Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“Aliran-Aliran Teologi Islam”

Diajukan sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

NAMA DOSEN : SAYAN SURYANA, S.Sos., M.M

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD IRFAN ALFATH NPM 1910631230035

RAKA DIMAS SAPUTRA NPM 1910631230037

BUJAEROMY NPM 1910631230051

TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita hanturkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
taufiq dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang
berjudul “Aliran-aliran Teologi Islam”.

Dalam penulisan makalah ini, penulis masih merasa kurang baik dari segi teknis
penulisan maupun materi yang di dalamnya. Untuk itu kritik dan saran dari berbagai
pihak, penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Karawang, 2 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teologi


2.2 Sejarah Munculnya Aliran-aliran Teologi dalam Islam
2.3 Aliran Khawarij
2.4 Aliran Murji’ah
2.5 Aliran Syi’ah
2.6 Aliran Qadariah dan Jabariah
2.7 Aliran Mu’tazilah
2.8 Aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penggolongan Umat Muslim terjadi setelah Nabi SAW wafat, umat
islam terbagi-bagi menjadi beberapa aliran, dikarenakan berbedanya pendapat
yang satu dan lainnya. Mulai dari Khawarij, Murji’ah, sampai Ahlussunnah
Wal Jama’ah.
Sampai kini pun, Umat Islam masih terbagi bagi, dan itulah makna dari
makalah ini. Kita bisa melihat bagaimana umat islam terbagi-bagi dan karena
apa.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu teologi?
2. Bagaimana sejarah munculnya aliran-aliran teologi islam?
3. Apa itu aliran Khawarij?
4. Apa itu aliran Murji’ah?
5. Apa itu aliran Syi’ah?
6. Apa itu aliran Qadariah dan Jabariah?
7. Apa itu aliran Mu’tazilah?
8. Apa itu aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui arti teologi
2. Mengetahui sejarah munculnya aliran-aliran teologi

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Teologi


Menurut William L. Resse, Teologi berasal dari bahasa Inggris yaitu
theology adalah Pemikiran tentang ketuhanan.
Menurut William Ockham, Teologi adalah Disiplin ilmu yang
membicarakan kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu
pengetahuan.
Menurut Ibnu Kaldun, Teologi adalah disiplin ilmu yang mengandung
berbagai argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional.

2.2. Sejarah Munculnya Aliran-aliran Teologi Islam


Pada masa Rasulullah Islam secara lengkap diajarkan beliau kepada
umatnya sesuai dengan wahyu yang diterimanya dari Allah di Mekkah, kota ini
mempunyai system kemasyarakatan yang terletak dibawah pimpinan suku
bangsa Quraisy, dimana kita ketahui pada masa itu orang Quraisy dikenal
sebagai orang-orang yang berada karena system perdagangannya. Dalam
menjalankan pemerintahannya, mereka dipilih berdasarkan kekayaan dan
pengaruh mereka dalam masyarakat.
Kekuasaan sebenarnya terletak dalam tangan kaum pedagang tinggi.
Kaum pedagang tinggi ini, untuk menjaga kepentingan mereka mempunyai
perasaan solidaritas kuat yang kelihatan efeknya dalam perlawanan mereka
terhadap Nabi Muhammad, sehingga beliau dan pengikut-pengikut beliau
terpaksa meninggalkan Mekkah pergi ke Yasrib di tahun 622 M. di kota Yasrib
(Madinah) ini Nabi Muhammad tidak hanya menjadi kepala agama, akan tetapi
beliau juga menjadi kepala pemerintahan.
2
Ketika beliau wafat tahun 632 M, daerah kekuasaan Madinah tidak
terbatas pada kota itu saja malainkan meliputi seluruh Semenanjung Arabia.
Jadi tidak mengherankan kalau masyarakat Madinah pada waktu wafatnya Nabi
Muhammad sibuk mencari pengganti beliau sebagai kepala Negara. Sejarah
meriwayatkan bahwa Abu Bakar-lah yang disetujui oleh masyarakat islam di
waktu itu menjadi pengganti atau khalifah Nabi dalam memimpin Negara
mereka. Kemudian Abu Bakar di gantikan oleh Umar bin Khattab selanjutnya
Ustman bin Affan dan yang terakhir adalah Ali bin Abi Thalib. Pada masa
kepemimpinan para khalifah inilah muncul beberapa aliran yakni kaum
Syi’ah,kaum Khawarijj, kaum Murji’ah, kaum Najariah, kaum Jabariah , kaum
Musabbihah , kaum Mu’tazilah, kaum Asy’ariah, Nahlussunnah wal jama’ah
dan Maturidiah.

