Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASWAJA AN-NAHDLIYAH

“ KELAHIRAN DAN MACAM-MACAM ALIRAN DALAM ISLAM


SERTA KARAKTERISTIKNYA “

Dosen pengampu : Kukuh Santosa,

Disusun Oleh :
1. Adelia Istiqomah (22201081020)
2. Ryan Eka Wahyudi (22201081021)
3. Putri Zakiyah (22201081219)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dapat
berkumpul dalam keadaan sehat wal afiat, dan juga shalawat serta salam
tidak lupa kita hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah seperti apa
yang kita rasakan saat ini. Sekian banyak nikmat yang tercurahkan sehingga
kami kelompok 3 bisa menyelesaikan MAKALAH tentang "KELAHIRAN
DAN MACAM-MACAM ALIRAN DALAM ISLAM SERTA
KARAKTERISTIKNYA" sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Dosen Pengampu yang telah
membantu,memberikan bimbingan,saran dan motivasi dalam menyelesaikan
makalah ini serta kepada semua pihak yang terkait sehingga
terselesaikannya makalah ini sesuai yang diharapkan.
Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa kami harapkan demi
perbaikan laporan dimasa yang akan datang,kami juga berharap semoga
makalah ini memberikan manfaat dan juga menambah wawasan bagi para
pembaca.

Malang,18 Oktober 2023

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
1.1 latar belakang................................................................................................
1.2 rumusan masalah..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................
2.1 Sejarah terbentuknya aliran dalam islam..................................................
2.2 karakteristik aliran dalam islam.................................................................
2.3 macam-macam aliran dalam islam ............................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................
DAFATR PUSTAKA......................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Nabi yang masyhur dikalangan umat Islam bahwakaum
muslimin akan terbagi kedalam 73 golongan, dan satu golongan
dari73 golongan tersebut akan masuk surga, dan sisanya akan masuk
kedalam neraka. Dari hadist tersebut muncullah ilmu teologi Islam
atau ilmu kalam.Perbedaan dari golongan-golongan atau aliran
dalam Islam terletak kepadaajaran aqidah Islam, jadi wajar kalau
aliran dalam Islam menjadi sangatpenting dibahas karena
menyangkut aqidah atau keyakinan dalam AgamaIslam.
Namun muncul sebuah pertanyaan, apakah munculnya alira-
aliran dalam Islam hanya dilatar belakangi oleh faktor agama
semata? hal ini sangat penting untuk dibahas karena menyangkut
aqidah dan keyakinan umat islam itu sendiri. ketika menilik sejarah
islam beberapa abad yang lalu,tinta emas sejarah islam menyebutkan
bahwa munculnya aliran-aliran dalamagama islam muncul pada
masa khalifah Ali bin Abi tholib, atau khalifah yang keempat
setelah Ustman Bin Affan.
Aliran-Aliran dalam islam mulai tampak pada saat perang
Shiffin (37H) Khalifa Ali Bin Abi Thalib dengan Muawiyah .Pada
saat tentara Ali dapat mendesak tentara Muawiyah maka Muawiyah
minta diadakan perdamaian.Sebagian tentara Ali menyetujui
perdamaian ini,dan sebagian lagi menolaknya.Kelompok yang tidak
setuju ini akhirnya memisahkan diri dari Ali dan membentuk
kelompok sendiri yang akhirnya terkenal dengan nama
Khawarij.Dan para pendukung Khalifah Ali Bin Abi Thalib dikenal
dengan nama Syi’ah.
Dari peperangan Shiffinlah asal muasal munculnya aliran-
aliran dalam Islam,namun muncul sebuah pertanyaan,kenapa Kubu
Muawiyah saling berperang padahal mereka adalah muslim dan
terlebih mereka adalah sahabat nabi? Untuk itu perlu kiranya melihat
Sejarah islam secara runtut sehingga akan diketahui dengan rinci
asal muasal munculnya aliran aliran dalam Islam.Dan akan diketahui
pula, apakah masalah Aqidah yang melatar belakangi munculnya
aliran-aliran tersebut.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah munculnya aliran-aliran dalam Islam?
2. Siapa saja tokoh-tokoh aliran dalam islam?
3. Bagaimana karakteristik aliran dalam islam?
Tujuan

1
1. Untuk mengetahui bagaimana Sejarah munculnya aliran-
aliran-aliran dalam agama Islam
2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh yang paling berpengaruh
aliran dalam islam
3. Untuk mengetahui karakteristik aliran dalam islam

