Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Khawarij dalam terminology ilmu kalam merupakan suatu
sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan
barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase
(Tahkim). Munculnya aliran khawarij dilatar belakangi dari keputusan Ali bin Abi
Thalib yang menerima ajakan kelompok bughat (pemberontak) untuk
menghentikan peperangan dalam perang siffin pada tahun 37 H/648 M.
Kelompok khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya berada di
pihak yang benar karena Ali merupakan khalifah sah yang telah dibai’at
mayoritas umat islam, sementara Muawiyah berada di pihak yang salah karena
memberontak khalifah yang sah. Kelompokan khawarij merasa sangat kecewa
ketika Ali diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah dan mengangkat Muawiyah
menjadi khalifah pengganti Ali.Pada saat itu juga orang-orang khawarij keluar
dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura. Itulah sebabnya khawarij disebut
juga dengan nama Hururiah, kadang-kadang mereka disebut dengan syurah dan
Al-Mariqah. Dengan arahan Abdullah Al-Kiwa, mereka sampai di Hurura, dan
kelompok khawarij melanjutkan perlawanan kepada Muawiyah dan Ali.
B. Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan teologi khawarij ?
2.Bagaimanakah doktrin-doktrin pokok khawarij ?
3.Bagaimanakah proses terjadinya perkembangan khawarij ?
C. Tujuan Pembahasan
1.Untuk mengetahui yang dimaksud dengan teologi khawarij
2. Untuk mengetahui doktrin-doktrin pokok khawarij
3. Untuk mengetahui proses terjadinya perkembangan khawarij

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khawarij
Kata khawarij menurut bahasa merupakan jamak dari ‫خرجي‬ secara
harfiah berarti orang-orang yang keluar, mengungsi atau mengasingkan diri.
Istilah ini bersifat umum yang mencakup semua aliran dalam Islam yang
memisahkan diri atau keluar dari jamaah ummat, sebagaimana yang dijelaskan
oleh Asy-Syahrastani:

‫كل من خرج على اال ما مم الحق الذ ى ا تفقت الخما عة علية يسمي خارخيا‬

(Tiap yang memberontak kepada imam yang benar yang disepakati oleh
jamaah dinamakan khawarij)

Jadi khawarij adalah firqah bathil yang keluar dari dinul Islam dan
pemimpin kaum muslimin. Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Taimiyah
dalam kitabnya Al-Fatawa, ‘Bidah yang pertama muncul dalam Islam adalah
bidah khawarij.

Secara Historis khawarij merupakan “orang-orang yang keluar dari barisan


Ali” Awalnya mengakui kekuasaan Ali bin Abi Thalib, lalu menolaknya. Namun
pada perkembangan selanjutnya mereka juga adalah kelompok yang tidak
mengakui kepemimpinan Muawiyah.1

B. Sejarah Berdirinya Kelompok Khawarij

Kelompok Khawarij lahir sebagai aksi demonstratif atas kebijaksanaan Ali


dan Muawiyah menunjuk perwakilan dalam komporomi untuk mengahiri perang
Shiffin. Peristiwa tersebut dikenal dengan Tahkim (arbitrase).
Kaum Khawarij pada mulanya dikenal sebagai pengikut Ali bin Abi
Thalib, namun karena peristiwa tersebut sehingga mereka meninggalkan Ali.
Karena mereka menganggap Ali telah mendurhakai Allah dengan mengakat
hakim/ wali selain Allah. Bahkan lebih jauh mereka mengkafirkan Ali dan seluruh
yang tunduk pada tahkim tersebut.

1
Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta : UI Press, 2002), h. 95