2.3. Aliran Khawarij


Asal-usul Khawarij :
• Nama khawarij diambil dari kata asal kharaja artinya telah keluar.
Maksudnya ialah orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi
Thalib karena tidak setuju terhadap sikapnya yang mau menerima
perdamaian dalam penyelesaian sengketa kekhalifahan dengan
Muawiyah bin Abi Sofyan.
• Dinamakan khawarij, karena mereka keluar dari rumah-rumah mereka
dengan maksud berjihad di jalan Allah.
• Dinakan Syurah karena mereka menganggap bahwasannya diri mereka
telah mereka jual kepada Allah. Maksudnya menjual diri mereka untuk
menegakkan agama Allah.
• Dinamakan Haruriyah, karena mereka pergi berlindung ke suatu kota
kecil dekat Kufah yang bernama Harura.
3
• Dinamakan Muhakkimah, karena mereka dalam perjuangannya selalu
menggunakan simbol “Lahukma illa lillah”.

Paham atau pokok ajaran:

• Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam

• Yang berhak menjadi khalifah adalah siapa saja yang sanggup, asal
beragama Islam.

• Khalifah yang terpilih akan terus memegang jabatannya selama


ia bersikap adil dan menjalankan syariat Islam.

• Khalifah Abu Bakar dan Umar diakui sah karena keduanya diangkat
dan tidak menyeleweng dari ajaran Islam.

• Khalifah Utsman bin Affan dianggap menyeleweng mulai dari tahun


ketujuh khilafahnya, sedang Ali bin Abi Thalib dianggap
menyeleweng setelah peristiwa perdamaian dengan Muawiyah. Dan
sejak itu Utsman dan Ali dihukumi kafir, demikian pula Muawiyah
serta semua orang yang telah mereka anggap melanggar ajaran-ajaran
Islam.

Sub-aliran Khawarij

• Al-Muhakkimah

• Golongan Khawarijj asli dan terdiri atas pengikut-pengikut Ali, disebut


golongan Al-Muhakkimah. Bagi mereka semua orang yang menyetujui
arbitrase (kekuasaan untuk menyesaikan sesuatu menurut kebijakan)
bersalah dan menjadi kafir. Selanjutnya hukum kafir ini mereka luaskan
artinya sehingga termasuk ke dalamnya tiap orang yang berbuat dosa
besar.

4
Berbuat zina dan membunuh manusia dipandang sebagai dosa besar,
maka menurut paham golongan ini orang yang berbuat zina dan
membunuh manusia dianggap telah menjadi kafir dan keluar dari islam.
Demikian seterusnya dengan dosa-dosa besar lainnya.

• Al-Azariqah

• Yakni golongan sesudah golongan al-Muhakkimah hancur dan


golongan Azariqah. Nama ini diambil dari Nafi’ bin Al-Azraq. Khalifah
pertama yang mereka pilih ialah Nafi’ sendiri dan kepadanya mereka
beri gelar Amir al-mu’minin. Subsekte ini sikapnya lebih radikal dari al-
Muhakkimah. Mereka memakai term musyrik. Selanjutnya yang
dipandang musyrik ialah semua orang islam yang tak sepaham dengan
mereka. Menurut paham subsekte ini hanya merekalah yang sebenarnya
orang Islam. Orang Islam yang di luar lingkungan mereka adalah kaum
musyrik yang harus diperangi. Oleh karena itu kaum al-Zariqah, sebagai
disebut ibn Al-Hazm, selalu mengadakan isti’rad yaitu bertanya tentang
pendapat atau keyakinan seseorang.

