Anda di halaman 1dari 15

Makalah

“SYIAH”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah Ilmu Kalam

Disusun Oleh Kelompok 9 :

Yosita Ramadhani (2120070)

Nofrisa Rahmadani (2120071)

Mutiara Puji Oktari (2120079)

Dosen Pengampu :

Iman Taufiq Lc., M.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

2021 M / 1443 H

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kita panjatkan puji beserta syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
kelompok yang berjudul “Syiah” pada waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa shalawat beserta
salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam
segala keadaannya.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Ilmu
Kalam. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Iman Taufiq Lc., M.A. selaku
dosen pengampu mata kuliah Ilmu Kalam. Terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyelesaian makalah ini,
oleh karena itu penulis akan sangat menghargai kritikan dan saran untuk membangun makalah ini
menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.

Pasir Pengaraian, 08 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Cover

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................4

2
C. Tujuan Penulian......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................5
A. Sejarah dan Perkembangan Syiah..........................................................................................5
B. Sekte dan Tokoh-tokoh Aliran Syi’ah....................................................................................6
C. Ajaran Pokok Syi’ah..............................................................................................................8
D. Metode Kalam Syi’ah..........................................................................................................10
E. Polemik Syi’ah dan Sunni....................................................................................................12
BAB III.........................................................................................................................................15
PENUTUP....................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..........................................................................................................................15
B. Saran.....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syiah merupakan sebutan yang dilekatkan bagi mereka pengikut setia Sayyidina Ali bin Abi
Thalib ra sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW. Untuk asal usul kelahiran Syiah terdapat
ragam pendapat mengenai hal tersebut, dan pendapat yang paling populer mengatakan bahwa
Syiah muncul setelah terjadinya kegagalan perundingan antara pihak Khalifah Ali bin Abi Thalib
ra dengan pihak Muawiyah bin Abi Sufyan dalam perang Shiffin, atau yang lazim dikenal
dengan peristiwa Tahkim (arbitrase).

Menurut pandangan orang Syiah sebenarnya yang berhak untuk menggantikan


kepemimpinan Nabi Muhammad SAW setelah beliau wafat adalah Ali bin Abi Thalib dan ahlul
bait. Mengikuti perkembangan Syiah selanjutnya, aliran Syiah mulai tampak secara nyata
menjadi sebuah aliran yang berhaluan politik. Hal seperti ini dimulai sejak akhir periode
pemerintahan Utsman bin Affan ra yang berada di Mesir, yang kemudian berlanjut dan tumbuh
pesat pada periode Ali binAbi Thalib ra yang berpusat di Kufah, Irak. Karena hal ini pulalah
yang membuat para Revolusioner muslim menjadikan politik sebagai bagian dari Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Syi’ah?
2. Apa saja Sekte Syi’ah dan Siapa saja Tokoh-Tokoh Syi’ah?

3
3. Apa saja Ajaran Pokok Syi’ah?
4. Bagaimana Metode Kalam Syi’ah?
5. Bagaimana Polemik Syiah dan Sunni?

C. Tujuan Penulian
1. Untuk mengetahui Sejarah dan Perkembangan Syi’ah
2. Untuk mengetahui Sekte dan Tokoh-Tokoh Syi’ah
3. Untuk mengetahui Ajaran Pokok Syi’ah
4. Untuk mengetahui Metode Kalam Syi’ah
5. Untuk mengetahui Polemik Syiah dan Sunni.

BAB II PEMBAHASAN
Syi‘ah adalah mazhab politik yang pertama lahir dalam Islam. Mazhab mereka tampil pada
akhir masa pemerintahan Utsman, kemudian tumbuh dan berkembang pada masa Ali. Setiap kali
Ali berhubungan dengan masyarakat, mereka semakin mengagumi bakat-bakat, kekuatan
beragama, dan ilmunya. Karena itu, para propagandis Syi‘ah mengeksplorasi kekaguman mereka
terhadap Ali untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka tentang dirinya.1

