Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH TOKOH DAN PEMIKIRAN KALAM / TEOLOGI

KHAWARIJ DAN MURJI’AH

Dosen Pengampu:

Dr. Ahmad Barizi, MA

Disusun Oleh:

1. Irsyadilla Faqih (18620035)


2. Nur Aisyah (200602110039)
3. Rohmatus Shoumiyah (200602110040)
4. Murtafi’atul Aula (200602110041)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semasa Rasulullah hidup, belum ada paham atau aliran yang
muncul dan belum ada pendapat-pendapat yang berbeda dan mencolok.
Sebab, saat kepemimpinan Rasulullah Ketika ada permasalahan beliau
mampu langsung mengatasi dan menyelesaikannya. Baik
dalamkedudukannya sebagai pemimpin agama maupun sebagai pemimpin
negara. Namun, setelah Rasulullah wafat, mulai timbul adanya perbedaan,
mulai dari perbedaan pendapat, paham, serta aliran yang berkenan dengan
agama ataupun politik. Perbedaan tersebut berasal dari pemahaman
terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah yang keduanya merupakan sumber
ajaran islam.
Perbedaan paham dalam islam muncul setelah Rasulullah SAW
wafat. Pokok perselisihan yang timbul adalah persoalann tentang siapa
yang berhak menggantikan posisi Rasulullah, yakni menggantikan menjadi
khalifah setelah beliau. Perselisihan ini terjadi ketika peristiwa Ali bin Abi
Thalib yang kontra dengan keluarga Utsman bin Affan, kelompok Aisyah
serta Muawiyah yang telah menimbulkan persengketaan. Bahkan keluarga
utsman menuduh bahwa Ali ikut andil dalam pembunuhan Utsman
tersebut. Kemudian, terjadi persengketaan antara Ali dengan kelompok
Aisyah yang kemudian diselesaikan dengan adanya perang Jamal, yang
berakhir dengan kemenangan pada pihak Ali. Selanjutnya, Mua’wiyah
yang menjadi penentang golongan Ali dan kemudian terjadi peperangan
antara Ali dan Mu’awiyah yang disebut perang shiffin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah khawarij dan Murji’ah?
2. Siapa saja tokoh-tokoh Khawarij dan Murji’ah?
3. Apa pemikiran kalam/teologi dari golongan Khawarij dan Murji’ah?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang sejarah munculnya golongan Khawarij dan
Murji’ah.
2. Mengetahui tokoh-tokoh dalam golongan Khawarij dan Murji’ah.
3. Mengetahui apa saja pemikiran kalam/ teologi dari golongan Khawarij
dan Murji’ah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Khawarij dan Murji’ah