• Al-Najdat

• Najdah Ibn Amir al-hanafi dari Yamamah dengan pengikut-pengikutnya


pada mulanya ingin menggabungkan diri dengan golongan Al-Azariqah.
Tetapi dalam golongan yang tersebut akhir ini timbul perpecahan.
Sebagian dari pengikut-pengikut Nafi’ ibn al-Azraq, diantaranya Abu
Fuadik, Rasyid al-Tawil dan atilah al-Hanafi, tidak dapat menyetujui
paham bahwa orang Azraqi yang tak mau berjihat ke dalam lingkungan
Al-Azariqah adalah musyrik. Abu Fudaik dengan teman-teman serta
pengikutnya memisahkan diri dari Nafi’ dan pergi ke Yammah. Nafi’
ibn al-Azraq tidak lagi diakui sebagai imam.

5
Nafi’ telah mereka pandang kafir dan demikian pula para pengikutnya.
Perpecahan golongan ini muncul ditimbulkan oleh pembagian
ghanimah (barang rampasan perang) dan sikap lunak yang diambil
Najdah terhadap khalifah Abd al-Malik ibn Marwan dari dinasti
Umayyah.

• Al-‘Ajaridah

• Mereka adalah pengikut dari Abd al-karim ibn Ajrad yang menurut al-
Syahrastani merupakan salah satu teman dari Atiah al-Hanafi. Kaum al-
Ajaridah bersifat lebih lunak karena menurut paham mereka berhijrah
bukanlah merupakan kewajiban sebagai yang diajarkan oleh Nafi’ ibn
al-Azraq dan Najdah. Kaum Ajaridah ini mempunyai paham
pluritanisme.

• Al-Surfiah

Pemimpin golongan ini adalah Ziad ibn al-asfar. Dalam paham ini
mereka dekat dengan golongan al-Azariqah dan oleh karena itu juga
merupakan golongan yang ekstrim. Hal-hal yang membuat mereka
ekstrim antara lainnya:

a. Orang Sufriah yang tidak berhijrah tidak dipandang kafir

b. Mereka tidak berpendapat bahwa anak-anak kaum musyrik boleh


dibunuh.

c. Tidak semua berpendapat bahwa orang yang dosa besar mejadi


musyrik.

Disamping pendapat diatas terdapat banyak pendapat yang secara


spesifik antara lain?

6
a. Tarqiah hanya boleh dalam bentuk perkataan dan tidak dalam
bentuk perbuatan.

b. Untuk keamanan, perempuan Islam boleh kawin dengan lelaki


kafir, dan di daerah bukan islam.

• Al-Ibadiah

Golongan ini merupakan golongan yang paling modern dari seluruh


golongan Khawarijj. Namanya diambil dari Abdullah Ibn Ibad, yang
pada tahun 686 M memisahkan diri dari golongan al-Azariqah. Ajaran-
ajaran dalam paham moderat antara lain:

a. Orang Islam yang tak sepaham dengan mereka bukanlah mukmin


dan musyrik

b. Membuat dosa besar tidak membuat orang keluar dari Islam

c. Yang boleh dirampas dalam perang hanyalah kuda dan senjata

Meskipun golongan Khawarijj telah hilang dan hanya tinggal dalam


sejarah, golongan al-ibadiah ini masih ada sampai sekarang dan terdapat
di Zanzibar, Afrika Utara, Umman dan Arabia Selatan.

2.4. Aliran Murji’ah


Asal-usul Murji’ah :
• At Ta’khiir, artinya mengemudiankan, menunda. Pengertian ini
menunjukkan bahwa aliran ini mengemudiankan amal dari niat.
• I’thoo’ Al Rajaa’, artinya memberi pengharapan. Pengertian ini
menunjukkan bahwa iman itu tidak rusak karena perbuatan dosa, begitu
pula perbuatan kafir tidak merusak dari ketaatan.

7
• Pendapat lain nama Murji’ah diambil dari kata Arja’a yang berarti
menangguhkan atau mengakhirkan. Maksudnya mereka menangguhkan
persoalan golongan-golongan umat Islam yang berselisih dan yang telah
banyak mengalirkan darah sampai hari pembalasan nanti dan mereka
tidak menentukan hukumnya bagi setiap yang berselisih.

