Anda di halaman 1dari 20

Munculnya Aliran Dalam

Peristiwa Tahkim
XI MIPA 1 Tahun Ajaran 2021-2022
Nama
Kelompok
Dhini Awalia Putri (08)
Difa Azzahra Izzatul Islami (09)
Fakhrina Triafida (10)
Farah Reza Aisha (11)
Finariyatus Saidah (12)
Harizatun Nabilah (13)
Himmatul Amalia (14)
01
Aqidah Islam Pada
Masa Nabi
Pembahasan

Ketika masa nabi SAW, sebagian lapisan masyarakat arab masih


menyimpan keyakinannya terhadap selain Allah SAW, mereka masih
meragukan ajaran yang dibawa Rasulullah SAW. Sehingga, keadaan aqidah
mereka pada waktu itu ialah suram, sebab, kerap mereka melakukan hal-
hal yang menyimpang dari ajaran tauhid dalam islam. Namun, ada
sebagian lapisan masyarakat arab yang telah memeluk agama islam,
mereka mempercayai ajaran yang dibawa nabi SAW adalah benar.
Begitupun dengan prinsip ketauhidannya dan keimanan terhadap Allah
SAW. Mereka senantiasa mengikuti apa yang diperintahkan Allah dan
Rasul-Nya. Sehingga, aqidah mereka kuat dan kokoh.
02
Aqidah Islam Pada
Masa Khulafa Ar-
Rasyidin
Pembahasan
Pada masa Khulafa ar-Rasyidin, khususnya pada masa pemerintahan
Abu Bakar (11-13 H), dan Umar bin Khattab (13-23 H) persatuan umat
Islam masih bisa dipertahankan, biarpun pada awal masa kekhalifahan
Abu Bakar ash-Ṣiddiq sempat muncul beberapa nabi palsu dan
keengganan sebagian umat Islam membayar zakat, namun semua
permasalahan tersebut dapat diatasi oleh Abu Bakar ash-Ṣiddiq. Benih-
benih perpecahan mulai muncul pada akhir masa pemerintahan Utsman
bin Affan, yaitu ketika Khalifah Utsman bin Affan (23-35 H) melakukan
reformasi di bidang administratur pemerintahan. Kebijakan yang diambil
Khalifah Utsman tersebut berdampak kepada situasi politik yang tidak
stabil.mencapai puncaknya dengan terbunuhnya khalifah ketiga tersebut.
Peristiwa yang menyedihkan dalam sejarah Islam ini dikenal dengan istilah
al-fitnah al-kubra (fitnah besar). Peristiwa ini dianggap sebagai pangkal
munculnya firqah-firqah dalam Islam.Intrik politik tidak menjadi reda
dengan meninggalnya Utsman bin Affan. Bahkan pertikaian semakin
membesar dengan terjadinya perang Jamal (pasukan khalifah Ali bin
Abi Ṭālib melawan pasukan ‘Aisyah) dan perang Ṣiffin (pasukan
khalifah Ali bin Abi Ṭālib melawan pasukan Mu’awiyah bin Abi Ṣufyān).
Perang Jamal dapat diselesaikan Khalifah Ali bin Abi Ṭālib dengan baik.
Namun upaya damai yang ditempuh untuk mengakhiri perang Ṣiffin
melalui upaya perundingan/ tahkīm justru membuat umat Islam
terpecah menjadi beberapa golongan. Kelompok Ali bin Abi Ṭālib
terpecah menjadi dua golongan. Pertama, golongan yang tetap setia
kepada Ali bin Abi Ṭālib, dan inilah yang menjadi embrio kelompok
Syi’ah. Kedua, golongan yang memisahkan diri dari pasukan Ali bin Abi
Ṭālib, dan inilah yang kemudian dikenal dengan firqah Khawārij. Di
luar Syi’ah dan Khawārij, ada golongan pendukung Mu’awiyah bin Abu
Ṣufyān. Pada masa ini, tema utama perdebatan para mutakallimīn
adalah tentang hukum orang mukmin yang melakukan dosa besar
03
Aqidah Islam Pada
Masa Bani Umayyah
Pembahasan

