Anda di halaman 1dari 19

ALIRAN – ALIRAN DALAM TEOLOGI ISLAM

Dosen Pengampu: Budi Harianto, M.A

Disusun Oleh:
1. Azzahra Tri Najla S. (0506202042)
2. Nasyuwah Sabila Hasibuan (0506202090)
3. Nabila Syafitri (0506202082)
4. Mutyara Kd Chairunnisa Pohan (0506202099)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN MANAJEMEN

MANAJEMEN 2B

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA


UTARA
1
KATA PENGANTAR
Assalamuaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan karunia - Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tak lupa kami haturkan shalawat dan
shalam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi kita semua,
sehingga kelompok 3 dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Aliran – Aliran dalam
Teologi Islam.”

Dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini kami sangat mengharapkan bantuan dari
semua pihak terutama kepada dosen mata kuliah Teologi Islam dan seluruh anggota yang telah
membantu dan bekerjasama dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Teologi Islam yang telah
membimbing kelompok ini dari awal hingga akhir penulisan makalah ini, semoga selalu
mendapatkan lindungan dari Allah SWT. Begitu pun makalah ini telah ditulis kelompok 3
dengan sebaik mungkin, namun sebagian seorang hamba yang penuh kekurangan sangat
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan yang memerlukan banyak kritik
dan saran yang membangun. Kami berharap mudah - mudahan makalah ini dapat diterima.
Terimakasih.

Penyusun,

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 4

BAB II: PEMBAHASAN


2.1 Khawarij ……………………………………………………………….. 5 - 6
2.2 Murji’ah ………………………………………………………………… 6 – 8
2.3 Jabariah …………………………………………………………………. 8 – 10
2.4 Qodariah ……………………………………………………………….. 10 – 11
2.5 Muktazilah ………………………………………………………...…… 11 – 12
2.6 Asy’ Ariyah ……………………………………………………………. 12 – 13
2.7 Maturidiah ……………………………………………………………... 13 – 15
2.8 Syiah …………………………………………………………………… 15 – 17

BAB III: PENUTUP


3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………. 18

3
BAB I
LATAR BELAKANG

Aliran – aliran dalam Islam merupakan salah satu bentuk dari beda pendapat para orang-orang
terdahulu. Dalam islam sebenarnya banyak aliran, yang menyebarkan serta mengajarkan islam
dengan berbagai versi. Aliran dalam Islam mulai tampak pada saat perang Siffin (37 H)
Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah. Pada saat itu golongan Ali bin Abi Thalib
berperang dengan golongan Mu’awiyah. Ketika pihak Ali bin Abi Thalib berhasil menang dari
golongan Mu’awiyah dalam peristiwa Tahkim, maka golongan Mu’awiyah mengajak berdamai
kepada Ali bin Abi Thalib. Orang-orang yang tergabung dalam golongan Sayidina Ali pun
terpecah kembali, ada yang menyetujui perdamaian tersebut, serta ada juga yang tidak.

Maka kelompok yang tidak setuju inilah yang melaihkan aliran islam baru pada zaman itu yang
dikenal dengan nama Khawarij. Karena hal tersebut, Akhir nya kelompok Ali mempunyai dua
musuh, yaitu Khawarij, orang-orang yang tidak terima dengan keputusan Ali, dan juga
golongan Mu’awiyah. Perseteruan terus terjadi hingga suatu ketika Sayidina Ali bin Abi Thalib
wafat karena dibunuh dan akhirnya kelompok Mu’Awiyah mendapat pengakuan penuh sebagai
khilafah dari orang – orang Muslim.

4
BAB II

PEMBAHASAN
1. KHAWARIJ
Aliran kalam pertama yang muncul dalam sejarah Islam pada abad ke 1 H adalah
Khawarij. Nama Khawarij berasal dari kata Kharijiy yang artinya keluar. Pada
sejarahnya nama khawarij memacu pada sekelompok orang yang memilih keluar dari
golongan kelompok Sayidina Ali bin Abi Thalib karena tidak setuju dengan adanya
perdamaian antara Sayidina Ali bin Abi Thalib dengan muawiyah saat perang siffin.
Mereka menganggap Sayidina Ali bin Abi Thalib serta orang-orang yang menyetujui
perjanjian damai tersebut sebagai orang-orang yang tidak beriman dan kafir karena
mengambil keputusan tidak berdasarkan Al - Qur’an.