Paham atau Pokok Ajaran

• Aliran ini timbul di Damaskus pada akhir abad pertama Hijrah. Dinamai
Murji’ah karena sesuai dengan makna istilah tersebut yaitu menunda atau
mengembalikan. Mereka berpendapat, bahwa orang-orang mukmin yang
berbuat dosa besar hingga matinya tidak juga tobat, orang itu belum bisa
dihukumi sekarang, terserah atau ditunda serta dikembalikan saja
urusannya kepada Allah kelak pada hari kiamat. Jadi pendapat ini adalah
kebalikan dari faham Khawarijj.

• Sebagian dari ajaran-ajarannya ialah bahwa perbuatan maksiat tidak


akan memberi pengaruh dan mudarat terhadap keimanan, juga tidak akan
memberi manfaat terhadap kekafirannya. Jadi, seoang kafir tidaklah akan
diberi pahala dengan perbuatan baik yang dilakukan oleh orang kafir
tersebut. Oleh sebab itu, golongan ini sekali-kali tidak mau mengkafirkan
seseorang yang telah islam, sekalipun besarnya maksiat yang
diperbuatnya, asalkan masih menganut islam dan mengucapkan dua
kalimah syahadat. Perbuatan maksiat dan dosa-dosa yang dikerjakannya
itu, terserah hukumnya kepada Allah SWT.

• Dari keterangan diatas paling tidak ada dua kelompok ajaran yang
dianut oleh aliran ini yaitu:

8
• Pengakuan iman seseorang cukup di hati saja, tidak dituntut
membuktikan keimanannya dengan perbuatan

• Selama meyakini dua kalimah syahadat, seorang muslim yang berbuat


dosa besar tidak tergolong kafir. Hukuman terhadap perbuatan ini
ditangguhkan di akhirat dan hanya Allah lah yang berhak mendukungnya.

Sub-aliran:

• Yunusiah, tokohnya adalah Yunus bin Aun Annamiri yang berpendapat


bahwa iman ialah mengetahui Allah, tunduk, patuh, dan meninggalkan
sifat-sifat kesombongan dan cinta dalam hati. Barangsiapa yang
melakukan maksiat tidak merusak iman seseorang.

• As Sahiliyah, tokohnya ialah Abu Hasan As Sahili. Pendapatnya bahwa


iman ialah mengetahui Tuhan dan kufur ialah tidak mengetahui Tuhan.
Yang disebut ibadah hanyalah iman.

• Al Ubaidiyah, tokohnya ialah Ubaid Al Maktaab. Pendapatnya


diantaranya selain syirik diampuni, jika seorang mati dalam iman dosa-
dosa dan perbuatan jahat yang dikerjakan tidak akan merugikan bagi yang
bersangkutan.

• Al Ghasaniyah, tokohnya ialah Ghasan Al Kufi. Ia berpendapat bahwa


amal tidak sepenting iman yang mengakibatkan pada pengertian bahwa
hanya imanlah yang penting dan yang menentukan mukmin dan tidaknya
seseorang.

• Assaubaniyah, tokohnya ialah Abu Syauban Al Murjii. Pendapatnya


bahwa iman adalah mengetahui Allah dan RasulNya yang masuk akal
boleh diperbuat dan yang tidak masuk akal boleh ditinggalkan karena
bukan dari iman. 9
Artinya iman ialah sesuai dengan akal dan amal tidak campur tangan
dengan iman.

• At Tumaniyah, tokohnya ialah Abu Muaz At Tumani. Ia berpendapat


bahwa iman ialah membenarkan dengan hati dan lidah dan kafir ialah
tidak tahu kepada Tuhan.

2.5. Aliran Syi’ah


Kata Syi’ah menurut Ibnu Khaldun berarti As shahbu wal Ittibaa’u yang
artinya pengikut atau partai. Menurut istilah Syi’ah adalah suatu golongan umat
Islam yang memberikan kedudukan istimewa kepada keturunan Nabi
Muhammad SAW dan menempatkan Ali bin Abi Thalib serta Ahlul Bait pada
derajat yang lebih utama daripada sahabat Nabi yang lain, mereka mencintai
Ali dan keturunannya dengan sepenuh hati dan disertai sikap dan tindakan yang
nyata.