Akidah yang diwariskan dari zaman Rasulullah hidup. Para sahabat


Rasulullah mengajarkan dan menyebarkan akidah tersebut seiring dengan
penempatan mereka di daerah-daerah yang baru dibuka. Tidak jarang
khalifah-khalifah yang empat memilih sahabat-sahabat Rasulullah yang
berilmu sebagai pemegang jabatan gubernur di daerah-daerah baru
tersebut.Akan tetapi, sejak masa pemerintahan Usman bin Affan,
kelompok-kelompok yang menyimpang mulai bermunculan. Khawarij
adalah kelompok menyimpang yang pertama kali muncul. Tidak hanya
para pelaku berdosa besar yang mereka kafirkan, para sahabat Rasulullah
yang masih hidup pun mereka kafirkan.Kelompok Khawarij terus eksis,
meski pada masa pemerintahan Ali sempat ditumpas. Selama masa
pemerintahan khalifah-khalifah Bani Umayyah, mereka terus berkembang
dengan menyedihkan. Di antara mereka terjadi perpecahan yang terus.
menerus. Ironisnya, antar pecahan mereka itu terjadi saling mengafirkan.
Perpecahan tersebut terkadang diiringi dengan peperangan antara mereka,
baik dalam skala kecil ataupun besar.Seperti sisi koin yang lain, pada masa
Ali, muncul pula kelompok Syiah yang memiliki akidah menyimpang.
Mereka berkeyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah orang yang paling
berhak menjadi khalifah setelah Rasulullah meninggal dunia. Mereka yakin,
Abu Bakar dan Umar telah mencuri hak itu dari Ali. Pada tingkat tertentu,
sebagian mereka justru menganggap Abu Bakar dan Umar telah kafir
karena telah menjadi khalifah sebelum Ali.Bermula dari keyakinan seperti
itu, akidah tersebut dikembangkan menjadi sebuah ajaran agama
tersendiri. Mereka memiliki kitab suci sendiri. Sebagian mereka, bahkan,
meyakini bahwa Ali-lah Tuhan semesta alam. Terkait dengan pemerintahan
Bani Umayyah, Syi'ah meyakini bahwa Mu'awiyah dan keluarganya adalah
musuh mereka. Bersama kelompok khawarij, mereka selalu merongrong
pemerintahan Bani Umayyah.Akidah Jahmiyah kemudian mempengaruhi
akidah kelompok Murjiah dan Mu'tazilah. Kedua kelompok ini muncul
pertama kali pada masa pemerintahan Bani Umayyah. Bahkan,
beberapa khalifah Bani Umayyah terpengaruh akidah dua kelompok
ini.Murjiah adalah kelompok menyimpang yang menganggap bahwa
amal ibadah tidak termasuk ke dalam bagian iman. Iman, menurut
mereka, cukup dengan keyakinan dalam hati. Sebagian dari mereka
malah meyakini bahwa iman cukup dengan ucapan di bibir tanpa
keyakinan di dalam hati.Mu'tazilah adalah kelompok yang dinisbatkan
kepada Washil binti 'Atha. Mereka meyakini bahwa Allah hanya punya
nama, tetapi tidak memiliki sifat-sifat. Seperti Jahmiyah, mereka yakin
bahwa Al-Qur'an bukan kalam Allah. Juga seperti Khawarij, mereka yakin
bahwa siapa pun yang melakukan dosa besar kafir yang jika mati dan
belum bertaubat, maka dia akan kekal di Jahannam.Di antara sahabat-
sahabat Rasulullah yang terakhir meninggal dunia terdapat beberapa
orang yang menyaksikan kemunculan kelompok Qadariyah. Kelompok
ini termasuk kelompok yang menyimpang dalam Islam. Tokoh terkenal
kelompok ini adalah Ma'bad Al-Juhani yang bermukim di Basrah,
Irak.Mereka yakin,
semua yang dilakukan oleh manusia adalah hasil usaha manusia itu
sendiri. Allah sebagai penguasa alam semesta tidak ikut campur-tangan
sama sekali. Dengan kata lain, takdir Allah tidak ada. Selama masa
kekhalifahan Bani Umayyah, kelompok ini berkembang meski sering
dalam skala yang kecil dan turut memengaruhi akidah-akidah kelompok
menyimpang yang lain.Kemunculan kelompok Qadariyah memancing
kemunculan kelompok Jabbariyah. Kelompok ini adalah kelompok
menyimpang yang menganggap bahwa semua yang terjadi di alam
semesta ini adalah perbuatan Allah. Makhluk-makhluk yang ada tidak
memiliki kehendak sama sekali, seolah-olah dipaksa untuk berbuat oleh
Allah. Mereka yakin, para makhluk seperti sehelai bulu yang
diterbangkan angin ke mana pun bertiup.
04
Aqidah Islam Pada
Masa Bani Abbasiyah
Pembahasan
Pada masa bani abbasiyah perdebatan dalam bidang agama terus
terjadi Isu pokok yang diangkat adalah kedudukan akal di depan wahyu.sisi
lain, muncul orang-orang yang berusaha mencari kompromi antara akal
dan wahyu. Asy'ariyah menganggap bahwa Allah hanya memiliki tujuh
sifat. Selain itu, mereka yakin, bahwa Al-Qur'an bukan kalam Allah. Akidah
seperti ini terus dipegang dan disebarkan oleh para pengikutnya,
meskipun Abu Musa Al-Asy'ari sendiri bertobat di akhir hidupnya. Dan
Kelompok Khawarij semakin terpecah menjadi kelompok-kelompok yang
banyak. Demikian pula dengan kelompok Syiah, mereka terpecah-pecah
kembali. Akidah Islam yang benar menjadi semakin terkaburkan pada
masa Bani Abbasiyah itu. Kesimpulan bahwa keadaan itu berkembang
hanya dalam skala kecil. Pengaruh yang datang dari luar, terutama dari
filsafat Yunani yang membanjiri negeri-negeri kaum muslimin pada era
penerjemahan, memengaruhi banyak kaum muslimin, sehingga wahyu
banyak dipahami oleh logika dan pada akhirnya banyak ketentuan-
ketentuan yang datang dari Allah dan Rasulullah ditinggalkan.
05
Aqidah Islam Sesudah
Bani Abbasiyah
Pembahasan