Sejak awal kemunculannya, kaum khawarij terkenal keras hati dalam beragama.
Mereka tidak mau berkompromi terhadap penyimpangan ajaran agama yang mereka
yakini. Sikap keras hati inilah yang membuat mereka rentan terhadap perpecahan.
Menganalisis jalan pemikiran kaum khawarij, tampak bahwa mereka menggunakan
pemahaman yang literal dan tekstual. Perbedaan secara hitam dan putih merupakan
bagian dari cara berpikir komunal yang lazim pada orang - orang arab, cara berpikir
komunal ini dapat ditemukan pada kaum khawarij yakni mementingkan kesatuan
kelompok dan mengorbankan moralitas individu dalam hal - hal tertentu.

Dalam Perkembangan dan perjalanan sejarah aliran khawarij, kelompok ini terbagi
menjadi beberapa sekte yang disebabkan oleh banyaknya akidah yang mereka anut,
seperti khawarij Al - Azariqah, Al - Ibadiyah, Al - Muhakkimah, Al - Nadjat, Al -
Jaridah, Al -Sufriyah dan Yazidiyah. Kelompok besar mereka adalah Al-Azariqah dan
Al - Ibadiyah. Golongan Al - Azariqah, nama ini diambil dari pemimpin pertama dari
golongan ini yakni Nafi Ibnu Al - Azraq dan diberi gelar "amir al mukminin". Pengikut
aliran ini sejumlah 20.000 orang sehingga dipandang sssebagai golongan yang besar
dan kuat. Dalam teologisnya, golongan ini tidak menggunakan term "kafir" tetapi
menggunakan term "musyrik". Yang musyrik adalah orang yang tidak sepaham dengan
mereka termasuk orang Islam yang tidak hijrah dalam lingkungannya.

5
Golongan Al - Ibadiyah dipandang sebagai golongan yang moderat oleh seluruh kaum
khawarij, nama ini diambil dari Abdullah Ibni Ibad pada tahun 686 M. Kemoderatan
Al - Ibadiyah dapat dilihat dari pahamnya yaitu:
a. Orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka berarti bukan mukmin dan bukan juga
musyrik, tetapi kafir, kafir bin nit’mat yaitu membunuh orang yang tidak sepaham
adalah haram.
b. Mukmin yang melakukan dosa besar disebut muwahid tidak keluar dari Islam.
c. Daerah kekuasaan orang Islam tidak sepaham dengan golongannya merupakan dari at-
tauhid tidak boleh di perangi.

Selain itu, kaum Khawarij juga terkenal selalu menjadi oposan terhadap pemerintah
Islam pada zamannya ketika mereka menganggap pemerintahan itu sudah menyimpang
dari ajaran Islam, baik pada masa Umayyah maupun Abbasiyah. Salah satu doktrin
Khawarij adalah kepemimpinan Islam (khilafah). Mereka sebenarnya cukup
demokratis. Umat Islam berhak dan bebas menentukan siapa pemimpin mereka serta
berhak dan bebas untuk dipilih menjadi pemimpin asalkan mampu melaksanakan
jabatan tersebut. Kaum Khawarij juga berpendapat bahwa pemimpin wajib ditaati
sepanjang dia bersikap adil dan menjalankan syariat Islam. Sebaliknya, jika
menyeleweng dari ajaran Islam, ia harus dibunuh.

2. MURJI’AH
a. Sejarah munculnya Murji'ah
Murji'ah adalah sebuah aliran yang muncul di tengah - tengah pertikaian politik
(kekhalifaan) antara Ali ibn Abi Thalib dengan Muawwiyah ibn Abi Sufyan.
Perpecahan ini terjadi setelah Usman bin Affan mati terbunuh. Seperti telah dilihat,
kaum Khawarij, pada mulanya adalah penyokong Ali, tetapi kemudian berbalik menjadi
musuhnya. Karena adanya perlawanan ini, penyokong Ali yang tetap setia padanya
bertambah keras dan kuat membelanya dan akhirnya mereka merupakan satu golongan
lain dalam islam yang dikenal dengan nama Syi'ah. Kaum khawarij dan Syi'ah
merupakan dua golongan yang bermusuhan, sama-sama menentang kekuasaan Bani
Umayyah, tetapi dengan motif yang berlainan. Kalau Khawarij menentang dinasti ini,
karena memandang mereka menyeleweng dari ajaran - ajaran islam. Syi'ah menentang,
karena memandang mereka merampas kekuasaan dari Ali dan keturunannya.

