Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TENTANG

PAHAM DAN ALIRAN DALAM AKIDAH ISLAM

DISUSUN OLEH :

HAYKAL IKHSANUL HASAN (2012000016)

IMAM SYAZALI LUBIS (2012000017)

DOSEN PENGAMPU :

HASAN BASRI, S. Pd, M. Pd

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER


JURUSAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS POTENSI UTAMA
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ‘Beberapa Paham dan Aliran dalam Akidah
Islam’.

    Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
   
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
   
    Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ‘Paham dan Aliran
dalam Akidah Islam’ ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

Latar Belakang..................................................................................................................................4

Rumusan Masalah.............................................................................................................................6

Tujuan...............................................................................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................7

Beberapa Paham Dan Aliran Dalam Akidah Islam..............................................................................7

Aliran Khawarij.............................................................................................................................7

Aliran Murji’ah............................................................................................................................10

Aliran Syi’ah...............................................................................................................................12

Aliran Jabariyah...........................................................................................................................14

Aliran Qadariyah.........................................................................................................................15

Aliran Maturidiyah......................................................................................................................17

Aliran Asy’ariyah........................................................................................................................18

Aliran Muktazilah........................................................................................................................19

BAB III PENUTUP..................................................................................................................................21

Kesimpulan......................................................................................................................................21

Saran................................................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................22

BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang

3
Sejak wafatnya Nabi Muhammad saw, kaum muslimin sudah mulai
menghadapi perpecahan. Tetapi perpecahan itu menjadi reda, karena terpilihnya
Abu Bakar menjadi Khalifah. Setelah beberapa lamanya Abu Bakar menduduki
jabatan kekhalifahan, mulai tampak kembali perpecahan yang disebarkan oleh
orang-orang yang murtad dari Islam dan orang-orang yang mengumumkan
dirinya menjadi nabi, seperti Musailamah al-Kadzdzab, Thalhah, Sajah dan Al-
Aswad Al-Ansy. Di samping itu ada pula kelompok-kelompok lain yang tidak
mau membayar zakat kepada Abu Bakar. Padahal dahulunya mereka semua taat
dan disiplin membayar zakat pada Nabi. Akan tetapi semua perselisihan itu
segera dapat diatas dan dipersatukan kembali, karena kebijaksanaan Khalifah
Abu Bakar. Maka selamatlah kekuasaan Islam yang muda Itu dari ancaman
fitnah dari musuh-musuh Islam yang hendak menghancur-leburkannya.
Kemudian perjalanan khalifah Abu Bakar As-shiddiq, Umar bin Khattab,
dan Utsman bin Affan tidak begitu menghadapi persoalan, bahkan terjalin
persaudaraan yang mesra dan akrab. Pada masa ketiga khalifah itulah,
dipergunakan kesempatan yang sebaik-baiknya mengerahkan semua tenaga
kaum muslimin untuk menyiarkan dan mengembangkan Islam ke seluruh
pelosok penjuru dunia. Tetapi setelah Islam meluas ke Afrika, Asia Timur
bahkan Asia Tenggara tiba-tiba diakhir Khalifah Utsman, terjadi suatu
persoalan yang ditimbulkan oleh tindakan Utsman yang oleh sebagian orang
Islam dianggap kurang mendapat simpati dari sebagian kaum muslimin.
Kebijakan khalifah Utsman bin Affan yang dianggap tidak sesuai dengan
kebutuhan umat pada saat itu, diantaranya ialah kurang pengawasan dan
pengangkatan terhadap beberapa pejabat penting dalam pemerintahan, sehingga
para pelaksana pemerintahan (para eksekutif) di lapangan tidak bekerja secara
maksimal, diperparah lagi dengan adanya sikap nepotisme dari keluarganya.
Utsman banyak menempatkan para pejabat tersebut dari kalangan keluarganya,
sehingga banyak mengundang protes dari kalangan umat Islam. Dan sebenarnya
hal Ini adalah bisa dimaklumi karena memang keluarga Usman bin Affan