A. Sejarah dan Perkembangan Syiah


Sebagaimana dijangkau dari pengertian Syiah di atas, bahwa kelompok Syiah adalah para
pendukung Ali bin Abi Thalib dan mereka percaya bahwa kepemimpinan setelah Nabi wafat
adalah hak Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Dari sinilah bermulanya masalah yang pada
akhirnya suatu polemik yang panjang diantara umat. Ketika Nabi wafat, masalah dikunjungi
sebagai penggabungan kepemimpinan politik dan keagamaan, suatu prinsip yang dikenal baik
oleh orang Arab, meskipun tentu saja, dengan penekanan yang sama pada berbeda salah satu dari
dua aspek ini. Bagi sebagian orang politik lebih diperhatikan dari pada religius, sedang bagi yang
lain religius lebih diperhatikan dari politik.2
Pendapat yang paling populer adalah bahwa Syi’ah lahir setelah gagalnya perundingan antara
pihak pasukan Khalifah Ali dengan pihak pemberontak Mu’awiyah tempat sampah Abu Sufyan
di Shiffin, yang lazim disebut sebagai peristiwa tahkim atau arbitrasi. Akibat kegagalan itu,
jumlah pasukan Ali memberontak terhadap kepemimpinannya dan keluar dari pasukan Ali.

1 Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, trans. Oleh Abdurahman Dahlan dan
Ahmad Qarib (Jakarta: Logos Publishing House, 1996), h.34.
2 Sayid H.Muhammad. Jafri,Asal Mula Dan Perkembangan Awal Islam Syi’ah
(New York:Longman, 1979). Terjemahan Indonesia oleh Meth Kieraha, Awal dan Sejarah Perkembangan Islam
Syiah dari Saqifah Sampai Imamah, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989), hlm. 42.

4
Mereka ini disebut golongan Khawarij. Sebagian besar orang yang tetap setia terhadap khalifah
disebut syi’atu Alî (pengikut ali).
Mengenai kemunculan syi’ah dalam sejarah terdapat perbedaan di kalangan ahli. Menurut
Abu Zahrah, syi’ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Usman bin Affan kemudian
tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, adapun menurut Watt,
syi’ah baru benar-benar. Muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang
dikenal dengan perang Shiffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali

terhadap arbritase yang ditawarkan Mu’awiyah. Pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua.
Satu kelompok mendukung sikap Ali (Syi’ah) dan kelompok menolak sikap Ali (Khawarij).3
Kalangan syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan syi’ah berkaitan dengan masalah
penganti (Khilafah) Nabi SAW. Mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathtab,
dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak
menggantikan Nabi SAW. Kepemimpinan Ali dalam pandangan syi’ah tersebut sejalan dengan
isyarat-isyarat yang diberikan Nabi SAW, pada masa hidupnya. Pada awal kenabian ketika
Muhammad SAW diperintahkan menyampaikan dakwah ke kerabatnya, yang pertama menerima
adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi pada saat itu mengatakan bahwa orang yang
pertama menemui ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang
kenabian Muhammad, Ali merupakan orang yang luar biasa besar.4
Dalam perkembangan selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl-al umpan dihadapan
dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, syi’ah juga mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri.
Berkitan dengan teologi, mereka memiliki lima rukun iman, yakni tauhid (kepercayaan terhadap
kenabian), Nubuwwah (Percaya terhadap kenabian), Ma’ad (kepercyaan akan adanya hidup
diakhirat), imamah (kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan ahl-al bait), dan adl
(keadaan ilahi). Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia ditulis bahwa perbedaan antara sunni dan
syi’ah terletak pada doktrin imimama.

3 Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah Islam. Terj. Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, (Jakarta:
Logos, 1996), hal. 34
4 Abdur Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), cet ke-2, hal.90

5
Meskipun memiliki landasan yang baik, syi’ah tidak dapat mempertahankan kesatuannya.
Dalam perjalanan sejrah, kelompok ini akhirnya tepecah menjadi beberapa sekte. Perpecahan ini
dipicu terutama oleh masalah doktrin imamah.5

B. Sekte dan Tokoh-tokoh Aliran Syi’ah


Dalam sekte Syi‘ah terdapat beberapa kelompok, ada Yang ekstrim (gulat), moderat, dan ada
juga yang liberal. Di antara kelompok yang ekstrim ada yang menempatkan Sayyidina Ali pada
derajat kenabian, bahkan ada yang sampai mengangkat Ali pada derajat keTuhanan. Kaum