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah terbentuknya aliran dalam islam
Setelah Rasulullah saw wafat muncullah aliran Islam dalam bidang
tekologi, karena Rasulullah saw bukan hanya seorang Nabi, tapi beliau juga
menjabat sebagai kepala Negara sehingga ketika beliau wafat kebanyakan
masyarakat Madinah sibuk mencari pengganti beliau, karena dikhawatirkan
masyarakat kebingungan untuk menentukan kebijaksanaan kalau tidak cepat
mencari pengganti beliau untuk menjadi pemimpin Negara yang baru tampil
di muka bumi itu. Sampai hal ini mengganggu prosesi pemakaman beliau
dan mengganggap pemakaman Nabi merupakan soal kedua bagi mereka
waktu itu. Selanjutnya muncul persoalan 'Khalifah' sebagai pengganti Nabi
Muhammad sebagai kepala Negara.
Sejarah membukukan bahwa Abu Bakar lah yang disepakati oleh
orang-orang Islam pada waktu itu untuk menjadi khalifah pertama sebagai
pengganti Rasulallah saw. Ketika Abu Bakar meninggal maka Umar yang
menggantikannya ketika Umar meninggal maka Usman Ibn Affan yang
dinobatkan sebagai khalifah ketika Usman meninggal maka Ali yang
disepakati untuk menjadi khalifah yang ke empat. Usman tergolong
pedagang Quraisy yang kaya raya, keluarganya termasuk golongan
masyarakat aristocrat/ bangsawan Mekah yang sangat berpengalaman
dalang bidang dagang, admistrasi. Pengalaman mereka sangat bermanfaat
dalam bidang administrasi di daerah-daerah di luar Semenanjung Arabia
yang masuk dalam kekuasaan Islam.
Dalam sejarah Usman ibn Affan digambarkan sebagai orang yang
lemah dan tak sanggup membendung ambisi kaum keluarganya yang kaya
dan berpengaruh itu. Usman ibn Affan seringkali mengangkat mereka
(kerabat keluarganya) menjadi Gubernur di daerah yang tunduk kepada
kekuasaan Islam. Selanjutnya perasaan tersebut muncul di beberapa daerah
akibat dari tindakan politik yang dilakukan Usman ibn Affan ini. Di Mesir
sebagai reaksi dilengserkannya Amr ibn Al'as yang digantikan oleh
Abdullah Ibn Sa'ad Ibn abi Sarh salah satu anggota kerabat keluarga Usman
ibn Affan sebagai Gubernur Mesir. 500 orang pemberontak berkumpul dan
kemudian bergerak ke Madinah.
Perkembangan selanjutnya di Madinah membawa persoalan pada
pem- bunuhan Usman ibn Affan oleh pemuka-pemuka pemberontak dari
Mesir. Setelah Usman ibn Affan wafat, Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi
khalifah keempat menggantikan Usman bin Affan yang telah terbunuh
sebelumnya. Tetapi setelah Ali menjadi seorang pemimpin beliau mendapat
reaksi dan tantangan dari pemuka-pemuka yang ingin menjadi Khalifah

3
terutama dari kota Mekah yakni Talhah dan Zubeir yang mendapat
sokongan atau dorongan dari Aisyah ra sebagai istri Rasulullah saw.
Tantangan dari Aisyah, Talhah. Zubeir ini dapat dipatahkan oleh Ali bin Abi
Thalib dalam pertem- puran yang disebut perang Jamal terjadi di Irak pada
tahun 56 H. Talhah dan Zubeir terbunuh dalam pertempuran tersebut dan
Aisyah dikirim kembali ke
Mekah.
Tantangan (pertempuran/peperangan) kedua datang dari Mu'awiyah.
Gubernur Damaskus dan termasuk keluarga yang dekat dengan Usman ibn
Affan, sebagaimana Ali bin Abi Thalib tidak diakui sebagai khalifah oleh
Muawiyah, Talhah dan Zubeir. Muawiyah menuntut Ali bin Abi Thalib agar
menghukum orang yang membunuh Usman ibn Affan, bahkan Ali bin Abi
Thalib dituduh turut andil dalam pembunuhan itu.
Namun Amr bin ash sebagai tangan kanan Mu'awiyah yang terkenal sebagai
orang yang pintar dalam bidang poitik meminta berdamai dengan
mengangkat Al-Qur'an. Orang Quraisy yang sangat setia sama Ali mendesak
supaya Ali menerima tawaran itu dan diadakan perdamaian dengan cara
Arbitrase (Tahkim). Diangkatlah seorang utusan yang sangat dipercaya baik
dari pihk Ali atau Muawiyah yakni: Amr bin Ash dari pihak Mu'awiyah dan
Abu Musa al-Asy'ary dari pihak Ali bin Abi Thalib. Keduanya membuat
kesepakatan untuk melengserkan kedua tokoh yang bertentangan itu. Abu
Musa al-Asy'ari yang maju lebih dahulu dan mengumumkan putusan bahwa
Ali sudah lengser dari khalifah, berbeda dengan Amr ibn al 'Ash, yang maju
setelah Abu Musa al-Asy'ari dan mengumumkan bahwa Muawiyahlah yang
berhak menjabat sebagai khalifah setelah lengsengsernya Ali
Ali dalam menerima tahkim (arbitrase) dalam keadaan terpaksa,
sebagian pendukungnya ada yang tidak setuju dengan tahkim (arbitrase)
Mereka yang tidak setuju keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib (terkenal
dalam sejarah dengan sebutan Khawarij) dan mereka keluar dari barisan Ali
dan menentang Ali bin Abi Thalib. Kaum Khawarij kalah dalam peperangan
tersebut dan mereka lari, tetapi tentara Ali tidak mampu untuk melawan
pasukan Muawiyah yang begitu kuat.
Dari pembahasan di atas dapat dilihat bahwa telah timbul gejolak
politik, orang yang mendukung Ali bin Abi Thalib (Syi'ah), orang yang
keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib disebut (Khawarij), dan orang yang
mendukung Mu'awiyah membentuk dinasti (monarci) yang disebut Bani
Umayyah dan menjadikan sistem kerajaan dalam Islam.
Arbitrase manusia tidak bisa dijadikan putusan hukum oleh kaum
Kha- bersumber dari Allah maka kaum Khawarij berlandasan bahwa semua
hu- warij. Semua putusan hukum tidak ada yang dari manusia tapi
semuanya kum kembali kepada al-Qur'an dengan kata semboyan “La hukma
illa lillah (tidak ada hukum kecuali milik Allah), atau “La haka- ma illa

4
Allah (tidak ada hukum kecuali dari Allah). Mereka berpandangan bahwa
Ali bin Abi Talib telah berbuat salah dan dosa karena tidak berhukum
pada al-Qur'an.
Mengapa dalam Islam muncul yang namanya teologi? Karena
golongan Khawarij menyalahkan dan mengkafirkan golongan lain (Ali bin
Abi Thalib dan Mu'awiyah) disebabkan mereka menerima arbitrase
(tahkim). Seperti yang disebutkan dalam firman Allah Al-Maidah :44

... )٤٤( ‫َو َم ن َّلْم َيْح ُك م ِبَم ا َأنَز َل ُهَّللا َفُأوَلِئَك ُهُم اْلَك اِفُروَن‬

Artinya "Dan barang siapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang
telah diturunkan Allah, adalah kafir".

Dalam perkembangannya, kaum Khawarij terpecah menjadi


beberapa sekte. Konsep kafir mengalami perubahan. Orang yang disebut
kafir bukan hanya orang yang tidak berhukum sama Al-Qur'an, tetapi orang
yang melakukan dosa besar (murtakib al-kabair atau capital sinners), juga
disebut kafir oleh kaum Khawarij.
Persoalan dosa besar inilah memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam teologi Islam baik perkembangan atau pertumbuhannya. Dalam Islam
muncullah tiga aliran dalam melakukan dosa besar, pertama golongan
Khawarij yang mengatakan bahwa oarang yang berbuat dosa besar
dihukumi kafir atau murtad maka dari itu orang tersebut wajib dibunuh.
Kedua golongan Murji'ah yang mengatakan bahwa orang yang berbuat dosa
besar bukan kafir, tetapi tetap disebut mukmin. Masalah soal dosa besar
yang dilakukan diserahkan kepada Allah SWT akan diampuni atau tidak itu
hak Allah. Ketiga golongan Mu'tazilah berpendapat bahwa orang yang
berbuat dosa besar bukan kafir dan bukan pula mukmin, posisi diantara dua
posisi (al manzilah bain al manzilatain)

2.2 karakteristik aliran dalam islam


Secara umum, berbagai macam aliran keagamaan dalam Islam
dikenal dengan istilah teologi (kalam). Sebagai sebuah cabang ilmu dalam
Islam, ilmu kalam membicarakan perkataan Allah (Al-Qur'an), wujud Allah,
sifat-sifat Allah, pengutusan nabi dan rasul, serta berita-berita mengenal
alam gaib. Kelahiran ilmu kalam ini sangat terkait erat dengan masalah yang
dihadapi umat Islam, menyangkut hakikat iman dan status dosa besar serta
masalah takdir dan kebebasan.Setelah peristiwa pembunuhan Khalifah
Usman bin Affan, kaum Muslim terpecah ke dalam kelompok Khawarij dan
Syi'ah yang mewakili pandangan berbeda tentang status pelaku pembunuhan
tersebut.

5
Apakah orang beriman yang melakukan pembunuhan masih bisa
dikatakan beriman? Apa pula hukuman bagi pelaku dosa besar, seperti
pembunuhan? Masalah tersebut meluas lagi menjadi masalah takdir ketika
orang-orang yang dituduh melakukan pembunuhan membela diri.
Kemudian, dari aliran-aliran itu, muncullah kelompok yang lebih besar dan
mapan secara intelektual, seperti Kadariyah, Jabbariyah, Murjiah,
Mu'tazilah, Asy'ariyah, Maturidiyah, dan Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Bagaimanakah karakter masing-masing aliran keagamaan tersebut? Di
bawah ini, gambaran singkat tentang pandangan, sikap, dan gagasannya
dalam setiap permasalahan yang dikemukakan.

 Syi'ah
Salah satu kelompok terbesar dalam mazhab Islam, khususnya dalam
bidang teologi (kalam), adalah Syi'ah. Pada mulanya, Syi'ah hanya
diidentikkan dengan pengikut Ali bin Abi Thalib yang menyetujui adanya
tahkim atau perundingan antara Ali dan Muawiyah untuk mengakhiri Perang
Shiffin. Tetapi, dalam perkembangannya, istilah Syi'ah ini melekat pada
seluruh umat Islam di dunia yang menyatakan dirinya sebagai golongan
pendukung dan pengikut Ali serta keturunannya yang sering kali disebut
ahlulbait.
Ada yang menyatakan bahwa Syi'ah lahir langsung setelah Nabi SAW wafat
(632 M). Ketika itu, terjadi perdebatan antara kaum Muhajirin dan Ansar
tentang pengganti Nabi SAW. Sejak Nabi wafat, kaum Syi'ah mendukung
Ali untuk menjadi khalifah karena mereka yakin Ali berhak menggantikan
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

 Khawarij
Sejak awal kemunculannya, kaum Khawarij terkenal keras hati dalam
beragama. Mereka tidak mau berkompromi terhadap penyimpangan ajaran
agama yang mereka yakini. Sikap keras hati inilah yang membuat mereka
rentan terhadap perpecahan. Dalam sejarah disebutkan bahwa golongan
pecah lagi menjadi beberapa kelompok. dikatakan Khawarij terpecah
menjadi delapan sekte dan ada pula yang berpendapat menjadi lebih dari 20
sekte. Selain itu, kaum Khawarij juga terkenal selalu menjadi oposan
terhadap pemerintah Islam pada zamannya ketika mereka menganggap
pemerintahan itu sudah menyimpang dari ajaran Islam. Itulah yang terjadi,
baik pada masa Umayyah maupun Abbasiyah.
Salah satu doktrin Khawarij adalah kepemimpinan Islam (khilafah).
Mereka sebenarnya cukup demokratis. Umat Islam berhak dan bebas
menentukan siapa pemimpin mereka serta berhak dan bebas untuk dipilih
menjadi pemimpin asalkan mampu melaksanakan jabatan tersebut. Kaum
Khawarij juga berpendapat bahwa pemimpin wajib ditaati sepanjang dia

6
bersikap adil dan syariat Islam djalankan dengan baik. Sebaliknya, jika tidak
sesuai den- gan syariat Islam maka harus dibunuh.

 Murjiah
Dalam bidang ilmu kalam Murjiah disebut sebagai aliran yang
memberikan harapan besar bahwa orang yang melakukan dosa besar sama
sekali tidak ada pengaruh masalah perbuatan tersebut selagi orang tersebut
mu'min dan apabila melakukan amal baik juga tidak ada pengaruh apa-apa.
Murji'ah berpandangan bahwa manusia tidak mempunyai hak untuk
menghakimi seorang yang melakukan dosa besar apakah akan masuk Surga
atau Neraka kelak di akhirat itu hak progratif Allah sebagai keadilan-Nya
apakah orang tersebut.
Aliran Murjiah sendiri terbagi menjadi dua kelompok. Sebagian dari
mereka berpandangan bahwa orang yang melakukan dosa besar sekalipun
menyembah berhala tidak bisa disebut kafir karena orang tersebut sudah
mu'min. Murji'ah berpadangan bahwa iman tidak bisa berkurang dan juga
tidak bisa bertambah baik disebabkan amal baik atau amal buruk yang
penting ada iman dalam hatinya. Para tokoh Murjiah yang memiliki
pandangan seperti ini adalah Jahm bin Safwan, Ubaid al-Muktaib, dan
Muhammad bin Karram.
Sementara itu, sebagian lainnya berpandangan bahwa orang yang
melakukan dosa besar tidak bisa disebut kafir selagi dia mu'min maka
perbuatan tidak memberikan efek sama sekali. Namun, orang tersebut di
akhirat akan mejalani hukuman sesuai dengan perbutan dosa yang
dilakukan. Nama-nama seperti Abu Yusuf (ulama Hanafi), Hasan bin
Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, dan Imam Abu Hanifah disebut-sebut
sebagai tokoh Murjiah yang memiliki pandangan seperti ini.

 Qadariyah
Salah satu golongan dalam ilmu kalam memberikan kebebasan dan
kekuasaan penuh kepada manusia dalam mengerjakan amal disebut
Kadariyah. Pemahaman seperti ini menyebutkan bahwa manusia diberi
kekuasaan untuk melaksanakan kehendaknya, tidak semata-mata terpaksa
tunduk kepada takdir Tuhan.
Perbuatan baik manusia dilakukan atas kehendak dan kemauannya
sendiri berdasarkan kebebasannya untuk memilih perbuatan baik itu.
Demikian juga ketika berbuat jahat, ia melakukannya atas kemauan dan
kehedaknya sendiri. Itulah sebabnya, jika manusia berbuat baik, ia diganjar
dengan pahala. Jika ia memilih berbuat jahat, ia mendapat dosa dan siksa di
neraka kelak. Menurut paham Kadariyah, takdir tidak membuat nasib
manusia yang akan merubah segala perbuatannya kecualinya manusia
sendirilah yang menentukan nasib tersebut. Menurut Kadariyah, takdir

7
adalah ketentuan Allah SWT yang berlaku bagi seluruh alam semesta. Al-
Qur'an menyebutnya dengan sunnatullah (hukum alam). Alam beserta isinya
berjalan menurut ketetapan Allah SWT. Sunnatullah menunjukkan proses
perjalanan sebab akibat. Dengan demikian, manusia mampu mengetahui dan
dapat berencana untuk melakukan pilihan-pilihan dalam kehidupannya.
Paham yang memiliki pendirian berlawanan dengan Kadariyah adalah
Jabbariyah. Menurut paham Jabbariyah, manusia terikat dengan kehendak
Tuhan sehingga tidak memiliki kemerdekaan dalam suatu perbuatan karena
semuanya sudah diatur oleh tuhan. Berbeda dengan Kadariyah, pemahaman
seperti ini cenderung memandang bahwa manusia tidak memiliki kebebasan
berkehendak, melainkan Tuhan yang menentukan segalanya, termasuk
perbuatan manusia.

 Mu'tazilah
Salah satu aliran teologi Islam yang rasional dan liberal adalah
Mu'tazilah. Pandangan teologisnya lebih banyak ditunjang akal dan lebih
bersifat filosofis. Perintis aliran ini adalah Washil bin Atho sekitar tahun 100
H/718 M. Mu'tazilah muncul sebagai jawaban atas pertentangan antara
golongan Khawarij dan golongan Murjiah tentang orang Mukmin yang
berbuat dosa besar. Mulanya, aliran ini tidak mendapat simpati umat Islam
karena mereka sulit memahami ajarannya. Namun, pada masa Khalifah al-
Ma'mun (penguasa Abbasiyah, 813-833 M), Mu'tazilah mendapat dukungan
dan sokongan yang membuat mereka semakin kokoh dalam ajarannnya
setelah khalifah menjadikan Mu'tazilah sebagai mazhab resmi Negara.
Dengan dukungan yang besar, aliran ini mendoktrinkan ajarannya
kepada kelompok yang tidak sepaham dengannya yang disebut dengan
mihnah (ujian akidah). Mihnah muncul sehubungan dengan pandangan
tentang Al- Qur'an. Menurut kaum Mu'tazilah, Al-Qur'an adalah kalam
Allah SWT dan Al-Qur'an adalah makhluk (dalam arti diciptakan Tuhan).
Karena itu, Al- Qur'an tidak qadim (tidak berawal). Hal ini ditolak oleh
ulama tradisional, khususnya para ahli hadis.
Ada lima ajaran atau dokrin yang dijadikan dasar oleh Mu'tazilah
disebut dengan istilah al-Ushul al-Khamsah. Pertama, at-tauhid yaitu
meyakini sepenuh hati Allah maha esa. Kaum Mu'tazilah hanya menerima
zat Allah dan menolak adanya sifat pada Allah. Kedua adalah al-Adl. Kaum
Mu'tazilah yakin bahwa Allah SWT adil dan baik. Dia memberikan pilihan
kepada manusia untuk berbuat baik atau jahat. Ketiga adalah al-wa'd wa al-
wa'id. Menurut kaum ini, janji Allah akan ditepati tidak mungkin Allah
menghianati janjinya, akan memasukkan orang mu'min ke dalam Surga dan
akan memasukkan orang kafir dan ke dalam Neraka. Keempat adalah al-
manzilah bain al-manzilatain, yaitu ajaran dasar pertama yang lahir di
kalangan Mu'tazilah. Bagi mereka, orang yang berdosa besar bukan

8
termasuk Mukmin dan bukan pula kafir, melainkan berada di antara
keduanya yang disebut fasik. Kelima adalah al-amr bi al-ma'ruf wa an-nahy
'anil-munkar. Dalam prinsip Mu'tazilah, setiap Muslim diwajibkan
menegakkan kebaikan dan mencegah keburukan.

 Asy'ariyah
Asy'ariyah disebut salah satu aliran terpenting dalam ilmu kalam. Pada
awal bad ke-9 H muncullah aliran Asy'ariyah yang di dirikan oleh Abu
Hasan Al-Asy'ari sebagai jawaban terhadap Mu'tazilah yang ajarannya
dianggap menyesatkan umat Islam. Ketika Mu'tazilah mulai memudar di
mata masyarakat, muncullah Al-Asy'ari. Al-Asy'ari mengungkapkan
beberapa pemikirannya yang bersebarangan dengan Mu'tazilah. Inti ajaran
yang dibawa Al-Asy'ari adalah sikap moderat terhadap setiap doktrin ilmu
kalam. Pada satu sisi, akallah yang digunakan Asy'ariyah untuk menyikapi
masalah teologis. Di sisi lain, aliran ini juga percaya penuh kepada dalil
wahyu. Salah satu contohnya adalah sifat Tuhan. Aliran Mu'tazilah menolak
sifat Tuhan. Sedangkan, menurut Asy'ariyah, Tuhan memiliki sifat, tetapi
manusia tidak perlu menanyakan sifat Allah karena manusia tidak akan
mampu ketika memikirkan sifat Allah.

 Maturidiyah
Abu Mansur Muhammad al-Maturidi sebagai pendidri aliran ini yang
merupakan ajaran teologi yang bercorak rasional-tradisional. Aliran in
berkembang antara dua tokoh Mu'tazilah dan Asy'ariyah yang sangat
bertolak belakang masalah kemampuan akal manusia. Pada dasarnya, aliran
Maturidiyah mempunyai banyak persamaan sama Asy'ariyah. Namun, ada
beberapa hal, yang mana akal diposisiskan pada tempat yang tinggi oleh
Maturidi, Tuhan mempunyai nonmaterial tapi sifatnya tidak berjasmani.
Masalah perbuatan manusia, al-Maturidi berpandangan bahwa manusia
diberi kebebasan untuk berbuat sekehendak hatinya. Ia bebas berbuat dan
bertindak. Perbuatannya itu tidak dapat disandarkan pada Tuhan. Di
samping itu, menurutnya, kekuasaan Tuhan itu terbatas karena adanya janji-
janji Tuhan dan Tuhan harus menepati janji-Nya itu sesuai dengan
pernyataanmTuhan sendiri.
Walaupun sering menyerang Mu'tazilah, dalam beberapa hal, aliran Ma-
turidiyah memiliki persamaan dengan Mu'tazilah. Baik Maturidiyah maupun
Mu'tazilah, keduanya sependapat bahwa ayat-ayat mutasyabihat (ayat- ayat
belum jelas maknanya) dalam Al-Qur'an harus ditakwilkan. Persamaan
lainnya adalah hal kemampuan akal. Al-Maturidi menganggap bahwa akal
manusia mampu mengetahui bahwa Tuhan ada, menilai baik atau buruk
suatu perbuatan, dan mengetahui kewajiban syukur kepada Tuhan.

9
 Ahlus Sunnah wal Jamaah
Dalam perkembangannya, aliran Asy'ariyah dan Maturidiyah inilah yang
kemudian menjelma menjadi paham Ahlus Sunnah wal Jamaah. Aliran ini
bisa juga disebut aliran Sunni. Sesuai dengan namanya, Ahlus Sunnah wal
Jamaah merupakan aliran yang meyakini bahwa al-Qura'an dan Hadits Nabi
yang shahih dapat dijadikan landasan hukum.
Salah satu ciri Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah sikap moderat dalam
segala perkara. Saat menyikapi perang antara Ali bin Abi Thalib dengan
Muawiyah bin Abu Sufyan, misalnya, kaum Ahlus Sunnah wal Jamaah tidak
memihak atau mengkafirkan salah satu pihak, sebagaimana dilakukan kaum
Khawarij yang mengkafirkan keduanya atau kaum Syi'ah yang memihak Ali
dan mengkafirkan Muawiyah. Bagi mereka, baik Ali maupun Muawiyah,
keduanya sama-sama berijtihad. Kaum Ahlus Sunnah wal Jamaah memang
berusaha mengambil jalan tengah di antara paham yang ada.
Ada empat sumber hukum bagi kalangan Ahlus Sunnah wal Jamaah,
yaitu Al-Qur'an, Hadits Nabi, Ijmak (kesepakatan para ulama, terutama
mengenai suatu pertimbangan hukum), dan Qiyas (penyamaan hukum suatu
peristiwa yang belum ada ketentuan hukumnya dengan suatu kejadian yang
sudah ditentukan hukumnya). Hal ini bertolak belakang dengan aliran Syi'ah
yang tidak menerima qiyas dan golongan Mu'tazilah yang tidak menjadikan
ijma' sebagai sumber hukum.

2.3 Macam-Macam Aliran dalam Islam


Sejarah Islam telah mancatat adanya firqah-firqah di kalangan umat Is- lam
yang satu dengan yang lain mempunyai paham yang berbeda dan sulit
disatukan. Hal ini, memang pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW. Beliau
menggambarkan bahwa akan timbul firqah-firqah di kalangan umat Islam.
Ada banyak hadits Rasulullah Saw yang menjelaskan tentang adanya firqah-
firqah (aliran-aliran).
Syekh sayyid abdurrahman bin muhammad bin husen bin umar ba 'Alawi
menyebutkan dalam kitab karangannya, Bughyatul Mustarsyidin bahwa
akan ada tujuh puluh tiga golongan (firqah) yang tidak termasuk dalam
golongan Ahlussunnah Wal Jamaah dari 73 golongan tersebut sebagai
berikut:

 Syi'ah
Syi'ah adalah bentuk dari kalimat sejarah Syi'ah 'Ali artinya pendukung
Ali. Para penulis dalam sejarah Islam berbeda pandangan mengenai awal
mula lahirnya Syi'ah. Sebagian menganggap Syi'ah lahir setelah Rasulullah
saw wafat sedangkan sebagian yang lain menganggap Syi'ah timbul pada
masa akhir pemerintahan Utsman bin Affan atau awal pemerintahan Ali bin
Abi Thalib. Pendapat yang paling masyhur adalah adalah pendapat yang

10
mengatakan bahwa Syi'ah lahir setelah perundingan tidak mencapai kata
sepakat antara kubu Ali dan kubu Muawiyyah bin Abu Sufyan, yang terjadi
di Shiffin. Secara historis, akar aliran Syi'ah terbentuk setelah Rasulullah
saw wafat, yakni ketika Abu Bakar diangkat menjabat sebagai khalifah.

 Aliran Khawarij
Khawarij menurut bahasa merupakan jamak dari kata kharijiy, yang
artinya orang yang keluar, mengungsi atau mengasingkan diri. Disebut atau
dinamakan khawarij karena mereka keluar dari barisan Khalifah Ali Bin Abi
Thalib. Kelompok Khawarij yang pertama kali adalah Al-Muhakkimah
(Syuroh/Haruriyyah) yaitu pengikut Ali yang memisahkan diri karena tidak
setuju adanya adanya tahkim antara Ali dengan Muawiyah saat perang
Shiffin. Mereka ini beranggapan bahwa Ali dan orang-orang yang
menyetujui tahkim disebut orang kafir dan darahnya halal bagi mereka. Dan
kaum khawarij sndiri memilih Abdullah Wahab Arrasiby sebagai khalifah di
luar golongan quraisy. Kemudian aliran Khawarij terpecah menjadi
beberapa aliran, yang ter- besar adalah Al-Azariqoh, An-Najdah,
Al-'Ajaridah, Ash-Shufriyyah, dan Al-Ibadiyyah. Aliran terakhir inilah yang
paling moderat diantara golongan Khawarij yang lain dan mereka masih
terdapat di Zanzibar, Afrika Utara, Umman dan Arabia Selatan.
Khawarij timbul setelah terjadi perang Shiffin diantara Ali dan
Muawiyah.peperangan ini diakhiridengan suatu guncatan senjata untuk
mengadakan perundingan antaran kedua belah pihak. Pada umumnya
golongan khwarij ini mempunyai semboyan "tidak ada hukum selain hukum
Allah", Golongan Khawarij terdiri dari beberapa aliran lagi, tapi pada garis
besarnya mempuyai faham sama, yaitu:
Menurut anggapan mereka: Ali, Usman dan orang yang ikut dalam
perang Jamal dan juga orang-orang yang setuju dengan adanya tahkim
antara Ali dan Muawiyah, mereka dihukumi Kafir. Setiap orang yang selalu
melakukan dosa besar sampai meninggal belum bertaubat makanya
dihukumi kafir dan kekal di dalam Neraka. Kecuali golongan Najadar yang
beranggapan bahwa mereka hanya kafir terhadap nikmat Tuhan saja.
Mereka boleh tidak patuh atau taat sama Khalifah, apabila mereka
beranggapan Khalifah itu zalim atau khianat.

 Qodariyah
Qadariyah diambil dari bahasa arab, yaitu kalimat qadara yang
mengandung makna kemampuan dan kekuatan. Adapun pengertian secara
istilah, Qa- dariyah adalah suatu golongan yang mempunyai keyakinan
bahwa segala perbuatan manusia tidak ada sangkut pautnya oleh Tuhan.
Aliran Qadariyah ini muncul sekitar tahun 70 H. Yang dikepalai oleh
Ma'abad Al-Jauhani Al- Bisri, Gailan al-Dimasyqi dan yang lain. Golongan

11
Qodariyah timbul di Irak pada masa pemerintah Khalifah Abdul Malik bin
Marwan.
Golongan ini berpandangan, bahwa segala perbuatan manusia tidak ada
sangkut pautnya dengan tuhan manusialah yang menciptakan perbuatan
tersebut baik perbuatan baik atau perbuatan buruk. Dengan kemampuan dan
kekuasaan manusia sendiri, mereka dapat berbuat sekehendaknya sendiri
baik atau itu buru itu hak mutlak manusia dan tidak ada yang memaksanya.
Pemikiran berpandangan bahwa pahaa atau dosa tergantung dari amal
perbuatan manusia sendiri kalau berbuat baik akan mendapatkan pahala
apabila berbuat buru akan mendapatkan siksa.

 Jabariyah
Jabariyah diambil dari bahasa arab jabr yang mengandung makna
paksaan. Jabariyah berfaham bahwa manusia terpaksa (majbur), artinya
tidak mempunyai daya sama sekali baik secara kasab atau usaha yang
mereka perbuat. Golongan ini hanya memiliki 1 golongan. Gologan
Jabariyah ber-tentangan dengan golongan Qodariyah. Jaham bin Syafwan
sebagai pendiri golongann Jabariyah. Pertama kali Jahamlah yang
memfatwakan bahwa manusia dalam keadaan terpaksa (majbur), tidak
mempunyai kebebasan kecuali sudah ditentukan oleh Allah segala perbuatan
mereka,baik mereka menghendaki atau tidak. Pendapat golongan ini antara
lain:
“surga dan neraka itu tidak kekal dan bisa rusak, yang kekal hanya
Tuhan diakhirat Allah tidak dapat dilihat baik secara panca indra Atau
melalui hati, Allah tidak boleh memiliki sifat yang sama dengan
makhluknya, seperti mendengar,melihat,berbicara dan lain sebagainya. Al-
Qur’an adalah ciptaan Allah Yakni segala yang diciptakan adalah baru”
(Hadist).

 Aliran Mu'tazilah
Mu'tazilah diambil dari kata l'tazala yang mempunyai arti manjauh kan
diri. Pada awal mula nama mu’tazilah diberikan dari luar golongan
mu’taziah karena washil bin atha sebagai pendiri pertama mempunyai
pendapat yang berbeda dari gurunya Hasan Al Bashri. Pada abad permulaan
kedua hijriyah sekitar tahun120 H lahirlah mu’tazilah yang bertempat dikota
basyrah.

 Aliran Murji'ah
Murji'ah diambil dari bahasa arab arja'a yang mempunyai makna
menunda atau menangguhkan. Pada abad pertama hijriyah muncullah
golongan Murji'ah yang tidak lain sebagai reaksi akibat adanya golongan
Syi'ah yang mengkafirkan sahabat yang sudah merampas kekhalifahan Ali

12
menurut pandangan mereka, dan menangkis pendapat Khawarij yang
mengkafirkan kelompok Ali dan Muawiyah karena sama-sama menerima
tahkim. Maka pada saat itu pula muncul satu golongan yang menjauhkan
diri dari pertikaian, dan tidak mau ikut ambil bagian. Golongan Murji'ah
mempunyai paham bahwa orang yang berbuat maksiat (kedurhakaan) tidak
ada pengaruh atas perbuatannya apabila sudah beriman dalam hati,
sebaliknya orang yang melakukan kebaikan dan kebajikan juga tidak
memberi pengaruh apa-apa.
Golongan Murji'ah berdalih bahwa perbuatan dosa besar yang dilakukan
orang mu'min tidak ada pengaruh apa-apa selagi orang tersebut beriman dan
masalah balasan di akhirat ini. Aliran dikepalai oleh Ma'abad Al-Jauhani Al-
Bisri, Gailan ad Dimsyqi dan yang lain sekitar tahun 70 H.

 Aliran Ahlu Sunnah Wal Jamaah


Ahlusunnah bermakna penganut atau pengikut sunnah Nabi Muhamad
SAW. Jamaah bermakna pengikut ulama yang paling banyak setelah
Rasulullah saw. Jadi, Ahlusunnah wal Jamaah mengandung makna pengikut
sunnah (ittikad) Nabi SAW dan para sahabat beliau yang sesuai al-Quran
dan hadist. Kelompok ini dinamakan Ahlus Sunnah wal Jama'ah karena
mereka berpedoman terhadap perataan sahabat yang langsung diterima dari
Rasulullah (sunnah), sebagai jawaban terhaadap kelompok inkar sana
sunnah Nabi. Kelompok Ahlus sunnah diistilahkan dengan sebutan ahli
hadits dan ahli fiqih karena merekalah pendukung-pendukung dari aliran ini.
Pada pemerintahan Bani Abbas Ahlus Sunnah wal Jama'ah mulai dikenal
sebab pada saat itu Mu'tazilah berkembang pesat, sehingga Ahlus Sunnah
wal Jamaah harus diterapkan karena sangat sesuai dengan Al-Qur'an dan
Sunnah.
Pada abad ke III hijriyah muncullah Ahlussunnah Wal-Jama'ah yang
dipelopori oleh dua tokoh ulama besar dalam bidang teologi yakni Abu
Hasan Al asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi. Ahlussunnah Wal-Jama'ah
timbul untuk menjawab firqah yang sesat atau tidak sesuai dengan al-Quran
dan Hadits. Ahlussunnah Wal-Jama'ah bisa juga disebut sunni atau
Asy'ariyah dan Maturidiyah dinisbatkan kepada kedua pelopor tersebut.
Al-Quran dan Hadits sebagai dasar timbulnya Ahlussunnah wal Jama'ah
dalam al-Quran sebagai berikut:

‫َو الَّساِبُقوَن اَأْلَّو ُلوَن ِم َن اْلُمَهاِج ِر يَن َو اَأْلنَص اِر َو اَّلِذ يَن اَّتَبُعوُهم ِبِإْح َس اٍن َّر ِض َي ُهللا َع ْنُهْم َو َر ُض وا‬
‫َع ْنُه َو َأَع َّد َلُهْم َج َّناٍت َتْج ِر ي َتْح َتَها اَألْنَهاُر َخ اِلِد يَن ِفيَها َأَبًدا َذ ِلَك اْلَفْو ُز اْلَعِظ يُم (التوبة‬:

Artinya: "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk


Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengi-
kuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha

13
kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang men-
galir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalam-
nya. Itulah kemenangan yang besar. "(Q.S. At-Taubat: 100).

BAB III PENUTUP


3.1 kesimpulan
Sepeninggal Nabi SAW inilah timbul persoalan dimadinah yaitu
siapa pengganti beliau untuk mengepalai negara yang baru lahir.Dari sinilah
mulai bermunculan berbagai pandangan umat Islam.Sejarah meriwayatkan
bahwa Abu Bakar as-siddiq yang disetujui oleh umat Islam Ketika itu
menjadi pengganti Nabi SAW dalam mengapalai Madinah selanjutnya
diagnti Oleh Umar Bin Khattab,kemudian digantikan dengan Ustman Bin
Affan.
Dimasa pemerintahan Kholifah keempat ini,perang secara fisik
antara pasukan Ali Bin Abi Thalib melawan para penantangnya.Peristiwa ini
telah menyebabkan terkoyaknya persatuan dan kesatuan umat.Sejarah
mencatat,paling besar dua perang besar pada masa ini yaitu Perang Jamal
(perang Unta) yang terjadi antara Ali dan Aisyah yang dibantu Zubair bin
Awwam dan Talhah bin Ubaidillah serta perang Shiffin yang berlangsung
antara pasukan Ali melawan tantara Muawiyah bin Abu Sufyan.
Perselisihan ini terjadi antara Ali dan para penentangnyapun
menimbulkan Aliran-aliran keagamaan dalam Islam.,seperti
Syi’ah,Khawarij,Murji’ah,Muktazilah Asy’ariyah,Maturidiyah,Ahlusunnah
Wal Jamaah,Jabariyah,dan Kadariyah.
Aliran-aliran ini pada awalnya muncul sebagai akibat peraturan
politik yang terjadi yaitu mengenai perbedaan pandangan dalam masalah
kepemimoinan dan kekuasaan (Aspek sosial dan politik). Namun dalam
perkembangan selanjutnya,persilisihan yang muncul mengubah sifat sifat
yang berorientasi pada politik mejadi persoalan keimanan.

3.2 saran
Walaupun penyusun menginginkan kesempurnaan dalam
penyusunan makalah ini, namun pada kenyataannya masih banyak
kekurangan yang perlu penyusun perbaiki. Hal tersebut dikarenakan masih
minimnya pengetahuan penyusun. Disarankan pada penyusun untuk
melakukan menyusun dengan sumber yang valid untuk memperoleh hasil
makalah yang memuaskan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga
penyusun dapat menghasilkan makalah yang bermanfaat bagi orang banyak.

14
DAFTAR PUSTAKA
Sahidin, A. (2009). Aliran-aliran dalam Islam. Salamadani Pustaka Semesta.

Mahmudi, W. L. (2019). Pertumbuhan Aliran-Aliran Dalam Islam Dan


Historinya. Bangun Rekaprima: Majalah Ilmiah Pengembangan Rekayasa,
Sosial dan Humaniora, 5(2, Oktober), 78-86.

Sabli, M. (2015). Aliran-aliran Teologi dalam Islam (Perang Shifn dan Implikasinya
Bagi Kemunculan Kelompok Khawarij dan Murjiah). Nur El-Islam, 2(1),
105-112.

Nasution, H. (2008). Teologi Islam: aliran-aliran sejarah analisa perbandingan.

Nasir, S. A. (2010). pemikiran kalam (teologi islam): Sejarah, Ajaran, Dan


Perkembangannya.

15

Anda mungkin juga menyukai