Sejarah Khawarij
Kata Khawarij berasal dari kata Bahasa Arab kharaja. Secara
etimologi berarti krluar, muncul, timbul atau memberontak muslim,
serta berarti muslim yang ingin keluar dari umat muslim. Sedangkan,
pengertian Khawarij secara terminology ilmu kalam, yaitu suatu
kelomopok atau aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar
meninggalkan barisan karena perbedaan pendapat antara Khawarij
dengan keputusan Ali bin Abi Thalib yang menerima arbitrase
(tahkim) dalam perang shiffin pada tahun 376 H / 648 M, dengan
kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal
persengketaan khalifah. Nama Khawarij tersebut digunakan, sebab
mereka keluar dari barisan Ali. Ada pendapat lain yang menyatakan
bahwa nama Khawarij tersebut berdasar pada QS. An-Nisa’ (4): 100.
Peradaban yang telah dibangun umat islam telah mengalami
banyak liku. Ketidakpuasan manusia mengakibatkan terjadinya
pergolakan. Salah satunya terjadinya peperangan antara Ali dengan
Mu’awiyah. Namun, kegagalan Ali dalam perang tersebut
menimbulkan akibat yang sangat buruk pada barisan tantara Ali.
Sebagian dari mereka melepas diri dari bagian tantara Ali, kemudian
mereka memberontak untuk memerangi Ali dan Mu’awiyah. Golongan
pemberontak inilah yang kemudian menamakan dirinya Khawarij.
Alasan mereka melepas dari barisan Ali, sebab mereka tidak puas
dengan adanya tahkim dimana hal tersebut menguntungkan pihak
Mu’awiyah, sebab tahkim ini hanya strategi dan rekayasa Mu’awiyah
untuk merebut kekuasaan Ali. Sehingga, mereka ynag memberontak
menolak hasil dari tahkim dengan prinsip la hukma Illa Lillah, yang
menyebabkan kalahnya Ali dan turunnya dari jabatan sebagai khalifah.
Mereka menganggap bahwa orang yang mau berdamai ketika
pertempuran adalah orangyang rugi akan pendiriannya dalam
kebenaran peperangan yang telah ditegakkannya. Sehingga akhirnya
mereka membenci Ali karena dianggap lemah dalam menegakkan
suatu kebenaran, sebagaimana mereka membenci Mu’awiyah karena
melawan khalifah yang sah. Inilah generasi pertama Khawarij lahir.
Jumlah pemberontak yang telah memutus dari barisan Ali sekitar
duabelas ribu orang, dan inilah generasi pertama Khawarij. Khawarij
bersikap bermusuhan kepada Ali dan Mu’awiyah. Mereka mengnggap
bahwa orang-orang islam selain golongan mereka sendiri adalah kafir,
serta halal darah dan kekayaannya. Kemudian, Khawarih memandang
bahwa dirinya adalah orang yang meninggalkan rumah dan kampung
halamannya untuk mengabdi kepada Allah dan Rasul-Nya. Khawarij
juga menamakan kaumnya dengan kaum syuruah, artinya kaum yang
mengorbankan dirinya untuk kepentingan keridhoan Allah. Selain itu,
mereka juga sering disebut sebagai Haruriyah diambil dari kata hurara
yaitu nama desa yang terletak di dekat Kufa di Irak. Tempat inilah
yang menjadi tempat berkumpul kaum Khawarij setelah memisahkan
diri dari barisan Ali, dan mereka memilih Abdullah Ibn Wahab al-
Rasid menjadi pemimpin sebagai ganti Ali bin Abi Thalib.
Dapat disimpulkan bahwa lahirnya Khawarij sebab persoalan
politik yang berubah, kemudian menjadi soal kepercayaan atau
dogmatis teologi. Mereka mennuduh khalifah Ali bin Abi Thalib lebih
percaya pada putusan musuh dan mengenyampingkan putusan Allah,
yaitu menerima tahkim yang menyebabkan perpecahan dan perbedaan
pendapat.

Sejarah Murji’ah
Kata al-Murji’ah adalah bentuk isim fa’il yang terdapat ta’
marbutoh (marji’un-marji’atun). Fi’il madlinya (arja’a)-yurji’u-irja’a,
artinya bisa bermacam-macam yaitu menunda (menangguhkan),
memberi harapan dan mengesampingkan. Nurdin menguraikan ketiga
makna tersebut sebagai berikut:1

1
M. Amin Nurdin, Sejarah Pemikiran Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2014), h. 24
a. Menunda (menangguhkan) maksudnya ialah dalam menghadapi
sahabat-sahabat yang bertentangan, mereka tidak mengeluarkan
pendapat siapa yang bersalah. Sikap mereka adalah menunda dan
menangguhkan penyelesaian persoalan tersebut di hari akhirat
kelak di hadapan Allah.
b. Memberi harapan maksudnya ialah orang-orang Islam yang
berbuat dosa besar tidak mrnyeabkan mereka menjadi kafir.
Mereka tetap mukmin dan tetap mendapatkan rahmat Allah
meskipun mereka harus masuk lebih dahulu dalam neraka karena
perbuatan dosanya. Nama al-Murji’ah diberikan untuk golongan ini
karena mereka memberi pengharapan bagi orang yang berdosa
besar untuk masuk surga.
c. Mengesampingkan maksudnya ialah golongan ini menganggap
yang penting dan diutamakan adalah iman, sedang amal perbuatan
hanya merupakan soal kedua, yang menentukan mukmin atau
kafirnya seseorang adalah imannya bukan perbuatannya. Dengan
kata lain perbuatan itu berada di belakang setelah iman dalam
pengertian kurang penting atau dikesampingkan.