Syi‘ah, sejak menjadi pengikut Ali sesudah peristiwa perang Jamal dan Shiffin, pasukan Ali
terpecah menjadi Empat golongan:
1. Kelompok pertama, Syi‘ah yang mengikuti Sayyidina Ali., mereka tidak mengecam para
sahabat. Dalam diri mereka terdapat rasa cinta dan memuliakan para sahabat Nabi SAW
dan mereka sadar betul bahwa yang mereka perangi adalah saudara sendiri. Oleh Sebab
itu, mereka segera berhenti memerangi mereka, bahkan ketika terjadi tahkim mereka
menerima keputusan-keputusan yang dibuat oleh kelompok lainnya.
2. Kelompok kedua, mereka yang mempercayai bahwa Sayyidina Ali memiliki derajat yang
lebih tinggi daripada para sahabat lainnya. Kelompok ini disebut Tafdhiliyah. Ali
memperingatkan mereka dengan keyakinan ini dan akan menghukumi dera bagi para
Sahabat yang masih berkeyakinan tersebut. Kelompok Syi‘ah sekarang, mereprentasikan
kelompok ini.
3. Kelompok ketiga, yang berpendapat bahwa semua Sahabat Nabi adalah kafir dan berdosa
besar. Mereka disebut Saba‘iyah, mereka adalah para pengikut Abdullah bin Saba‘.
4. Kelompok keempat, kelompok gulat, yaitu mereka yang paling sesat, paling bid‘ah di
antara empAt kelompok di atas. Mereka berpendapat bahwa Allah telah masuk pada diri
Nabi Isa.6

5 Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisis Perbandingan, (Jakarta: UI-Press, 1986), cet ke-5, h.
135-136
6 Slamet Untung, Melacak Historitas Syi’ah, Kontroversi Seputar Ahl al-Bayt Nabi (Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2009), h.158-159.

6
Tokoh-tokoh Syi’ah
Selain tokoh-tokoh populer seperti Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali, dan Husein bin Ali,
terdapat dua tokoh ahlulbait lainnya yang mempunyai pengaruh dan andil yang sangat besar
dalam pengembangan faham Syi’ah, yaitu Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin dan Ja’far
asSadiq.
Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin, lahir di Madinah pada tahun 80 H/699 M dan
meninggal di Kufah pada tahun 122 H/740 M. Ia terkenal ahli tafsir dan fikih, mendapat
pendidikan langsung dari ayahnya Ali bin Husein Zainal Abidin, Salah seorang ahlulbait yang
selamat dari pembantaian di Karbala, Irak. Karya tulisnya tentang tafsir, fikih, imamah, dan Haji;
salah satunya kitab al-Majmu (himpunan/kumpulan) dalam bidang fikih. Imam Hanafi dan Wasil
bin Atha pernah berguru kepadanya sehingga teologi yang dibangunnya berdasarkan prinsip-

prinsip yang diterimanya dari Zaid bin Ali. Imam Hanafi mengeluarkan fatwa mendukung
pemberontakan Zaid terhadap penguasa Umayyah, Hisyam bin Abdul Malik. Namun,
pemberontakannya yang didukung Syi’ah Kufah dan Khurasan mengalami kekalahan dan Zaid
pun tewas dalam pertempuran melawan gubernur Kufah, Yusuf bin Umar.
Ja’far as-Sadiq, lahir dan meninggal di Madinah pada tahun 80 H/699 M – 25 Syawal 148
H/765 M. Nama lengkapnya adalah Muhammad Abu Ja’far bin Muhammad bin Ali Zainal
Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Sebagai imam Syi’ah ke-6, ia terkenal sebagai ahli
tafsir, hadis, fikih, kalam, filsafat, dan fisika. Ulama yang pernah berguru kepadanya antara lain
Yahya bin Sa’id al-Ansari, Ibnu Jarih, Malik bin Anas, Sufyan as- sauri, Ibnu Uyainah, Abu
Hanifah (Imam Hanafi), Syu’bah, Ayyub as-Sijistani dan Abu Musa Jabir bin Hayyan
(Fisikawan Muslim terkenal). Pemikiran Ja’far as-Sadiq dianggap sebagai Cikal bakal ilmu fikih
dan usul fikih karena keempat tokoh Utama fikih Islam, yaitu Imam Hanafi, Imaam malik, Imam
Syafi’i, dan Imam Hanbali secara langsung atau tidak langsung pernah menima ilmu darinya.
Beliau telah meletakkan dua Landasan penting bagi keimanan yaitu nas dan ilmu. Nas yaitu
Kepercayaan yang menyatakan bahwa imamah adalah hak Prerogatif Allah SWT yang
dilimpahkan kepada orang pilihan-Nya dari keluarga Rasulullah SAW dan anak keturunannya
melalui pengangkatan eksplisit. Ilmu yaitu seorang imam harus memiliki pengetahuan agama
yang diterimanya secara ilahiyah dan hanya dapat dipindahkan kepada imam berikutnya sebelum
kematiannya. Ilmu khusus yang dimiliki imam meliputi ilmu lahir dan ilmu batin.7