Pada masa ini,paham Asy'ariyah dan Maturidiyah mengalami


perkembangan yang sangat pesat sehingga menjadi paham mayoritas
umat islam.Corak pemikiran yang mudah dipahami,dan mampu
mengkolaborasikan antara dalil naqli/nash dan pendekatan
akal/filsafat.Aliran ini kemudian dikenal dengan sebutan Ahlussunah wal
Jama'ah.Pada permulaan abas ke-8 H, muncul Taqiyuddin ibnu Taimiyah di
Damaskus yang berusaha membongkar beberapa pemikiran Asy'ariyah
yang dianggapnya tidam murni bersumber dari Al-Qur'an dan Al-Hadist.
Pemikiran Ibnu Taimiyah kemudian dikenal dengan gerakan Salafi.Pada
perkembangan selanjutnya muncul pemikir-pemikir islam seperti Ibnul
Qayyim al-Jauziyah,Jamaluddin al-Afghani,Rasyid Ridlo,Muhammad
Abduh,dan Muhammad bin Abdul Wahhab.
06
Peristiwa Tahkim
Pembahasan
Ali bin Abi Ṭālib menerima estafet kepemimpinan dalam situasi yang
sulit. Abi Ṣufyān tidak mau baiat kepada Ali bin Abi Ṭālib dan secara terang-
terangan menolak kekhalifahannya. Mu’awiyah bin Abi Ṣufyān, yang saat
itu menjabat gubernur di Syam menyusun kekuatan untuk melawan
kekhalifahan Ali bin Abi Ṭālib.Dalam pertempuran di Ṣiffin, pasukan Ali bin
Abi Ṭālib hampir mencapai kemenangan. Usulan tersebut pada awalnya
diragukan ketulusannya oleh Ali bin Abi Ṭālib. Namun pada akhirnya Ali bin
Abi Ṭālib menerima ajakan damai tersebut setelah didesak oleh sebagian
pasukannya. Peristiwa perundingan antara pihak Ali bin Abi Ṭālib dan
pihak Mu’awiyah inilah kemudian dikenal dengan sebutan
tahkīm/arbitrase.Delegasi Ali bin Abi Ṭālib dipimpin Abu Musa Al-Asy’ari,
delegasi Mu’awiyah dipimpin ‘Amr bin ‘Ash. Dalam dialog antara delegasi
Ali bin Abi Ṭālib dan delegasi Mu’awiyah, dicapailah suatu kesepakatan,
bahwa
untuk meredakan pertikaian maka Ali bin Abi Ṭālib dan Mu’awiyah
harus diturunkan dari jabatannya. Seluruh pendukung Ali bin Abi Ṭālib
tentu sangat kecewa. Sementara itu Ibnu Abbas menemui Ali bin Abi
Ṭālib untuk memberitahu hasil pertemuan tahkīm.
THANKS!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai