Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

Akidah Ilmu Kalam

DOSEN PENGAMPU : Dr. Bambang Supriadi, M.Pd.i

Aliran –Aliran Dalam Ilmu Kalam ( Jabariah Dan


Qodariyah )

Disusun Oleh : Kelompok 4

Iin Rahayu ( 01332.111.17.2020 )


Tuti Wahyuni ( 01333.111.17.2020 )

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAI TUANKU TAMBUSAI

PASIR PANGARAIAN

RIAU T/A 2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur pemakalah haturkan ke hadirat Allah S.W.T. atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul Aliran –Aliran Dalam Ilmu Kalam ( Jabariah Dan Qodariyah ), dengan
dosesn pengampu Bapak Dr. Bambang Supriadi, M.Pd.i dengan sebaik-baiknya,
meskipun masih jauh dari kata kesempurnaan. Shalawat beserta salam pemakalah
sanjung tinggikan kepada Rasulullah S.A.W.
Dalam menyelesaikan makalah ini pemakalah berusaha untuk melakukan
yang terbaik. Tetapi pemakalah menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah
ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu pemakalah mengharapkan
kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan makalah pemakalah yang
akan datang.
Dengan terselesaikannya makalah ini, pemakalah mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini yang
telah memberikan dorongan, semangat dan masukan.
Semoga apa yang pemakalah tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan masyarakat pada umumnya, serta mendapatkan ridha dari Allah S.W.T. Amin.

Pasir Pangaraian, 20, April 2022

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar ................................................................................................. I
Daftar Isi........ ........................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A.Alliran-Aliran Dalam Ilmu Kalam .............................................................. 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................... 19

Daftar Pustaka .................................................................................................. 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kalam sangatlah penting untuk diketahui oleh seorang muslim yang
mana pembahasan dalam ilmu kalam ini adalah pembahasan tentang aqidah dalam
Islam yang merupakan inti dasar agama, karena persolaan aqidah Islam ini
memiliki konsekwensi yang berpengaruh pada keyakinan yang berkaitan dengan
bagaimana seseorang harus menginterpretasikan tuhan itu sebagai sembahannya
hingga terhindar dari jurang kesesatan dan dosa yang tak terampunkan (syirik).
Memang, Pembahasan pokok dalam Agama Islam adalah aqidah, namun
dalam kenyataanya masalah pertama yang muncul di kalangan umat Islam
bukanlah masalah teologi, melainkan persolaan di bidang politik, hal ini di dasari
dengan fakta sejarah yang menunjukkan bahwa, titik awal munculnya persolan
pertama ini di tandai dengan lahirnya kelompok-kelompok dari kaum muslimin
yang telah terpecah yang kesemuanya itu diawali dengan persoalan politik yang
kemudian memunculkan kelompok-kelompok dengan berbagai Aliran teologi dan
berbagai pendapat-pendapat yang berbeda-beda.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, disusun rumusan masalah sebagai


berikut :

1. Apa saja aliran-aliran dalam ilmu kalam?

2. Bagaimana aliran-aliran dalam ilmu kalam?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aliran-Aliran Dalam Ilmu Kalam

1. Aliran Khawarij

Aliran Khawarij merupakan Aliran teologi tertua yang merupakn Aliran


pertama yang muncul dalam teologi Islam. Menurut Ibnu Abu Bakar Ahmad Al-
Syahrastani, bahwa yang disebut Khawarij adalah setiap orang yang keluar dari
imam yang hak dan telah di sepakati para jama‘ah, baik ia keluar pada masa
sahabat khulafaurrasyidin, atau pada masa tabi‘in secara baik-baik. Menurut
bahasa nama khawarij ini berasal dari kata ―kharaja‖ yang berarti keluar. Nama itu
diberikan kepada mereka yang keluar dari barisan Ali. Kelompok ini juga kadang
kadang menyebut dirinya Syurah yang berarti ―golongan yang mengorbankan
dirinya untuk Allah. Disamping itu nama lain dari khawarij ini adalah Haruriyah,
istilah ini berasal dari kata harura, nama suatu tempat dekat kufah, yang
merupakan tempat mereka menumpahakn rasa penyesalannya kapada Ali bin abi
Thalib yang mau berdamai dengan Mu‘awiyah.
Kelompok khawarij ini merupakan bagian dari kelompok pendukung Ali
yang memisahkan diri, dengan beralasan ketidak setujuan mereka terhadap sikap
Ali bin abi Thalib yang menerima tahkim (arbitrase) dalam upaya untuk
menyelesaikan perselisihan dan konfliknya dengan mu‘awiyah bin abi sufyan,
gubernur Syam, pada waktu perang siffin.
Latar belakang ketidak setujuan mereka itu, beralasan bahwa tahkim itu
merupakan penyelesaian masalah yang tidak di dasarkan pada ajaran Al-Qur‘an,
tapi ditentukan oleh manusia sendiri, dan orang yang tidak memutuskan hukum
dengan Al-Qur‘an adalah kafir. Dengan demikian, orang yang melakukan tahkim
dan menerimanya adalah kafir.

6
Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini selanjutnya
berbalik menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh pelaku tahkim
lainnya yaitu Abu Musa Al-Asyari, Mu‘awiyah bin Abi Sofyan dan Amr Bin Ash.
Untuk itu mereka berusaha keras agar dapat membunuh ke empat tokoh ini, dan
menurut fakta sejarah, hanya Ali yang berhasil terbunuh ditangan mereka.

a. Tokoh-tokoh Khawarij
Diantara tokoh-tokoh khawarij yang terpenting adalah :
Abdullah bin Wahab al-Rasyidi, pimpinan rombongan sewaktu mereka
berkumpul di Harura (pimpinan Khawarij pertama)
 Urwah bin Hudair
 Mustarid bin sa‘ad
 Hausarah al-Asadi
 Quraib bin Maruah
 Nafi‘ bin al-azraq (pimpinan al-Azariqah)
 Abdullah bin Basyir
 Zubair bin Ali
 Qathari bin Fujaah
 Abd al-Rabih
 Abd al Karim bin ajrad
 Zaid bin Asfar
 Abdullah bin ibad.

b. Ajaran-ajaran pokok khawarij


Secara umum ajaran-ajaran pokok Khawarij adalah:
Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir; dan harus di bunuh. Orang-
orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah, Talhah, dan zubair,
dengan Ali bin abi tahAlib) dan para pelaku tahkim—termasuk yang menerima
dan mambenarkannya – di hukum kafir; Khalifah harus dipilih langsung oleh
rakyat. Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang
muslim berhak menjadi Khalifah apabila suda memenuhi syarat-syarat. Khalifah
di pilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan

7
syari‘at islam, dan di jatuhi hukuman bunuh bila zhalim. Khalifah sebelum Ali
adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh dari masa kekhalifahannya Usman r.a
dianggap telah menyeleweng, Khalifah Ali dianggap menyelewang setelah terjadi
Tahkim (Arbitrase).

c. Sekte-sekte dan ajaran pokok Khawarij


Terpecahnya Khawarij ini menjadi beberapa sekte, mengawali dan
mempercepat kehancurannya dan sehingga Aliran ini hanya tinggal dalam catatan
sejarah. Sekte-Sekte tersebut adalah:
 Al-Muhakkimah
 Al-Azariqah
 Al-Najdat
 Al-baihasyiah
 Al-Ajaridah
 Al-Sa‘Alibah
 Al-Ibadiah
 Al Sufriyah

2. Aliran Murji’ah

a.. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Murji‘ah

Nama Murji'ah diambil dari kata irja atau arja'a yang bermakna
penundaan, penangguhan. dan Pengharapan. Kata arja'a mengandung Pula arti
memberi harapan, yakni memberi harapan kepada pelaku dosa besar untuk
memperoleh pengampunan dan rahmat Allah. Selain itu, arja'a berarti pula
meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan
amal dan iman. Oleh karena itu Murji‘ah, artinya orang yang menunda penjelasan
kedudukan seseorang yang bersengketa yakni Ali dan Muawiyah serta
pasukannya masing-masing, ke hari kiamat kelak. Hal-hal yang melatarbelakangi
kehadiran murji‘ah antara lain adalah :

8
1) Adanya perbedaan pendapat antara Syi‘ah dan Khawarij, mengkafirkan
pihak-pihak yang ingin merebut kekuasaan Ali dan mengakfirkan orang-
yang terlihat dan menyetujui tahkim dalam perang siffin.
2) Adanya pendapat yang menyalahkan Aisyah dan kawan-kawan yang
menyebabkan terjadinya perang jamal.
3) Adanya pendapat yang menyalahkan orang yang ingin merebut kekuasaan
Usman bin Affan.

b. Ajaran-ajaran Murji‘ah
Ajaran-ajaran pokok murji‘ah dapat disimpulan sebagai berikut: .
1) Iman hanya membenarkan (pengakuan) di dalam hati
2) Orang Islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan kafir. Muslim
tersebut tetap mukmin selama ia mengakui dua kalimat syahadat.
3) Hukum terhadap perbuatan manusia di tangguhkan hingga hari kiamat.

c. Tokoh dan sekte dalam murji‘ah

Dalam perkembangannya, Murji‘ah mengalami berbagai perbedaan


pendapat dikalangan pengikutnya yang mendasari lahirnya aliran-aliran,
selanjutnya aliran murji‘ah ini terpecah menjadi beberapa macam sekte, ada yang
moderat, ada pula yang ekstrem.
Tokoh murji‘ah Moderat antara lain adalah hasan bin Muhammad bin Ali
bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli hadits, yang
berpendapat bahwa bagaimanapun besarnya dosa seseorang kemungkinan
mendapat ampunan dari Tuhan masih ada. Sedangkan yang ekstrem antara lain
ialah kelompok Jahmiyah, pengikut Jaham bin Shafwan. Kelompok ini
berpendapat, sekalipun seseorang menyatakan dirinya musyrik, orang itu tidak
dihukum kafir.

9
3. Aliran Syi’ah

a. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Qadariyah

Arti Syi‘ah dalam bahasa Arab adalah pengikut. Sedangkan arti ―kaum
Syi‘ah‖ menurut istilah yang dipakai dalam lingkungan umat Islam ialah kaum
yang beri‘tiqad bahwa saidina ‗Ali adalah orang yang berhak menjadi khalifah
pengganti nabi, karena nabi berwasiat bahwa pengganti beliau sesudah wafat
adalah saidina ‗Ali.
Terdapat dua pendapat mengenai latar belakang munculnya aliran Syi‘ah, yaitu:
1) Menurut Abu Zahrah
Syi‘ah mulai muncul pada akhir dari masa jabatan Usman bin Affan
kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi
Thalib.
2) Menurut Mongomary Watt
Syi‘ah muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu‘awiyah
yang dikenal denganPerang siffin.
Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan ali terhadap
arbitrase yang ditawarkan Mu‘awiyah, pasukan Ali di ceritakan terpecah menjadi
dua, satu kelompok mendukung sikap Ali, kelak di sebut Syi‘ah dan kelompok
lain menolak sikap Ali, kelak di sebut Khawarij.
Secara historis, akar aliran Syi‘ah terbentuk segera setelah kematian Nabi
Muhammad, yakni ketika Abu Bakar terpilih sebagai khalifah pertama pada
pertemuan tsaqifah yang diselenggarakan di Dar al-Nadwa, di Madinah.
Pemilihan tersebut dilaksanakan secara tergesa-gesa sebagai wujud persaingan
antara kelompok Anshar dan Muhajirin yang sempat mengancam perpecahan
Islam. Dalam pertemuan itu Ali tidak hadir karena sibuk mengurus jenazah Nabi.
Pada waktu itu usia Ali 30 tahun, di mana bangsa Arab menjadikan usia sebagai
syarat penting kecakapan dalam kepemimpinan, meskipun secara historis terdapat