7
C. Ajaran Pokok Syi’ah
1. Tauhid (ke-Esa-an Tuhan)

Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensinya. Ke-Esa-an Tuhan adalah muthlaq, Ia
bereksistensi dengan sendiri-Nya. sebelum ada ruang dan waktu, Tuhan adalah Qadim.
Maksudnya Tuhan bereksistensi dengan sendirinya sebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan
waktu diciptakan oleh Tuhan. Tuhan Mahatahu, Maha Mendengar, Selalu hidup, mengerti semua
bahasa, selalu benar dan bebas berkehendak. Ke-Esa-an Tuhan tidak tersusun (murakkab). Tuhan
tidak membutuhkan sesuatu. Ia berdiri sendiri, tidak dibatasi oleh ciptaannya. Tuhan tidak dapat
dilihat dengan mata.8

2. (Al-‘Adl) Keadilan

7
93Ensiklopedi Islam 2, Op. Cit. H. 294-295; Ensiklopedi Islam 5, Op. Cit. H.13-15. 8
Maraimbang Daulay, et, al, Dalam Laporan Penelitian., h. 63-67.
Tuhan menciptakan kebaikan di alam ini merupakan keadilan. Ia tidak pernah menghiasi
ciptaan-Nya dengan ketidakadilan. karena ketidakadilan dan kedzaliman merupakan tanda
kebodohan dan ketidakmampuan dan sifat ini jauh dari keabsolutan dan kehendak Tuhan. Tuhan
memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui perkara yang benar atau salah melalui
perasaan. Manusia dapat menggunakan penglihatan, pendengaran, dan indera lainnya untuk
melakukan perbuatan, baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Jadi, manusia dapat
memanfaatkan potensi berkehendak sebagai anugerah Tuhan untuk mewujudkan dan
bertanggung jawab atas perbuatannya.

3. Nubuwwah

Setiap makhluk sekalipun telah diberikan insting, pasti tetap membutuhkan petunjuk, baik
dari Tuhan ataupun dari manusia. Rasul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara
transenden diutus untuk memberikan acuan dalam membedakan antara yang baik dan yang buruk
dialam semesta.

Menurut golongan Syi’ah bahwa imam-imam mereka itu sebagaimana para nabi adalah
bersifat al-„ishmah atau mashum, yaitu dalam segala tingkah laku, tidak pernah berbuat dosa
besar maupun kecil, tidak ada tanda-tanda berlaku maksiat, tidak boleh berbuat salah ataupun
lupa. Mereka berpendapat bahwa para imam itu menerima wahyu karena itu tidak salah dan
senantiasa benar.

4. Ma’ad (Hari Akhir)

Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghap pengadilan Tuhan diakhirat. Setiap muslim
harus yakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah dinyatakan bersih dan lurus
dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah transit dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat.

8
Mereka juga menyakini tentang keterangan yang ada dalam al-Qur‘an dan Sunnah tentang surga,
neraka, alam barzakh, shirāt, al-A‘raf, al-kitab (catatan amal manusia).

Salah satu doktring tentan ma’ad adalah doktrin Raj’ah yaitu keyakinan akan dihidupkannya
kembali sejumlah hamba Allah yang paling shaleh dan sejumlah hamba Allah yang paling
durhaka untuk membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah Swt., di muka bumi bersama
dengan munculnya Imam Mahdi.7

5. Imamah

Imamah adalah Institusi yang di inagurasikan Tuhan untuk memberikan petunjuk manusia
yang dipilih dari keturunan Ibrahim dan didelegasikan kepada keturunan Muhammad sebagai
nabi dan rasul terakhir. Dalam paham Syi’ah, pelanjut kenabian dan pembimbing selain nabi
adalah sebuah keharusan pula yang dikenal dengan imâm, yang menjadi washi (pemerima
wasiat), Khalifah (pengganti), dan wali (pemimpin) setelah nabi Muhammad Saw. Imamah

berasal dari bahasa Arab berakar dari kata Imam, yang berasal dari kata amma yang berarti
menjadi ikutan.