2
Selanjutnya golongan ini dikenal sangat ekstrim dan radikal terhadap
pendapat yang berbeda dengannya. Bahkan secara Ekstrim, mereka melakukan
pemberontakan terhadap pemerintahan yang menurutnya zalim. Sehingga dalam
rentang waktu yang cukup lama kaum ini banyak membuat keonaran.
Kalau ditelusuri ke belakang, maka dapat diketahui bahwa embirio dari
seluruh komplik tersebut berawal dari peristiwa pembunuhan Usman. Mencermati
peristiwa tersebut, ummat Islam terbagi tiga, satu golongan menghendaki untuk
menyelesaikan pembunuhan tersebut sebelum mengangkat khalifah, sementara
golongan kedua menghenadaki secepatnya diadakan pengangkatan khalifah,
golongan ketiga adalah golongan yang netral.
Golongan yang menghendaki segera diangkat khalifah adalah mereka yang
menganggap bahwa yang paling berhak menjadi khalifah setelah Usman bin affan
adalah Ali. Golongan ini pada mulanya mendapat dukungan kuat dari seluruh
umat Islam. Sementara kelompok kedua berdalih bahwa persoalan kekhalifahan
adalah masalah yang tidak terlalu mendesak, sementara yang perlu diproritaskan
adalah pengusutan kasus pembunuhan Usman, bahkan kelompok ini mensinyalir
kalau Ali ada di balik pembunuhan Usman dengan menggunakan tangan-tangan
lain.
Komplik kelompok pertama dan kedua semakin melebar bahkan berakhir
dengan pertempuran antara sesama muslim. Peperangan Shiffin yang diakhiri
dengan tahkim sebagai cikal bakal lahirnya kelompok Khawarij. Kelompok ini
berasumsi bahwa tindakan politik tersebut telah menabrak aturan agama. Sebab
hal tersebut tidak ditemukan dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad.
Akibatnya mereka berontak kepada Ali dan bahkan memusuhinya sepanjang Ali
tidak membatalkan kesepakatannya tersebut.

Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini
selanjutnya berbalik menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh
pelaku tahkim lainnya yaitu Abu Musa Al-Asyari, Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan
Amr Bin Ash.Untuk itu mereka berusaha keras agar dapat membunuh ke empat
tokoh ini , dan menurut fakta sejarah, hanya Ali yang berhasil terbunuh oleh
Abdurrahman bin muljam, sebagai salah seorang utusan khawarij.

3
Kondisi umat Islam pada waktu itu adalah bias dari kemerdekaan berpikir
dan berijtihad atas masalah yang mereka hadapi. Sebab umat Islam menghadapi
sejumlah peroblema yang tidak pernah ditemukan pada priode Nabi Muhammad.
Lebih dari itu para sahabat mulai menetapkan hukum dengan berpedoman pada
qiyas dan ijma’. Sehingga perseberangan pendapat antara umat Islam sulit
terhindarkan. Bahkan perbedaan pendapat tersebut telah “merampas” hak Allah
yaitu menetapkan seorang kafir hanya kerena berbeda pendapat
Kaum khawarij kadang-kadang menamakan golongan mereka dengan
kaum syurah artinya kaum yang mengorbankan dirinya untuk kepentingan dan
keredhaan Allah,
Dalam perkembangannya kelompok khawarij ini selalu menentang
kelompok Ali dan Muawiyah dengan mengagungkan slogan ‫“ال حكم اال اللة‬tidak
ada hukum, kecuali dari Allah”. Oleh al-Jabiri slogan ini pengukuhan sebentuk
“sakralisasi politik”
Memang golongan ini sudah hilang dibawa arus sejarah, dengan berhsilnya
khalifah Dinasti Umaiyah menghentikan gerakan anarkis mereka, dengan
memberikan kebebasan relatif pada level pemikiran, keagamaan dan politik,
namun tidak segan-segan menumpasnya dengan senjata. akan tetapi fahamnya
masih berkeliaran dimana-mana sehingga harus kita waspadai2
C. Tokoh Dan Pemikiran Kelompok Khawarij
a. Tokoh-tokoh Kelompok Khawarij
Urwah bin Hudair, Mustarid bin Sa'ad, Hausarah al-Asadi, Quraib bin
Maruah, Nafi' bin al-Azraq, 'Abdullah bin Basyir

Berdasarkan catatan sejarah, gerakan kelompok khawarij ini terpecah


menjadi dua cabang besar yaitu :
1. Kelompok Khawarij yang bermarkas di wilyah Bathaih, yaitu kelompok
yang mengusai dan mengawasi kaum khawarij yang berada di Persia dan
disekeliling Irak. Cabang ini dipimpin oleh Nafi’ bin azraq dan Qatar bin
Faja’ah

2
Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2001), h. 49

4
2. Kelompok Khawarij yang bermarkas di Arab Daratan, yaitu kelompok
yang mengusai dan mengawasi kaum khawarij yang berada di Yaman,
Hadhramaut dan Thaif, Cabang ini dipimpin oleh Abu Thaluf, Najdah
bin ‘Ami dan Abu Fudaika
Dari dua kelompok besar , kelompok khawarij terbagi dalam Sekte-sekte
dan ajaran pokok Khawarij.Terpecahnya Khawarij ini menjadi beberapa sekte,
mengawali dan mempercepat kehancurannya dan sehingga Aliran ini hanya
tinggal dalam catatan sejarah. Sekte-Sekte tersebut antara lain adalah :

1. Al-Muhakkimah
Golongan Khawarij asli dan terdiri dari pengikut-pengikut Ali, disebut
golongan Al-Muhakkimah. Bagi mereka Ali, Mu’awiyah, kedua pengantara Amr
Ibn Al-As dan Abu Musa Al-Asy’ari dan semua orang yang menyetujui paham
bersalah itu dan menjadi kafir.
2. Al-Azariqah
Golongan yang dapat menyusun barisan baru dan besar lagi kuat sesudah
golongan Al-Muhakkimah hancur adalah golongan Al-Azariqah. Daerah
kekuasaan mereka terletak diperbatasan Irak dengan Iran. Nama ini diambil dari
Nafi’ Ibn Al-Azraq.Khalifah pertama yang mereka pilih ialah Nafi’ sendiri dan
kepadanya mereka beri gelar Amir Al-Mu’minin. Nafi’ meninggal dalam
pertempuran di Irak pada tahun 686 M. mereka menyetujui paham bersalah itu
dan menjadi musyrik
3. Al-Nadjat
Najdah bin Ibn ‘Amir Al-Hanafi dari Yamamah dengan pengikut-
pengikutnya pada mulanya ingin menggabungkan diri dengan golongan Al-
Azariqah. Tetapi dalam golongan yang tersebut akhir ini timbul perpecahan.
Sebagian dari pengikut-pengikut Nafi’ Ibn Al-Azraq, diantaranya Abu Fudaik,
Rasyid Al-Tawil dan Atiah Al-Hanafi, tidak menyetujui paham bahwa orang
Azraqi yang tidak mau berhijrah kedalam lingkungan Al-Azariqah adalah
musyrik. Akan tetapi mereka berpendapat bahwa orang berdosa besar yang
menjadi kafir dan kekal dalam neraka hanyalah orang Islam yang tidak sepaham
dengan mereka. Adapun pengikutnya jika mengerjakan dosa besar, benar akan

5
mendapatkan siksaan, tetapi bukan dalam neraka, dan kemudian akan masuk
surga.
4. Al-Ajaridah
Mereka adalah pengikut dari Abd Al-Karim Ibn Ajrad yang menurut Al-
Syahrastani merupakan salah satu teman dari Atiah Al-Hanafi. Menurut paham
mereka berhijrah bukanlah merupakan kewajiban sebagai diajarkan oleh Nafi’ Ibn
Al-Azraq dan Najdah, tetapi hanya merupakan kebajikan. Kaum Ajaridah boleh
tinggal diluar daerah kekuasaan mereka dengan tidak dianggap menjadi kafir.
Harta boleh dijadikan rampasan perang hanyalah harta orang yang telah mati.
5. Al-Sufriah
Pemimpin golongan ini ialah Ziad Ibn Al-Asfar. Dalam paham mereka
dekat sama dengan golongan Al-Azariqah.
6. Al-Ibadiyah
Golongan ini merupakan golongan yang paling beda dari seluruh golongan
Khawarij. Namanya diambil dari Abdullah Ibn Ibad yang pada tahun 686 M.
memisahkan diri dari golongan Al-Azariqah.3
D. Khawarij Dan Doktrin-Doktrin Pokoknya
Di antara doktrin-doktrin pokok khawarij adalah berikut ini:
1. Persoalan Khalifah
a. Kelompok khawarij mengakui khalifah-khalifah Abu Bakar, Umar dan
separo zaman dari khalifah Ustman bin Affan . Pengangkaatan ketiga
khlalifah tersebut sah sebab telah dilaksanakan dengan Syura yaitu
musyawarah ahlul halli wal aqdi. Akan tetapi diakhir masa kekhakifahan
Usman bin Affan tidak diakui oleh mereka, karena khalifah telah
melakukan penyelewengan dalam menetapkan pejabat-pejabat negara.
b. Khalifah Ali bin Abi Thalib, awalnya pengangkatan sebagai khalifah
diakui oleh kelompok khawarij, namun kemudian khalifah melakukan
dosa besar dengan menerima tahkim, maka mereka pun tidak mengakui
Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah dan menghukumnya kafir

3
Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI.
Press. cet. I. 2005), h. 91

6
c. Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.
d. Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang
muslim berhak menjadi Khalifah apabila suda memenuhi syarat-syarat.

e. Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil


dan menjalankan syari’at islam, dan di jatuhi hukuman bunuh bila
zhalim.

2. Persoalan Fatwa Kafir


a. Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir,karena itu halal
darahnya, halal hartanya, halal anak istrinya dan kampung halamnya
adalah Darul Harb.
b. Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah,
Talhah, dan zubair, dengan Ali bin abi tahAlib) dan para pelaku tahkim
termasuk yang menerima dan mambenarkannya di hukum kafir.
3. Persoalan Iman dan Ibadah
Kaum khawarij berpendapat bahwa yang dikatan “iman itu bukanlah
pengakuan dalam hati dan ucapan dengan lisan saja, tetapi amal ibadat menjadi
rukun iman pula” Barang siapa yang tidak mengerjakan sembahyang, puasa, zakat
dan lain-lain, maka orang tersebut telah menjadi kafir.
4. Persoalan Dosa
Bagi kaum khawarij semua dosa adalah besar, jadi mereka tidak mengenal
perbedaan antara dosa besar dan dosa kecil. “sekalian pendurhakaan pada Tuhan
(dosa) besar”4

Bila dianalisis secara mendalam, doktrin yang dikembangkan kaum


khawarij dapat dikategorikan dalam tiga kategori: politik, teologi dan sosial.
Melihat pengertian politik secara praktis-yakni kemahiran bernegara, atau
kemahiran berupaya menyelidiki manusia dalam memperoleh kekuasaan, atau
kemahiran mengenai latar belakang, motivasi dan hasrat mengapa manusia ingin
memperoleh kekuasaan-Khawarij dapat dikatakan sebagai sebuah partai politik.

4
Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf,…h. 59

7
Politik juga ternyata merupakan dokrin Khawarij yang timbul sebagai reaksi
terhadap keberadaan Muawiyah yang secara teoretis tidak pantas memimpin
negara, karena ia seorang tulaqa. Kebencian ini bertambah dengan kenyataan
bahwa keislaman Muawiyah belum lama.
Mereka menolak untuk dipimpin orang yang dianggap tidak pantas. Jalan
pintas yang ditempuhnya adalah membunuhnya, termasuk orang yang
mengusahakannya menjadi khalifah. Dikumandangkanlah sikap bergerilya untuk
membunuh mereka. Dibuat pulalah doktrin teologi tentang dosa besar
sebagaimana tertera pada poin h dan k. Akibat doktrinnya yang menentang
pemerintah. Khawarij harus menanggung akibatnya. Mereka selalu dikejar-kejar
dan ditumpas oleh pemerintah. Kemudian perkembangannya, sebagaimana
dituturkan Harun Nasution, kelompok ini sebagian besar sudah musnah. Sisa-
sisanya terdapat di Zanzibar, Afrika Utara, dan Arabia Selatan.5
Kaum khawarij mempunyai sikap yang berlebih-lebihan, sehingga mereka
mengafirkan siapa saja yang berdiri di luar golongan mereka.Di samping
itu,mereka menuntut sekeras-kerasnya, supaya pemerintah dibentuk secara publik.
Yang menentang pendirian ini pun mereka anggap kafir pula.Lama juga usaha
mereka ini baru dapat dilumpuhkan, yaitu sehingga berkobarnya api peperangan
yang banyak sekali menelan korban kaum muslimin. Akhirya mereka lari kocar-
kacir, bertebaran di pinggir-pinggir negeri Islam. Namun begitu, mereka tidak
jera-jeranya menimbulkan huru-hara. Sisa-sisa mereka hingga sekarang masih
terdapat di tepi-tepi negeri Afrika dan di pinggir-pinggir jazirah Arab.6
Doktrin teologi Khawarij yang radikal pada dasarnya merupakan imbas
langsung dari doktrin sentralnya, yakni doktrin politik. Radikalitas itu sangat
dipengaruhi oleh sisi budaya mereka yang juga radikal serta asal-usul mereka
yang berasal dari masyarakat badawi dan pengembara padang pasir tandus. Hal itu
menyebabkan watak watak dan pola pikirnya menjadi keras, berani, tidak
bergantung pada orang lain, dan bebas. Namun, mereka fanatik dalam
menjalankan agama. Sifat fanatic itu biasanya mendorong seseorang berpikir

5
Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung : Pustaka Setia, 2007), h. 49-56
6
Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Jakarta : Bulan Bintang, 2003), h. 9

8
simplisitis; berpengetahuan sederhana; melihat pesan berdasar motivasi pribadi,
dan bukan berdasarkan pada data dan konsistensi logis; bersabdar lebih banyak
pada sumber pesan (wadah) daripada isi pesan; mencari informasi tentang
kepercayaannya; dan menolak, mengabaikan, dan mendistorsi pesan yang tidak
konsisten dengan system kepercayaannya.
Orang-orang yang mempunyai prinsip Khawarij ini sering menggunakan
cara kekerasan dalam menyalurkan aspirasinya. Sejarah mencatat bahwa
kekerasan pernah memegang peranan penting.
Adapun doktrin-doktrin selanjutnya yakni dari poin j sampai o, dapat
dikategorikan sebagai doktrin teologis sosial. Doktrin ini memperlihatkan
kesalehan asli kelompok Khawarij sehingga sebagian pengamat menganggap
doktrin ini lebih mirip dengan doktrin Mu’tazilah, meskipun kebenaran adanya
doktrin ini dalam wacana kelompok Khawarij patut dikaji lebih mendalam. Dapat
diasumsikan bahwa orang-orang yang keras dalam pelaksanaan ajaran agama,
sebagaimana dilakukan kelompok Khawarij, cenderung berwatak
tekstualis/skripturalis sehingga menjadi fundamentalias. Kesan skripturalis dan
fundamentalias itu tidak Nampak pada doktrin-doktrin khawarij. Namun, bila
doktrin teologis-sosial ini benar-benar merupakan doktrin Khawarij, dapat
diprediksikan bahwa kelompok Khawarij pada dasarnya merupakan orang-orang
baik. Hanya saja, keberadaan mereka sebagai kelompok minoritas penganut garis
keras, yang aspirasinya dikucilkan dan diabaikan penguasa, ditambah oleh pola
pikirnya yang simplistis, telah menjadikan mereka bersikap ekstrim.

E. Perkembangan Khawarij
Sebagaimana telah dikemukakan, khawarij telah menjadikan imamah-
khilafah [politik] sebagai doktrin sentral yang memicu timbulnya doktrin –doktrin
teologis lainnya. Radikalitas yang melekat pada watak dan perbuatan
kelompok khawarij menyebabkan mereka sangat rentan pada perpecahan,
baik secara internal kaum khawarij sendiri, maupun secara eksternal dengan
sesama kelompok islam lainnya. Para pengamat berbeda pendapat tentang
jumlah sekte yang terbentuk akibat perpecahan yang terjadi dalam tubuh

9
Khawarij.Al-Bagdadi mengatakan bahwa sekte ini telah terpecah menjadi 18
subsekte. Adapun, Al-Asfarayani, seperti dikutip Bagdadi, mengatakan bahwa
sekte ini telah pecah menjadi 22 subsekte.
Terlepas dari berapa banyak subsekte pecahan Khawarij, tokoh-tokoh yang
disebutkan di atas sepakat bahwa subsekte Khawarij yang besar terdiri dari
delapan macam, yaitu:
1. Al-Muhakkimah
2. AL-Azriqah
3. An-Nadjat
4. Al-Baihasiyah
5. Al- Ajaridah
6. As-Saalabiyah
7. Al-Abadiyah
8. As-Sufriyah
Semua subsekte itu membicarakan persoalan hukum bagi orang yang
berbuat dosa besar, apakah ia masih dianggap mukmin atau telah menjadi kafir.
Tampaknya, doktrin teologi ini tetap menjadi primadona dalam pemikiran mereka,
sedangkan doktrin-doktrin lain hanya pelengkap saja. Sayangnya, pemikiran
subsekte ini lebih bersifat praktis daripada teoretis, sehingga criteria mukmin atau
kafirnya seseorang menjadi tidak jelas. Hal ini menyebabkan-dalam kondisi
tertentu-seseorang dapat disebut mukmin dan pada waktu yang bersamaan disebut
sebagai kafir.
Tindakan kelompok Khawarij ini merisaukan hati umat Islam saat itu,
sebab dengan cap kafir yang diberikan salah satu subsekte tertentu Khawarij, jiwa
seseorang harus melayang, meskipun oleh subsekte lain ia masih dikategorikan
mukmin. Bahkan, dikatakan bahwa jiwa seorang yahudi atau majusi masih
lebih berharga dibandingkan dengan jiwa seorang mukmin. Kendati pun
demikian, ada sekte khawarij yang agak lunak, yaitu sekte nadjiyal dan
lbadiyah. Keduanya membedakan antara kafir nikmat dan kafir agama. Kafir
nikmat hanya melakukan dosa dan tidak berterima kasih kepada allah.
Orang semacam ini, tidak perlu dikucilkan dari masyarakat.

