DISUSUN OLEH :
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita hanturkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
taufiq dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang
berjudul “Aliran-aliran Teologi Islam”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis masih merasa kurang baik dari segi teknis
penulisan maupun materi yang di dalamnya. Untuk itu kritik dan saran dari berbagai
pihak, penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
• Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam
• Yang berhak menjadi khalifah adalah siapa saja yang sanggup, asal
beragama Islam.
• Khalifah Abu Bakar dan Umar diakui sah karena keduanya diangkat
dan tidak menyeleweng dari ajaran Islam.
Sub-aliran Khawarij
• Al-Muhakkimah
4
Berbuat zina dan membunuh manusia dipandang sebagai dosa besar,
maka menurut paham golongan ini orang yang berbuat zina dan
membunuh manusia dianggap telah menjadi kafir dan keluar dari islam.
Demikian seterusnya dengan dosa-dosa besar lainnya.
• Al-Azariqah
• Al-Najdat
5
Nafi’ telah mereka pandang kafir dan demikian pula para pengikutnya.
Perpecahan golongan ini muncul ditimbulkan oleh pembagian
ghanimah (barang rampasan perang) dan sikap lunak yang diambil
Najdah terhadap khalifah Abd al-Malik ibn Marwan dari dinasti
Umayyah.
• Al-‘Ajaridah
• Mereka adalah pengikut dari Abd al-karim ibn Ajrad yang menurut al-
Syahrastani merupakan salah satu teman dari Atiah al-Hanafi. Kaum al-
Ajaridah bersifat lebih lunak karena menurut paham mereka berhijrah
bukanlah merupakan kewajiban sebagai yang diajarkan oleh Nafi’ ibn
al-Azraq dan Najdah. Kaum Ajaridah ini mempunyai paham
pluritanisme.
• Al-Surfiah
Pemimpin golongan ini adalah Ziad ibn al-asfar. Dalam paham ini
mereka dekat dengan golongan al-Azariqah dan oleh karena itu juga
merupakan golongan yang ekstrim. Hal-hal yang membuat mereka
ekstrim antara lainnya:
6
a. Tarqiah hanya boleh dalam bentuk perkataan dan tidak dalam
bentuk perbuatan.
• Al-Ibadiah
7
• Pendapat lain nama Murji’ah diambil dari kata Arja’a yang berarti
menangguhkan atau mengakhirkan. Maksudnya mereka menangguhkan
persoalan golongan-golongan umat Islam yang berselisih dan yang telah
banyak mengalirkan darah sampai hari pembalasan nanti dan mereka
tidak menentukan hukumnya bagi setiap yang berselisih.
• Aliran ini timbul di Damaskus pada akhir abad pertama Hijrah. Dinamai
Murji’ah karena sesuai dengan makna istilah tersebut yaitu menunda atau
mengembalikan. Mereka berpendapat, bahwa orang-orang mukmin yang
berbuat dosa besar hingga matinya tidak juga tobat, orang itu belum bisa
dihukumi sekarang, terserah atau ditunda serta dikembalikan saja
urusannya kepada Allah kelak pada hari kiamat. Jadi pendapat ini adalah
kebalikan dari faham Khawarijj.
• Dari keterangan diatas paling tidak ada dua kelompok ajaran yang
dianut oleh aliran ini yaitu:
8
• Pengakuan iman seseorang cukup di hati saja, tidak dituntut
membuktikan keimanannya dengan perbuatan
Sub-aliran:
10
Aliran
• Al Imamiyah atau Al Isna Asyariyah atau Rafidhah.
• Pokok-pokok ajarannya :
1) Bahwa Ali bin Abi Thalib satu-satunya khalifah yang
sah sesudah Nabi.
2) Mereka mengajarkan ajarannya “dua belas imam” yang
berurutan satu sama lain dari keturunan Ali dengan Fathimah.
3) Mereka mengajarkan adanya kemakshuman,
kemahdiyan, dan akan datangnya imam yang terakhir dan taqiyah.
11
2.6. Aliran Qadariah dan Jabariah
Asal-usul:
Disebabkan karena Tuhan bersifat Maha Kuasa dan mempunyai
kehendak yang mutlak maka timbullah pertanyaan sampai dimanakah manusia
sebagai ciptaan Tuhan, bergantung kepada kehendak dan kekuasaan mutlak
Tuhan dalam menentukan perjalanan hidupnya? Diberi Tuhankah manusia
kemerdekaan dalam mengatur hidupnya? Ataukah manusia terikat seluruhnya
pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan?
Maka terdapat dua perbedaan pendapat. Yang pertama, kaum Qadariah
berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dan kemerdekaan dalam
menentukan perjalanan hidupnya dengan demikian nama Qadariah berasal dari
pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia
terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Yang kedua, kaum Jabariah berpendapat
bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak
dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak mutlak
Tuhan. Jadi, nama Jabariah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa.
Memang dalam aliran ini terdapat paham bahwa manusia mengerjakan
perbuatannya dalam keadaan terpaksa.
12
• Paham Jabariah dipelopori oleh Al Ja’d Ibn Dirham, tetapi yang
menyiarkannya adalah Jahm Ibn Safwan. Menurut Jahm, manusia tidak
mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa, tidak mempunyai daya,
tidak mempunya kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan, manusia
dalam melakukan perbuatannya hanya dipaksa. Tuhanlah yang
menciptakan perbuatan dalam diri manusia.
