Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu: Dr.Jaenullah,M.Pd

Kelompok I

Afifah Nur Wahidah : (231290003)

Diah Ayu Alfaridzi : (231290009)

M.Shohibul Karim : (231290012)

Prodi : Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Agama Islam


(BKPI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


UNIVERSITAS MA’ARIF NU METRO LAMPUNG 2023/14444
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Tuhan yang maha esa atas segala limpahan
rahmat,taufik dan hidayahnya segala kami dapat menyelesaikannya penyusunan
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam dengan judul Aliran
khawarij dan miji’ah(sejarah khawarij dan murji’ah, Tokoh Tokohnya ajaran
pokok,dan Dalil Argumentasi Dalam Al-Qur’aniyah.

Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada kepada
Dr.Jaenullah,M.Pd.,selaku dosen pengampu mata kuliah ilmu kalam yang telah
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna serta kesalahan penulis yakini di luar batas kemampuan kami.
Maka dari itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran guna untuk
membangun para pembaca. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Merto , 17 September 2023

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu Kalam atau dalam istilah lain disebut juga Teologi Islam merupakan
ilmu yang membahas masalah-masalah ketuhanan dengan menggunakan
argumentasi logika atau filsafat. Pada awal kemunculannya, persoalan-persoalan
mengenai kalam dipicu oleh persoalan-persoalan politik. Persoalan kalam tersebut
telah menimbulkan beberapa aliran teologi dalam Islam, yaitu: (1)Aliran Khawarij
yang mengatakan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir, atau tegasnya
murtad dan wajib dibunuh; (2) Aliran Murji’ah yang menegaskan bahwa orang
yang berbuat dosa besar tetap mukmin dan bukan kafir, dan perihal dosa yang
dilakukannya terserah kepada Allah Swt. untuk mengampuninya atau tidak; (3)
Aliran Mu’tazilah yang tidak menerima pendapat dari kedua aliran sebelumnya.
Kemudian pada perkembangannya, muncul lagi beberapa aliran teologi
dalam islam yaitu Aliran Qadariyah, Aliran Jabariah, Aliran Asy’ariyah, dan
Aliran Maturidiah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Aliran Khawarij dan bagaimana sejarah munculnya ?
2. Apa saja pokok-pokok ajaran aliran khawarij dan apa saja sekte-sektenya ?
3. Apa itu Aliran Murji’ah dan bagaimana sejarah munculnya ?
4. Apa saja pokok-pokok ajaran aliran murji’ah dan apa saja sekte-sektenya ?

3
BAB II

ALIRAN KHAWARIJ DAN ALIRAN MURJI’AH

A. ALIRAN KHAWARIJ
1. Sejarah munculnya Aliran Khawarij
Aliran Khawarij muncul ketika peperangan memuncak antara pasukan
Ali dan pasukan Muawiyah yang merasa terdesak, maka Muawiyah
merencanakan untuk mundur, tetapi dibantu dengan pemikiran yang ideal
untuk melakukan arbitrase yang menimbulkan perpecahan pada pasukan Ali.
Sekelompok orang dari pasukan Khawarij menuntut Ali agar
menerima usulan arbitrase, maka dengan terpaksa ia menerima usulan
tersebut. Mereka bukan tidak mengakui bahwa mereka tadinya menerima
arbitrase. Tetapi mereka masih menyalahkan Ali, kata mereka:”Kami salah
tetapi mengapa engkau ikut perkataan kami, padahal engkau tau kami salah.
Sebagai seorang Khalifah, harus mempunyai pandangan yang jauh, melebihi
pandangan kami, dan pendapat yang lebih tepat dari pendapat kami.”1
Dan juga Abu’Ala al-Maududi dalam bukunya al-Khalifah wa al-Mulk
menjelaskan bahwa sejarah munculnya kelompok Khawarij adalah pada waktu
perang shiflin ketika Ali dan Muawiyah menyetujui penunjukan dua orang
hakim sebagai penengah guna menyelesaikan pertikaian yang ada diantara
keduanya. Sebenarnya sampai saat ini mereka adalah pendukung Ali, tetapi
kemudian secara tiba-tiba, mereka berbalik ketika berlangsungnya tahkim dan
berkata kepada kedua tersebut:”Kalian semua telah menjadi kafir dengan
memperhakimkan manusia sebagai ganti allah diantara mereka.”2
Begitupun dengan dengan Thaib Abdul Muin, menjelaskan bahwa
Khawarij timbul setelah perang Shiflin antara Ali dan Muawiyah. Peperangan
1
Muchtar Yahya, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983) hal. 304
2
Abu ‘Ala al-Mududi, Al-Khalifah wa al-Mulk, diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqia,
(Bandung: Mizan, 1996). Hal. 275