10
sejumlah pengecualian akan hal tersebut. Tetapi pengikut Ali, pada saat itu,
merasa bahwa klaim mereka telah direbut secara tidak adil. Selanjutnya Umar
ditunjuk oleh Abu Bakar sebagai penggantinya, menjadi khalifah kedua yang
kemudian dilanjutkan oleh Usman. Setelah Usman terbunuh oleh pemberontak
yang mengatasnamakan diri mereka sebagai anti depotisme keluarga Umayah, Ali
kemudian diangkat menjadi khalifah keempat pada tahun 35H/656M.
Perjalanan sejarah menunjukkan bahwa peristiwa pembunuhan khalifah
ke-3 Usman Bin Affan, telah melahirkan rentetan sejarah yang sangat panjang dan
membawa dampak pada khalifah setelahnya, Ali bin Abi Thalib. Di antaranya
adalah penolakan Muawiyah, gubernur Damaskus atas Kekhalifahan Ali bin Abi
Thalib, dengan alasan bahwa Ali tidak melakukan pengusutan terhadap
pembunuhan Usman. Ketegangan antara Ali dan Muawiyah ini berbuntut dengan
terjadinya perang Siffin yang berakhir dengan peristiwa arbitrase (tahkim), yang
dianggap sebagai titik temu penyelesaian persengketaan yang terjadi antara
khalifah (Ali Bin Abi Thalib) dengan Muawiyah. Namun peristiwa itu justru
melahirkan berbagai reaksi dan aksi, seiring dengan tidak bisanya menyatukan
pemikiran dan pendapat dari masing-masing kelompok. Pada akhirnya membuat
umat menjadi bagian-bagian (firqah-firqah). Sejarah mencatat, bermula dari
perpecahan politik ini, pada kelanjutannya melahirkan aliran-aliran teologi dalam
Islam.
Aliran yang paling terkenal dengan peristiwa ini adalah Khawarij yang
muncul sebagai pasukan yang keluar dari barisan Ali atau memisahkan diri
sebagai bentuk protes terhadap keputusan Ali dan pada saat yang bersamaan juga
muncul satu golongan yang tetap setia mendukung Ali bin Abi Thalib, yang pada
berikutnya terkenal dengan nama Syi‘ah, yang dalam perkembangannya hadir
sebagai sebuah aliran yang memiliki konsep dan ajaran tersendiri. Dalam
perkembangannya, Syi‘ah dapat diterima oleh banyak kalangan namun dengan
banyak perbedaan dan perpecahan yang melahirkan sekte yang tidak sedikit dalam
Syi‘ah itu sendiri. Tetapi sekalipun Syi‘ah terpecah kepada beragam sekte, namun
mereka mempunyai keyakinan yang sama pada umumnya, yang merupakan ciri
Syi‘ah secara menyeluruh.

11
b. Pokok-Pokok Pikiran Syi‘ah
Kaum Syi‘ah memiliki lima prinsip utama yang wajib di percayai oleh
penganutnya. Kelima prinsip itu adalah :
1) At Tauhid
Kaum Syi‘ah mengimani sepenuhnya bahwa Allah itu ada, Maha esa,
tunggal, tempat bergantung segala makhluk, tidak beranak, tidak diperanakkan,
dan tidak ada seorang pun yang menyamainya. Dan juga mereka mempercayai
adanya sifat-sifat Allah.
2) Al ‗adl
Kaum Syi‘ah mempunyai keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Allah tidak
melakukan perbuatan zhalim dan perbuatan buruk, ia tidak melakukan perbuatan
buruk karena ia melarang keburukan, mencela kezaliman dan orang yang berbuat
zalim.
3) An Nubuwwah
Kepercayaan Syi‘ah terhadap para Nabi-nabi juga tidak berbeda dengan
keyakinan umat muslim yang lain. Menurut mereka, Allah mengutus sejumlah
nabi dan rasul ke muka bumi untnk membimbing umat manusia.
4) Al imamah
Menurut Syi‘ah, Imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama dan
dunia sekaligus, ia pengganti rasul dalam memelihara Syari‘at, melaksanakan
Hudud, dan mewujudkan kebaikan dan ketentraman umat.
5) Al ma‘ad
Ma‘ad berarti tempat kembali (hari akhirat), kaum Syi‘ah sangat percaya
sepenuhnya akan adanya hari akhirat, bahwa hari akhirat itu pasti terjadi.