6
Murji'ah berasal dari kata arja'a yang berarti penundaan atau mengandung arti memberi
harapan, yaitu kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dari Allah
SWT. Kaum Murji'ah berpendapat bahwa seorang muslim yang melakukan dosa besar
status keislaman ditangguhkan. Apakah masih termasuk muslim atau sudah menjadi
kafir. Keputusannya diserahkan kelak kepada Allah di hari perhitungan di
akhirat. Kaum Murji'ah berpendapat bahwa mukmin yang melakuakn dosa besar
sekalipun itu masih dianggap mukmin, yaitu mukmin yang berdosa tidak ikut kafir.
Pokok pemikirannya ini kemudian berkembang menjadi theologi Murji'ah yang
berpendapat bahwa iman itu cukup dengan keyakinan yang mantap didalam hati,
adapun perkataan dan perbuatan tidak termasuk dalam iman. Sebagaimana amal
kebaikan tidaklah membawa manfaat bagi orang yang kafir, mereka juga berpendapat
bahwa dosa kemaksiatan tidaklah mempengaruhi keimanan seorang muslim yang
hatinya tetap mantap pada islam.

b. Pembagian Sekte Murji’ah


Harun Nation mengklasifikasikan Murji'ah menjadi dua sekte, yaitu golongan moderat
dan golongan ekstrem. Murji'ah moderat berpendirian bahwa pendosa besar tetap
mukmin, tidak kafir, tidak pula kekal di dalam neraka. Mereka disiksa sebesar dosanya
dan diampuni oleh Allah SWT. Praktis tidak masuk neraka. Iman adalah pengetahuan
tentang Tuhan dan Rasul-rasulnya serta yang dating dari - Nya secara keseluruhan,
namun dalam garis besar. Iman tidak bertambah dan tidak pula berkurang. Tidak ada
perbedaan manusia dalam hal ini. Penggagas pendirian ini yaitu Al - Hasan bin
Muhammad bin 'Ali bin Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli hadis.
Adapun kelompok ekstrem adalah Al – Jahmiyah, Ash – Shahiliyah, Al – Yunsiyah, Al
– Ubaidiyah, dan Al – Hasaniyah. Pandangan tiap kelompok seperti berikut ini:
 Jahmiyah : Kelompok Jahm bin Shafwan berpandangan bahwa orang yang percaya
kepada Tuhan dan menyatakan kekufurannya secara lisan tidak menjadi kafir karena
iman dan kufur tempatnya di dalam hati, bukan di bagian lain dalam tubuh manusia.
 Shalihiyah : Kelompok Abu Hasan Ash-Shalihy berpandangan bahwa iman adalah
mengetahui Tuhan dan kufur adalah tidak tahu Tuhan. Dan shalat itu bukan ibadah
kepada Allah, yang dinamakan ibadah itu adalah iman kepada-Nya, dalam arti
mengetahui Tuhan. Begitupun dengan zakat, haji, puasa itu bukan ibadah, melainkan
sekedar menggambarkan kepatuhan dan tidak merupakan ibadah kepada Allah, yang
disebut ibadah hanyalah iman.

7
 Yunusiyah dan Ubaidiyah : Mempunyai pernyataan bahwa melakukan maksiat atau
perbuatan-perbuatan jahat tidak merusak iman seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa
dan perbuatan jahat yang dikerjakan tidak merugikan bagi yang bersangkutan. Dalam
hal ini, Muqatil berpendapat bahwa perbuatan jahat banyak atau sedikit tidak merusak
iman seseorang sebagai musyrik atau politeis.
 Hasaniyah: Berpendapat bahwa jika seseorang mengatakan, "Saya tahu Tuhan
mewajibkan naik haji ke Kakbah, tetapi saya tidak tahu apakah Kakbah di India atau di
tempat lain" orang tersebut tetap mukmin, bukan kafir. Begitu pun dengan "Saya tahu
Tuhan melarang makan babi, tapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu
adalah kambing ini".

c. Pokok – Pokok Ajaran Mujri’ah


1. Iman hanya pengakuan di dalam hati.
2. Orang yang berbuat dosa besar tidak dihukumi kafir, tapi masih mukmin selama ia
mengakui dua kalimat syahadat.
3. Hukum segala perbuatan manusia, ditangguhkan hingga sampai hari akhir kelak.

d. Tokoh – Tokoh Murji’ah


Dalam Murji'ah Moderat terdapat Abu Hasan Ibnu Muhammad Ibnu Ali bin Abi Thalib,
Abu Hanifah, Abu Yusuf. Sedangkan golongan Murjih ekstrem adalah Jahm bin
Shafwan.