Lahirnya al-Murji’ah sebagai suatu aliran teologi dalam islam,


merupakan reaksi terhadap paham-paham yang dilontarkan oleh aliran
al-Khawarij, suatu paham dalam teologi islam yang dikembangkan
oleh segolongan pengikut ali bin abi thalib, yang tidak menyetujui
perjanjian damai(tahkim) dalam perang shiffin melawan Muawiyah.

Aliran teologi al-Murji’ah sebagaimana juga al-Khawarij, pada


mulanya ditimbulkan oleh kasus politik, tegasnya, persoalan khilafah
yang membawa perpecahan di kalangan umat Islam setelah Utsman
bin Affan mati terbunuh. Muncullah kaum al-Khawarij yang berbalik
memusuhi Ali. Perlawanan mereka ini memperkuat pendukung-
pendukung yang bertambah keras membela Ali dan akhirnya mereka
membentuk golongan tersendiri dalam Islam yang dikenal dengan
nama Syi’ah (Syi’atu Aliyin). Meskipun Syi’ah dan al-Khawarij
bermusuhan, namun mereka sama-sama menentang kekuasaan Bani
Umayah dengan motif yang berlainan. Al-Khawarij menentang Bani
Umayah karena mereka manganggap Bani Umayah telah
menyeleweng dari ajaran Islam, sedang Syi’ah menentang Bani
Umayah karena memandang mereka telah merampas kekuasaan dari
Ali dan keturunannya.

Aliran teologi al-Murji’ah sebagaimana juga al-Khawarij, pada


mulanya ditimbulkan oleh kasus politik, tegasnya, persoalan khilafah
yang membawa perpecahan di kalangan umat Islam setelah Utsman
bin Affan mati terbunuh. Muncullah kaum al-Khawarij yang berbalik
memusuhi Ali. Perlawanan mereka ini memperkuat pendukung-
pendukung yang bertambah keras membela Ali dan akhirnya mereka
membentuk golongan tersendiri dalam Islam yang dikenal dengan
nama Syi’ah (Syi’atu Aliyin). Meskipun Syi’ah dan al-Khawarij
bermusuhan, namun mereka sama-sama menentang kekuasaan Bani
Umayah dengan motif yang berlainan. Al-Khawarij menentang Bani
Umayah karena mereka manganggap Bani Umayah telah
menyeleweng dari ajaran Islam, sedang Syi’ah menentang Bani
Umayah karena memandang mereka telah merampas kekuasaan dari
Ali dan keturunannya.

Jadi golongan Murji’ah ini hadir di tengah-tengah memuncaknya


perdebatan mengenai pelaku pembunuhan; yang diperselisihkan oleh
golongan Syi’ah dan Khawarij. Golongan Murji’ah tidak ikut-ikutan
merperdebatkannya dan menyerahkan persoalan tersebut kepada Allah
di hari kiamat kelak. Murji’ah menganggap yang penting dan
diutamakan adalah iman, sedang amal perbuatan hanya merupakan
soal kedua, yang menentukan mukmin atau kafirnya seseorang adalah
imannya bukan perbuatannya.

Dengan sikap tersebut, Murji’ah tidak mengalami tekanan dari Bani


Umayah seperti yang dialami oleh Khawarij dan Syiah serta secara
tidak langsung Murji’ah mendukung kekuasaan dinasti Umayah.
Sehingga reduplah nama Murji’ah seiring lenyapnya kekuasaan dinasti
Umayah dikemudian hari.