Kata imam berarti Pemimpin atau contoh yang harus diikuti atau yang mendahului‖ dalam
konteks Syi’ah konsep Imâmah berarti meyakini bahwa Allah Swt., melalui lisan para nabi-Nya
telah mengangkat orang yang memiliki kualitas tinggi untuk menjadi pemimpin umat.

D. Metode Kalam Syi’ah


1. Konsep Iman

Kalau dilihat dari konsep tauhid diatas ditemukan berbedaan mendasar dalam konsep
ketuhanan dengan Ahlussunnah wal Jama‘ah. Syiah meyakini bahwa Allah adalah Tuhan
satusatunya yang patut disembah. Menolak keyakinan-keyakinan yang menyatakan bahwa Allah
memiliki anak atau diperanakkan. Syiah juga meyakini bahwa Syahadat menjadi syarat Islamnya
seseorang.

Akan tetapi jika dipandang dari worldview konsep Islam, konsep ke-Esaan Allah yang
diyakini Syiah seperti tersebut di atas akan tampak ketidakmurnian pengesaannya kepada Allah,
karena Syiah menyematkan sifat bada‟ kepada Allah. Bada‟ adalah membatalkan keputusan
yang telah diputuskan sebelumnya karena ada pemikiran baru. Mamduh Farhan al-Buhairi,
seorang peneliti Syiah dari Ummul Qura Makkah, menjelaskan tentang akidah Bada‟; Syiah
meyakini bahwa Allah menciptakan makhluk, dan Dia tidak mengetahui apakah mereka itu baik
atau buruk.41 Dengan kata lain, ilmu Allah itu akan berubah dan menyesuaikan fenomena yang
terjadi. Akidah bada’ pertama dikumandangkan oleh Mukhtar alTsaqafi, seorang ulama Syiah
klasik. Ia pernah mengaku mengetahui hal-hal ghaib.8

7 Katimin, Mozaik., h. 26
8 Ali Ahmad al-Salus, Ensiklopedi Sunnah-Syiah Jilid I,[terj] (Jakarta: Pustaka alKautsar,1997), h. 327

9
2. Pelaku Dosa Besar

Masalah pelaku dosa besar, Syi’ah Imamiyah mengatakan bahwa para pelaku dosa besar
bukan berada dalam suatu kedudukan antara mukmin dan kafir tetapi adalah muslim yang
berdosa, sedangkan penganut Syi;ah zaidiyah juga percaya bahwa orang yang melakukan dosa
besar akan kekal di dalam neraca, jika ia belum tobat dengan tobat yang sesungguhnya. Dalam
hal ini, Syî‘ah zaidiyah memang dekat dengan Mu'tazilah.

Dalam hal pelaku dosa besar khwarij mengkafirkan pelaku dosa besar dan murji‘ah
memelihara keimanan pelaku dosa besar, Mu'tazilah tidak menentukan status dan predikat yang
pasti bagi pelaku dosa besar tetapi menyebutkan almanzilah baina manzilataini yaitu berada
diposisi tengah diantara posisi mukmin dan kafir, atau tidak dimasukkan ke dalam surga ataupun
neraka melainkan posisi diantara keduanya.9

3. Sifat-Sifat Tuhan

Dalam konsep tauhidnya Syi’ah ingin mensucikan Tuhan dari segala hal sehingga
meniadakan sifat-sifat Tuhan, hal ini sepaham dengan Mu'tazilah yang mengatakan bahwa Tuhan
tidak mempunyai sifat, berarti Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, tidak mempunyai kekuatan
dan sebagainya. Tuhan tetap mengetahui dan sebagainya tetapi bukanlah sifat dalam arti kata
sebenarnya karena jika Tuhan mengetahui dengan perantara pengetahuan dan pengetahuan itu
adalah Tuhan sendiri. Jika Tuhan mempunyai sifat-sifat maka sifat-sifat itu mestilah kekal seperti
halnya dengan zat Tuhan, kekalnya sifat-sifat akan membawa kepada paham banyak yang kekal
(ta’addud al-qudama’ atau poltiplicity of eternals), dan hal ini akan membawa kepada paham
syirik atau polyteisme. Suatu hal yang tidak dapat diterima dalam teologi.