3. JABARIAH
a. Asal – Usul
Jabariyah berasal dari kata “jabara” yang berarti memaksa dan mengharuskannya
melakakun sesuatu. Aliran Jabariyah adalah aliran teologi Islam yang berpendirian
bahwa manusia dalam setiap kehendak atau perbuatannya dilakukan secara terpaksa
(fatalisme) karena telah ditentukan Allah SWT. dalam qadha dan qadar – Nya.
b. Kelahiran dan Pertumbuhan
Benih-benih faham Jabariyah telah ada sejak Nabi SAW masih hidup. Sebagaimana
dalam sebuah riwayat hadits dijelaskan bahwa seorang Persia datang menghadap Nabi
SAW. dan bercerita bahwa ia menikahi anak kandung dan saudara perempuannya
karena qadha dan qadar Tuhan. Mendengar hal itu Nabi SAW. kemudian bersabda: “

8
Suatu saat akan ada kelompok yang mengatakan serupa demikian. Mereka adalah
Majusinya umatku.”
c. Faktor Pemicu Munculnya Jabariah
Faktor Geologi Kemunculan Jabariyah dipengaruhi dengan geokultural bangsa Arab.
Kondisi bangsa Arab yang dikungkung oleh gurun pasir sahara memberikan pengaruh
besar ke dalam cara hidup mereka. Kondisi tersebut menyebabkan sikap “pasrah”
terhadap kondisi alam yang mereka hadapi.
Pengaruh agama lain adanya pengaruh dari dari pemikriran asing, yaitu pengaruh
agama Yahudi bermazhab Qurra dan agama Kristen bermazhab Yacobit.

d. Tokoh Utama dan Doktrinnya


 Jabariah Ekstrem
1. Jahm bin Shafwan Jahm bin Shafwan merupakan murid dari Ja’d bin Dirham. Ia
merupakan seorang ahli debat yang memiliki etika, pandangan, dan pengetahuan yang
tinggi. Doktrin yang dikembangkaannya adalah:
Manusia tidak mampu berbuat apa – apa.
Surga dan neraka tidak kekal.
Iman adalah ma’rifat atau membenarkan didalam hati.
Kalam Tuhan adalah makhluk.
Allah bukan sesuatu, tidak pula mempunyai sifat.

2. Ja’d bin Dirham, doktrin yang dikembangkannya adalah:


Al-Quran adalah makhluk dan sesuatu yang baru dan tidak dapat disifatkan kepada
Allah
Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti berbicara, melihat
dan mendengar
Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala hal.

 Jabariyah Moderat
1. Husain bin Muhammad an – Najjar, berpendapat:
Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau
peran dalam mewujudkan perbuatanperbuatan itu.
Tuhan tidak dapat dilihat di akherat.

9
2. Dhirar bin Amr berendapat bahwa tuhan dapat saja dilihat dengan indera keenam dan
perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pihak.

4. QODARIAH
a. Asal Nama
Istilah Qodariah berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar
atau kadar Tuhan. Dalam bahasa inggrisnya, yaitu free will dan free act. Secara bahasa
berasal dari Qadr yang artinya kuasa atau berkuasa. Maksudnya, manusia mempunyai
kekuasaan untuk mengatur dan menentukan perbuatannya sendiri. Di antara mereka,
ada pula yang berpendapat sebaliknya, yaitu bahwa manusia itu tidak mempunyai
kebebasan untuk menetukan perbuatannya sendiri. Semua kehendak dan perbuatan
manusia sudah ditentukan oleh Allah SWT, karena Allah lah yang mempunyai
kekuasaan dan kehendak yang mutlak.
b. Sejarah Aliran
Apabila mengkaji dan menganalisis persoalan konstelasi politik pada masa khalifah,
spesifik pada masa pemerintahan Ustman Bin Affan yang merupakan puncak terjadinya
konflik antar umat Islam dalam memperebutkan kursi kekuasaan baik di tingkat
Khalifah maupun tingkat bawah. Dengan kabar terbunuhnya Ustman maka
menimbulkan asumsi bahwa mungkin hal tersebut yang menjadi cikal bakal tumbuhnya
paham Qodariah dan Jabariah. Aliran Qodariah muncul sekitar tahun 70 H/689 M.
Tokoh utama aliran ini adalah Ma’bad al-Juhani dan Ghailan al-Dimashqi. Ma’bad
termasuk tabi’in atau generasi kedua setelah Nabi. Sedangkan Ghailan, semula tinggal
di Damaskus dan seorang ahli dalam berpidato sehingga banyak orang yang tertarik
dengannya. Kedua tokoh ini yang menyebarkan paham-paham Qodariah.

Kedua tokoh tersebut yang menyebarkan paham-paham Qodariah kepada umat Islam
pada masa itu, sehingga mengalami perkembangan ke berbagai daerah terutama Iraq
dan Iran. Ma’bad menyebarkan ajaran tersebut di Iraq dan Ghailan menyebarkan ajaran
tersebut di Damaskus. Kedua tokoh tersebut wafat dibunuh, Ghailan dibunuh pada masa
Hisham Bin Abdul Malik dengan diberikan hukuman mati oleh Hisyam yang
sebelumnya terdapat perdebatan anatar Ghailan dengan al - Awza’i. Ma’bad dibunuh
karena dituduh terlibat dalam pemberontakan bersama Abu al-Rahman al - As’at,
seorang gubernur Sajistan dalam menentang kekuasaan Bani Ummayah.