4
adalah keluarga orang-orang yang pandai. Namun Inilah bermulanya fitnah
yang membuka kesempatan orang-orang yang berambisi untuk menggulingkan
pemerintahan Utsman.
Karena derasnya arus fitnah ini sehingga mengakibatkan terbunuhnya
Utsman bin Affan . Setelah itu maka Ali bin Abi Thalib terpilih dan diangkat
menjadi khalifah, tetapi dalam pengangkatan tidak memperoleh suara yang
bulat, karena ada golongan yang tidak menyetujui pengangkatan itu. Bahkan
ada yang dengan terang-terangan menentang pengangkatan tersebut sekaligus
menuduh bahwa Ali campur tangan atau sekurang-kurangnya membiarkan
komplotan pembunuhan terhadap Utsman.
Semenjak itulah, berpangkalnya perpecahan umat Islam, hingga menjadi
beberapa partai atau golongan. Diantaranya sebagai berikut :
 Kelompok yang setuju atas pengangkatan Ali menjadi khalifah.Kelompok
yang pada awalnya patuh dan setuju, tetapi kemudian setelah terjadi
perpecahan, menjadi golongan yang netral. Mereka berpendidikan, tidak
mau mengikuti taat pada Ali, tidak pula memusuhinya Ali. Karena
mereka berkeyakinan bahwa keberpihakan kepada salah satu dari dua
golongan tersebut tidak berakibat baik.
 Kelompok yang jelas-jelas menentang Ali secara terbuka Yaitu Thalhah
bin Abdullah, Zubair bin Awam, Aisyah binti Abu Bakar. Semuanya ini
bersatu dan sepakat menjadikan Aisyah sebagai komandan untuk
menggulingkan khalifah Ali. Mereka menyusun tentara, lalu menduduki
Basrah. Pegawai-pegawai Ali di Basrah dibunuh, perbendaharaan
dirampas. Sebab itu Ali pun dengan membawa pasukan yang
dipimpinnya sendiri menuju Basrah, dan akhirnya terjadilah pertempuran
hebat. Thalhah dan Zubair terbunuh. Aisyah tertangkap dan dipulangkan
ke Madinah. Peperangan ini dinamai peperangan Jamal (unta), sebab
Aisyah memimpin pertempuran itu dari atas unta. Dari tentara Aisyah
banyak yang melarikan diri dan menggabungkan diri dengan tentara

5
Mu’awiyah di Syam, yang same-sama menentang Ali. Terjadinya
peperangan antara Mu’awiyah dan Ali, hingga pertempuran Shiffin, yaitu
perang terakhir antara Ali dan Mu’awiyah.
 Ada golongan umat Islam yang memisahkan diri dari tentara Ali.
Golongan
ini yang kita kenal dengan kaum Khawarij, mereka tidak setuju dengan
gencatan
senjata dan perundingan antara Ali dengan Mu’awiyah. Mereka ini
dihancurkan pula
oleh Ali, sehingga cerai-berai

Rumusan Masalah

Dalam makalah ini rumusan makalah yang dapat kami paparkan adalah
sbb:

1. Apa penyebab munculnya paham dan aliran dalam akidah Islam.?


2. Bagaimana menyikapi perbedaan paham dan aliran yang muncul dalam
lapangan akidah Islam.?
3. Apa  Kaedah-kaedah penting dalam mempelajari paham dan aliran dalam
akidah Islam?
4. Apa perbedaan antara paham dan aliran yang ada dalam lapangan akidah
Islam.?

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan


dari penulisan makalah ini antara lain:

6
1. Menyelesaikan tugas individu yang diberikan oleh ibu Dra. Akilah
Mahmud, M.Pd, Selaku dosen Mata Kuliah Aqidah Akhlak.
2. Memahami dan mempelajari penyebab munculnya paham dan aliran
dalam akidah Islam.
3. Mengetahui cara menyikapi perbedaan paham dan aliran yang ada dalam
lapangan akidah Islam.
4. Memahami kaedah-kaedah penting dalam mempelajari paham dan aliran
dalam akidah Islam.
5. Mengetahui letak perbedaan pendapat diantara paham – paham dan aliran
– aliran yang ada.

BAB II PEMBAHASAN

Beberapa Paham Dan Aliran Dalam Akidah Islam

Aliran Khawarij

Khawarij ini merupakan suatu aliran dalam kalam yang bermula dari
sebuah kekuatan politik. Dikatakan khawarij (orang-orang yang keluar) karena
mereka keluar dari barisan pasukan Ali saat mereka pulang dari perang Siffin,
yang dimenangkan oleh Mu’awiyah melalui tipu daya perdamaian. Gerakan
exodus itu, mereka lakukan karena tidak puas dengan sikap Ali menghentikan
peperangan, padahal mereka hampir memperoleh kemenangan. Sikap Ali
menghentikan peperangan tersebut, menurut mereka, merupakan suatu
kesalahan besar karena Mu’awiyah adalah pembangkang, sama halnya dengan
Thalhah dan Zutair1. Oleh sebab itu tidak perlu ada perundingan lagi dengan

