptaan-Nya dengan ketidakadilan. karena ketidakadilan dan kedzaliman merupakan tanda
kebodohan dan ketidakmampuan dan sifat ini jauh dari keabsolutan dan kehendak Tuhan.
Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui perkara yang benar atau salah
melalui perasaan.

c. Nubuwwah
Setiap makhluk sekalipun telah diberikan insting, pasti tetap membutuhkan petunjuk, baik
dari Tuhan ataupun dari manusia. Rasul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang
secara transenden diutus untuk memberikan acuan dalam membedakan antara yang baik dan
yang buruk dialam semesta.

d. Ma’ad (hari kiamat)


Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghap pengadilan Tuhan diakhirat. Setiap muslim
harus yakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah dinyatakan bersih dan lurus
dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah transit dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat.

e. Imamah
Imamah adalah Institusi yang di inagurasikan Tuhan untuk memberikan petunjuk manusia
yang dipilih dari keturunan Ibrahim dan didelegasikan kepada keturunan Muhammad sebagai
nabi dan rasul terakhir.

2. Metode Kalam Syiah


a. Konsep Iman
Kalau dilihat dari konsep tauhid diatas ditemukan berbedaan mendasar dalam konsep
ketuhanan dengan Ahlus Sunnah wal Jama‘ah. Syiah meyakini bahwa Allah adalah Tuhan
satu-satunya yang patut disembah. Menolak keyakinan-keyakinan yang menyatakan bahwa
Allah memiliki anak atau diperanakkan. Syiah juga meyakini bahwa Syahadat menjadi syarat
Islamnya seseorang.
b. Pelaku Dosa Besar
Masalah pelaku dosa besar, Syi’ah Imamiyah mengatakan bahwa para pelaku dosa besar
bukan berada dalam suatu kedudukan antara mukmin dan kafir tetapi adalah muslim yang
berdosa, sedangkan penganut Syi’ah Zaidiyah juga percaya bahwa orang yang melakukan
dosa besar akan kekal di dalam neraca, jika ia belum tobat dengan tobat yang sesungguhnya.

c. Sifat-Sifat Tuhan
Dalam konsep tauhidnya Syi’ah ingin mensucikan Tuhan dari segala hal sehingga
meniadakan sifat-sifat Tuhan, hal ini sepaham dengan Mu'tazilah yang mengatakan bahwa
Tuhan tidak mempunyai sifat, berarti Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, tidak
mempunyai kekuatan dan sebagainya. Tuhan tetap mengetahui dan sebagainya tetapi
bukanlah sifat dalam arti kata sebenarnya karena jika Tuhan mengetahui dengan perantara
pengetahuan dan pengetahuan itu adalah Tuhan sendiri.

d. Peran Wahyu Dan Akal


Untuk melihat perbandingan peran wahyu dan akal, dapat dilihat beberapa pojok pemikiran
yaitu pendapat kelompok Syi’ah dalam masalah imamah seakanakan kelompok Syi’ah
memberikan peran yang banyak kepada akal karena seorang imam dalam kelompok Syi’ah
memiliki jabatan Ilahi dan memiliki kuasa seperti Allah, berarti seorang imam dengan
kemampuan akalnya dapat membuat dan menentukan hukum karena telah diberi kekuasaan
oleh Allah, akan tetapi dalam hal memperkuat argument kalangan Syi’ah tetap
mengutamakan peran wahyu seperti hadis yang menyarakan keistimewaan Ali sebagaimana
tersebut di atas, jadi dapat disimpulkan Syi’ah memandang peran akal dan wahyu sama
seperti aliran maturidiyah samarkan.

e. Perbuatan Tuhan Dan Perbuatan Manusia


Kaum Syi’ah berpandangan dalam mengenal Tuhan menjadikan manusia dalam
berkehidupan, ada beberapa konsep yang diungkapkan oleh beberapa pemukanya. Di
antaranya Hisyam bin Al-Hakam yang menganggap bahwa manusia memiliki kekuatan
tertentu sebelum perbuatan itu sendiri, seperti kesehatan, kekuatan fisik, dan lain-lain.
Artinya manusia mempunyai wilayah untuk menentukan atau mempengaruhi bagaimana
tentang apa yang akan datang kepadanya.

f. Kehendak Muthlak Dan Keadilan Tuhan


Konsep keadilan Syi’ah serupa dengan ajaran Mu’tazilah yang berprinsip tentang adil atau
keadilan dengan mengatakan bahwa Tuhan itu adil dan tidak mungkin bebuat zalim dengan
memaksakan kehendak kepada hamba-Nya kemudian mengharuskan hamba-Nya untuk
menanggung akibat perbuatannya, secara lebih jelas aliran Mu’tazilah mengatakan bahwa
kekuasaan sebenarnya tidak mutlak lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar. Ilmu Kalâm. Bandung: Pustaka Setia. 2007.
Katimin. Mozaik Pemikiran Islam; Dari Masa Klasik Sampai Masa Kontemporer.
Bandung: Citapustaka Media Perintis. 2010.
Zahrah, Muhammad Abu. Aliran politik dan Aqîdah dalam Islâm. Terj. Abd Rahman Dahlan
dan Ahmad Qarib. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1996.
Subhi, Ahmad Mahmud. Nazhariyyah Al-Imâm ba'da al-Syi'ah Itsna Asyariyyah. Mesir: Dar
al-Ma‘arif. 1969.

Anda mungkin juga menyukai