10
c. Ajaran Aliran Qodariah
Qodariah adalah orang-orang yang meyakini bahwa manusia mampu menciptakan
perbuatannya sendiri, baik perbuatan terpuji maupun perbuatan buruk, dan tidak ada
ketentuan Allah. Dengan kata lain bahwa paham ini tidak mempercayai adanya takdir
Allah yang telah ditetapkan pada zaman azali, karean seluruh perbuatan, tingkah laku
baik atau buruk secara totalitas dinisbatkan pada manusia itu sendiri dan menolak
penisbatan terhadap Tuhan atas dasar hukum atau perbuatan. Aliran Qodariah
berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat meyandarkan segala perbuatan manusia
kepada Tuhan. Pendapat ini diperkuat dengan dalil - dalil Shar’i yang terdapat dalam
Al-Quran yang dijadikan pijakan oleh aliran Qodariah, yaitu:
ۚ ‫شا ٓ َء فَ ْليَ ْكفُ ْر‬
َ ‫َوقُ ِل ْٱل َح ُّق ِمن َّربِ ُك ْم ۖ َف َمن َشا ٓ َء فَ ْليُؤْ ِمن َو َمن‬

“Katakanlah kebenaran dari tuhanmu, barang siapa yang mau


berimanlah dia dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia
kafir.” (Al-Kahfi: 29)

5. MUKTAZILAH
a. Sejarah Lahirnya
Salah satu aliran teologi Islam yang rasional dan liberal adalah Muktazilah. Pandangan
teologisnya lebih banyak ditunjang akal dan lebih bersifat filosofis. Artinya dalam
membahas persoalan persoalan agama, kaum Mutazilah lebih banyak menggunakan
akal yang lebih bersifat rasional. Mereka juga mendapat julukan sebagai “kaum
rasionalis islam”. Muktazilah muncul sebagai reaksi atas pertentangan antara Khawarij
dan Murjiah tentang orang Mukmin yang berdosa besar. Mulanya, aliran ini tidak
mendapat simpati umat Islam karena mereka sulit memahami ajarannya. Namun, pada
masa Khalifah al-Ma'mun (penguasa Abbasiyah, 813-833 M), Muktazilah mendapat
dukungan dan semakin kokoh setelah khalifah menjadikannya mazhab resmi negara.
Dengan dukungan yang besar, aliran ini memaksakan ajarannya kepada kelompok lain
yang dikenal dengan mihnah (ujian akidah). Mihnah muncul sehubungan dengan
pandangan tentang Alquran. Menurut kaum Muktazilah, Alquran adalah kalam Allah
SWT dan Alquran adalah makhluk (dalam arti diciptakan Tuhan). Karena itu, Al –
Qur’an tidak qadim (tidak berawal). Hal ini ditolak oleh ulama tradisional, khususnya
para ahli hadis.

11
b. Doktrin Ajaran
Muktazilah memiliki lima ajaran dasar yang populer dengan istilah al - Ushul al - Khamsah,
yaitu:

 Pertama, at - tauhid yang berarti meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah SWT yang
Maha Esa. Kaum Muktazilah hanya menerima zat Allah dan menolak adanya sifat pada
Allah.
 Kedua adalah al - Adl. Kaum Muktazilah yakin bahwa Allah SWT adil dan baik. Dia
memberikan pilihan kepada manusia untuk berbuat baik atau jahat.
 Ketiga adalah al - wa'd wa al - wa'id. Menurut kaum ini, Allah SWT menepati janji -
Nya untuk memasukkan orang Mukmin ke dalam surga serta mencampakkan orang
kafir dan orang berdosa besar ke dalam neraka.
 Keempat adalah al - manzilah bain al - manzilatain, yaitu ajaran dasar pertama yang
lahir di kalangan Muktazilah. Bagi mereka, orang yang berdosa besar bukan termasuk
Mukmin dan bukan pula kafir, melainkan berada di antara keduanya yang disebut fasik.
 Kelima adalah al-amr bi al-ma'ruf wa an-nahy 'anil-munkar.Dalam prinsip Muktazilah,
setiap Muslim wajib menegakkan kebaikan dan mencegah keburukan.

Aliran ini berpendapat, orang islam yang berdosa besar bukan kafir juga bukan
mukmin, akan tetapi berada di antara keduanya. Mereka hanya mengakui Isra
Rasulullah ke Baitul Maqdis tetapi tidak mengakui Mi’raj nya ke langit. Selain itu
mereka tidak percaya akan azab kubur, malaikat pencatat amal, Arsy dan kursi Allah.
Selain tidak percaya ada azab kubur, mereka juga tidak percaya dengan adanya Mizan
(timbangan amal), Hisab (perhitungan amal), dan syafaat nabi di hari kiamat.

6. ASY’ ARIYAH
a. Sejarah Aliran
Term ahli Sunnah wal Jamaah kelihatannya banyak dipakai setelah timbulnya aliran
Asy-Ariah. Al-Asy’ari keluar dari golongan Mu’tazilah sekitar tahun 300 H, dan
selanjutnya membentuk aliran teologi yang dikenal dengan namanya sendiri, yaitu Asy
- Ariah. Abu Hasan Ali bin Ismail Al - Asy’ari lahir di Basrah tahun 260 H, dan wafat
di Baghdad tahun 324 H. Pada mulanya ia adalah murid Al - Jubba’I dan salah seorang
yang terkemuka dari golongan Mu’tazilah. Akan tetapi setelah sekian tahun lamanya
menjadi pengikut Mu’tazilah beliau meninggalkan aliran tersebut. Menurut suatu

12
riwayat bahwa pada suatu malam Al - Asy’ari bermimpi Nabi Muhammad saw
mengatakan kepadanya bahwa mazhab Ahli Sunnahlah yang benar, dan Mu’tazilah itu
salah. Sebab lainnya karena gurunya yang tidak dapat menjawab pertanyaannya dalam
perdebatan. Setelah itu Al - Asy’ari membentuk teologi baru yang dipandang sesuai
dengan aliran orang-orang yang berpegang kuat pada sunnah (hadist).
b. Ajaran Aliran
 Tuhan mempunyai sifat yang sesuai dengan zat - Nya, dan sifat - sifat Tuhan tersebut
berlainan dengan sifat - sifat makhluknya.
 Perbuatan manusia itu diciptakan tuhan, tetapi manusia memiliki kemampuan untuk
melakukan perbuatan tersebut.
 Tuhan dapat dilihat diakhirat kelak.
 Al - Qur’an adalah Qadim, sedangkan Al - Qur’an yang berupa huruf dan suara disalin
dalam mushaf berarti baru (diciptakan).
 Tuhan tidak berkewajiban memberi pahala bagi orang yang beriman, dan menyiksa
orang yang durhaka. Namun demikian, kaum Asy - Ariah percaya bahwa orang mukmin
yang berbuat dosa besar akan masuk neraka lebih dahulu, kemudian masuk surga.

7. MATURIDIAH
a. Pengertian
Aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi yang bercorak rasional - tradisional.
Nama aliran itu dinisbahkan dari nama pendirinya, Abu Mansur Muhammad al-
Maturidi. Aliran Maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu Mansur
al Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil aqli kalami. Aliran
Maturidiyah digolongkan dalam aliran Ahlussunnah wal Jamaah yang bercorak
rasional. Dilihat dari metode berpikir aliran Maturidiyah, berpegang pada keputusan
akal pikiran dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syara’.
b. Lahirnya Aliran Maturidiah
Ketidakpuasan terhadap konsep teologi Mu‟tazilah yang terlalu berlebihan dalam
memberikan otoritas pada akal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa judul tulisannya yang
secara eksplisit menggambarkan penolakannya terhadap Mu‟tazilah, seperti Kitab
Radd Awa‟il al-Adillah li al-Ka‟bi, Kitab Radd Tahdhib al-Jadal li al-Ka‟bi dan Kitab
Bayan Wahm al-Mu‟tazilah (Al-Syahrastani, t.th.,: 76-77).

13
Kekhawatiran atas meluasnya ajaran Syi’ah terutama aliran Qaramithah yang dengan
keras menentang ulama-ulama salaf. Khusus di wilayah Asia Tengah aliran ini banyak
dipengaruhi oleh paham Mazdakism, sebuah aliran komunis yang dicetuskan oleh
Mazdak bin Bambadh seorang reformis militan pada abad ke 5 M pada masa kekuasaan
Sasania.

c. Doktrin Ajaran
 Akal dan Wahyu. Menurut al - Maturidi, mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui
Tuhan dapat diketahui dengan akal. Jika akal tidak memiliki kemampuan tersebut,
maka tentunya Allah tidak akan memerintahkan manusia untuk melakukannya. Dan
orang yang tidak mau menggunakan akal untuk memperoleh iman dan pengetahuan
mengenai Allah SWT.
 Perbuatan Manusia
Mengenai perbuatan manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak Allah Swt
mengharuskan manusia untuk memiliki kemampuan untuk berbuat (ikhtiar) agar
kewajiban yang dibebankan kepadanya dapat dilaksanakan. Dalam hal ini al-Maturidi
mempertemukan antara ikhtiar manusia dengan qudrat Allah Swt sebagai pencipta
perbuatan manusia.
 Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan. Allah Swt memiliki kehendak dalam sesuatu
yang baik atau buruk. Tetapi, pernyataan ini tidak berarti bahwa Allah Swt berbuat
sekehendak dan sewenang - wenang. Hal ini karena qudrat tidak sewenang wenang
(absolut), tetapi perbuatan dan kehendak - Nya itu berlangsung sesuai dengan hikmah
dan keadilan yang sudah ditetapkan - Nya sendiri.
 Sifat Tuhan. Tuhan mempunyai sifat-sifat seperti sama’, bashar, kalam, dan sebagainya.
Sifat-sifat Tuhan itu mulzamah (ada bersama), zat tanpa terpisah (innaha lam takun ain
az - zat wa la hiya ghairuhu).
 Iman. Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah berpendapat bahwa iman adalah taṣdiq
bi al - qalb (membenarkan dalam hati), bukan semata iqrar bi al - lisan (diucapkan
dengan lisan).

d. Golongan Maturidiah
Golongan Samarkand.

14
Yang menjadi golongan ini adalah pengikut-pengikut Al - Maturidi sendiri. Golongan
ini cenderung ke arah faham Asy’ariyah, sebagaimana pendapatnya tentang sifat-sifat
Tuhan. Dalam hal perbuatan manusia, maturidi sependapat dengan Mu’tazilah, bahwa
manusialah yang sebenarnya mewujudkan perbuatannya. Al - Maturidi berpendapat
bahwa Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu.
Golongan Bukhara
Golongan ini dipimpin oleh Abu Al - Yusr Muhammad Al - Bazdawi. Dia merupakan
pengikut Maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam pemikirannya. Jadi yang
dimaksud dengan golongan Bukhara adalah pengikut-pengikut Al - Bazdawi dalam
aliran Al - Maturidiyah. Walaupun sebagai pengikut aliran Al - Maturidiyah, Al -
Bazdawi selalu sefaham dengan Maturidi. Ajaran teologinya banyak dianut oleh umat
islam yang bermazhab Hanafi.

8. SYIAH
a. Asal – Usul
Menurut sejarah, aliran syiah mulai muncul di akhir masa kekhalifaan Utsman bin
Affan. Yaitu Abdullah bin Saba seorang Yahudi yang menjadi seorang muslim dan
disebut sebagai agen Yahudi untuk disusupkan ke dalam umat Islam guna merusak
tatanan agama dan masyarakat muslim. Walaupun bagi umat syiah sejarah ini dibantah
dan tokoh Abdullah bin Saba dinyatakan sebagai seorang tokoh fiktif, namun beberapa
riwayat sudah menjelaskan mengenai sejarah Syiah dan tokoh tersebut. Syiah sendiri
merupakan salah satu sekte pecahan dari Islam. Dalam keyakinan Syiah dikatakan
bahwa Rasulullah menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti kekhalifaan Islam
selanjutnya. Mereka percaya bahwa keluarga Muhammad (yaitu para imam Syiah)
adalah sumber pengetahuan terbaik tentang Quran dan Islam, guru terbaik tentang Islam
setelah Nabi Muhammad, dan pembawa serta penjaga terpercaya dan tradisi Sunnah.
b. Pengertian
Syiah secara etimologi berarti pengikut, pecinta, pembela, yang ditujukan kepada
ide, individu atau kelompok tertentu. Syiah dalam arti kata lain dapat disandingkan juga
dengan kata tasyaiyu’ yang berarti patuh/menaati secara agama dan mengangkat kepada
orang yang ditaati itu dengan penuh keikhlasan tanpa keraguan. Adapun Syiah secara
terminologi memiliki banyak pengertian. Muhammad Husain Thabathaba’i dalam
bukunya Syiah Islam memberikan pengertian bahwa Syiah adalah salah satu aliran
dalam Islam yang berkeyakinan bahwa yang paling berhak menjadi imam umat Islam

15
sepeninggal Nabi Muhammad saw ialah keluarga Nabi saw sendiri yakni Ahlulbait.
Dalam hal ini, ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib (paman Nabi SAW) dan ‘Ali bin Abi
Thalib (saudara sepupu sekaligus menantu Nabi saw) beserta keturunannya.
c. Golongan – Golongan dalam Syi’ah
 Golongan yang menganggap Ali sebagai Tuhan. Ketika mengetahui sekte ini Ali
membakar mereka dan membuat parit - parit di depan pintu masjid Bani Kandah untuk
membakar mereka.
 Golongan Sabbah (pencela). Ali mendengar tentang Abu Sauda (Abdullah bin Saba’)
bahwa ia pernah mencela Abu Bakar dan Umar, maka Ali mencarinya. Ada yang
mengatakan bahwa Ali mencarinya untuk membunuhnya, akan tetapi ia melarikan diri.
 Golongan Mufadhdhilah, yaitu mereka yang mengutamakan Ali atas Abu Bakar dan
Umar.