4. Peran Wahyu Dan Akal

Untuk melihat perbandingan peran wahyu dan akal, dapat dilihat beberapa pojok pemikiran
yaitu pendapat kelompok Syi’ah dalam masalah imamah seakanakan kelompok Syi’ah
memberikan peran yang banyak kepada akal karena seorang imam dalam kelompok Syi’ah
memiliki jabatan Ilahi dan memiliki kuasa seperti Allah, berarti seorang imam dengan
kemampuan akalnya dapat membuat dan menentukan hukum karena telah diberi kekuasaan oleh
Allah, akan tetapi dalam hal memperkuat argument kalangan Syi’ah tetap mengutamakan peran
wahyu seperti hadis yang menyarakan keistimewaan Ali sebagaimana tersebut di atas, jadi dapat
disimpulkan Syi’ah memandang peran akal dan wahyu sama seperti aliran maturidiyah
samarkan.

5. Perbuatan Tuhan Dan Perbuatan Manusia

Kaum Syi’ah berpandangan dalam mengenal Tuhan menjadikan manusia dalam


berkehidupan, ada beberapa konsep yang diungkapkan oleh beberapa pemukanya. Di antaranya
9 Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Akidah dalam Islam (Jakarta : Logos, 1996), h. 154

10
Hisyam bin Al-Hakam yang menganggap bahwa manusia memiliki kekuatan tertentu sebelum
perbuatan itu sendiri, seperti kesehatan, kekuatan fisik, dan lain-lain.10 Artinya manusia
mempunyai wilayah untuk menentukan atau mempengaruhi bagaimana tentang apa yang akan
datang kepadanya.

6. Kehendak Muthlak Dan Keadilan Tuhan

Konsep keadilan Syi’ah serupa dengan ajaran Mu’tazilah yang berprinsip tentang adil atau
keadilan dengan mengatakan bahwa Tuhan itu adil dan tidak mungkin bebuat zalim dengan
memaksakan kehendak kepada hamba-Nya kemudian mengharuskan hamba-Nya untuk
menanggung akibat perbuatannya, secara lebih jelas aliran Mu’tazilah mengatakan bahwa
kekuasaan sebenarnya tidak mutlak lagi.

Hal ini juga di anut oleh aliran Maturidiyah Samarkand yang megatakan bahwa
Kehendak mutlak Tuhan dibatasi oleh keadilan Tuhan, Tuhan adil mengandung arti bahwa

segala perbuatan-Nya adalah baik dan tidak mampu untuk berbuat serta tidak mengabaikan
kewajiban-kewajiban hanya terhadap manusia. Tetapi ada kalanya ajaran Syi’ah mirip dengan
Aliran As‘ariyah yakni mengenai masalah janji dan ancaman kaum Syi’ah berpendapat bahwa
Tuhan tidak harus melaksanakan ancaman-ancamannya sehingga dapat saja Dia mengampuni
orang yang berdosa, sebangaimana paham tentang amar ma‘ruf nahyi mungkar mereka
menganggapnya sebagai kewajiban agama atas dasar argumentasi syariat, bukan kewajiban
tersebut atas dasar argumentasi logika.

E. Polemik Syi’ah dan Sunni


1. Pengertian Ahlussunnah Waljamaah (Suni)

Dalam istilah masyarakat Indonesia, Aswaja merupakan singkatan dari Ahlussunah


waljamaah. Ahl secara bahasa berarti keluarga, pengikut atau penduduk. Sedangkan As-Sunnah
secara Bahasa bermakna jalan, cara atau perilaku. Sedangkan jamaah berarti orang banyak atau
sekelompok manusia yang berdasarkan satu tujuan. Jamaah juga didefenisikam sebagai kaum
yang bersepakat dalam suatu masalah , atau orang-orang yang memelihara kebersamaan dan
kolektivitas dalam mencapai satu tujuan.

Adapun ahlussunnah wal jamaah secara istilah adalah komunitas atau sekelompok
orangorang yang selalu berpedoman pada sunnah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya,
baik secara aspek akidah, agama, amal-amal lahirian, ataupun akhlak hati.

Aswaja atau Sunni adalah mereka yang senantiasa tegak di atas Islam berdasarkan hadist dan
alquran yang shahih dengan pemahaman para sahabat,tabi’in, dan tabiu’t tabi’in. Sekitar 90%
umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran syi’ah. Ahlussunnah
wal jama'ah juga menjadi sebuah nama dalam Islam yang menjadi rebutan setiap gerakan Islam
10 Fazlur Rahman, Gelombang Perubahan Dalam Islam (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2000), h. 89.