1
Buku : Philip K. Hitti, History of the Arabs, London, Mac Millan & Co. Ltd., 1964,

7
mereka. dan Ali semestinya meneruskan peperangan sampai para pembangkang
itu hancur dan tunduk.
Kemudian orang-orang Khawarij mulai mengafirkan siapa saja yang
dianggap melakukan kesalahan, seperti Utsman bin Affan yang melakukan
kesalahan karena mengubah sistem politiknya sehingga menimbulkan huru-
hara. Kemudian Thalhah. Zubair dan Mu’awiyah yang melakukan
pembangkangan terhadap Ali bin Abi Thalih sebagai khalifah yang sah. Dan Ali
bin Abi Thalib sendiri yang melakukan kesalahan karena menghentikan
pertempuran dalam perang Siffin, ketika menaklukkan mu’awiyah yang tidak
mau bai’at kepadanya2.
Pada awalnya tuduhan kafir tersebut dilontarkan mereka kepada
Mu’awiyah, Amru bin Ash, Ali bin Abi Thalib dan Abu Musa al-Asy’ari, yang
keempatnya ini pelaku utama proses tahkim (damai) untuk mengakhiri
peperangan. Namun, tahkim tersebut menurut orang-orang khawarij tidak sesuai
dengan ketentuan ajaran agama, karena Mu’awiyah adalah pembangkang yang
seharusnya diperangi sampai hancur dan tunduk. Dengan demikian, jalan
terakhir tersebut tidak sesuai dengan ketentuan hukum Allah, dan barang siapa
menetapkan sesuatu dengan ketentuan yang tidak sesuai dengan hukum Allah
tergolong orang-orang kafir, sebagaimana dikemukakan dalam surah al-Maidah
ayat 44 yang artinya:
“Barang siapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang diturunkan
oleh
Allah adalah kafir”.3
Walaupun telah dihancurkan Ali bin Abi Thalib tahun ke-37 H, namun
sisa-sisa kekuatan mereka masih terus bergerak dan berhasil menghimpun
kekuatan lagi, sehingga terus melakukan gerakan oposisi terhadap daulah
Umayah. Akan tetapi, kelompok ini rentan sekali sehingga mudah pecah, dapat

2
Ibid.
3
Q.S : Al-Maidah : 44.

8
dihancurkan kembali oleh Banu Umayah pada tahun 70 H. Sisa-sisanya dari sub
sekte Ibadiyah (sebutan sub sekte Khawarij yang sangat moderat) sampai kink
masih ada di Sahara Al-Jazair, Tunisia, Pulau Zebra, Zanzibar, Omman dan
Arabia Selatan, dan tidak melakukan perlawanan politik apa-apa terhadap
penguasa yang sah.
Sesuai dengan uraian diatas, maka pemikiran kalam aliran khawarij yang
paling menonjol adalah tentang pelaku dosa besar yang menurut mereka
tergolong orang kafir, dan termasuk pada kategori dosa besar adalah sikap
menentang terhadap pemikiran khawarij sehingga orang-orang yang tidak
sepaham dengan mereka tergolong kafir.
Di samping itu, mereka mempunyai pemikiran yang khas tentang definisi
iman. Yakni menurut mereka iman itu adalah meyakini dengan hati,
mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Sejalan
dengan definisinya ini, maka orang-orang yang tidak mengamalkan ajaran
agamanya, atau melakukan pelanggaran dalam kategori dosa besar, termasuk
kufur, karena amal mempengaruhi iman.
Dengan demikian pokok-pokok pikiran aliran ilmu kalam mereka dapat
disimpulkan sebagai beriku :
1. Orang Islam yang melakukan dosa besar adalah termasuk Kafir;
2. Orang yang terlibat perang Jamal yakni perang antara Ali dan Aisyah dan
pelaku arbitrase antara Ali dan Mua’awiyah dihukum Kafir;dan
3. Kholifah menurut mereka tidak harus keturunan Nabi atau suku quraisy.
Mempercayai bahwa Muhamad bin Hanafiah sebagai pemimpin setelah Husein
Ibn Ali wafat
a) Nama kausaniyah diambil dari nama kaisan yaitu nama budak Ali Bin Abu
Thalib. Mesikpun sekte(organisasi) ini punah, cerita kebesaran Muhamad bin
Hanafiah dapat di jumpai dalam cerita rakyat, hikayat ini terkenal sejak abad 15
M di Malaka.

9
b)   Saidiyah : Yaitu sekte ini mengakui ke kalifahan Abu bakar & Umar sekte
syi’ah mempercayai bahwa Zaed Bin Ali Bin Husein Zaenal  Abidin merupakan
peimpin setelah Husein bin Ali wafat. Dalam sekte ini ada 5 syarat untuk dapat
di angkat sebagai pemimpin yaitu :
1)   Berasal dari keturunan Fatimah Binti Muhammad
2)    Berpengetahuan luas tentang agama
3)   Hidupnya untuk beribadah
4)   Jihad di jalan Allah dengan mengangkat senjata
5)   Berani
c)    Sekte Imamiyah : yaitu sekte Syi’ah yang menunjukan langsung Ali Bin
Abitholib untuk menjadi imam oleh rassulullah Sebagai pengganti  beliau.
Sehingga sekte ini tidak mengakui Abu bakar dan Umar.sekte imamyah pecah
menjadi 2 golongan, yang terbesar yaitu:
1)   Isna Asy’ariah / Syi’ah dua 12
2)   Ismailiyah4

