Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KHAWARIJ DAN MURJI’AH


Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu: Moh. Syifa’ul Hisan, S.E.I., M.S.I

Disusun oleh kelompok 2:

Muhammad Ramzhy Fhauzal Almasry ( 222102030055 )

Rachma Afifah Zulfa ( 222102030066 )

Rofiqil A’la ( 222102030071 )

Siti Okta Hutami ( 222102030078 )

Sofia Natasya ( 222102030080 )

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. yang telah memeberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah tentang “Khawarij dan Murji’ah” ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasullah Muhammad SAW.
Keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yakni untuk melengkapi tugas kelompok
mata kuliah Ilmu Kalam mengenai Khawarij dan Murji’ah. Dengan makalah ini diharapkan baik
penyusun sendiri maupun pembaca dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai
Khawarij dan Murji’ah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya selama ini sehingga penyusun makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.
Kami juga memohon maaf jika didalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
sehingga kami mengharapakn kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurna
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Jember, September 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seringkali ditemukan orang berbicara tentang suatu golongan, sedang dia tidak
mengetahuinya dengan pasti apa yang dibicarkannya itu. Kebanyakan berbicara sangat
subjektif, akibatnya menimbulkan pemahaman yang berbeda di tengah-tengah umat. Oleh
karena itu, kita mengklarifikasi aliran-aliran kalam dalam Islam. Dalam hal ini ada satu
aliaran kalam yang pertama kali muncul di zaman sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu
ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah. Dan literature Islam yang mebahas asal
kelompok itu adalah pecahan dari Ali bin Thalib. Kelompok ini sangat keras, mereka
menanamkan konsep dosa besar dan setiap pelaku dosa besar halal darahnya. Di sisi lain
ada kelompok yang mencul setelahnya, yaitu Murji‟ah, kelompok ini justru berlawanan
konsep dengan yang ditawarkan khwarij. Mereka mengatakan pelaku dosa besar itu tetap
dihukumi sebagai muslim dan darahnya tidak halal. Urusan surge dan neraka adalah
urusan Tuhan. Tentunya terpecahnya umat atas beberapa aliran kalam, menimbulkan
banyak pertanyaan dan persoalan. Semua ini harus dijawab dengan rasional, dengan tidak
adanya keterpihakan kepada satu aliran, harus diselesaikan dengan sesubjektif mungkin.
Jika sifat fanatik yang digunakan maka tidak akan bisa menyelesaikan masalah. Semoga
dengan adanya orang-orang yang masih peduli dengan umat, membuat cahaya ilahi tetap
terpancar kepermukaan bumi ini dan semua umat manusia dapat merasakan hal demikian.
Dengan pemikiran yang sama yaitu Islam. Mereka senang tiasa mengatakan I’m Muslim
(saya Islam) tidak memperkenalkan cirikhas kemazhaban, tapi keislamanlah yang
ditampakkan secara kaffah.
KHAWARIJ

Sejarah Lahirnya Khawarij


Khawarij secara harfiah berasal dari kata kharaja yang berarti "keluar", maka siapapun
atau golongan manapun yang membelot dan keluar dari kepemimpinan Khawarij yang sah,
mereka disebut Sedangkan dalam istilah studi keislaman ialah kaum yang awalnya mengakui
pemerintahan Ali bin Abi Thalib, lalu menolaknya.

Aliran ini mulai muncul pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Kemunculannya
dilatar belakangi oleh pertikaian politik antara Sayidina Ali dan Sayidina Muawiyah, gubernur
Sayidina Utsman di Syam (Syria). Muawiyah menolak memberikan baiat kepada Ali yang terpilih
sebagai khalifah, karena Ali tidak kunjung melakukan kisas terhadap para pembunuh Utsman
bin Affan. Muawiyah ber pendapat bahwa semua orang yang terlibat dalam pembunuhan
Utsman harus dibunuh, sedangkan Ali berpendapat yang dibunuh hanya yang jelas membunuh
Utsman saja, karena tidak semua yang terlirbat pembunuhan diketahui identitasnya.