12
4. Aliran Qadariyah

a. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Qadariyah

Lafadz Qadariyah berakar dari qadara yang dapat berarti memutuskan dan
memiliki kekuatan atau kemampuan. Sedangkan sebagai suatu aliran dalam ilmu
kalam, qadariyah adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran yang memberikan
penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan
perbuatan-perbuatannya. Dalam paham qadariyah manusia di pandang
mempunyai qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan
berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada qadar dan qada
Tuhan.
Mazhab qadariyah muncul sekitar tahun 70 H (689 M). Ajaran-ajaran
tentang Mazhab ini banyak memiliki persamaan dengan ajaran Mu‘tazilah
sehingga Aliran Qadariyah ini sering juga disebut dengan aliran Mu‘tazilah,
kesamaan keduanya terletak pada kepercayaan kedunya yang menyatakan bahwa
manusia mampu mewujudkan tindakan dan perbuatannya, dan tuhan tidak campur
tangan dalam perbuatan manusia ini, dan mereka menolak segala sesuatu terjadi
karena qada dan qadar Allah SWT.
Aliran ini merupakan aliran yang suka mendahulukan akal dan pikiran dari
pada prinsip ajaran Al-Qur‘an dan hadits sendiri. Al-Qur‘an dan Hadits mereka
tafsirkan berdasarkan logika semata-mata. Padahal kita tahu bahwa logika itu
tidak bisa menjamin seluruh kebenaran, sebab logika itu hanya jalan pikiran yang
menyerap hasil tangkapan panca indera yang serba terbatas kemampuannya. Jadi
seharusnya logika dan akal pikiranlah yang harus tunduk kepada Al-Qura‘n dan
Hadits, bukan sebaliknya.
Tokoh utama Qadariyah ialah Ma‘bad Al-Juhani dan Ghailan al Dimasyqi.
Kedua tokoh ini yang mempersoalkan tentang Qadar.
b. Pokok-pokok ajaran Qadariyah
Menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam halaman 297/298, pokok-
pokok ajaran qadariyah adalah :

13
1) Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlah mukmin, tapi
fasik dan orang fasik itu masuk neraka secara kekal.
2) Allah swt. tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan
manusialah yang menciptakannya dan karena itulah maka manusia akan
menerima pembalasan baik (surga) atas segala amal baiknya, dan
menerima balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal perbuatannya
yang salah dan dosa. Karena itu pula maka Allah berhak disebut adil.
3) Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu dalam
arti bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat azali, seperti ilmu, qudrat,
hayat, mendengar dan melihat yang bukan dengan zatnya sendiri. Menurut
mereka Allah swt. itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan
meilahat dengan zatnya sendiri.
4) Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan
agama. Sebab, katanya segala sesuatu ada yang memiliki sifat yang
menyebabkan baik atau buruk.

5. Aliran Jabariyah

a. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Qadariyah

Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa.
Sedangkan menurut As-syahrastani bahwa jabariyah berarti menghilangkan
perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut
kepada Allah swt. Dalam istilah Inggris paham jabariyah disebut fatalisme atau
predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia
ditentukan sejak semula oleh qada dan qadar Tuhan. Dengan demikian posisi
manusia dalam paham ini tidak memiliki kebebasan dan inisiatif sendiri, tetapi
terikat pada kehendak mutlak Tuhan. oleh karena itu aliran Jabariyah ini
menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam

14
menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini betul
melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa. Menurut
catatan sejarah, paham jabariyah ini di duga telah ada sejak sebalum agama Islam
datang ke masyarakat arab. Kehidupan bangsa arab yang diliputi oleh gurun pasir
sahara telah memberikan pengaruh besar terhadap hidup mereka, dengan keadaan
yang sangat tidak bersahabat dengan mereka pada waktu itu. Hal ini kemudian
mendasari mereka untuk tidak bisa berbuat apa-apa, dan menyebankan mereka
semata-mata tunduk dan patuh kepada kehendak tuhan.
Munculnya mazhab ini berkaitan dengan munculnya Qadariyah. Daerah
kelahirannya pun berdekatan. Qadariyah muncul di Irak, jabariyah di Khurasan.
Aliran ini pada mulanya di pelopori oleh al-ja‘ad bin dirham. Namun, dalam
perkembangannya aliran ini di sebarluaskan oleh Jahm bin Shafwan. Karena itu
aliran ini terkadang disebut juga dengan Jahmiah.
Kaum Jabariyah ini terpecah menjadi 3nfirqah, yaitu:
1) Jahmiyah, yang dikepalai oleh Jahm bin Shafwan.
2) Najjariyah, yang dikepalai oleh Husain bin Muhammad an Najjar.
3) Dlirariyah, yang dikepalai oleh Dlirar bin Umar.