Paham dan pokok ajarannya


Yang menuntut agar hak untuk menjabat khalifah baik dalam urusan
keagamaan ataupun urusan kenegaraan harus menjadi hak waris bagi keluarga
Nabi (Ali bin Abi Thalib dan anak cucunya).
Syahnya imam atau khalifah hanya apabila mendapat nash atau diangkat
oleh Nabi sendiri dan kemudian oleh imam-imam sesudah beliau secara
berurutan.
Bahwa tiap-tiap imam yang telah diangkat oleh imam sebelumnya itu
adalah makshum artinya terpelihara dari dosa sejak dilahirkannya.

10
Aliran
• Al Imamiyah atau Al Isna Asyariyah atau Rafidhah.
• Pokok-pokok ajarannya :
1) Bahwa Ali bin Abi Thalib satu-satunya khalifah yang
sah sesudah Nabi.
2) Mereka mengajarkan ajarannya “dua belas imam” yang
berurutan satu sama lain dari keturunan Ali dengan Fathimah.
3) Mereka mengajarkan adanya kemakshuman,
kemahdiyan, dan akan datangnya imam yang terakhir dan taqiyah.

• Zaidiyah, tokohnya ialah Zaid bin Ali.


• Dia mengajarkan bahwa:
1) Imam-imam itu terbatas hanya dari anak cucu Ali
dengan Fathimah.
2) Kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman dianggap
sah namun kurang utama.

• Ismailliyah, tokohnya ialah Ismail bin Ja’far Ash Shadiq. Ia


diriwayatkan suka minum khamar, sehingga sebagian penganutnya
menggugurkan keimamannya dan beralih beriman kepada adik Ismail,
yaitu Musa Al Kodhim. Golongan ini membatasi imam-imam hingga
yang ketujuh saja. Golongan ini termasuk aliran yang ekstrim yang
ajarannya banyak yang melampaui batas.

• Gholliyah (Ghullat), dipimpin oleh Abdullah bin Sabak, seorang yang


semula beragama Yahudi. Golongan ini juga dikenal ekstrim.

11
2.6. Aliran Qadariah dan Jabariah
Asal-usul:
Disebabkan karena Tuhan bersifat Maha Kuasa dan mempunyai
kehendak yang mutlak maka timbullah pertanyaan sampai dimanakah manusia
sebagai ciptaan Tuhan, bergantung kepada kehendak dan kekuasaan mutlak
Tuhan dalam menentukan perjalanan hidupnya? Diberi Tuhankah manusia
kemerdekaan dalam mengatur hidupnya? Ataukah manusia terikat seluruhnya
pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan?
Maka terdapat dua perbedaan pendapat. Yang pertama, kaum Qadariah
berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dan kemerdekaan dalam
menentukan perjalanan hidupnya dengan demikian nama Qadariah berasal dari
pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia
terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Yang kedua, kaum Jabariah berpendapat
bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak
dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak mutlak
Tuhan. Jadi, nama Jabariah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa.
Memang dalam aliran ini terdapat paham bahwa manusia mengerjakan
perbuatannya dalam keadaan terpaksa.

Paham dan Pokok Ajaran

• Paham Qadariah pertama kali dipelopori oleh Ma’bad al Juhani dan


Ghailan al Dimasyqi. Menurut Ghailan, manusia berkuasa atas
perbuatannya, manusia sendirilah yang melakukan perbuatan baik
maupun jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.

12
• Paham Jabariah dipelopori oleh Al Ja’d Ibn Dirham, tetapi yang
menyiarkannya adalah Jahm Ibn Safwan. Menurut Jahm, manusia tidak
mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa, tidak mempunyai daya,
tidak mempunya kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan, manusia
dalam melakukan perbuatannya hanya dipaksa. Tuhanlah yang
menciptakan perbuatan dalam diri manusia.

• Tokoh Jabariah yang lain yaitu Al Husain Ibn Muhammad Al Najjar yang
bersifat lebih moderat. Menurutnya, Tuhanlah yang menciptakan
perbuatan manusia, tetapi manusia mempunyai bagian dalam perwujudan
perbuatan itu. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai
efek untuk mewujudkan perbuatannya. Paham yang sama diberikan oleh
Dirar Ibn ‘Amr.

2.7. Aliran Mu’tazilah


Kata Mu’tazilah berasal dari I’tazala yang berarti berpisah atau
memisahkan diri. Mu’tazilah adalah aliran yang lebih cenderung menggunakan
akal, mereka banyak memakai akal di dalam persoalan-persoalan teologi. Ada
beberapa teori kenapa aliran ini dinamakan Mu’tazilah yaitu:
Washil bin “atha” dan amr bin ubaid berpendapat Mu’tazilah
adalah orang yang mengerjakan dosa besar, tidak mukmin, juga tidak
kafir, melaikan berada dalam suatu tempat antara dua tersebut.
Kelompok Mu’tazilah berpendapat bahwa pemisahan diri secara
fisik, yaitu menjauhkan diri dari majlis ta’lim (Tempat pengajian) Hasan
Bashri
Menurut riwayat yang ke tiga ini mengatakan bahwa pembuat
dosa besar berarti mejauhkan diri dari golongan orang-orang mukmin
dan juga golongan orang-orang kafir.

13
Paham dan Pokok Ajaran:

• Aliran ini menganut free will and free act seperti golongan Qadariyah
yakni manusia bebas berkehendak dan bebas berbuat.

• Mu’tazilah mempunyai 5 ajaran dasar yang tertuang dalam Al Ushul Al


Khamsah:

• At Tauhid (pengesaan Tuhan)

• Menurut mereka Tuhan itu satu-satunya yang esa. Namun Mu’tazilah


menolak konsep Tuhan memiliki sifat-sifat, apa yang disebut sifat
menurut mereka adalah zat Tuhan itu sendiri.

• Al Adl

• Tuhan itu berbuat adil dan Tuhan itu tidak akan berbuat dzalim.

• Al Wa’d wal Wa’id

• Tuhan akan memberikan pahala kepada orang yang berbuat baik dan
member hukuman kepada orang yang berbuat jahat.

• Al Manzilah Baina Manzilatain

• Menurut aliran ini seorang mukmin yang melakukan dosa besar dan
belum bertaubat bukan lagi mukmin dan bukan pula kafir, melainkan
fasik. Dikatakan bukan kafir karena ia masih percaya kepada Tuhan dan
nabi. Tapi bukan mukmin karena imannya tidak lagi sempurna. Jadi
orang fasik itu ditempatkan di neraka, tapi siksanya lebih ringan
daripada orang kafir.

14
• Amar Ma’ruf Nahi Munkar

• Perintah melakukan perbuatan baik dan larangan berbuat jahat.

2.8. Aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah


Banyak kalangan yang menentang aliran Mu’tazilah, terutama di
kalangan rakyat biasa yang tidak dapat menyelami ajaran-ajaran Mu’tazilah
yang bersifat rasional itu. Rakyat biasa, dengan pemikiran yang sederhana,
ingin ajaran yang sederhana pula. Kaum Mu’tazilah dalam sejarah memang
merupakan golongan minoritas, dan dikenal sebagai golongan yang tidak kuat
berpegang pada hadits.
Mungkin inilah yang menimbulkan term ahli sunnah dan jama’ah, yaitu
golongan yang berpegang teguh pada sunnah dan merupakan golongan
mayoritas. Yang dimaksud dengan ahli sunnah wal jama’ah dalam ilmu kalam
adalah aliran Asy’ariah dan Maturidiah yang menentang ajaran-ajaran
Mu’tazilah.

Paham dan Pokok Ajaran:


• Aliran Asy’ariah
a. Al Asy’ari dan karyanya
Al Asy’ari (873-935 M) pernah menjadi pengikut setia aliran Mu’tazilah
selama 40 tahun, tetapi akhirnya ia keluar disebabkan karena perbedaan
pendapat dengan gurunya, Al Jubbai. Kemudian Al Asy’ari mendirikan aliran
baru yang disebut aliran Asy’ariah yang dalam perluasannya diidentikkan
dengan sebutan aliran ahlussunnah wal jama’ah.