Aliran Murji’ah

Sejak terjadinya ketegangan politik di akhir pemerintahan Utsman bin


Affan, ada sejumlah sahabat nabi yang tidak mau ikut campur dalam
perselisihan politik. Ketika selanjutnya terjadi salah menyalahkan antara pihak
pendukung Ali dengan pihak penuntut bela kematian Utsman bin Affan, maka
mereka bersikap “irja” yakni menunda putusan tentang siapa yang bersalah.
Menurut mereka, biarlah Allah saja nanti di hari akhirat yang memutuskan siapa
yang bersalah di antara mereka yang tengah berselisih ini.
Selanjutnya mereka kaum khawarij berpendapat bahwa mukmin yang
melakukan dosa besar itu menjadi kafir dan kelak akan kekal dalam neraka,
maka Kaum Murji’ah berpendapat bahwa mukmin yang melakukan dosa besar
4
Lihat Muhammad Ahmad Abu Zahrah, Al-Mazahib al-Islamiyah, Maktabah al-Adab, Kairo

10
tersebut masih tetap mukmin, yaitu mukmin yang berdosa tidak berubah
menjadi kafir. Lalu apakah mereka akan masuk ke dalam neraka atau surga,
atau masuk neraka terlebih dahulu baru kemudian ke dalam surga, ditunda
sampai ada putusan akhir dari Allah.
Karena penundaan semua putusan terhadap Allah, serta senantiasa
berharap Allah akan mengampuni dosa-dosa para pelaku dosa besar tersebut,
maka mereka ini kemudian populer disebut sebagai golongan atau aliran
“murji’ah” (orang yang mendapat putusan para pelaku dosa besar sampai ada
ketetapan dari Allah, sambil berharap bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa
mereka itu).
Pendirian Murji’ah di atas sangat moderat, sehingga menjadi pendirian
umat Islam pada umumnya tentang mukmin yang berbuat dosa besar. Mereka
sendiri kemudian disebut sebagai penganut aliran Murji’ah moderat. Akan tetapi
pada akhir abad pertama dan awal abad kedua hijrah, muncul orang-orang
murji’ah ekstrim yang sangat meremehkan peran amal perbuatan. Mereka
selanjutnya berpendapat bahwa siapa saja yang meyakini keesaan Allah dan ke-
Rasulan Muhammad SAW, adalah orang beriman walaupun selalu melakukan
perbuatan buruk. Bahkan seorang tidak boleh dikatakan kafir kendati sering
melakukan ibadah di dalam gereja, karena keimanan itu ada dalam hati, dan
hanya dapat diketahui oleh Allah. Tokoh-tokoh aliran murji’ah ekstrim ini
adalah Jaham bin Shafwan, Abu Hasan al-Shalih, Muqatil bin Sulaiman dan
Yunus al-Samiri.5
Kaum murji’ah ekstrim ini banyak memperoleh kecaman dari para ulama
saat itu, dan tidak memperoleh pengikut, serta akhirnya lenyap. Sedang
murji’ah moderat kemudian menjadi pengikut aliran Ahlus Sunrah wal Jama’ah.
Pemikiran yang paling menonjol dari aliran ini adalah bahwa pelaku dosa
besar tidak dikategori sebagai orang kafir, karena mereka masih memiliki
keimanan dan keyakinan dalam hati bahwa Tuhan mereka adalah Allah, Rasul-
5
Lihat al-Milal, I/138

11
Nya adalah Muhammad, serta Al-Qur’an sebagai kitab ajarannya serta meyakini
rukun-rukun iman lainnya.
Disamping itu, mereka berpendapat bahwa iman itu adalah mengetahui dan
meyakini atas ke-Tuhanan Allah dan ke-Rasulan Muhammad. Mereka tidak
memasukkan unsur amal dalam iman, sehingga amal tidak mempengaruhi iman.
Oleh sebab itu pulalah mereka berpendapat bahwa pelaku dosa besar tetap
mukmin, dan tidak terkategori sebagai orang kafir sebagaimana dinyatakan
ajaran khawarij. Sedangkan dosanya harus mereka pertanggungjawabkan di
akhirat kelak.6
Dengan demikian pokok-pokok pikiran aliran ilmu kalam mereka dapat
disimpulkan sbb:
1)      Pengakuan Iman Islam cukup di dalam  hatinya saja dan tidak dituntut
membuktikan keimanan dengan perbuatan.
2)      Selama seorang muslim meyakini dua kalimat syahadat apabila ia berbuat
dosa besar maka tidak tergolong kafir dan hukuman mereka ditangguhkan di
akhirat dan hanya Allah yang berhak menghukum.