4
itu diakhiri dengan gencatan senjata, untuk mengadakan perundingan antara
kedua belah pihak. Golongan Khawarij adalah pengikut Ali, mereka
memisahkan diri dari pihak Ali, dan jadilah penentang Ali dan Muawiyah,
mereka mengatakan Ali tidak konsekuen dalam membela kebenaran.3

Kaum Khawarij bukan saja meninggalkan Ali, bahkan berani pula


mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa dengan mengkafirkan Ali dan
menghalalkan darah kaum muslimin.Khawarij tidak hanya ditandai dengan
kuatnya berpegang pada makna tekstual lafad-lafad, tetapi juga cinta mati dan
siap menghadapi resiko bahaya hanya karena hal-hal yang tidak prinsipil,
sebagian dari mereka kadang menjadi nekad hanya karena kecerobohan dan
kacaunya motif-motif yang mendasari tindakan mereka.4

Para pengikut kelompok Khawarij pada umumnya terdiri atas orang-


orang arab pegunungan yang ceroboh dan berfikiran dangkal. Sebenarnya
penganut aliran Khawarij banyak ikhlas dalam beragama, atau dengan kata
lain keikhlasan mereka dibarengi dengan kesempatan berfikir yang hanya
tertuju kepada suatu arah tertentu saja.

Islam masuk ke lubuk hati mereka berdampingan dengan kepicikan


berfikir dan imajinasi mereka serta jauhnya mereka dari ilmu pengetahuan dari
sejumlah persoalan itu, munculah jiwa yang beriman dan fanatik (karena pola
fikiran yang picik), bersikap gigih (karena sesuai dengan alam padang pasir
yang panas), tidak cinta dunia atau zuhud, karena memang kehidupan mereka
miskin.5

Kaum Khawarij mempunyai sikap yang berlebih sehingga mereka


mengkafirkan siapa saja yang berdiri diluar golongan mereka. Disamping itu,
mereka menuntut sekeras-kerasnya, supaya pemerintah di bentuk secara
republik. Yang menentang pendirian ini pun, mereka anggap kafir pula.

3
Thaib Abdul Muin, Ilmu Kalam, (Jakarta: Bumi Restu, 2006). Hal. 98
4
Muhammad Dahlan dan Ahmad Qarib, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, (Jakartta: Logos
Publishing House, 1996) hal. 65
5
Ibid, hal. 67

5
Pemahaman semacam ini sudah tertanam dalam benak mereka dan baru dapat
dilumpuhkan setelah berkobarnya api peperangan yang banyak sekali menelan
korban kaum muslimin. Akhirnya mereka lari kocar-kacir bertebaran di
pinggir-pinggir negeri Islam.6

Dengan demikan kemunculan Khawarij diawali dengan perhelatan


politik dalam hal pengangkatan khalifah yang pada gilirannya menjadikan
peristiwa perang, kemudian diakhiri dengan arbitrase. Arbitrase inilah yang
menjadi awal dari pada keluarnya para pendukung Ali yang selanjutkan
disebut sebagai Khawarij.