10
Semua aliran yang bersifat radikal. Pada perkembangan lebih lanjut,
dikategorikan sebagai aliran khawarij, selama didalamnya terdapat indikasi
doktin yang indentik dengan aliran ini I Berkenaan dengan persoalan ini
harun nasution mengidentifikasi beberapa indikasi aliran yang dapat
dikategrikan sebagai aliran khawarij, yaitu sebagai berikut ;
a. Mudah mengafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka
walaupun orang itu adalah penganut agama islam,
b. Islam yang benar adalah islam yang mereka fahami dan amalkan,
sedangkan islam sebagaimana yang difahami dan diamalkan golongan lain
tidak benar,
c. Orang-orang islam yang tersesat dan menjadi kafir perlu dibawa kembali
ke islam yang sebenarnya, yaitu islam seperti yang mereka pahami dan
amalkan,
d. Karena pemerintahan dan ulama yang tidak sefaham dengan mereka adalah
sesat, maka mereka memilih iman dari golongan mereka sendiri, yakni
imam dalam arti pemuka agama dan pemuka pemerintahan,
e. Mereka bersifat fanatik dalam faham dan tidak segan-segan menggunakan
kekerasan dan membunuh unuk mencapai tujuan mereka.
Sifat –sifat khawarij lainnya yaitu sebagai berikut;
a. Mencela dan menyesatkan,
b. Buruk sangka,
c. Berlebih-lebihan dalam beribadah,
d. Keras terhadap sesama muslim dan memudahkan yang lainnya,
c. Sedikit pengalamannya
Hal ini digambarkan dalam hadits bahwa orang-orang yang khawarij
umurnya masih muda-muda yang hanya mempunyanyi bekal semangat.7

7
Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung : Pustaka Setia, 2007), h. 53-56

11
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Khawarij adalah satu sekte pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar
meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang
menerima arbitrase (tahkim), dalam Perang Siffin pada tahun 37 H /648 M,
dengan kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal
persengketaan khilafah. Adapun doktrin yang dikembangkan oleh kaum khawarij
dapat dikategorikan menjadi tiga kategori : politik, teologi, dan social.
Perkembangan khawarij telah menjadikan imamah-khalifah(politik) sebagai
dioktrin sentral yang memicu adanya doktrin-doktrin teologis. Radikalitas yang
melekat pada watak dan perbuatan kelompok khawarij menyebabkan kelompok
mereka sangat rentan akan terjadinya perpecahan-perpecahan, baik secara internal
kaum khawarij sendiri , maupun secara eksternal dengan sesama kelompok islam
lainnya. Sekte- Sekte yang muncul, diantaranya : Al-muhakkimah, Az-zariqoh,
Najdat, Ajjaridah, Surfiyah, Ibadiyah.
B. Saran
Akhirnya dengan do’a dan usaha penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Kepada pembaca penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran karena
makalah ini masih banyak kekurangan dan semoga bermanfaat bagi kita semua
khususnya mahasiswa. Amin yarabbala’lamin.

12
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Abduh, Syekh, Risalah Tauhid, Jakarta ; Bulan Bintang, 2003

Nasution, Harun Teologi Islam, UI-Press, Jakarta, 2002,

Nasution, Harun, Teologi Islam : Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta:


UI. Press. cet. I. 2005

Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, Jakarta: RajaGrafindo


Persada, 2001

Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung : Pustaka setia, 2007

13

Anda mungkin juga menyukai