2.2 Tokoh-tokoh Khawarij dan Murji’ah


Tokoh-tokoh Khawarij
1. Urwah bin Hudair
2. Najdah bin ‘Amir
3. Najdah bin Uwaimir
4. Ubaidillah bin Basyir
5. Mustaurid bin Sa’ad
6. Zubair bin Ali
7. Hautsarah bin al-Asadi
8. Qathari bin Fujaah
9. Quraib bin Marrah
10. Abdu Rabbih
11. Nafi’i bin Azraa

Tokoh-tokoh Murji’ah

1. Al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib


2. Abu Hanifah
3. Abu Yusuf
4. Ghailan ad-Dimasyq
5. Bisyar al-Marisi
6. Muhammad bin Karram

Kelompok ekstrim:

1. Al-Jahmiyah
2. Ash-Shahiliyah
3. Al-Yunusiyah
4. Al-Ubaidiyah
5. Al-Hasaniyah
2.3 Pemikiran kalam/ teologi Khawarij dan Murji’ah
Pemikiran kalam Khawarij
Secara umum hasil pemikiran dari kelompok khawarij yaitu:
1. Persoalan khalifah
- Khawarij mengakui bahwa khalifah Abu Bakar, Umar, dan
Usman adalah ketiga khalifah yang diangkat secara sah, sebab
dilaksanakan dengan cara syura, yaitu musyawarah ahlul halli
wal aqdi. Tetapi, pada akhir masa kekhalifahan Usman bin
Affan tidak diakui mereka, sebab khalifah telah melakukan
penyelewangan terhadap penetapan pejabat-pejabat negara.
- Awal pengangkatan khalifah Ali bin Abi Thalib diakui oleh
kelompok Khawarij. Namun, setelah Ali menerima tahkim dari
aMuawiyah, kemudian mereka tidak mengakui Ali sebagai
khalifah, bahkan menghukumi kafir.
- Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.
- Khalifah tidak harus keturunan Arab, sehingga setiap muslim
berhak menjadi khalifah apabila telah memenuhi syarat-syarat.
- Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan
bersikap adil dan menjalankan syari’at islam, dan dijatuhi
hukuman berupa dibunuh jika melakukan kedzaliman.
2. Persoalan fatwa kafir
- Orang islam yang melakukan dosa besar adalah kafir. Maka
dari itu, halal darahnya, hartanya, anaknya, istrinya dan
kampung halamannya adalah Darul Harb.
- Orang-orang yang terlibat perang jamal (antara Aisyah,
Thalhah, dan Zubair dengan Ali) dan para pelaku tahkim
termasuk yang menerima dan membenarkannya dihukumi
kafir.
3. Persoalan iman dan ibadah
- Kaum khawarij berpendapat bahwa yang dikatakan iman itu
bukanlah pengakuan dalam hati dan ucapan dengan lisan saja.
Namun, amal ibadah juga menjadi rukun iman. Barang siapa
tidak mengerjakan salat, puasa, zakat, dll, maka orang tersebut
telah menjadi kafir.
4. Persoalan dosa
- Bagi kaum khawarij, semua dosa adalah besar, jadi mereka
tidak mengenal perbedaan antara dosa besar dan dosa kecil.

Pemikiran kalam Murji’ah

Di bawah kekuasaan Bani Umayah, berkembanglah Murji’ah


sehingga bermunculan tokoh-tokoh yang memiliki corak pemikiran
yang berbeda. Dalam hal ini, muncullah sekte-sekte murji’ah yang
jumlahnya tidak sedikit. Namun secara garis besar, terdapat dua sekte
besar, yaitu Murji’ah moderat dan Murji’ah ekstrim.

Golongan Murji’ah moderat berpendapat bahwa orang yang


melakukan dosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka,
tetapi akan dihukum dalam neraka sesuai dengan besarnya dosa yang ia
lakukan, dan ada kemungkinan Tuhan akan mengampuninya, sehingga
mereka tidak akan masuk neraka sama sekali. Jadi, iman seluruh umat
Islam dianggap sama, baik yang hanya beriman dalam hati tanpa
diiringi perbuatan dengan yang taat beribadah. Tokoh dalam golongan
ini yaitu al-Hasan Ibnu Muhammad Ibn ‘Ali Ibn Abi Thalib, Abu
Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa Ahli Hadits.

Adapun golongan Murji’ah ekstrim, berpendapat bahwa orang


Islam yang percaya pada Tuhan, kemudian menyatakan kekufuran
secara lisan, tidaklah menjadi kafir, karena kafir dan imannya seseorang
tempatnya bukan dalam bagian tubuh manusia tetapi dalam hati
sanubari. Beberapa pandangan golongan Murji’ah ekstrim:

1. Jahamiyah, kelompok Jahm bin Shafwan dan para pengikutnya,


berpandangan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan kemudian
menyatakan kekufurannya secara lisan, tidaklah menjadi kafir
karena iman dan kufur itu bertempat di dalam hati bukan pada
bagian lain dalam tubuh manusia.
2. Shalihiyah, kelompok Abu Hasan Ash-Shalihi, berpendapat bahwa
iman adalah mengetahui Tuhan, sedangkan kufur adalah tidak tahu
Tuhan. Salat bukan merupakan ibadah kepada Allah. Yang disebut
ibadah adalah iman kepada-Nya dalam arti mengetahui Tuhan.
Begitu pula zakat, puasa, dan haji bukanlah ibadah, melainkan
sekedar menggambarkan kepatuhan.
3. Yunusiyah dan Ubudiyah melontarkan pernyataan bahwa
melakukan maksiat atau perbuatan jahat tidaklah merusak iman
seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan-peerbuatan
jahat yang dikerjakan tidaklah merugikan orang yang bersangkutan.
Dalam hal ini, Muqatil bin Sulaiman berpendapat bahwa perbuatan
jahat, banyak atau sedikit tidak merusak iman seseorang sebagai
musyrik (pholitheist).
4. Hasaniyah menyebutkan bahwa jika seorang mengatakan,”saya tahu
Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi
yang diharamkan itu adaah kambing ini,” maka orang tersebut tetap
mukmin, bukan kafir. Begitu pula orang yang mengatakan, “saya
tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke Ka’bah, tetapi saya tidak tahu
apakah Ka’bah di India atau tempat lain”.

Menurut Nasution dalam Nata, Murji’ah ekstrim ini amat berbahaya


jika diikuti, karena dapat menimbulkan kehancuran dalam bidang
akhlak dan budi pekerti luhur, lebih-lebih pada masyarakat yang
dilanda berbagai produk budaya yang tidak bermoral yang pada
gilirannya akan menimbulkan sikap permissivisme, yakni sikap yang
mentolelir penyimpangan-penyimpangan dari norma akhlak dan moral
yang berlaku. Karena dalam pandangan Murji’ah yang dipentingkan
hanyalah iman, maka norma-norma akhlak dapat dianggap kurang
penting dan diabaikan. Inilah sebabnya nama Murji’ah pada akhirnya
mengandung arti tidak baik dan tidak disenangi.

Pada akhir ulasannya mengenai Murji’ah, Nasution menyimpulkan


bahwa golongan Murji’ah moderat, sebagai golongan yang berdiri
sendiri telah hilang dalam sejarah dan ajaran-ajaran mereka mengenai
iman, kufr dan dosa besar masuk ke dalam aliran Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah. Adapun golongan Murji’ah ekstrim juga telah hilang sebagai
aliran yang berdiri sendiri, tetapi dalam prakteknya masih terdapat
sebagian umat Islam yang menjalankan ajaran-ajaran ekstrim itu,
mungkin dengan tidak sadar bahwa mereka sebenarnya dalam hal ini
mengikuti ajaran-ajaran golongan Murji’ah ekstrim.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tahkim (arbitrase) inilah awal dari kemunculan aliran Khawarij
dan Murji’ah. Khawarij ialah kelompok pengikut Ali yang keluar dari
barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima
arbitrase (tahkim) dalam perang shiffin pada tahun tahun 37 H./ 648 M.
dengan kelompok Bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan
perihal persengketaan khilafah.
Asal mula gerakan khawarij ini masalah politik semata-mata
namun kemudian berkembang menjadi corak keagamaan. Aliran Murji’ah,
aliran ini disebut Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda
penyelesaian persoalan konflik politik antara Ali bin Abi Thalib,
Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Khawarij ke hari perhitungan di akhirat
nanti.
Dalam perjalanan sejarah, aliran ini terpecah menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok moderat dan kelompok ekstrem. Tokoh-tokoh
kelompok moderat adalah Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib,
Abu Hanifah (Imam Hanafi), Abu Yusuf dan beberapa ahli
hadits.Golongan moderat ini berpendapat bahwa orang yang berdosa besar
bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka, tetapi akan dihukum dalam
neraka sesuai dengan besarnya dosa yang dilakukannya, dan ada
kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya dan oleh karena
itu tidak akan masuk neraka sama sekali. Sedangkan tokoh – tokoh
kelompok ekstrim adalah Jahm bin Safwan, Abu Hasan As-Shalihi, Yunus
bin An-Namiri, Ubaid Al-Muktaib, Abu Sauban, Bisyar Al-Marisi, dan
Muhammad bin Karram. Golongan ekstrim ini berpendapat bahwa Islam
percaya pada Tuhan dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan
tidaklah menjadi kafir, karena iman dan kafir tempatnya hanyalah dalam
hati, bukan menjadi bagian lain dari tubuh manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Abul Hasan Isma’il al-Asy’ari. 1998. Prinsip-prinsip Dasar Aliran Theologi


Islam (terj.). Bandung: CV Pustaka Setia.
Al-Hafni, Abdul Mun’im. 2006. Ensiklopedia Golongan, Kelompok, Aliran,
Mazhab, Partai dan Gerakan Islam (terj.). Jakarta: Soegeng Sarjadi
Syndicate bekerjasama dengan Grafindo Khazanah Ilmu.
Al-Qur’an Al-Karim. 2016. Al-Qur’an Transliterasi. Solo: PT Tiga Seragkai
Pustaka Mandiri.

Anwar, Rosihon. 2007. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Setia.

Mulyadi & Bashori. 2010. Studi Ilmu Tauhid/ Kalam. Malang: UIN Maliki Press
(Anggota IKAPI), hlm. 102-104.
Nasir, Sahilun A. 2012. Pemikiran Kalam (Teologi Islam)-Sejarah, Ajaran, dan
Perkembangannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam, Jakarta: UI press.

Nata, Abuddin. 1998. Ilmu Kalam, Filsafat danTasawuf. Jakarta:Fajar


Interpratama Offset.
Nurdin, M. Amin. 2014. Sejarah Pemikiran Islam. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Rahman, Fazlur. 2001. Gelombang Perubahan dalam Islam-Studi Tentang
Fundamentalisme Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Saleh. 2018. Khawarij, Sejarah dan Perkembangannya. El-Afkar. Vol. 7, No. 2

Wiyani, Novan Ardi. 2015. Ilmu Kalam. Jogjakarta: Teras.

http://medianoncetaksaldi.blogspot.com/2017/10/tokoh-dan-pemikiran-kelompok-
kalam.html. Diakses pada tanggal 22 Februari 20221, pukul 08.00

Anda mungkin juga menyukai