2. Pengertian Khawarij
Pengertian Khawarij berkaitan dengan predikat yang disandangkan
kepadanya yakni Khawarij itu sendiri, al-muhakkimah, syura, al-mariq,dan
haruriyah. Nama khawarij berasal dari kata kharaja (‫ )خرج‬yang berarti keluar.
Nama itu diberikan kepada mereka yang keluar dari barisanpendukung Ali
karena tidak sepakat terhadap Ali yang menerima arbitrase/tahkim dalam
Perang Shiffin pada tahun 37 H/648 M dengan pihak Mu’awiyah perihal
persengketaan Khalifah. Tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa
pemberian itu didasarkan pada ayat 100 surah al-nisa’(4) yang di dalamnya
disebutkan:”keluar dari rumah dan lari kepada Allah dan Rasulnya”. Dengan
demikian, kaum khawarij memandang diri mereka sebagai orang yang
meninggalkan rumah untuk mengabdikan diri kepada Allah dan Rasul-nya.7
Nama lain dari Khawarij adalah Al-Muhakkimah yang berasal dari
semboyan mereka yang terkenalla hukma illa Allah (tiada tuhan kecuali
hukum Allah) atau la hakama illa Allah (tiak ada pembuat hukum kecuali
Alah). Berdasarkan alasan inilah mereka menolak keputusan Ali. Yang berhak
memutuskan perkara hanya Allah SWT. Bukan abritrase sebagaimana yang
dijalankan oleh Ali.

6
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996) hal. 13
7
Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran, Sejarah Analisa Dan Perbandingannya, (Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 2002) hal. 13

6
Namun ada juga yang mengemukakan bahwa kaum khawarij juga
menyebut dirinya syurah berasal darikata yasyri(menjual) yang berarti
golongan yang mengorbankan (menjual)dirinya untuk Allah, dan inipun
terdapat secara tekstual dalam Al-Qur’an surah al-baqarah halayat 207 yang
berarti: “dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan (menjual)
dirinya karenamencari keridhoan allah.”
Khawarij dinamakan juga dengan al-Mariqah karena dianggap telah
keluar dari agama, yang berasal dari kata maraga yang berarti anak penah
keluar dari busurnya. Nama ini diberikan oleh lawan-lawan mereka.8
Nama lain Khawarij adalah Haruriah dari kata harura, salah satu desa
yang terletak di dekat kota Kufah, Irak. Di tempat inilah mereka yag ada pada
waktu itu berjumlah dua belas ribu orang, berkumpul setelah memisahkan diri
dari Ali yang kemudian mengangkat Abdullah Ibn Wahab Al-Rasyibi sebagai
imam mereka. Sebagai wujud rasa penyesalannya kepada Ali yang menerima
arbitrase tersebut.
3. Pokok-pokok Ajaran Aliran Khawarij
Kemudian berikut ini akan dikemukakan pokok-pokok ajaran
Khawarij yang merupakan manfestasi dari teknis dan kepicikan berpikir serta
kebencian mereka terhadap suku Quraisy dan semua kabilah mudhar, yaitu:
a. Pengangkatan khalifah akan sah jika berdasarkan pemilihan yang benar-benar
bebas dan dilakukan oleh semua umat islam tanpa diskriminasi. Seorang
khalifah tetap pada jabatannya selama ia berlaku adil, melaksanakan syariat,
serta jauh dari kesalahan dan penyelewengan. Jika ia menyimpang, ia wajib
dijatuhkan dari jabatannya atau dibunuh.
b. Jabatan khalifah bukan hak khusus keluarga Arab tertentu, bukan monopoli
suku Quraisy sebagaimana dianut oleh golongan lain, bukan pula khusus
orang Arab dengan menafikan bangsa lain, melainkan semua bangsa
mempunyai hak yang sama. Bahkan Khawarij mengutamakan non-Quraisy
untuk memegang jabatan khalifah. Alasannya, apabila seorang khalifah

8
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ikhtiyar Baru Van
Hoeve,1994) hal. 47

