Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
JURUSAN BIOLOGI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Sejarah Murji’ah
Kata al-Murji’ah adalah bentuk isim fa’il yang terdapat ta’
marbutoh (marji’un-marji’atun). Fi’il madlinya (arja’a)-yurji’u-irja’a,
artinya bisa bermacam-macam yaitu menunda (menangguhkan),
memberi harapan dan mengesampingkan. Nurdin menguraikan ketiga
makna tersebut sebagai berikut:1
1
M. Amin Nurdin, Sejarah Pemikiran Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2014), h. 24
a. Menunda (menangguhkan) maksudnya ialah dalam menghadapi
sahabat-sahabat yang bertentangan, mereka tidak mengeluarkan
pendapat siapa yang bersalah. Sikap mereka adalah menunda dan
menangguhkan penyelesaian persoalan tersebut di hari akhirat
kelak di hadapan Allah.
b. Memberi harapan maksudnya ialah orang-orang Islam yang
berbuat dosa besar tidak mrnyeabkan mereka menjadi kafir.
Mereka tetap mukmin dan tetap mendapatkan rahmat Allah
meskipun mereka harus masuk lebih dahulu dalam neraka karena
perbuatan dosanya. Nama al-Murji’ah diberikan untuk golongan ini
karena mereka memberi pengharapan bagi orang yang berdosa
besar untuk masuk surga.
c. Mengesampingkan maksudnya ialah golongan ini menganggap
yang penting dan diutamakan adalah iman, sedang amal perbuatan
hanya merupakan soal kedua, yang menentukan mukmin atau
kafirnya seseorang adalah imannya bukan perbuatannya. Dengan
kata lain perbuatan itu berada di belakang setelah iman dalam
pengertian kurang penting atau dikesampingkan.
Tokoh-tokoh Murji’ah
Kelompok ekstrim:
1. Al-Jahmiyah
2. Ash-Shahiliyah
3. Al-Yunusiyah
4. Al-Ubaidiyah
5. Al-Hasaniyah
2.3 Pemikiran kalam/ teologi Khawarij dan Murji’ah
Pemikiran kalam Khawarij
Secara umum hasil pemikiran dari kelompok khawarij yaitu:
1. Persoalan khalifah
- Khawarij mengakui bahwa khalifah Abu Bakar, Umar, dan
Usman adalah ketiga khalifah yang diangkat secara sah, sebab
dilaksanakan dengan cara syura, yaitu musyawarah ahlul halli
wal aqdi. Tetapi, pada akhir masa kekhalifahan Usman bin
Affan tidak diakui mereka, sebab khalifah telah melakukan
penyelewangan terhadap penetapan pejabat-pejabat negara.
- Awal pengangkatan khalifah Ali bin Abi Thalib diakui oleh
kelompok Khawarij. Namun, setelah Ali menerima tahkim dari
aMuawiyah, kemudian mereka tidak mengakui Ali sebagai
khalifah, bahkan menghukumi kafir.
- Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.
- Khalifah tidak harus keturunan Arab, sehingga setiap muslim
berhak menjadi khalifah apabila telah memenuhi syarat-syarat.
- Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan
bersikap adil dan menjalankan syari’at islam, dan dijatuhi
hukuman berupa dibunuh jika melakukan kedzaliman.
2. Persoalan fatwa kafir
- Orang islam yang melakukan dosa besar adalah kafir. Maka
dari itu, halal darahnya, hartanya, anaknya, istrinya dan
kampung halamannya adalah Darul Harb.
- Orang-orang yang terlibat perang jamal (antara Aisyah,
Thalhah, dan Zubair dengan Ali) dan para pelaku tahkim
termasuk yang menerima dan membenarkannya dihukumi
kafir.
3. Persoalan iman dan ibadah
- Kaum khawarij berpendapat bahwa yang dikatakan iman itu
bukanlah pengakuan dalam hati dan ucapan dengan lisan saja.
Namun, amal ibadah juga menjadi rukun iman. Barang siapa
tidak mengerjakan salat, puasa, zakat, dll, maka orang tersebut
telah menjadi kafir.
4. Persoalan dosa
- Bagi kaum khawarij, semua dosa adalah besar, jadi mereka
tidak mengenal perbedaan antara dosa besar dan dosa kecil.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tahkim (arbitrase) inilah awal dari kemunculan aliran Khawarij
dan Murji’ah. Khawarij ialah kelompok pengikut Ali yang keluar dari
barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima
arbitrase (tahkim) dalam perang shiffin pada tahun tahun 37 H./ 648 M.
dengan kelompok Bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan
perihal persengketaan khilafah.
Asal mula gerakan khawarij ini masalah politik semata-mata
namun kemudian berkembang menjadi corak keagamaan. Aliran Murji’ah,
aliran ini disebut Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda
penyelesaian persoalan konflik politik antara Ali bin Abi Thalib,
Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Khawarij ke hari perhitungan di akhirat
nanti.
Dalam perjalanan sejarah, aliran ini terpecah menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok moderat dan kelompok ekstrem. Tokoh-tokoh
kelompok moderat adalah Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib,
Abu Hanifah (Imam Hanafi), Abu Yusuf dan beberapa ahli
hadits.Golongan moderat ini berpendapat bahwa orang yang berdosa besar
bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka, tetapi akan dihukum dalam
neraka sesuai dengan besarnya dosa yang dilakukannya, dan ada
kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya dan oleh karena
itu tidak akan masuk neraka sama sekali. Sedangkan tokoh – tokoh
kelompok ekstrim adalah Jahm bin Safwan, Abu Hasan As-Shalihi, Yunus
bin An-Namiri, Ubaid Al-Muktaib, Abu Sauban, Bisyar Al-Marisi, dan
Muhammad bin Karram. Golongan ekstrim ini berpendapat bahwa Islam
percaya pada Tuhan dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan
tidaklah menjadi kafir, karena iman dan kafir tempatnya hanyalah dalam
hati, bukan menjadi bagian lain dari tubuh manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi & Bashori. 2010. Studi Ilmu Tauhid/ Kalam. Malang: UIN Maliki Press
(Anggota IKAPI), hlm. 102-104.
Nasir, Sahilun A. 2012. Pemikiran Kalam (Teologi Islam)-Sejarah, Ajaran, dan
Perkembangannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam, Jakarta: UI press.
http://medianoncetaksaldi.blogspot.com/2017/10/tokoh-dan-pemikiran-kelompok-
kalam.html. Diakses pada tanggal 22 Februari 20221, pukul 08.00