Aliran Syi’ah

Syi’ah dilihat dari segi bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau
kelompok, sedangkan secara istilah adalah sebagian kaum muslimin yang dalam
bidang spiritual dan keagamaan selalu merujuk kepada keturunan Nabi
Muhammad saw.
Syi’ah adalah golongan yang menyanjung dan memuji Sayyidina Ali secara
berlebih-lebihan. Karena mereka beranggapan bahwa Ali yang lebih berhak
menjadi khalifah pengganti Nabi Muhammad SAW, berdasarkan wasiatnya.
Sedangkan khalifah-khalifah seperti Abu Bakar As Shiddiq, Umar Bin Khattab

6
Uraian lebih lanjut lihat : riyadhmaliki.blogspot.com/2011/12/memahami-ilmu-kalam-dan-
aliran
12
dan Utsman Bin Affan dianggap sebagai penggasab atau perampas khilafah.
Sebagaimana dimaklumi bahwa mulai timbulnya fitnah di kalangan ummat
Islam biang keladinya adalah Abdullah Bin Saba’, seorang Yahudi yang pura-
pura masuk Islam. Pitnah tereebut cukup berhasil, dengan terpecah-belahnya
persatuan ummat, dan timbullah Syi’ah sebagai firqoh pertama :
Sebenarnya Syi’ah bermula dari perjuangan politik yaitu khilafah, kemudian
berkembang menjadi agama. Adapun dasar pokok Syi’ah ialah tentang
Khalifah, atau sebagaimana mereka menamakannya Imam. Maka Sayyidina Ali
adalah iman sesudah Nabi Muhammad SAW. Kemudian sambung-bersambung
Imam itu menurut urutan dari Allah. Beriman kepada imam, dan taat kepadanya
merupakan sebagian dari iman. Iman menurut pandangan Syi’ah bukan seperi.
pandangan Golongan Ahlus Sunnah. Menurut golongan Ahlus Sunnah, khalifah
atau imam adalah wakil pembawa syari’at (Nabi) dalam menjaga agama. Dia
mendorong manusia untuk beramal apa yang diperintahkan Allah. Dia adalah
pemimpin kekuasaan peradilan, pemerintahan dan peperangan. Akan tetapi
baginya tidak ada kekuasaan di bidang syari’at, kecuali menafsirkan sesuatu
atau berijtihad tentang sesuatu yang tidak ada nashnya.
Adapun menurut golongan Syi’ah, imam itu mempunyai pengertian yang
lain, dia adalah guru yang paling besar. Imam pertama telah mewarisi macam-
macam ilmu Nabi SAW. Imam bukan manusia biasa, tetapi manusia luar biasa,
karena dia ma’shum dari berbuat salah. Di sini ada dua macam ilmu yang
dimiliki
imam yaitu; ilmu lahir dan ilmu batin. Sungguh Nabi SAW telah mengajarkan
Al-
Qur’an dengan makna batin dan makna lahir, mengajarkannya rahasia-rahasia
alam dan masalah-masalah ghaib. Tiap imam mewariskan perbendaharaan ilmu-
ilmu kepada imam sesudahnya. Tiap imam mengajar manusia pada waktunya
sesuatu rahasia-rahasia (asrar) yang mereka mampu memahaminya. Oleh
karena

13
itulah imam merupakan guru yang paling besar. Orang-orang Syi’ah tidak
percaya
kepada ilmu dan hadits, kecuali yang diriwayatkan dari imam-imam golongan
Syi’ah sendiri.
Inti ajaran Syi’ah adalah berkisar masalah
khilafah. Jadi masalah politik, yang akhirnya berkembang dan bercampur
dengan
masalah-masalah agama. Ajaran-ajarannya. yang terpenting yang berkaitan
dengan khilafah ialah Al’ Ishmah, Al Mahdi, At Taqiyyah dan Ar Raj’ah.7

Aliran Jabariyah

Nama Jabriyah Berasal dri kata jabara yang mengandung arti Memaksa.
sedangkan menurut al-Syahrastani bahwa jabariyah berarti menghilangkan
perbuatan dri hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut
kepada Allah SWT. Dalam istilah Inggris paham jabariyah disebut fatalism atau
predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia
ditentukan sejak semula oleh qada dan qadar Tuhan. Dengan demikian posisi
manusia dalam paham ini  tidak memiliki kebebasan dan inisiatif sendiri, tetapi
terikat pada kehendak mutlak Tuhan. Oleh karena itu aliran Jabariyah ini
menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini betul
melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa.
Paham jabariyah ini duduga telah ada sejak sebelum agama  islam datang
kemsyarakat Arab. Kehidupan bangsa arab yang diliputi oleh gurun pasir sahara
telah memberi pengaruh besar kedalam cara hidup mereka. Ditengah bumi yang
disinari terik matahari dengan air yang sangat sedikit dan udara panas ternyata
tidak dapat memberi kesempatan bagi tumbuhnya pepohonan dan suburnya
7
Lihat Ahmad Amin, Fajr al-Islam, Kairo, Maktabah Nahdah, 1965, halaman 279.

14
tanaman. Disana sini yang tumbuh hanya rumput keras dan beberapa pohon
yang cukup kuat untuk mengahdapi panasnya musim serta keringnya udara.
Aliran jabariyah dibagi menjadi 2 yaitu aliran jabariyah yang ekstrim dan
moderat. Aliran jabariyah yang ekstrim tokohnya dalah jahm bin safwan
pendapatnya manusia sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan
kehendak mutlak Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas
sebagaimana dimiliki oleh paham qodariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan
manusai tidak boleh lepas dari aturan, skenario, dan kehendak Allah.

Aliran Qadariyah

Qadariyah berasal dari bahasa arab, yaitu qadara yang artinya kemampuan
dan kekuatan. Adapun menurut pengertian terminologi, qadariyah adalah suatu
aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia diintervensi dari Tuhan.
Aliran berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta baagi segala
mperbuatannyan; ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkan atas kehendaknya
sendiri. Dalam hal ini, Harun Nasution menegaskqan bahwa kaum qadariyah
berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrahatau kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasdal dari pengewrtian bahwa
manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.
Seharusnya, sebutan qadariyah  di berikan kepdada aliran yang
berpendapat bahwa qadar  menetukan segala tingkah laku manusia, baik yang
bagus maupinyang jahat. Qadariyah  pertama sekali di munculkan oleh Ma’bad
Al-Jauhani dan ghailan Ad-Dimasyqy. Ma’bad adalah seorang tabi’I yang dapat
di percaya dan pernah berguru pada Hasan Al-Basri. Adapun ghailan adalah
serorang orator berasal dari Damaskus dan ayahnya menjadi maula Husna bin
affan.

15
Seperti yang telah dikemukakan di atas, Qadariyah berakar pada qadara
yang dapat berarti memutuskan dan memiliki kekuatan atau
kemampuan.8 Sedangkan sebagai aliran dalam ilmu Kalam, qadariyah adalah
nama yang dipakai untuk suatu aliran yang memberikan penekanan terhadap
kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya.
Dalam paham Qadariyah manusia dipandang mempunyai qudrat atau kekuatan
untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa
manusia terpaksa tunduk kepâda qàdar atau qada Tuhan.
Tèntang kapan munculnya paham qadariyah dalam Islam, secara pasti
tidak dapat diketahui. Namun ada sementara para ahli yang menghubungkan
paham qadariyah ini dengan kaum Khawarij. Pemahaman mereka tentang
konsep iman, pengakuan hati dan amal dapat menimbulkan kesadaran bahwa
manusia mampu Sepenuhnya memilih dan menentukan tindakannya sendiri,
baik atau buruk.
Tokoh pemikir pertama kali yang menyatakan paham qadariyah ini adalah
Ma’bad al-Juhani, yang kemudian diikuti oleh Ghailan al-Dimasqi. Sementara
itu Ibnu Nabatah sebagaimana dikemukakan oleh Ahmad Amin berpendapat
bahwa paham Qadariyah itu pertama kali muncul dari seseorang asal Irak yang
menganut Kristen dan kemudian masuk Islam, tetapi kemudian masuk Kristen
lagi. Dari tokoh inilah Ma’bad al-Juhani dan Ghailan al-Dimasqi menerima
paham qadariyah.

Dalam ajarannya, aliran Qadariyah sangat menekankan posisi manusia


yang amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia dinilai
mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak
melaksanakan kehendaknya itu. Dalam menentukan keputusan yang

8
Penjelasan lebih lanjut lihat : http://hadisfile.blogspot.co.id/2014/01/contoh-makalah-macam-
macam-aliran-ilmu.html
16
menyangkut perbuatannya sendiri, manusialah yang menentukan, tanpa ada
campur tangan Tuhan.

Aliran Maturidiyah

Aliran Maturidiyah didirikan oleh Muhammad bin Abu Mansur. Ia


dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di daerah Samarqand (termasuk
daerah Uzbekistan). Al-Maturidy mendasarkan pikiran-pikiran dalam soal-soal
kepercayaan kepada pikiran-pikiran Imam Abu Hanifah yang tercantum dalam
kitabnya Al-fiqh Al-Akbar dan Al-fiqh Al-Absath dan memberikan ulasan-
ulasannya terhadap kedua kitab-kitab tersebut. Al-Maturidy meninggalkan
karangan-karangan yang banyak dan sebagian besar dalam lapangan ilmu
tauhid.
Maturidiyah lebih mendekati golongan Muktazillah. Dalam membahas
kalam, Maturidiyah mengemukakan tiga dalil, yaitu sebagai berikut:
a. Dalil perlawanan arad: dalil ini menyatakan bahwa ala mini tidak akan
mungkin qasim karena didalamnya terdapat keadaan yang berlawanan, seperti
diam dan derak, baik dan buruk. Keadaan tersebut adalah baru dan sesuatu yang
tidak terlepas dari yang baru maka baru pula.
b. Dalil terbatas dan tidak terbatas: alam ini terbatas, pihak yang terbatas adalah
baru. Jadi alam ini adalah baru dan ada batasnya dari segi bendanya. Benda,
gerak, dan waktu selalu bertalian erat. Sesuatu yang ada batasnya adalah baru.
c. Dalil kausalitas: alam ini tidak bisa mengadakan dirinya sendiri atau
memperbaiki dirinya kalau rusak. Kalau alam ini ada dengan sendirinya,
tentulah keadaannya tetap msatu. Akan tetapi, ala mini selalu berubah, yang
berarti ada sebab perubahan itu.

17
Aliran Asy’ariyah

Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham Muktazillah yang


dianggap menyeleweng dan menyesatkan umat Islam. Dinamakan aliran
Asy’ariyah karena dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu Hasan al-Asy’ari.
Dan nama aslinya adalah Abu al-hasan ‘Ali bin Ismail al-Asy’ari, dilahirkan
dikota Basrah (Irak) pada tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324 H/ 935
M, keturunan Abu Musa al-Asy’ari seorang sahabat dan perantara dalam
sengketa antara Ali r.a. dan Mu’awiyah r.a.
Setelah keluar dari kelompok Muktazillah, al-Asy’ari merumuskan pokok-
pokok ajarannya yang berjumlah tujuh pokok. Berikut ini adalah tujuh pokok
ajaran aliran As’ariyah:
a.      Tentang Sifat Allah
Menurutnya, Allah mempunyai sifat, seperti al-Ilm (mengetahui), al-Qudrah
(kuasa), al-Hayah (hidup), as-Sama’ (mendengar), dan al-Basar (melihat).
b. Tentang Kedudukan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah dan bukan makhluk dalam arti baru dan
diciptakan. Dengan demikian, Al-Qur’an bersifat qadim (tidak baru).
c. Tentang melihat Allah Di Akhirat
Allah dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala karena Allah mempunyai
wujud.
d. Tentang Perbuatan Manusia
Perbuatan-perbuatan manusia itu ciptaan Allah.
e. Tentang Antropomorfisme
Menurut alAsy’ari, Allah mempunyai mata, muka, dan tangan, sebagaimana
disebutkan dalam surah al-Qamar ayat 14 dan ar-Rahman ayat 27. akan tetapi
bagaimana bentuk Allah tidak dapat diketahui.
18
f. Tentang dosa Besar
Orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap mukmin selam ia masih
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
g. Tentang Keadilan Allah
Allah adalah pencipta seluruh alam. Dia milik kehendak mutlak atas ciptaan-
Nya.
Ketujuh pemikiran al-Asy’ari tersebut dapat diterima oleh kebanyakan umat
Islam karena sederhana dan tidak filosofis.

Aliran Muktazilah

Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij
dan aliran Murji’ah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar.
Menghadapi dua pendapat ini, Wasil bin Ata yang ketika itu menjadi murid
Hasan al-Basri, seorang ulama terkenal di Basra, mendahuli gurunya dalam
mengeluarkan pendapat. Wasil mengatakan bahwa orang mukmin yang berdosa
besar menempati posisi antara mukmin dan kafir. Tegasnya, orang itu bukan
mukmin dan bukan kafir.
Aliran Mu’tazilah merupakan golongan yang membawa persoalan-
persoalan teologi yang lebih mandalam dan bersifat filosofis. Dalam
pembahasannya mereka banyak memakai akal sehingga mendapat nama “kaum
rasionalis Islam”9.
Setelah menyatakan pendapat itu, Wasil bi Ata meninggalkan perguruan
Hasan al-Basri, lalu membentuk kelompok sendiri. Kelompok ini dikenal
dengan Muktazillah. Pada awal perkembangannya aliran ini tidak mendapat
simpati umat Islam karena ajaran Muktazillah sulit dipahami oleh beberapa
kelompok masyarakat. Hal itu disebabkan ajarannya bersifat rasional dan
filosofis. Alas an lain adalah aliran Muktaszillah dinilai tidak berpegang teguh
9
Ahmad Mahmud Subhi, Fi ‘ilm al-Kalam, Kairo, 1969 hal 75.

19
pada sunnah Rasulullah SAW dan para sahabat. Aliran baru ini memperoleh
dukungan pada masa pemerintahan Khalifah al-Makmun, penguasa Bani
Abbasiyah.
Aliran Muktazillah mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul
al- khamsah. Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah.
a. At-Taauhid (Tauhid)
Ajaran pertama aliran ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah
SWT. Konsep tauhid menurut mereka adalah paling murni sehingga mereka
senang disebut pembela tauhid (ahl al-Tauhid).
b. Ad-Adl
Menurut aliaran Muktazillah pemahaman keadilan Tuhan mempunyai
pengertian bahwa Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim
kepada hamba-Nya. Mereka berpendapat bahwa tuhan wajib berbuat yang
terbaik bagi manusia. Misalnya, tidak memberi beban terlalu berat,
mengirimkan nabi dan rasul, serta memberi daya manusia agar dapat
mewujudkan keinginannya.
c. Al-Wa’d wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman).
Menurut Muktazillah, Tuhan wajib menepati janji-Nya memasukkan orang
mukmin ke dalam sorga. Begitu juga menempati ancaman-Nya mencampakkan
orang kafir serta orang yang berdosa besar ke dalam neraka.
d. Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi).
Pemahaman ini merupakan ajaran dasar pertama yang lahir di kalangan
Muktazillah. Pemahaman ini yang menyatakan posisi orang Islam  yang berbuat
dosa besar. Orang jika melakukan dosa besar, ia tidak lagi sebagai orang
mukmin, tetapi ia juga tidak kafir. Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika
meninggal sebelum bertobat, ia dimasukkan ke neraka selama-lamanya. Akan
tetapi, sikasanya lebih ringan daripada orang kafir.
e. Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan
Melarang Kemungkaran)

20
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Sejak wafatnya Nabi Muhammad saw, kaum muslimin sudah mulai


menghadapi perpecahan. Tetapi perpecahan itu menjadi reda, karena terpilihnya
Abu Bakar menjadi Khalifah. Setelah beberapa lamanya Abu Bakar menduduki
jabatan kekhalifahan, mulai tampak kembali perpecahan yang disebarkan oleh
orang-orang yang murtad dari Islam dan orang-orang yang mengumumkan
dirinya menjadi nabi, seperti Musailamah al-Kadzdzab, Thalhah, Sajah dan Al-
Aswad Al-Ansy10. Kemudian perjalanan khalifah Abu Bakar As-shiddiq, Umar
bin Khattab, dan Utsman bin Affan tidak begitu menghadapi persoalan, bahkan
terjalin persaudaraan yang mesra dan akrab. Tetapi setelah Islam meluas ke
Afrika, Asia Timur bahkan Asia Tenggara tiba-tiba diakhir Khalifah Utsman,
terjadi suatu persoalan yang ditimbulkan oleh tindakan Utsman yang oleh
sebagian orang Islam dianggap kurang mendapat simpati dari sebagian kaum
muslimin.
Kebijakan khalifah Utsman bin Affan yang dianggap tidak sesuai dengan
kebutuhan umat pada saat itu, diantaranya ialah kurang pengawasan dan
pengangkatan terhadap beberapa pejabat penting dalam pemerintahan, sehingga
para pelaksana pemerintahan (para eksekutif) di lapangan tidak bekerja secara
maksimal, diperparah lagi dengan adanya sikap nepotisme dari keluarganya.
Karena derasnya arus fitnah sehingga mengakibatkan terbunuhnya Utsman bin
Affan . Setelah itu maka Ali bin Abi Thalib terpilih dan diangkat menjadi
khalifah, tetapi dalam pengangkatan tidak memperoleh suara yang bulat, karena
ada golongan yang tidak menyetujui pengangkatan itu. Bahkan ada yang dengan

10
Buku : Philip K. Hitti, History of the Arabs, London, Mac Millan & Co. Ltd., 1964,

21
terang-terangan menentang pengangkatan tersebut sekaligus menuduh bahwa
Ali campur pembunuhan Utsman.
Jadi pada dasarnya macam-macam aliran dan paham dalam akidah Islam
adalah Khawarij, Murji’ah, Syi’ah, Jabariyah, Qadariyah, Maturidiyah,
Asy’ariyah, Muktazilah.11 Adanya macam-macam ini bukan berarti Islam
terpecah, tapi hanya salah pemahaman karena Islam yang telah meluas sampai
hampir ke penjuru dunia sehingga pengawasan dari daerah ke pusat dan juga
dalam pengajaran Islam memperhatikan budaya atau kebiasaan daerah setempat
sehingga Islam dapat diterima di sana.

Saran

Jika setelah membaca dan mempelajari makalah ini 12, terdapat kesalahan
mohon dimaafkan karena kami juga manusia biasa yang tidak luput dari salah
dan dosa. Dan jika ada saran maupun kritikan dari pembaca silakan sampaikan
kepada kami, karena kritik dan saran anda sangat menunjang kesempurnaan
makalah ini. Semoga setelah mempelajari dan memahami pembahasan ini kita
dapat mengambil hikmah dari ajaran Akidah Akhlak tentang beberapa paham
dan aliran dalam lapangan akidah Islam.

DAFTAR PUSTAKA

 Asih Sapinah Kurni(2006). Akidah Akhlak Untuk MA kelas XI. Cetakan


Pertama. Depok: CV ARYA DUTA.
 Sutisno Hendra(2002). Aliran dalam Akidah Islam . Cetakan Pertama.
Mataram : Mataram Press.
11
Uraian lebih lanjut lihat: khansa-islamagamaku-khansa.blogspot.com
12
Akan dipresentasikan oleh pemateri pada hari Kamis.

22
 Nasution Harun (1972). Teologi Islam : Aliran – Aliran, Sejarah Analisa
Dan Perbandingan. Cetakan Pertama. Jakarta: UI Press.
 Nasution Harun (1986). Teologi Islam : Aliran – Aliran, Sejarah Analisa
Dan Perbandingan. Cetakan Kelima. Jakarta: UI Press.

23

Anda mungkin juga menyukai