7
melakukan penyelewengan dan melanggar syariat akan mudah dijatuhkan
tanpa ada fanatisme yang mempertahankannya atau keturunan keluarga yang
mewarisinya.
c. Pengangkatan khalifah tidak diperlukan jika masyarakat dapat menyelesaikan
masalah-masalah mereka. Pengangkatan khalifah bukan suatu kewajiban
berdasarkan syara’, tetapi hanya bersifat kebolehan. Kalaupun pengangkatan
itu wajib, maka kewajiban itu berdasarkan kemaslahatan dan kebutuhan.
d. Orang yang berdosa adalah kafir. Mereka tidak membedakan antara satu dosa
dengan dosa yang lainnya, bahkan kesalahan berpendapat merupakan dosa,
jika pendapat itu bertentangan dengan kebenaran.
e. Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara pelaku Aisyah,
Thalhah, dan Zubair, dengan Ali bin Abi Thalib) dan para pelaku tahkim
termasuk yang menerima dan membenarkannya dihukum kafir.9

Pokok ajaran tersebut diatas, membuat kaum Khawarij keluar dari


mayoritas umat islam. Mereka memandang orang yang berbeda paham
dengannya telah menjadi kafir. Dalam upaya kafir mengkafirkan ini, terdapat
satu golongan yang menolak ajaran kaum Khawarij yang mengkafirkan orang
mukmin yang melakukan dosa besar. Sehingga mereka membentuk suatu
golongan yang menolak ajaran pengkafiran tersebut, golongan ini disebut
dengan golongan Murji’ah.Berikut pokok-pokok ajaran aliran Khawarij:

a. Setiap ummat Muhammad yang terus menerus melakukan dosa besar


hingga matinya belum melakukan tobat, maka dihukumkan kafir serta
kekal dalam neraka.
b. Membolehkan tidak mematuhi aturan-aturan kepala negara, bila kepala
negara tersebut khianat dan zalim.
c. Ada faham bahwa amal sholeh merupaka bagian essensial dari iman. Oleh
karena itu, para pelaku dosa besar tidak bisa lagi disebut muslim, tetapi
kafir.

9
Muhammad Dahlan dan Ahmad Qarib, op.cit., hal. 69

8
d. Keimanan itu tidak diperlukan jika masyarakat dapat menyelesaikan
masalah sendiri. KaumKhawarij mewajibkan semua manusia untuk
berpegang kepada keimanan. Apabila segala tindakannya tidak didasarkan
kepada keimanan, maka konsekuensinya dihukumi kafir.10
4. Sekte-sekte Aliran Khawarij
Berikut ini akan disebutkan sekte-sekte aliran Khawarij bersama
sedikit penjelasannya, antara lain sebagai berikut:
a. Al-Muhakkimah yang merupakan Khawarij yang asli, mereka yang
mengkafirkan seluruh pihak yang terlibat arbitrase/tahkim.
b. Azariqah yang sikapnya lebih radikal dari Al- Muhakkimah, tokohnya
adalah Nafi’ ibn al-Asraq.
c. Al-Nadjah, tokohnya adalah Nadjah ibnu amir al-Hanafi.
d. Ajaridah yang merupakan sekte yang lebih lunak, tokohnya adalah Abdul
Karim ibn Ajrad.
e. Sufriah yang merupakan sekte yang hampr sama dengan golongan
Azariqah (golongan ekstrim), tokohnya dalah Zain ibn al-Asfar.
f. Al-Ibadiyah yang merupakan sekte yang paling moderat dari seluruh sekte
khawarij, tokohnya adalah Abdullah ibn Ibad.
g. Yazidiyyah yang mulanya merupakan pengikut sekte Ibadiyah, tetapi
kemudian berpendapat bahwa Allah Swt. akan mengutus Rasul dari
kalangan luar arab dan diberi kitab yang akan menggantikan syari’at
Muhammad.
h. Maimuniyyah, tokohnya adalah Ma’mun al-Ajradi.11
B. ALIRAN MURJI’AH
1. Pengertian dan sejarah munculnya Aliran Murji’ah
Nama Murjia’ah di ambil dari kata irja’ atau arja’a yang berakna
penundaan, penangguahan, dan pengharapan. Kata arja’a mengandung arti
memberi pengharapan, yaitu kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh
pengampunan dan rahmat Allah SWT. Oleh karena itu, Murji’ah artinya orang