Keadaan kian panas, karena Ali mengerahkan bala tentara untuk memerangi Muawiyah.
Muawiyah juga mengumpulkan pasukan untuk menghadapi pasukan Ali. Kedua pasukan itu lalu
bertemu di suatu tempat bernama Shiffin. Pertempuran dahsyat terjadi antara kedua belah
pihak. Dalam pertempuran ini pihak Ali memperlihatkan tanda-tanda akan menang dan berhasil
mendesak pasukan Muawiyah. Amr bin Ash yang berada di pihak Muawiyah mengusulkan
kepada Muawiyah agar memerintahkan pasukannya mengangkat mushaf al-Qur'an dengan
ujung tombak sebagai isyarat minta berdamai.

Pada mulanya Ali tidak mau menerima tawaran damai Muawiyah tersebut. Tetapi
karena didesak oleh sebagian pengikutnya, terutama para qurri (penghafal al-Qur'an),
diputuskanlah untuk mengadakan perundingan atau dikenal dengan tahkim (arbitrasi). Dalam
perundingan ini, Ali bin Abi Thalib mengutus Abu Musa al-Asy'ari sebagai juru runding.
Sedangkan Muawiyah mengutus Amr bin ash.

Ternyata tidak semua pendukung Ali setuju dengan tahkim sebagai jalan untuk
menyelesaikan persengketaan ini. Para penentang keputusan tahkim ini, akhirnya memisahkan
diri dari kubu Ali, dan mereka mendirikan sebuah komunitas di Harura, suatu desa di Kufah.
Mereka berkilah, "Mengapa engkau mengangkat orang-orang itu untuk membuat keputusan!?
Tiada hukum selain milik Allah. " Artinya, menurut mereka, yang berhak untuk me mutuskan
sebuah persoalan hanyalah Allah semata, bukan juru runding.

Seiring dengan perjalanan waktu, kaum Khawarij di Harura berhasil menyusun kekuatan
dan memperoleh banyak pengikut. Mereka lalu menyatakan pembangkangan terhadap Ali.
Menurut keyakinan mereka, Ali dan Muawiyah serta semua yang menyetujui tahkim telah
menyimpang dari ajaran Islam . Karena itu, mereka harus ditentang dan dijatuhkan. Landasan
mereka adalah ayat:
ٓ
َ‫َو َمن لَّ ْم يَحْ ُكم بِ َمٓا َأنزَ َل ٱهَّلل ُ فَُأ ۟و ٰلَِئكَ هُ ُم ْٱل ٰ َكفِرُون‬

Dan barang siapa yang tidak menghukumi dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah, maka
mereka itulah orang-orang kafir. (QS al-Maidah [5]: 44)

Orang-orang Khawarij kemudian melancarkan aksi pembantaian terhadap beberapa


orang yang ti dak mau mengakui pendapat mereka. Mereka men ganggap bahwa kaum
Muslimin di luar kelompok mereka adalah orang murtad yang halal dibunuh.

Ketika gerakan mereka berkembang menjadi aksi anarkis, maka Ali bin Abi Thalib
memutuskan melakukan pemberantasan terhadap mereka. Akhirnya beliau memerangi mereka
di suatu tempat yang bernama Nahrawan. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan
tentara Ali dan hampir seluruh kekuatan Khawarij dapat dimusnahkan.

Menurut Abdul Karim as-Syahrastani, tidak sampai sepuluh orang kaum Khawarij yang
selamat dari pertempuran ini. Lainnya gugur di medan perang, termasuk pemimpin mereka
Abdullah bin Wahb ar-Rasibi. Akan tetapi, kekalahan total di Nahrawan tidak membuat kaum
Khawarij patah semangat, hal itu justru semakin mengobarkan se mangat mereka untuk
menjatuhkan Ali. Akhirnya, salah seorang di antara mereka yang bernama Abdurrahman bin
Muljim berhasil membunuh Ali pada tanggal 17 Ramadan 40 H/24 Januari 661 M.

Sepeninggal Ali, kaum Khawarij menyusun kem bali barisan mereka dan melakukan
pemberontakan terhadap penguasa Islam yang resmi, baik pada

zaman Dinasti Bani Umayah maupun Bani abbasiyah. Mereka menganggap bahwa para
penguasa itu dianggap telah menyimpang dari ajaran Islam.

Kaum Khawarij senang menyebut dirinya dengan Syurah (para pembeli). Nama ini
mereka kutip dari kata yasyri (menjual) dalam ayat:
‫ت هّٰللا‬
ِ َ ْ‫اس َمنْ َّي ْش ِريْ َن ْف َس ُه ا ْبت َِغ ۤا َء َمر‬
ِ ‫ضا‬ ِ ‫َوم َِن ال َّن‬
Ada manusia yang menjual (mengorbankan) dirinya untuk memperoleh keridaan Allah. (QS al-
Baqarah (2): 207)

Mereka menganggap diri mereka sebagai orang orang yang berkorban demi mencapai
keridaan Allah. Mereka juga disebut dengan nama "Haruriyah", afiliasi dari Harura, tempat
pertama kali mereka membuat sebuah komunitas setelah keluar dari bari san Ali. Juga, disebut
dengan nama "al Mâriqah" yan,g artinya "anak panah yang keluar dari busurnya", karena
mereka dianggap telah keluar dari agama.
Pokok pemikiran khawarij

Meskipun pada mulanya khawarij muncul karna persoalan politik, tapi dalam
perkembaganmya ia lebih banyak bercorak teologis. Alas an mereka keluar dari barisan ali lalu
melakukan pemberontakan adalah karna mereka berkeyakinan bahwa semua masalah harus
diselesaikan dengan merujuk kepada hokum hokum Allah, bukan dengan jalan arbitrasi atau
tahkim. Karena itulah kaum khawarij berkeyakinan bahwa melakukan kudeta terhadap
pemimpin yang tidak sesuai dengan aturan syariat hukumnya adalah wajib. Karna pemimpin
yang seperti itu menurut mereka telah keluar Dari islam. Salah satu dalil Al Quran yang mereka
gunakan adalah surat Al Maidah ayat 44.

Selanjutnya kaum khawarij menyinggung soal iman dan kafir. Menurut mereka iman
tidaklah cukup hanya dengan melafalkan kalimat syahadat saja. Iman harus diikuti dengan amal
yang saleh. Sedangkan kafir adalah pengingkaran terhadap Allah SWT dan Rasul-nya. Pada
mulanya mereka hanya mengkafirkan orang yang telah menyetujui tahkim, akan tetapi
kemudian mereka mengembangkan konsep itu hingga juga mengkafirkan orang yang
melakukan dosa besar. Dalil yang mereka gunakan adalah surat Ali Imran ayat 97 yang artinya:
“mengerjakan haji adalah sebuah kewajiban manusia kepada Allah, yaitu bagi orang orang yang
sanggup mengadaka perjalanan ke baitullah, barang siapa yang mengingkari (kafir dari)
kewajiban haji, sesungguh nya Allah maha kaya dari semesta alam” (QS Ali Imran [3]: 97)

Selain itu, masih ada beberapa doktrin yang mereka yakini, misalnya mereka tidak
menyakini akan adanya siksa kubur. Dan, sebagian mereka menyakini bahwa ijtihad hokum
terhadap alquran tidak mungkin dilakukan. Hanya saja, keyakinan seperti ini masih di
perdebatkan di dalam kalangan mereka sendiri

Sekte-sekte kaum kaum khawarij:

