DIAJUKAN OLEH :
ALHAMDA
NIM : 2020634110004
ADMINISTRASI BISNIS
POLITEKNIK NEGRI LHOKSEUMAWE TAHUN AJARAN 2020/2021
1
PEMBAHASAN
FIRQAH DALAM ISLAM
1) SEJARAH TIMBULNYA FIRQAH
Sejarah Timbulnya firqah Islam Timbulnya aliran-aliran teologi Islam tidak terlepas dari
fitnah-fitnah yang beredar setelah wafatnya Rasulullah Saw. Setelah Rasulullah Saw wafat peran
sebagai kepala Negara digantikan oleh para sahabat-sahabatnya, yang disebut khulafaur Rasyidin
yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Namun, ketika pada
masa Utsman bin Affan mulai timbul adanya perpecahan antara umat Islam yang disebabkan oleh
banyaknya fitnah yang timbul pada masa itu. Sejarah mencatat, akibat dari banyaknya fitnah yang
timbulkan pada masa itu menyebabkan perpecahan pada umat Islam, dari masalah politik sampai
pada masalah teologis. Awal mula perpecahan bisa kita simak sejak kematian Utsman bin Affan r.a.
Ahli sejarah menggambarkan ‘Usman sebagai orang yang lemah dan tak sanggup menentang ambisi
keluarganya yang kaya dan berpengaruh itu untuk menjadi gubernur. Tindakan-tindakan yang
dijalankan Usman ini mengakibatkan reaksi yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Sahabat-
sahabat nabi setelah melihat tindakan Usman ini mulai meninggalkan khalifah yang ketiga ini.
Perasaan tidak senang akan kondisi ini mengakibatkan terjadinya pemberontakan, seperti adanya
lima ratus pemberontak berkumpul dan kemudian bergerak ke Madinah. Perkembangan suasana di
Madinah ini membawa pada pembunuhan Usman oleh pemuka-pemuka pemberontak di Mesir ini.
Setelah Usman wafat Ali sebagai calon terkuat menjadi khalifah keempat. Tetapi segera ia
mendapat tantangan dari pemuka-pemuka yang ingin pula menjadi khalifah, terutama Talhah dan
Zubeir dari Mekkah yang mendapat sokongan dari Aisyah. Tantangan ini dapat dipatahkan Ali
dalam pertempuran yang terjadi di Irak tahun 656 M. Talhah dan Zubeir mati terbunuh dan Aisyah
dikirim kembali ke Mekkah.
Tantangan kedua datang dari Mu’awiyah, Gubernur Damaskus dan keluarga dekat Usman.
Ia menuntut Ali supaya menghukum pembunuh- pembunuh Usman, bahkan ia menuduh bahwa Ali
turut campur dalam soal pembunuhan itu. Dalam pertempuran yang terjadi antara kedua golongan
ini di Siffin, tentara Ali mendesak tentara Mu’awiyah sehingga yang tersebut akhir ini bersiap-siap
untuk lari. Tetapi tangan kanan Mu’awiyah Amr Ibn al-’As yang terkenal sebagai orang licik minta
berdamai dengan mengangkat al-Quran keatas. Qurra’ atau syi’ah yang ada dipihak Ali mendesak
Ali untuk mnerima tawaran itu dan dicarilah perdamaian dengan mengadakan arbitase. Sebagai
pengantara diangkat dua orang, yaitu Amr Ibn al-‘As dari pihak Mu’awiyah dan Abu Musa al-Asy’ari
dari pihak Ali. Dalam pertemuan mereka, kelicikan Amr mengalahkan perasaan takwa Abu Musa.
Sejarah mengatakan bahwa keduanya terdapat pemufakatan untuk menjatuhkan kedua pemuka
yang bertentangan, Ali dan Mu’awiyah.Tradisi menyebutkan bahwa Abu Musa terlebih dahulu
mengumumkan kepada orang ramai putusan menjatuhkan kedua pemuka yang bertentangan itu.
Berlainan dengan apa yang telah disetujui, Amr mengumumkan hanya menyutujui penjatuhan Ali
yang telah di umumkan Abu Musa, tetapi menolak penjatuhan Mu’awiyah. Peritiwa ini merugikan
bagi Ali dan menguntungkan bagi Mu’awiyah. Khalifah yang sebenarnya adalah Ali, sedangkan
Mu’awiyah kedudukannya tak lebih dari Gubernur daerah yang tak mau tunduk kepada Ali sebagai
khalifah. Dengan adanya arbitase ini kedudukannya telah naik menjadi khalifah yang tidak resmi.
Sikap Ali yang menerima dan mengadakan arbitase ini, sungguhpun dalam keadaan terpaksa, tidak
disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka berpendapat bahwa hal serupa itu idak dapat
diputuskan oleh arbitase manusia. Putusan hanya datang dari Allah dengan kembali kepada
hukum-hukum yang ada dalam al-Quran. La hukma illa lillah (tidak ada hukum selain hukum dari
Allah) atau la hakama illa Allah (Tidak ada pengantar selain dari hukum Allah), menjadi semboyan
mereka. Mereka memandang Ali telah berbuat salah, oleh karena itu mereka meninggalkan
barisannya. Golongan mereka inilah dalam sejarah islam terkenal dengan nama al-Khawarij, yaitu
orang yang keluar dan memisahkan diri. Karena memandang Ali bersalah dan berbuat dosa,
mereka melawan Ali. Ali sekarang menghadapi dua musuh, yaitu Mu’awiyah dan Khawarij.karena
selalu mendapat serangan dari kedua pihak ini Ali terlebih dahulu memusatkan usahanya untuk
menghancurkan Khawarij. Setelah Khawarij kalah Ali terlalu lelah untuk meneruskan pertempuran
dengan Mu’awiyah. Mu’awiyah tetap berkuasa di Damaskus dan setelah Ali wafat ia dengan mudah
dapat memperoleh pengakuan sebagai khalifah umat Islam pada tahun 661 M.
Dari akar permasalahan ini kemudian timbul usaha membentengi ajaran dengan rumusan hujjah.
Maka lahirlah fiqoh satau madzab baik di bidang fiqih maupun akhlak/tassawuf.Adapun sebab-sebab
timbulnya firqah yaitu :
Pada masa Rasululloh SAW fanatisme kesukuan bangsa arab dapat di redam. Hal ini merupakan
keberhasilan beliau memerangifanatisme kesukuan. Hal ini berlanjut sampai pada pemerintahan
Ustman bin affan dan bangkit kembali dengan pertentangan bani Umayyah danbani Hasyim.
Perbedaan pendapat tentang masalah siapa yang paling berhak menggantikan Rasululloh SAW
timbul sejak beliau wafat.Akan tetapi pertentangan tersebut tumbuh dan semakin berkembang pada
masalah jabatan kholifah.
Sebagai akibat kekuasan wilayah islam, pemeluk agama terdahulu seperti yahudi, nasrani, dan
majusi banyak yang memeluk islam. Dalam benak mereka masih tersisa tradisi dan pemikiran agama
mereka sebelumnya, sehingga mempegaruhi pemikiran keislaman.
Pada akhir pemerintahan Bani Umayyah, umat islam mulai menerjemahkan buku filsafat. Usaha
tersebut berpengaruh terhadap perbedaan pendapat dalam islam. Sejak itu lahir para filosuf dan ulama
kalam yang menggunakan pemikiran filsafat di bidang akhidah islam.
5. Adanya ayat-ayat mutasyabihad
dalam al-qur’an tedapat ayat muhkamat dan mutasyaihabihat. Ayat muhkamat adalah ayat
yang artinya sudah jelas, sedangkan mutasyabihat adaah ayat yang belum jelas artinya. Akibatnya
mereka berbeda pendapat mengenai makna yang di maksud.
sumber hukum islam adalah al qur’an dan hadist yang bersifat umum dan global, sementara
persoalan yang di hadapi umat terus berkembang . kerena menetapkan persoalan tersebut
membutuhkan hukum syari . para ulama; menggali hukum mengunakan metode yang berbeda,oleh
sebab itu timbullah instibhat yang berbeda
Para pendomgeng mulai dikenal pada masa pemerintahan utsman bin affan.karena banyak
ceriata bohomg dan khurafat yang di smpaikan ,pada Masa Ali bin abi thalib para pendongeng mulai
di berantas. Cerita dongeng menyebabkan masuknya cerita usr aliyah dan khayal ke dalam kitab
tafsir dan sejarah islam
FIRQAH MEMILIKI 73 GOLONGAN DAN DIANTARA 73 GOLONGAN ITU, ADA SATU YANG BENAR
YAITU AHLI SUNNAH WALJAMAAH (ASWAJA). 72 FIRQAH YANG SESAT ITU BERPOKOK PADA 7 FIRQAH,
YAITU;
1. Kaum Syi'ah
kaum yang berlebih-lebihan mengagungkan Sayidina Ali bin Abi Thalib. Mereka tidak
mengakui Khalifah2 Abu bakar Siddiq, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Kaum syi'ah
kemudian berpecah menjadi 22 aliran.
2. Kaum Khawari
yaitu kaum yang berlebih-lebihan membenci Sayidina Ali. Bahwa ada di antaranya yang
mengkafirkan Sayidina Ali. Firqah ini berfatwa bahwa orang-orang yang membuat dosa besar jadi
kafir.
Kaum khawarij kemudian berpecah menjadi 20 aliran.
3. Kaum Mu'tazilah,
yaitu kaum yang berpaham bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat, bahwa manusia membuat
pekerjaannya sendiri, bahwa Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata dalam syurga, bahwa orang yang
mengerjakan dosa besar diletakkan diantara 2 tempat, dan Mi'raj Nabi muhammad hanya dengan
ruh saja, dsb.
Kaum mu'tazilah berpecah menjadi 20 aliran.
4. Kaum Murji'ah,
yaitu kaum yang memfatwakan bahwa membuat maksiat (kedurhakaan) tidak memberi
mudharat kalau sudah beriman, sebagai keadaannya membuat kebajikan tidak memberi manfaat
kalau kafir.
5. Kaum Najariyah,
yaitu kaum yang memfatwakan bahwa perbuatan manusia adalah makhluk, yakni dijadikan
Tuhan, tetapi mereka berpendapat bahwa sifat Tuhan tidak ada. Kaum Najariyah pecah menjadi 3
Aliran.
6. Kaum jabariyah
, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa manusia ''Majbur'' artinya tidak berdaya apa-apa.
Kasab atau usaba tidak ada sama sekali. Kaum ini hanya 1 aliran.
7. Kaum Musyabbihah,
yaitu kaum yang memfatwakan bahwa ada keserupaan Tuhan dengan manusia, umpamanya
bertangan, berkaki, duduk dikursi, naik tangga, turun tangga dan lain-lain.
Kaum ini hanya 1 aliran saja.
Kalau ditambah dengan 1 aliran lagi dengan paham kaum Ahlussunnah wal jama'ah maka cukuplah
73 firqah, sebagai diterangkan oleh Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Tirmidzi.
AHLI SUNNAH WAL JAMAAH (ASWAJA)
Ajaran Aswaja
Islam adalah agama allah yang diturunkan untuk seluruh manusia di dalamnya terdapat
pedoman dan aturan demi kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan di akhirat. Ada 3 hal yang
menjadi sendi utama dalam agama Islam itu yaitu iman, islam, dan ihsan. Dalam sebuah hadis
dijelaskan bahwa iman adalah orang yang beriman kepada Allah SWT, malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat, dan qadar (ketentuan)Allah yang baik dan yang buruk.
Islam adalah orang yang bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah SWT dan Muhammad adalah
utusan Allah, mengerjakan sholat, menunaikan zakat, puasa pada bulan Ramadhan, dan haji ke
Baitullah. Ihsan adalah orang yang menyembah Allah SWT seolah-olah kamu melihat-Nya.
Dari sisi keilmuan, semula ketiganya merupakan satu-kesatuan yang tidak terbagi-bagi namun
selanjutnya para ulama’ mengadakan pemisahan, sehingga menjadi ilmu tersendiri bagian-bagian
itu mereka gabungkan sehingga menjadi bagian ilmu yang berbeda, iman memunculkan ilmu
tauhid atau ilmu kalam islam menghadirkan ilmu fiqih atau ilmu hukum islam. Dan ihsan
menghadirkan ilmu tasawuf atau ilmu ahlak.
Meskipun telah menjadi ilmu tersendiri, tiga perkara itu harus diterapkan secara bersamaan tanpa
melakukan perbedaan. Misalnya orang yang sedang sholat dia harus mengesakan Allah disertai
kenyakinan bahwa hanya Allah yang wajib disembah (iman), harus memenuhi syarat dan rukun
sholat (islam), dan sholat harus dilakukan dengan khusyu’ den penuh penghayatan (ihsan).
Dalam perkembangan sejarah umat islam, terdapat aspek lain yang dapat membedakan
ajaran aswaja dengan kelompok lain. Aspek tersebut adalah aspek politik. Aspek politik ini
dengan sendirinya melengkapi inti ajaran aswaja (terutama bila diperbandingkan dengan ajaran
kelompok lainya), selain aspek aqidah atau teologi dan fiqih atau hukum