10
Muhammad Hasbi, Ilmu Kalam, (Yogyakarta, Trustmedia Publishing, 2015) hal. 27
11
Muhammad Dahlan dan Ahmad Qarib, op.cit., hal. 85

9
yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yaitu ‘Ali
dan Mu’awiyah, serta setiap pasukannya pada hari kiamat kelak.
Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal-usul kemunculan
Murji’ah. Teori pertamamengatakan bahwa gagasan irja, atau arja’a
dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan
kesatuan umat islam ketika terjadi pertikaian politik dan untuk menghindari
sektarianisme. Murji’ah, baik sebagai kelompok politik maupun teologi,
diperkirakan lahir bersama dengan kemunculannya syi’ah dan Khawarij.
Murji’ah, pada saat itu musuh beratnya Khawarij.
Teori lain menceritakan bahwa ketika terjadi perseteruan antara Ali
dan Mu’awiyah, dilakukanlah tahkim (arbritase) atas usulan Amr bin Ash’,
seorang kaki tangan Mu’awiyah. Kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu,
yang pro dan kontra. Kelompok kontra akhirnya menyatakan keluar dari Ali,
yaitu Khawarij, memandang bahwa tahkim itu bertentangan dengan Al-
Qur’an, dalam pengertian tidak mentahkim berdasarkan hukum Allah SWT.
Oleh karena itu, Khawarij berpendapat bahwa melakukan tahkim itu dosa
besar dan dihukum kafir, sama seperti perbuatan dosa besar lainnya, seperti
zina, riba, membunuh tanpa alasan yang benar, durhaka kepada orang tua,
serta memfitnah wanita baik-baik. Pendapat Khawarij tersebut ditentang oleh
sekelompok sahabat yang kemudian disebut Murji’ah dengan mengatakan
bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, sementara dosanya
diserahkan kepada Allah SWT., apakah mengampuninya atau tidak.
2. Pokok-pokok Ajaran Aliran Murji’ah
Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau
doktrin irja’ atau arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan yang
dihadapinya, baik persoalan politik atau teologis. Di bidang politik, irja’
diemplementasikan dengan sikap politik netral atau nonblok, yang hampir
selalu diekspresikan dengan sikap diam. Itulah sebabnya, kelompok Murji’ah
dikenal pula sebagai the queietists (kelompok bungkam). Sikap ini akhirnya
berimplikasikan begitu jauh sehingga membuat Murji’ah selalu diam dalam
persoalan politik.

10
Adapun di bidang teologi, doktrin irja’ atau arja’a dikembangkan
Murji’ah menanggapi persoalan-persoalan teologis yang muncul saat itu. Pada
perkembangan berikutnya, persoalan-persolan yang ditanggapinya menjadi
semakin kompleks, mencakup iman, kufur, dosa besar, dan ringan, tauhid,
tafsir Al-Qur’an, eskatologi, pengampunanatas dosa besar, kemaksuman Nabi,
hukuman atas dosa, pertanyaan tentang ada yang kafir di kalangan generasi
awal islam, tobat, hakikat Al-Qur’an, nama dan sifat Allah, serta ketentuan
tuhan.12
Berkaitan dengan doktrin-doktrin teologi Murji’ah, Harun Nasution
menyebutkan empat ajaran pokoknya, yaitu:
a. Menunda hukuman atas Ali, Mu’awriyah, Amir bin Ash, Abu Musa Al-
Asy’ari yang terlibat tahkim hingga kepada Allah pada hari kiamat kelak;
b. Menyerahkan keputusuan kepada Allah SWT. atas orang muslim yang
berdosa besar;
c. Meletakkan (pentingnya) iman lebih utama daripada amal;
d. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat Allah SWT.13
3. Sekte-sekte Aliran Murji’ah
Muhammad Imarah (l. 1931) menyebutkan ada dua belas sekte dalam
Aliran Murji’ah, yaitu sebagai berikut:
a. Al-Jahmiyah, pengikut Jahm bin Shafwan.
b. Ash-Shalihiyah, pengikut Abu Musa Ash-Shalahiy.
c. Al-Yunushiyah, pengikut Yunus As-Samary.
d. Asy-Syamriayah, pengikut Abu Samr dan Yunus.
e. Asy-Syawbaniyah, pengikut Abu Syawban.
f. Al-Ghailaniyah, pengikut Abu Marwan Al-Ghailan bin Marwan Ad-
Dimsaqy.
g. An-Najariyah, pengikut Al-Husain bin Muhammad An-Najr.
h. Al-Hanafiyah, pengikut Abu Haifah An-Nu’man.

12
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012) hal. 70-72
13
Harun Nasution, Op.cit hal. 22-23

11
i. Asy-Syabibiyah, pengikut Muhammad bin Syabib.
j. Al-Mu’aziyah,pengikut Muadz Ath-Thawmy.
k. Al-Murisiyah, pengikut Basr Al-Murisy
l. Al-Karamiyah,pengikut Muhammad bin Karam As-Sijitany14

Adapun yang termasuk kelompok ekstrem adalah Al-Jahmiyah, Ash-


Sholihiyah, Al-Yunusiyah, Al-Ubaidiyah, dan Al-Hasaniyah. Pandangan tiap-
tiap kelompok dapat dijelsakan sebagai berikut.

a. Jahmiyah, kelompok Jahm bin Shafwan dan para pengikutnya,


berpandangan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan dan kemudian
menyatakan kekufurannya secara lisan tidak menjadi kafir karena iman
dan kufur tempatnya di dalam hati, bukan bagian lain tubuh manusia.
b. Shalihiyah, kelompok Abu Hasan Ash-Shalihy, berpendapat bahwa iman
adalah mengetahui tuhan dan kufur tidak tahu tuhan. Begitu pula zakat,
puasa, dan haji bukanlah ibadah, melainkan melambangkan kepatuhan
dan tidak merupakan ibadah kepada Allah, yang disebut ibadah hanya
iman.
c. Yunusiyah dan Ubaidiyah, melontarkan pernyataan bahwa melakukan
maksiat atau pekerjaan-pekerjaan jahat tidak merusak iman seseorang.
Mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan jahat yang tidak
dikerjakan tidak merugikan bagi yang bersangkutan. Dalam hal ini,
Muqatil bin Sulaiman berpendapat bahwa perbuatan jahat banyak atau
sedikit tidak merusak iman seorang sebagai musyrik atau politeis.
d. Hasaniyah, menyebutkan bahwa jika seseorang mengatakan “saya tahu
Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tahu tidak tahu apakah babi yang
diharamkan itu adalah kambing ini.” Orang tersebut tetap mukmin bukan
kafir. Begitu pula orang yang mengatakan “saya tahu Tuhan mewajibkan
naik haji ke ka’bah, tetapi saya tidak tahu apakah ka’bah di india atau
ditempat lain.”15

14
Muhammad Imarah, Tayyarat al-Fikr al-Islamy, (Beirut: Dar Asy-Syuruq, 1991) hal. 33-34
15
Harun Nasution, Op.cit., hal 26-27