11
Sunni dari dulu sampai sekarang, baik gerakan pembaruan seperti Wahabi Salafi, Hizbut Tahrir,
Ahlul Hadits, dll atau organisasi massa (ormas) seperti NU (Nahdlatul Ulama), Muhammadiyah,
Al-Irsyad, Hizbut Tahrir, dll. Setiap gerakan, seperti Nah mengklaim dirinya sebagai
ahlussunnah wal jama'ah. Mereka semua mengklaim diri sebagai yang paling dekat dengan
kriteria Ahlussunnah Wal Jamaah.

Ahlussunnah Wal Jamaah adalah aliran Islam terbesar yang prinsip dasar ideologinya adalah
Al-Quran dan hadits Nabi yang sahih sebagai sumber utama Islam dan menjadikan fiqih
madzhab empat (Syafi'i, Maliki, Hanafi, Hanbali) sebagai pedoman syariah. Meyakini legalitas
Khulafaur Rasyidin yang empat yang pertama yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin
Affan dan Ali bin Abi Talib dan mempercayai atas keadilan seluruh Sahabat Nabi.

Polemik Syi’ah-Sunni

1. Persaingan Kekuasaan

Dalam pertikaian soal penerus Muhammad yang sah, awalnya disetujui melalui suara
mayoritas adanya empat kalifah. Tahun 660, dinasti Umayah mengambil alih kekuasaan. Dalam
pemilihan kalifah, bagi mayoritas pemeluk agama Islam yang penting adalah, mereka berasal
dari suku Quraish, seperti halnya Muhammad. Sedangkan pendukung Ali berpendapat, pengganti
harus berasal dari keluarga Muhammad. Itu dilandasi argumentasi, Tuhanlah yang menentukan
Ali sebagai pengganti, dan Muhammad telah menetapkannya secara tertulis sebelum meninggal.
Menurut keyakinan Syiah, Kelompok Sunni kemudian menghapus aturan tersebut dari Al Quran.
Dengan demikian, timbul tuduhan pemalsuan Al Quran oleh kelompok Sunni.
Menurut pakar Islam Lutz Berger, Ali yang ambisius tidak bersedia menerima, jika dirinya
tidak menjadi penerus Muhammad. Akhirnya tahun 656 ia dipilih menjadi kalifah keempat dan
terakhir. Kekuasaannya hanya berlangsung lima tahun. Ali kemudian jadi korban pembunuhan.
Di daerah pusat kekuasaan Islam yang baru terbentuk, yaitu Damaskus, dinasi Umayah berkuasa.
Sedangkan pendukung Ali menguasai provinsi-provinsi di sekitarnya, yang sekarang menjadi
wilayah Irak. Tahun 680 putra termuda Ali, Hussein dipilih menjadi kalifah untuk menandingi
kalifah-kalifah lainnya. Tapi di tahun yang sama ia dibunuh atas perintah keluarga Umayah,
kemudian dimakamkan di Kerbela, yang sekarang termasuk Irak. Pembunuhan itu menjadi
tonggak perpecahan antara Sunni dan Syiah. Peristiwa itu juga menjadi landasan tradisi martir
yang menjadi ciri khas Syiah.
2. Awal Permusuhan

12
Kelompok Syiah dalam sejarah bisa dibilang jadi pihak yang kalah. Ali dan penggantinya
tidak berhasil mendapat dukungan besar dalam masyarakat Islam. Oleh sebab itu kaum Syiah
memiliki pandangan yang cenderung negatif menyangkut dunia. Pandangan itu didasari konsep
penderitaan dan harapan keselamatan. Menurut pandangan Syiah, pemimpin agama, para imam,
dipilih Tuhan. Di akhir jaman nanti, seorang penyelamat akan datang, dan mendirikan kerajaan
Tuhan yang penuh keadilan.
Kepercayaan kepada imam adalah salah satu perbedaan utama dengan Islam Sunni. Bagi
penganut Islam Syiah, imam adalah perantara antara Tuhan dan umat. Karena hanya imam yang
mengenal makna-makna yang tersirat dalam Al Quran. Mereka juga bertugas menyampaikan isi
Al Quran kepada umat. Kaum Syiah percaya, ajaran imam tidak mungkin salah.
Perkataannya memiliki kekuatan sama seperti ayat Al Quran. Bagi banyak penganut Islam
Sunni, sikap itu sudah seperti menentang ajaran agama. "Warga Syiah dituduh sudah menyembah
manusia. Maksudnya dalam diri Ali, menantu dan pengganti Muhammad, mereka melihat sosok
yang lebih tinggi daripada manusia lainnya, sehingga sudah berbeda dari prinsip dasar agama
Islam, bahwa hanya ada satu Tuhan, dan manusia tidak boleh disembah."
3. Dampak Panjang
Ketika Syiah melihat dirinya sebagai pihak yang kalah, "kaum Sunni justru sejak awal
merasa sukses. Mereka berhasil mengintegrasikan tokoh Ali dalam pandangan sejarah mereka,"
dijelaskan pakar Islam Berger. Mereka tidak membesar-besarkan konflik di masa awal Islam, dan
menganggap tuntutan kekuasaan dari kaum Syiah sebagai tindakan mengganggu. Walaupun
Syiah dan Sunni mendefinisikan diri lewat sikap yang saling menolak, Berger menerangkan,
dalam sejarah juga dapat ditemukan fase, di mana kedua kelompok hidup berdampingan dengan
damai.
Kebanyakan konflik politik yang saat ini berkecamuk di dunia Islam berlatar belakang
agama, dan sebagian menunjukkan konflik yang sudah ada sejak dulu antara Sunni dan Syiah.
Contohnya banyak, misalnya perang saudara di Suriah atau Irak, atau konflik lama antara Arab
Saudi, yang Sunni, dan Iran, di mana Syiah menjadi agama nasional.
Di seluruh dunia ada sekitar 1,6 milyar warga Muslim. 85-90% menganut Islam Sunni.
Jumlah penganut Syiah tidak diketahui dengan pasti, karena di banyak negara tidak ada sensus
yang mencatat agama warganya. Selain itu, kaum Syiah yang tinggal di wilayah-wilayah yang
mayoritas penduduknya non Syiah, tidak selalu mengungkap keyakinan mereka.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Syi‘ah adalah mazhab politik yang pertama lahir dalam Islam. Mazhab mereka tampil pada
akhir masa pemerintahan Utsman, kemudian tumbuh dan berkembang pada masa Ali. Setiap kali
Ali berhubungan dengan masyarakat, mereka semakin mengagumi bakat-bakat, kekuatan
beragama, dan ilmunya. Karena itu, para propagandis Syi‘ah mengeksplorasi kekaguman mereka
terhadap Ali untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka tentang dirinya.

Selain tokoh-tokoh populer seperti Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali, dan Husein bin Ali,
terdapat dua tokoh ahlulbait lainnya yang mempunyai pengaruh dan andil yang sangat besar
dalam pengembangan faham Syi’ah, yaitu Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin dan Ja’far
asSadiq.

B. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini pembaca dapat memahami apa yang telah
dipaparkan oleh penulis tentag Politik Pendidikan ini, Dalam pembuatan makalah ini tentunya
tidak luput dari kesalahan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan penulisan makalah kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Abu Zahrah. (1996). Aliran Politik dan Aqidah Islam. Terj. Abd. Rahman Dahlan
dan Ahmad Qarib. Jakarta: Logos.
Abdur Razak dan Rosihan Anwar. (2006). Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia, cet ke-2.
Nasution, Harun. (1986). Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisis Perbandingan. Jakarta:
UI-Press.
Imam Muhammad Abu Zahrah. (1996). Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, trans. Oleh
Abdurahman Dahlan dan Ahmad Qarib. Jakarta: Logos Publishing House.
Sayid H.Muhammad, Jafri. (1979). Asal Mula Dan Perkembangan Awal Islam Syi’ah. New
York: Longman

14
Kieraha, Meth. (1989). Terjemahan Indonesia Awal dan Sejarah Perkembangan Islam Syiah
dari Saqifah Sampai Imamah. Jakarta: Pustaka Hidayah.
Untung, Slamet. (2009). Melacak Historitas Syi’ah, Kontroversi Seputar Ahl al-Bayt Nabi.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Abdul Rozak dan Rosihon Anwar. Ilmu Kalâm. Bandung: Pustaka Setia. 2007.

Katimin. Mozaik Pemikiran Islam; Dari Masa Klasik Sampai Masa Kontemporer.

Bandung: Citapustaka Media Perintis. 2010.

Zahrah, Muhammad Abu. Aliran politik dan Aqîdah dalam Islâm. Terj. Abd Rahman Dahlan dan
Ahmad Qarib. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1996.

Subhi, Ahmad Mahmud. Nazhariyyah Al-Imâm ba'da al-Syi'ah Itsna Asyariyyah. Mesir: Dar
alMa‘arif. 1969.

15

Anda mungkin juga menyukai