15
• Ajaran-ajaran Al Asy’ariah
1) Tentang wahyu Tuhan yang disebut Kalam Allah. Kalam Allah yaitu
lafal-lafal yang diturunkan Tuhan melalui malaikat Jibril kemudian
disampaikan kepada Nabi Muhammad, adalah dalalah dari kalam yang
sifatnya azali. Dalalah yang disebutkan itu adalah makhluk (diciptakan), yang
madlul bersifat qadim dan azali.
2) Pengakuan adanya sifat-sifat Tuhan. Menurut Al Asy’ari sifat-sifat
Tuhan itu tidak sama dengan Zat Tuhan, keduanya qadim. Jadi, Tuhan
mempunyai Zat, sifat dan perbuatan.
3) Melihat Tuhan di akhirat. Manusia dapat melihat Tuhan di akhirat
karena Tuhan itu maujud, setiap yang maujud memungkinkan untuk padat
dilihat.
4) Dosa besar. Orang Islam yang melakukan dosa besar, ia tetap
mukmin ‘ashi atau fasiq, apabila ia meninggal dunia sebelum bertaubat maka
ia terserah kepada Tuhan atas pelanggarannya itu, apakah Tuhan akan
menyiksa atau mengampuninya. Walaupun ia masuk neraka, tetapi akhirnya
dimasukkan ke dalam surga juga.
5) Imamah atau kepala pemerintahan ditetapkan berdasarkan
musyawarah untuk mendapatkan mufakat dan dengan pemilihan.

• Aliran Maturidiyah
• Al Maturidi
• Al Maturidi (944 M) adalah pengikut Abu Hanifah. Sistem pemikiran
theologinya masuk dalam golongan theologi ahlussunah waljama’ah dan
dikenal dengan nama Al Maturidiyah.

16
• Ajaran-ajaran Al Maturidi
Perlu diketahui bahwa aliran Maturidiah terbagi menjadi dua golongan
yaitu golongan Samarkand yang merupakan pengikut Al Maturidi sendiri dan
golongan Bukhara yang merupakan pengikut Al Bazdawi (murid Al Maturidi).
Ajaran-ajaran Al Maturidi:
1) Peranan akal dan wahyu, menurutnya meskipun kewajiban
mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal, tetapi kewajiban itu sendiri
datangnya dari Tuhan.
2) Sifat-sifat Allah, Aliran Maturidiyah berpendapat bahwa Tuhan
mempunyai sifat-sifat.
3) Al Qur’an, menurut Al Maturidi bahwa Al Qur’an itu sifat Tuhan, ia
tidak diciptakan, tetapi bersifat qadim.
4) Anthropomorphisme, Al maturidi tidak menyetujui paham tashbih
dan tajsim bagi Tuhan. Adapun kata-kata tangan, wajah, mata, yang
diidhofahkan pada Tuhan dalam Al Qur’an harus dita’wilkan.
5) Melihat Tuhan di akhirat, Al Maturidi sependapat dengan paham Al
Asy’ari bahwa Tuhan akan dapat dilihat oleh manusia di akhirat.
6) Kekuasaan dan kehendak Tuhan, menurut Al Maturidi bahwa
kekuasaan mutlak Tuhan dan kehendak Tuhan dibatasi oleh batasan-batasan
yang telah ditentukan Tuhan sendiri. Diantaranya dalam bentuk kebebasan
yang diciptakan Tuhan untuk manusia berupa perbuatan dan kehendak
terhadap yang baik dan yang buruk.
7) Keadilan Tuhan, menurut Maturidi perbuatan manusia bukanlah
kehendak Tuhan akan tetapi adalah perbuatan manusia itu sendiri.
8) Janji dan ancaman atau kewajiban Tuhan, Al Maturidi menerima
paham adanya kewajiban Tuhan terhadap manusia, sekurang-kurangnya
kewajiban menepati janji, tentang pemberian pahala bagi perbuatan baik dan
pemberian siksa bagi perbuatan jahat.
17
• 9) Beban di luar kemampuan manusia, Al Maturidi berpendapat bahwa
Tuhan tidak membebanimanusia dengan kewajiban-kewajiban yang tak
terpikul.

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Teologi adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang


akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional. Islam terbagi menjadi beberapa
aliran, seperti Khawarij, Murji’ah, sampai Ahlussunah Wal Jama’ah.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2013/05/sejarah-awal-
teologi-islampengertian.html?m=1

http://mzainiblog.blogspot.com/2017/03/aliran-aliran-teologi-dalam-
islam-tokoh.html

http://trikkuliah.blogspot.com/2016/03/aliran-aliran-dalam-teologi-
islam.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai