Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILMU KALAM

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


DARI DOSEN PENGAMPU : Drs. Samian Hadisaputera, M.I.Kom.

Disusun oleh :
- Umi Kulsum (231330071)
- Muhammad Nur Abdur Rahman (231330042)
- Rini Sumarni (231330043)
- Riva khoirul (231330072)
- Farah Gina (231330059)
- Saroh (231330070)
- Farhis Setiawan (231330045)
- Zeva Noer Ikhsan (231330076)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH UIN SULTAN MAULANA HASANUDIN
BANTEN
Kata pengantar

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini
masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk
menyelesaikan makalah tentang "Khawarij". Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai
mata kuliah ilmu kalam. Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-
banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu penulis selama proses
penyelesaian tugas akhir ini hingga selesainya makalah ini. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan pada :

Dosen pengampu : Drs. Samian Hadisaputera, M.I.Kom. dan teman-teman yang turut membantu
dalam membuat makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna serta kesalahan
yang penulis yakini di luar batas kemampuan penulis. Maka dari itu penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Serang, 08 November 2023


Atas nama kelompok 5
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebab-sebab lahirnya aliran dalam islam.: Wafatnya nabi Muhammad
SAW., pro-kontra tauhid, pergantian khalifah, lahirnya para
filosof/mutakalimin/ahli-ahli/orientasi.
Kata Khawarij berasal dari Bahasa arab kharaja yang berarti keluar,
muncul, timbul, atau memberontak. Berkenaan dengan pengertian
etimologis ini, Syahrastani menyebutkan orang yang memeberontak imam
yang sah sebagai Khawarij. Berdasarkan pengertian etimologi ini pula,
Khawarij berarti setiap muslim yang memiliki sikap laten ingin keluar dari
kesatuan umat islam.
Adapun yang dimaksud Khawarij dalam terminologi ilmu kalam
adalah suatu sekte/kelompok/aliran pengikut ali bin abi thalib yang keluar
meninggalkan barisan karena tidak sepakat terhadap ali yang menerima
arbitrase/tahkim dalam perang siffin pada tahun 37 H/648M dengan
kelompok bughat (pemberontak) Muawiyyah bin Abu Sufyanperihal
persengketaan khilafah.Kelompok Khawarij pada mulanya memandang Ali
daan pasukannya berada pada pihak yang benar karna Ali merupakan
khalifah sah yang telah dibaiat mayoritas umat islam,sementara Muawaiyah
berada pada pihak yang salah karna memberontak kepada khalifah yang
sah.Lagi pula,berdasarkan estimasi Khawarij,pihak Ali hamper memperoleh
kemenangan pada peperangan itu,tetapi karna Ali menerima tipu daya licik
ajakan damai Muawiyah,kemenangan yang hampir diraih itu menjadi raib.
Ali sebenernya sudah mencium kelicikan dibalik ajakan damai
kelompok Muawiyah,sehingga pada mulanya Ali menolak permintaan
itu.akan tetapi,karna desakan Sebagian pengikutnya,terutama ahli
Qurra’,seperti Al-Asy bin Qais,Mas’ud bin Fudaqi,At-Tamini,dan Zaid bin
Hussain,Ath-Thai,dengan terpaksa Ali memerintaahkan Al-Asytar
(komandan pasukan Ali)untuk menghentikan peperangan.
Setelah menerima Ajakan damai,Ali bermaksud mengirimkan
Abdullah bin Abbas sebagai delegasi juru damai (Hakkam)-nya,tetapi orang-
orang Khawarij menolaknya dengan alasan bahwa Abdulllah bin Abbas
adalah kelompok Ali.Mereka lalu mengusulkan agar Ali mengirimkan Abu
Musa Al-Asyari,dengan harapan dapat memutuskan perkara berdasarkan
kitab Allah,Keputusan tahkim,yaitu Ali diturunkan dari jabatannya sebagai
khalifah oleh utusannya,sementara mua’wyahh di nobatkan menjadi khalifah
sebagai delegasinyapula sebagai pengganti ali,akhirnya memngecewakan
orang Khawarij.sejak itulah,orang-orang Khawarij membelot dengan
mengatakan, “mengapa kalian berhukum kepasa manusia? tidak ada hukum
selain hukum yang ada pada sisi Allah” mengometari perkataan mereka
imam ali menjawab “it adalah ungkapan yang benar,tetapi mereka artikan
dengan keliru” pada waktu itulah orang-orang Khawarij keluar dari pasukan
ali dan langsung menuju hurura,sehigga khawari disebut dengan nama
hururiah.kadang kadang mereka disebut dengan Syurah dan Al-Mariqah.
Di Harura, kelompok Khawarij melanjutkan perlawanan selain kepada
Muawiyah juga kepada Ali. Di sana mereka mengangkat seorang pimpinan
definitif yang Bernama Abdullah bin Sahab Ar-Rasyibi. Sebelumnya mereka
dipandu Abdullah Al-Kiwa untuk sampai ke Harura.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Khawarij?
2. Bagaimana Sejarah Khawarij dan Siapa saja Tokoh didalamnya ?
3. Pokok pokok pemikiran Khawarij?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dituliskan dalam makalah ini adalah :
a) Untuk Memahami Lebih Dalam Apa Itu Pengertian Aliran khawarij
b) Untuk Mengerti Sejarah-Sejarah Dalam khawarij
c) Untuk Mengetahui Secara Luas Tentang aliran khawarij
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Apa Pengertian Khawarij?


Khawarij (Arab: ‫وارج‬11‫خ‬, translit. Khawārij, har. 'mereka yang keluar'), juga dikenal
sebagai Asy-Syurah (Arab: ‫الشراة‬, translit. asy-Syurāt) ialah istilah umum yang mencakup
sejumlah aliran dalam Islam yang muncul pada Fitnah Pertama. Khawarij pada awalnya
adalah pendukung Ali yang memberontak terhadap penerimaan Ali atas pembicaraan
arbitrase untuk menyelesaikan konflik dengan penantangnya, Muawiyah, dalam
Pertempuran Siffin pada tahun 657. Mereka menegaskan bahwa "penghakiman hanya milik
Tuhan", yang menjadi semboyan mereka. Oleh karena itu, pemberontak seperti Muawiyah
harus diperangi dan dibasmi menurut perintah al-Qur'an. Ali mengalahkan Khawarij di
Pertempuran Nahrawan pada tahun 658 M, tetapi pemberontakan mereka tetap berlanjut. Ali
dibunuh pada tahun 661 M oleh seorang Khawarij yang membalas dendam atas kekalahan di
Nahrawan.

Setelah pendirian Kekhalifahan Umayyah oleh Muawiyah pada tahun 661 M, para
gubernurnya Umayyah berhasil mengendalikan kaum Khawarij. Kekosongan kekuasaan
yang disebabkan oleh Fitnah Kedua (680–692) membuat dimulainya kembali
pemberontakan anti-pemerintah oleh kaum Khawarij sehingga faksi Azariqah dan Najdat
menguasai beberapa daerah di Persia dan Arab. Perselisihan internal dan fragmentasi yang
ada pada tubuh Khawarij sangat melemahkan mereka sebelum kekalahan mereka oleh Bani
Umayyah pada 696–699. Pada tahun 740-an, pemberontakan Khawarij skala besar pecah di
seluruh kekhalifahan, tetapi semuanya akhirnya dapat dipadamkan. Meskipun
pemberontakan Khawarij berlanjut hingga periode Abbasiyah (750–1258), kelompok
Khawarij yang paling militan secara bertahap menghilang dan digantikan oleh Khawarij
moderat semacam Ibadiyah, yang bertahan hingga hari ini di Oman dan beberapa bagian
Afrika Utara. Namun, para penganut Ibadi kemudian menyangkal adanya hubungan dengan
Khawarij sejak Fitnah Kedua dan mengutuk mereka sebagai ekstremis.

Khawarij percaya bahwa setiap Muslim, terlepas dari keturunan atau etnisnya, memenuhi
syarat untuk peran khalifah, asalkan mereka tidak tercela secara moral. Merupakan tugas
umat Islam untuk memberontak dan menggulingkan khalifah yang berdosa. Sebagian besar
kelompok Khawarij memberi cap kafir kepada muslim yang telah melakukan dosa besar,
dan Khawarij yang paling militan menyatakan bahwa membunuh orang kafir itu sah, kecuali
mereka bertobat. Banyak Khawarij adalah orator dan penyair yang terampil, dan tema utama
puisi mereka adalah kesalehan dan kesyahidan. Orang-orang Khawarij di abad kedelapan
dan kesembilan sering ikut berpartisipasi dalam perdebatan teologis dan dalam prosesnya,
mereka akhirnya berkontribusi pada teologi Islam arus utama.

Kebanyakan sejarah Khawarij berasal dari penulis non-Khawarij pada abad kesembilan dan
kesepuluh dan sejarah-sejaran tersebut pada umumnya memiliki tendensi untuk memusuhi
sekte tersebut. Tidak adanya versi Khawarij dari sejarah mereka sendiri membuat sulit para
sejarawan untuk mengungkap motif mereka yang sebenarnya. Sumber-sumber sejarah
Muslim tradisional dan Muslim arus utama memandang Khawarij sebagai ekstremis agama
yang memisahkan diri dari umat. Banyak kelompok ekstremis Muslim modern yang
dibanding-bandingkan dengan Khawarij karena ideologi radikal dan militansinya. Di sisi
lain, beberapa sejarawan Arab modern menekankan kecenderungan egaliter dan proto-
demokratis kaum Khawarij. Sejarawan akademik modern umumnya terbagi dalam
mengaitkan fenomena Khawarij dengan motivasi agama murni, faktor ekonomi, atau
tantangan Badui (Arab nomaden) untuk pembentukan negara yang terorganisir, dengan
beberapa menolak penjelasan tradisional tentang gerakan Khawarij yang dimulai di Siffin.

2.2 Bagaimana Sejarah Khawarij dan Siapa saja Tokoh didalamnya ?


Sayyidina Ali Khalifah yang sah.8 Munculnya namagolongan Khawarij adalah setelah
peristiwa tahkim, yaitu sebagai upaya menyelesaikan peperangan antara Ali bin Abi Thalib
disatu pihak dengan Mu‟awiyah dipihak lain. Peperangan kedua pihak itu terjadi disebabkan
Mu‟awiyah pada akhir 37 H, menolak mengakui kekholifahan Ali bin Abi Thalib. Karena
setelah Ali bin Abi Thalib memindahkan ibu kotanya ke al- Kufah9. Setelah adanya
penolakan tersebut Mu‟awiyah segera menghimpun pasukannya untuk menghadapi
kekuatan Ali sehingga pecahlah peperangan Siffin pada tahun 37 H/ 658 M.

Dalam peperangan ini tentara Ali di bawah pimpinan Malik al-Asytar hamper mencapai
titik kemenangannya, yaitu tentara Ali dapat mendesak tentara Mu‟awiyah. Dan, melihat
pasukannya terdesak mundur „Amru bin Asy panglima tertinggi pasukan Mu‟awiyah
memerintahkan pasukannya mengangkat tinggi-tinggi al-Qur‟an dengan ujung tombak
sambil berkata al-Qur‟an yang akan menjadi hakim diantara kita. Marilah kita bertahkim
dengan kitabullah. Kemudian Ali mendapat desakan dari pimpinan-pimpinan pasukannya
agar mau menerima ajakan tersebut sehingga pun tidak bisa berbuat apa-apa selain
mengabulkan permintaannya untuk menerima.

Sebagai realisasi dari diterimanya perjanjian tersebut dalam Encyclopedie of Islam yang
isinya sebagai berikut: “suatu perjanjian telah direncanakan di Siffin pada Safar 37 H/ 657
M. dan telah ditunjukkan dan dijelaskan dalam tahkim itu dua orang sebagai perantara yaitu
Abu Musa al-Asy‟ari dan Ali dan Amr Ibnu al-
Asy untuk Mu‟awiyah yang akan mengumumkan keputusan mereka pada tempat yang
mereka telah tentukan yaitu di tengah antara Syiria dan Iraq”. Tetapi sebagaian di antara
pasukan Sayyidina Ali ada yang tidak suka menerima ajakan tahkim itu, karena mereka
menganggap bahwa orang yang mau berdamai ketika pertempuran adalah orang yang ragu
akan pendiriannya dalam kebenaran peperangan yang ditegakkannya. Hukum Allah sudah
nyata kata mereka. Siapa yang melawan Khalifah yang sah harus diperangi. “kita berperang
guna menegakkan kebenaran demi keyakinan kepada agama kita. Kenapa kita mau berhenti
perang sebelum mereka kalah”, kata mereka. Akhirnya kaum ini membenci Ali r.a. karena
dianggap lemah dalam menegakkan kebenaran, sebagaimana mereka membenci Mu‟awiyah
karena melawan Khalifah yang sah. Kaum inilah yang dinamakan Khawarij, kaum yang
keuar dan Memisahkan diri dari Ali.10 Berdasarkan keterangan di atas dapat difahami
bahwa timbulnya

Khawarij adalah persoalan politik yang berubah kemudian menjadi soal kepercayaan atau
dogmatis teologi. Mereka menuduh Khalifah Ali bin Abi Thalib lebih percaya pada putusan
musuh dan mengenyampingkan putusan Allah yaitu menerima tahkim yang menjadi sebab
perpecahan dan perbedaan pendapat sampai tingkat dogmatis teologi.

Jadi, setelah menerima prinsip arbitrase yang merugikan pihak Ali, sebagian pengikut-
pengikutnya keluar dari golongan Ali dan menamakan diri mereka dengan golongan
Khawarij dan merupakan sekte pertama lahir dalam Islam. Mereka menentang arbitrase
dengan prisip la hukma Illa Lillah.11

Nabi Muhammad SAW telah mengabarkan akan keluarnya kelompok ini di tengah-
tengah umatnya. Telah diriwayatkan hadits-hadits secara mutawatir tentangnya.
Sebagiannya disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Katsir, lebih dari tiga puluh hadits dalam
kitabkitab Shahiih, Sunan dan kitab-kitab Musnad. Di antaranya adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Sa‟id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:

“Akan memisahkan diri satu kelompok (Khawarij) ketika kaum muslimin berpecah belah.
Kelompok itu akan diperangi oleh salah satu golongan dari dua golongan yang lebih dekat
dengan kebenaran.‟” [HR. Muslim]

2.3 Pokok pokok pemikiran Khawarij?


Ajaran pokok firqoh khawarij adalah khilafah, dosa, dan iman. Di bawah ini
merupakan intisari pendapat-pendapat mereka:

1. Menurut faham mereka, dosa yang ada hanya dosa besar saja, tidak ada pembagian
dosa besar dan kecil. Semua pendurhakaan terhadap Allah swt adalah berakibat
dosa besar dan menjadikan mereka kafir.
2. Pengangkatan khalifah akan sah jika hanya berdasarkan pemilihan yang benar-
benar bebas dan dilakukan oleh semua umat Islam tanpa diskriminasi.
3. Mereka sama sekali tidak menyetujui pendapat yang menyatakan bahwa seorang
khalifah haruslah berasal dari suku Quraisy.
4. Ketaatan kepada khalifah adalah sesuatu yang wajib hukumnya selama ia masih
berada di jalan keadilan dan kebaikan. Apabila ia menyimpang, maka wajib
memeranginya, memakzulkannya atau membunuhnya.

Ciri – ciri Kaum Khawarij

1. Mudah mengkafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka, walaupun


orang tersebut adalah penganut agama Islam.
2. Islam yang benar adalah Islam yang mereka pahami dan amalkan. Islam
sebagaimana yang dipahami dan diamalkan golongan Islam lain tidak benar.
3. Orang-orang Islam yang tersesat dan telah menjadi kafir itu perlu dibawa kembali
ke Islam yang sebenarnya, yaitu Islam seperti yang mereka pahami dan amalkan.
4. Karena pemerintahan dan ulama yang tidak sepaham dengan mereka adalah sesat,
maka mereka memilih imam dari golongan mereka sendiri. Imam dalam arti
pemuka agama dan pemuka pemerintahan.
5. Karena pemerintahan dan ulama yang tidak sepaham dengan mereka adalah sesat,
maka mereka memilih imam dari golongan mereka sendiri. Imam dalam arti
pemuka agama dan pemuka pemerintahan.

Adapun menurut pendapat lain bahwa pokok-pokok sjaran Khawarij dibagi menjadi tiga
bidang yaitu:

1. Di bidang Teologi
a. Orang mukmin yang berbuat dosa besar (murtakib al-kaba’ir atau capital
sinner) adalah kafir dan telah keluar dari Islam dan wajib dibunuh.
b. Ibadah termasuk rukun iman, maka orang yang tarikush shalat
dinyatakan kafir.
c. Anak-anak orang kafir yang mati waktu kecilnya juga masuk neraka .
2. Dalam bidang ketatanegaraan

Kaum Khawarij lebih bersifat demokratis karena syarat untuk menjadi


pemimpin umat (imam atau khalifah) tidak harus dari ahlul bait Rosulullah dan
berbangsa Quraisy. Siapapun bisa, asal disepakati bersama. Hanya saja ada syarat
kualitas kepribadian, yakni harus seoraang yang wira‟i. Zuhud, taqwa, tidak
berbuat dosa dan kesalahan. Boleh tidak mematuhi aturan-aturan kepala Negara
bila ternyata ia seorang yang dhalim.
Menurut Asy‟ari yang dianggap kafir oleh khawarij ialah; Ali, Usman,
yang ikut perang jamal, dan pelaku tahkim, yang menerima tahkim dan yang
membenarkan tahkim maka wajib meninggalkan dari penguasa yang yang dhalim.
BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Khawarij adalah sekelompok orang yang memisahkan diri dari kelompok Ali bin Abi
Thalib, setelah tahkim terjadi antara kelompok Ali dan kelompok Muawiyah pada
peperangan Shiffin pada tahun 37 H. Pemikiran kelompok Khawarij adalah hukum kafir
bagi pelaku yang melakukan tahkim serta meneriakkan slogan lā hukm illā li Allāh, tidak
ada keputusan kecuali keputusan Allah. Adanya perbedaan pandangan satu sama lain dalam
kelompok Khawarij mengakibatkan mereka terpecahbelah menjadi beberapa sub-sekte.
Menurut sejarah beberapa sub sekte yang mendominasi dan menonjol diantaranya adalah al-
Muhakimah, al-Azariqah, al-Najdah, al-Ajaridah, al-Sufriyah dan al-Ibadah.
Gerakan radikal yang dilakukan oleh kelompok Khawarij pada masa Bani Ummayah.
Tercatat ada beberapa gerakan yang mereka lakukan. Pada masa khalifah Muawiyah, di
masa khalifah Abdul Malik bin Marwan, di masa Umar bin Abdul Aziz dan pada akhir
Dinasti Bani Umayyah. Bentuk gerakan radikal terbesar adalah dimasa khalifah Abdul
Malik bin Marwan. Kelompok Khawarij pada masa Abdul Malik mengacu kepada dua sub
sekte Khawarij, yaitu Azariqa dan Najdah. Sub sekte Azariqah yang dipimpin oleh
Nafi bin al-Azraq itu lebih kuat dan lebih keras dibandingkan dengan sub sekte Najdah.
Bentuk gerakan lebih radikal yang dilakukan oleh Azariqah berupa menghalalkan
membunuh anak-anak dan mengkafirkan orang-orang yang tidak mau ikut berperang serta
mengangap harta benda orang-orang yang menentangnya halal baginya. Pada masa akhir
Dinasti Bani Umayyah kelompok Khawaij yang dipimpin oleh Adh Dhahhak bin Qais Ays
Syaibani melakukan perlawanan. Karena mereka telah memanfaatkan kesempatanan
terpecahnya kelompok Bani Umayyah setelah Al-Walid bin Yazid tebunuh. Pemberontakan
masa khalifah Marwan bin Muhammad ini merupakan pemberontakan yang terakhir yang
dilakukan oleh kelompok Khawarij. Sejalan dengan runtuhnya kekuasaan Daulat Umayyah,
kelompok Khawarij pun mengalami kelemahan dan kemerosotan tekad, sehingga hanya
sejumlah kelompok kecil saja yang masih tinggal.

Anda mungkin juga menyukai