• Tokoh Jabariah yang lain yaitu Al Husain Ibn Muhammad Al Najjar yang
bersifat lebih moderat. Menurutnya, Tuhanlah yang menciptakan
perbuatan manusia, tetapi manusia mempunyai bagian dalam perwujudan
perbuatan itu. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai
efek untuk mewujudkan perbuatannya. Paham yang sama diberikan oleh
Dirar Ibn ‘Amr.
13
Paham dan Pokok Ajaran:
• Aliran ini menganut free will and free act seperti golongan Qadariyah
yakni manusia bebas berkehendak dan bebas berbuat.
• Al Adl
• Tuhan itu berbuat adil dan Tuhan itu tidak akan berbuat dzalim.
• Tuhan akan memberikan pahala kepada orang yang berbuat baik dan
member hukuman kepada orang yang berbuat jahat.
• Menurut aliran ini seorang mukmin yang melakukan dosa besar dan
belum bertaubat bukan lagi mukmin dan bukan pula kafir, melainkan
fasik. Dikatakan bukan kafir karena ia masih percaya kepada Tuhan dan
nabi. Tapi bukan mukmin karena imannya tidak lagi sempurna. Jadi
orang fasik itu ditempatkan di neraka, tapi siksanya lebih ringan
daripada orang kafir.
14
• Amar Ma’ruf Nahi Munkar
15
• Ajaran-ajaran Al Asy’ariah
1) Tentang wahyu Tuhan yang disebut Kalam Allah. Kalam Allah yaitu
lafal-lafal yang diturunkan Tuhan melalui malaikat Jibril kemudian
disampaikan kepada Nabi Muhammad, adalah dalalah dari kalam yang
sifatnya azali. Dalalah yang disebutkan itu adalah makhluk (diciptakan), yang
madlul bersifat qadim dan azali.
2) Pengakuan adanya sifat-sifat Tuhan. Menurut Al Asy’ari sifat-sifat
Tuhan itu tidak sama dengan Zat Tuhan, keduanya qadim. Jadi, Tuhan
mempunyai Zat, sifat dan perbuatan.
3) Melihat Tuhan di akhirat. Manusia dapat melihat Tuhan di akhirat
karena Tuhan itu maujud, setiap yang maujud memungkinkan untuk padat
dilihat.
4) Dosa besar. Orang Islam yang melakukan dosa besar, ia tetap
mukmin ‘ashi atau fasiq, apabila ia meninggal dunia sebelum bertaubat maka
ia terserah kepada Tuhan atas pelanggarannya itu, apakah Tuhan akan
menyiksa atau mengampuninya. Walaupun ia masuk neraka, tetapi akhirnya
dimasukkan ke dalam surga juga.
5) Imamah atau kepala pemerintahan ditetapkan berdasarkan
musyawarah untuk mendapatkan mufakat dan dengan pemilihan.
• Aliran Maturidiyah
• Al Maturidi
• Al Maturidi (944 M) adalah pengikut Abu Hanifah. Sistem pemikiran
theologinya masuk dalam golongan theologi ahlussunah waljama’ah dan
dikenal dengan nama Al Maturidiyah.
16
• Ajaran-ajaran Al Maturidi
Perlu diketahui bahwa aliran Maturidiah terbagi menjadi dua golongan
yaitu golongan Samarkand yang merupakan pengikut Al Maturidi sendiri dan
golongan Bukhara yang merupakan pengikut Al Bazdawi (murid Al Maturidi).
Ajaran-ajaran Al Maturidi:
1) Peranan akal dan wahyu, menurutnya meskipun kewajiban
mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal, tetapi kewajiban itu sendiri
datangnya dari Tuhan.
2) Sifat-sifat Allah, Aliran Maturidiyah berpendapat bahwa Tuhan
mempunyai sifat-sifat.
3) Al Qur’an, menurut Al Maturidi bahwa Al Qur’an itu sifat Tuhan, ia
tidak diciptakan, tetapi bersifat qadim.
4) Anthropomorphisme, Al maturidi tidak menyetujui paham tashbih
dan tajsim bagi Tuhan. Adapun kata-kata tangan, wajah, mata, yang
diidhofahkan pada Tuhan dalam Al Qur’an harus dita’wilkan.
5) Melihat Tuhan di akhirat, Al Maturidi sependapat dengan paham Al
Asy’ari bahwa Tuhan akan dapat dilihat oleh manusia di akhirat.
6) Kekuasaan dan kehendak Tuhan, menurut Al Maturidi bahwa
kekuasaan mutlak Tuhan dan kehendak Tuhan dibatasi oleh batasan-batasan
yang telah ditentukan Tuhan sendiri. Diantaranya dalam bentuk kebebasan
yang diciptakan Tuhan untuk manusia berupa perbuatan dan kehendak
terhadap yang baik dan yang buruk.
7) Keadilan Tuhan, menurut Maturidi perbuatan manusia bukanlah
kehendak Tuhan akan tetapi adalah perbuatan manusia itu sendiri.
8) Janji dan ancaman atau kewajiban Tuhan, Al Maturidi menerima
paham adanya kewajiban Tuhan terhadap manusia, sekurang-kurangnya
kewajiban menepati janji, tentang pemberian pahala bagi perbuatan baik dan
pemberian siksa bagi perbuatan jahat.
17
• 9) Beban di luar kemampuan manusia, Al Maturidi berpendapat bahwa
Tuhan tidak membebanimanusia dengan kewajiban-kewajiban yang tak
terpikul.
18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2013/05/sejarah-awal-
teologi-islampengertian.html?m=1
http://mzainiblog.blogspot.com/2017/03/aliran-aliran-teologi-dalam-
islam-tokoh.html
http://trikkuliah.blogspot.com/2016/03/aliran-aliran-dalam-teologi-
islam.html?m=1