12
BAB III

A. Kesimpulan
1. Aliran Khawarij

Khawarij atau dipanggil juga dengan sebutan al-Muhakkimah, Syura,


al-Mariq atau Hururiyah pada mulanya merupakan pendukung Sayyidina Ali
pada perang Shiffin antara pihak Ali dengan Muawiyah. Perang antara pihak
Ali dengan Muawiyah tersebut diakhiri dengan peristiwa arbitrase/tahkim
yang memutuskan sayyidina Ali diturunkan dari jabatannya sebagai Khalifah
oleh delegasinya sendiri dan pengangkatan Muawiyah sebagai Khalifah oleh
delegasinya sendiri pula sebagai pengganti Ali. Hal ini menyebabkan
kekecewaan pada sebagian pendukung Ali yang menyebabkan mereka keluar
dari barisan dan kemudian disebut Khawarij. Mereka mengkafirkan seluruh
pihak beserta pendukungnya yang terlibat dalam arbitrase/tahkim tersebut.

Dalam perkembangannya Aliran Khawarij memiliki pemahaman


bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir atau tegasnya murtad dan wajib
dibunuh. Mereka juga memandang orang yang berbeda paham dengan mereka
adalah kafir dan darah mereka halal untuk dibunuh. Kemudian dalam aliran
Khawarij muncul beberapa sekte yaitu; al-Muhakkimah, Azriqah, al- Nadjah,
Ajaridah, Sufriah, al-Ibadiyyah, Yazidiyyah dan Maymuniyyah.

2. Aliran Murji’ah

Pada peristiwa tahkim/arbitrasediakhir peperangan antara Ali dan


Muawiyah, terdapat kelompok yang keluar dari barisan pendukung Ali karena
tidak puas dengan keputusan akhir dari tahkim/arbitrase tersebut yang
kemudian disebut Khawarij. Mereka memandang bahwa tahkim itu
bertentangan dengan Al Qur’an dan tidak berdasarkan hukum Allah Swt.
Mereka berpendapat bahwa melakukan tahkim merupakan dosa besar sama
seperti dosa besar lainnya dan dihukumi kafir. Disinilah muncul sekelompok

13
sahabat yang kemudian disebut Murji’ah yang menentang pendapat Khawarij
dengan mengatakan bahwa pelaku dosa besar tetap mukmin, tidak kafir,
sementara dosanya diserahkan kepada Allah Swt. untuk mengampuninya atau
tidak, yang kemudian pendapat ini menjadi ajaran pokok dalam aliran ini.

Dalam perkembangannya dalam Aliran Murji’ah muncul beberapa


sekte yang disebabkan perbedaan pendapat dalam aliran Mur’jiah sendiri,
yang menurut Muhammad Al-Imarah adalah sebagai berikut; Al-Jahimiyah,
Ash-Shalihiyah, Al-Yunushiyyah, Asy-Syamriayah, Asy-Syaubaniyah, Al-
Ghailaniyyah, An-Najariyah, Al-Hanafiyah, Asy-Syabibiyah, Al-Mu’aziyah,
Al-Murisiyah dan Al-Karamiyah.

Daftar Pustaka

Hasbi,Muhammad.Ilmu Kalam, Yogyakarta, Trustmedia Publishing, 2015.


Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2012.

14
Yahya,Muchtar. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1983.
Al-Mududi,Abu ‘Ala.Al-Khalifah wa al-Mulk, diterjemahkan oleh Muhammad al-
Baqia, Bandung: Mizan, 1996.
Muin,Thaib Abdul.Ilmu Kalam, Jakarta: Bumi Restu, 2006.
Dahlan, Muhammad dan Ahmad Qarib.Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam,
Jakarta: Logos Publishing House, 1996.
Nasution,Harun. Teologi Islam; Aliran-aliran, Sejarah Analisa Dan
Perbandingannya,Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2002.
Abduh,Muhammad.Risalah Tauhid, Jakarta: Bulan Bintang, 1996.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ikhtiyar Baru
Van Hoeve, 1994.
Imarah,Muhammad.Tayyarat al-Fikr al-Islamy, Beirut: Dar Asy-Syuruq, 1991.

15

Anda mungkin juga menyukai