6. Aliran Mu’tazilah

a. Pengertian dan latar belakang munculnya Mu‘tazilah

Lafazh Mu‘tazilah berasal dari kata i‘tizal yang artinya ―memisahkan


diri‖, pada mulanya nama ini di berikan oleh orang dari luar mu‘tazilah karena
pendirinya Washil bin Atha‘ tidak sependapat dan memisahkan diri dari gurunya,
Hasan al-Bashri. Dalam perkembangan selanjutnya, nama ini kemudian di setujui
oleh pengikut Mu‘tazilah dan di gunakan sebagai nama dari bagi aliran teologi
mereka. Aliran mu‘tazilah lahir kurang lebih 120 H, pada abad permulaan kedua
hijrah di kota basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, namun sebenarnya,
aliran ini telah muncul pada pertengahan abad pertama hijrah yakni diisitilahkan
pada para sahabat yang memisahkan diri atau besikap netral dalam peristiwa-

15
peristiwa politik. Yakni pada peristiwa meletusnya perang jamal dan perang siffin,
yang kemudian mendasari sejumlah sahabat yang tidak mau terlibat dalam konflik
tersebut dan memilih untuk menjauhkan diri mereka dan memilih jalan tengah.
b. Pokok-pokok ajaran Mu‘tazilah
Ada lima prinsip pokok ajaran Mu‘tazilah yang mengharuskan bagi
pemeluk ajaran ini untuk memegangnya, yang dirumuskan oleh Abu Huzail al-
Allaf :
1) At Tauhid (keesaan Allah)
2) Al ‗Adl (keadlilan tuhan)
3) Al Wa‘d wa al wa‘id (janji dan ancaman)
4) Al Manzilah bain al Manzilatain (posisi diantara posisi)
5) Amar ma‘uruf dan Nahi mungkar.

c. Tokoh-tokoh dan aliran-aliran Mu‘tazilah


Diantara aliran-aliran yang terbesar dari kaum Mu‘tazilah adalah:
1) Aliran Washiliyah, yaitu aliran Washil bin ‗Atha.
2) Aliran Huzailiyah, yaitu aliran Huzel al ‗Allaf.
3) Aliran Nazamiyah, yaitu aliran Sayyar bin Nazham.
4) Aliran Haithiyah, yaitu aliran Ahmad bin Haith.
5) Aliran Basyariyah, yaitu aliran Basyar bin Mu‘atmar.
6) Aliran Ma‘mariyah, yaitu aliran Ma‘mar bin Ubeidas Salami.
7) Aliran Mizdariyah, yaitu aliran Abu Musa al Mizdar.
8) Aliran Tsamariyah, yaitu aliran Thamamah bin Ar-rasy.
9) Aliran Hisyamiyah, yaitu aliran Hisyam bin Umar al Fathi.
10) Aliran Jahizhiyah, yaitu aliran Utsman al Jahizh.
11) Aliran Khayathiyah, yaitu aliran Abu Hasan al Khayath.
12) Aliran Jubaiyah, yaitu aliran Abu Ali al Jubai.
13) Aliran-aliran lain yang banyak lagi.

16
7. Aliran Ahlussunah Wal- Jamaah

a. Pengertian dan para tokoh serta pemikiran-pemikiran Ahlussunah Wal- Jamaah


Ahlussunnah.
berarti penganut atau pengikut sunnah Nabi Muhammad SAW, dan
jamaah berarti sahabat nabi. Jadi Ahlussunnah wal jama‘ah mengandung arti
―penganut Sunnah (ittikad) nabi dan para sahabat beliau.
Ahlussunnah sering juga disebut dengan Sunni dapat di bedakan menjadi
dua pengertian, yaitu khusus dan umum, Sunni dalam pengertian umum adalah
lawan kelompok Syiah. Dalam pengertian ini, Mu‘tazilah sebagai mana juga
Asy‘ariyah masuk dalam barisan Sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah
mazhab yang berada dalam barisan Asy‘ariyah dan merupakan lawan Mu‘tazilah.
Aliran ini muncul sebagai reaksi setelah munculnya aliran Asy‘ariyah dan
maturidiyah, dua aliran yang menentang ajaran-ajaran Mu‘tazilah.
b. Tokoh Ahlussunah Wal- Jamaah
Tokoh utama yang juga merupakan pendiri mazhab ini adalah Abu al
hasan al Asy‘ari dan Abu Mansur al Maturidi.
1) Abu al Hasan al Asy‘ari
a) Pokok-pokok pemikirannya
1) Sifat-sifat Tuhan. Menurutnya Tuhan memiliki sifat sebagaiman disebut di
dalam Alqur‘an, yang disebut sebagai sifat-sifat yang azali, Qadim, dan
berdiri diatas zat Tuhan. Sifat-sifat itu bukanlah zat Tuhan dan bukan pula
lain dari zatnya.
2) Al-Qur‘an, Manurutnya al-Quran adalah qadim dan bukan makhluk
diciptakan.
3) Melihat Tuhan, menurutnya Tuhan dapat dilihat dengan mata oleh
manusia di akhirat nanti.
4) Perbuatan Manusia. Menurutnya perbuatan manusia di ciptakan Tuhan,
bukan di ciptakan oleh manusia itu sendiri.

17
5) Keadilan Tuhan, Menurutnya Tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun
untuk menentukan tempat manusia di akhirat. Sebab semua itu marupakan
kehendak mutlak Tuhan sebab Tuhan maha kuasa atas segalanya.
6) Muslim yang berbuat dosa. Menurutnya yang berbuat dosa dan tidak
sempat bertobat diakhir hidupnya tidaklah kafir dan tetap mukmin.
1) Abu manshur Al-Maturidi
a)Pokok-pokok pemikirannya :
1. Sifat Tuhan. Pendapatnya sejalan dengan al Asy‘ari
2. Perbuatan Manusia. Menurtnya, Perbuatan manusia sebenarnya di
wujudkan oleh manusia itu sendiri, dan bukan merupakan
perbuatanTuhan.
3. Al Qur‘an. Pendapatnya sejalan dengan al Asy‘ari
4. Kewajiban Tuhan. Menurutnya, Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban
tertentu.
5. Muslim yang berbuat dosa. Pendapatnya sejalan dengan al Asy‘ari
6. Janji Tuhan. Menurutnya, janji pahala dan siksa mesti terjadi, dan itu
merupakan janji Tuhan yang tidak mungkin di pungkirinya.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas, dapat kita pahami bahwa Islam telah hadir sebagai
pelopor lahirnya pemikiran-pemikiran yang hingga sekarang semuanya itu dapat
kita jumpai hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan bahwa
Islam sebagi mana di jumpai dalam sejarah bukanlah sesempit yang dipahami
pada umumnya, karena Islam dengan bersumber pada al—Quran dan As-Sunnah
dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas.
Sekarang, bagaimana kita menaggapi pemikiran-pemikiran tersebut yang
kesemuanya memiliki titik pertentangan dan persamaan masing-masing dan
tentunya pendapat-pendapat mereka memiliki argumentasi-argumentasi yang
bersumber pada al-Qur‘an dan Hadits. Namun pendapat mana diantara pendapat-
pendapat tersebut yang paling baik tidaklah bisa kita nilai sekarang. Kerana
penilaian sesungguhnya ada pada sisi Allah yang akan diberikanNya di akhirat
nanti.
Penilaiaan baik tidaknya suatu pendapat dalam pandangan manusia
mungkin di lakukan dengan mencoba menghubungkan pendapat tersebut dengan
peristiwa-peristiwa yang berkembang dalam sejarah. Disisi lain, kita juga bisa
menilai baik tidaknya suatu pendapat atau paham dengan mengaitkannya pada
kenyataan yang berlaku dimasyarakat dan dapat bertahan dalam kehidupan
manusia, dan juga pendapat tersebut banyak di ikuti oleh Manusia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Sirajuddin, I‘tiqad Ahlussunah Wal Jamaah, Jakarta Selatan: Pustaka


Tarbiyah Baru, 2010

Asmuni, M. Yusran, Ilmu Tauhid, Jakarta :RajaGrafindo Persada, 1996

Nata, Abuddin, Ilmu kalam, Filsafat, dan tasawuf, Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1995

Zainuddin, Ilmu Tauhid, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992

20

Anda mungkin juga menyukai