1. Sekte Al Zariqah: merupakan pengikut kaumNafi’bin Al Azraq yang muncul pada


masa kepemimpinan Abdullah bin zubair. Doktrin nya diantara lain:
a) Mengkafirkan usman dan ali
b) Menghukumi pelaku dosa besar sebagai orang kafir dan menghukumi
mereka kekal dalam neraka
c) Mengkafiran siapa saja yang berbeda pendapat dan tidak berhijrah ke
wilayah Negara kafir
d) Menghapus hukum Al rajam dan Al qadz

Sekte Al najdat: merupakan pengikut najdah A’mir Al hanafi yang mencoba meringanlan
sebagian pendapat kelompok nafi’ yang ekstrim. Doktrinnya antara lain:

a) mengkafirkan golongan yang berselisih dengan mereka, kecuai yang tidak


berilmu di antara mereka, semuanya diberikan penangguhan hukum kafir
hingga dakwah sampai kepada mereka
b) negara atau wilayah yang tidak sepaham dengan mereka sebagai Negara
yang fasik bukan kafir
c) membela para pelaku kesalahan dengan syarat satu pemahaman dengan
mereka, tetapi mereka tetap kekal dalam neraka.
d) mukmin adalah orang-orang yang sepemahaman dengan mereka.
2. Sekte Al-ibaidah merupakan pengikut Abdullah bin iyadh at tamimi. Kelompok ini
adalah pecahan dari kelompok Nafi’ yang sangat memuliakan Jabir bin Zaid Ahmad.
Al-ibaidah adalah salah kelompok khawarij yangmasih tersisa sampai sekarang.
Doktrin-nya antara lain:
a) mengingkari sifat allah
b) menyakini Al Quran adalah mahluk
c) menyakini bahwa pelaku dosa besar akan kekal di neraka, tanpa menghukum
mereka sebagai kufur akbar
d) mengkafirkan orang orang yang berpendapat bahwa saat di akhirat kelak allah
bias dilihat dengan mata
e) melakukan ta’wil terhadap Al Quran
MURJI’AH

Sejarah Lahirnya Murji’ah


Kata Murji’ah adalah isim fa’il dari mashdar irja’ yang secara bahasa memiliki dua arti.
Pertama At-Ta’khir yang berarti menagguhkan atau mengakhirkan. 1 Kedua, I’tha’ur-Raja’ yang
memiliki arti memberi harapan. Kedua arti ini menunjukkan pengertian mengenai siapa
sebenarnya golongan Murji’ah. Bila kita mendefinisikan Murji’ah dengan memakai makna
pertama, maka itu berarti golongan yang menagguhkan (tidak memperdulikan) perbuatan , dan
memfokuskan penilaian hanya pada hati. Bagi mereka perbuatan adalah hal sekunder, yang
penting hati tetap beriman.

Dan bila kita memahami Murji’ah dengan arti yang kedua (memberi harapan), maka itu
ada kaitannya dengan perkataan mereka, “Maksiat tidak mendatangkan bahaya akhirat,
asalkan iman masih melekat. Sebagaimana ketaatan tidak akan memberikan manfaat apapun,
kalau orangnya kafir.”

Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa harapan (peluang) yang dimiliki pelaku dosa besar
(martakibul-kabair) untuk masuk surga, sama dengan peluang yang dimiliki oleh orang saleh.
Berangkat dari pandangan inilah, mereka disebut Murji’ah (pemberi harapan). 2

Pendapat lain mengatakan bahwa irja’ adalah penagguhan vonis terhadap pelaku dosa
besarhingga datngnya hari kiamat. Jadi, tidak boleh membuat vonis apakah pelaku dosa besar
menjadi penghuni surge atau penghuni neraka, sampai dating ketentuan dari Allah sendiri di
hari kiamat.

Kelompok ini berkembang di tengah maraknya perdebatan mengenai status pelaku dosa
besar, apakah mereka masih mukmin ataukah sudah kafir. Golongan Khawarij berpendapat
bahwa mereka kafir. Iman Hasan al-Bashri bersama beberapa ulama dari kalangan Tabiin
mengatakn bahwa mereka munafik. Sebab, tanda keberadaan iman di hati, bukan sekedar
pengakuan lisan, tapi juga perbuatan. Mayoritas ulama menyatakan bahwa pelaku dosa besar

1
Tahir al-Isfiraini, at-Tabshir fi ad-Din waTamyiz al-Firqoah an-Najiyah ‘an alFiraq al-Halikin, vol. l, hal.97
2
Asy-Syahrastani, Al-Milal wan-Nihal, vol. I, hal.138.
adalah mukmin yang berdosa, atau dalam bahasa lainnya adalah mukmin yang fasik. Mengenai
ketentuan mereka di akhirat, tergantung kehendak Allah SWT. Allah menyiksanya sesuai
dengan kadar dosa yang dilakukan; atau Allah akan mengampuni segala dosa dia dan langsung
memasukkannya ke surge. Yang jelas, selagi dia msih mukmin, maka tidak akan kekal di neraka. 3

3
Abu Zahra, Tarikhul-Madzahib al-Islamiyyah, hal:113, Dar Al-Fikr Al-Arabi
Pokok pemikiran Murji’ah:

Ada dua ajaran penting bagi murji’ah. Yaitu tentang pelaku dosa besar dan tentanh iman

a) Mengenai pelaku dosa besar, ditegaskan bahwa selama seseorang meyakini


bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW adalah rasulnya maka
apapun yang mereka lakukan ia tetap dianggap mukmin, bukan kafir, karena
amal tidak sampai merusak iman.
b) Tokoh murji’ah, Ubaid Al-Mukta’ib menyatakan bahwa dosa selain syirik pasti di
ampuni. Orang yang melakukan dosa sebesar apapun itu, tetap tidak
berpengaruh terhadap keimanan di hatinya, sehingga dia tetap dimasukkan
kedalam surga.

Pokok ajaran Mur’jiah:

a) Iman adalah percaya kepada Allah SWT dan rasulnya saja. Adapun amal atau
perbuatan tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal
ini, seseorang tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan perbuatan yang
difardhukan dan melakukan dosa besar.
b) Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman dihati, setiap
maksiat tidak dapat mendatangkan mudhorot ataupun gangguan atas seseorang,
untuk mendapatkan pengampunan manusia cukup hanya dengan menjauhkan
diri dari syirik dan mati dalam keadaan akidah tauhid.

KESIMPULAN

Khawarij yang keluar dari kelompok Ali ibn Abi Thalib membuat barisan sendiri. Mereka
mengkafirkna Sayyidina Ali dan Mu‟awiyah dengan alasan bahwa mereka berdua tidak
berpegang kepada hukum Allah. Sehinnga mereka dinilai sebagai pelaku dosa besar dan pelaku
dosa besar tentunya darahnya halal. Dengan dasar inilah kemudian kelompok Khawarij berusaha
untuk membunuh kedua orang tesebut.
Tidak lama setelah Khawarij muncul lagi golongan yang bernama Murji‟ah, kelompok yang
bersuha bersifat netral. Dengan menawarkan sebuah konsep penangguhan. Mereka
menangguhkan amal dari iman. Jadi Sayyidina Ali dan Mu‟awiyah tidak bisa diputusakn dengan
hukum dunia, namun nanti di akhirat kelak.

Perbedaan yang sangat mendasar di anatara Khawarij dan Murji‟ah adalah pada persoalan iman
dan amal. Khawarij beranggapan bahwa amal merupakan bagian dari iman. Sedangkan Murji‟ah
beranggapan bahwa amal bukan bagian daripada iman. Dan tidak merusak imanan hanya karena
amal seseorang.

Anda mungkin juga menyukai