d. Aliran – Aliran Syi’ah


Syi’ah Guhalat. Di dalam Syiah Ghulat terdapat beberapa golongan, yakni As -
Sabaiyah, Al - Khaththabiyah, Al - Ghurabiyah, Al -Qaramithah, Al - Manshuriyah,
An - Nushaiziyah, Al - Kayyaliyah, Al - Kaisaniyah, dan lainnya.
Syi’ah Islmailiyah. Kelompok ini tersebar di banyak negara, seperti Afganistan, India,
Pakistan, Suriah, Yaman, serta beberapa negara barat, yakni Inggris dan Amerika
Utara. Kelompok ini meyakini Ismail, putra Imam Ja'far Ash-Shadiq, adalah imam
yang menggantikan ayahnya, yang merupakan imam keenam dari aliran Syiah secara
umum. Ismail dikabarkan wafat lima tahun sebelum ayahnya (Imam Ja'far) meninggal
dunia. Namun menurut kelompok ini, Ismail belum wafat. Syiah Ismailiyah meyakini
kelak Ismail akan tampil kembali di bumi sebagai Imam Mahdi.
Syi’ah Az – Zaidiyah. Ini adalah kelompok Syiah pengikut Zaid bin Muhammad bin
Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib r.a. Zaid lahir pada 80 H dan
terbunuh pada 122 H. Zaid dikenal sebagai tokoh yang melakukan perlawanan
terhadap kekuasaan semena-mena yang diterapkan Yazid, putra Muawiyah pada
zaman Bani Umayyah.
Syi’ah Istana Asyariah. Kelompok ini dikenal juga dengan nama Imamiyah atau
Ja'fariyah yang percaya 12 imam dari keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-
Zahra, putri Rasulullah SAW. Syiah Istna Asyariah merupakan mayoritas penduduk
Iran, Irak, dan ditemukan juga di beberapa daerah di Suriah, Kuwait, Bahrain, India,

16
Saudi Arabia, dan beberapa daerah bekas Uni Sovyet. Ini adalah kelompok Syiah
mayoritas.

e. Doktrin Ajaran
1. Tauhid. Dalam prinsip al - tauhid (keesaan Allah), Syiah meyakini bahwa Allah Swt.
adalah zat Yang Maha Mutlak, yang tidak dapat dijangkau oleh siapa pun (laa
tudrikuhul abshar wahua yudrikul abshar). Dia Maha sempurna. Jauh dari segala cela
dan kekurangan. Syiah meyakini bahwa Allah adalah zat yang tak terbatas dari segala
sisi, ilmu, kekuasaan, keabadian, dan sebagainya.
2. Kenabian. Dalam prinsip nubuwwah (kenabian), Syiah meyakini bahwa tujuan Allah
mengutus para nabi dan rasul ialah untuk membimbing umat manusia menuju
kesempurnaan hakiki dan kebahagiaan abadi. Syiah meyakini bahwa nabi pertama
adalah Adam as dan nabi terakhir adalah Muhammad SAW.
3. Al – Imamah. Dalam prinsip al-imamah (kepemimpinan), Syiah meyakini bahwa
kebijakan Tuhan (al - hikmah al - Ilahiyah) menuntut perlunya kehadiran seorang imam
sesudah meninggalnya seorang rasul guna terus dapat membimbing umat manusia dan
memelihara kemurnian ajaran para nabi dan agama.
4. Al – ‘Adl (Kemahaadilan Tuhan). Dalam prinsip al -‘adl (kemahaadilan Tuhan), syiah
meyakini bahwa Allah Swt. Maha Adil. Dia tidak pernah dan tidak akan pernah berbuat
zalim atau berbuat sesuatu yang dianggap jelek oleh akal sehat kepada hamba - Nya.
5. Al – Ma’ad (Hari Akhir). Dalam prinsip al - ma’ad (hari akhir), syiah meyakini bahwa
suatu hari nanti seluruh umat manusia akan dibangkitkan dari kubur dan dilakukan
hisab atas perbuatan-perbuatan mereka di dunia. Yang berbuat baik akan mendapatkan
surga, sementara yang berbuat keburukan dimasukkan ke neraka.

17
BAB III

KESIMPULAN
Pada masa Rasulullah, segala permasalahan umat diselesaikan langsung olehnya. Namun
sepeninggal Rasul, maka banyak hal yang membuat umat Islam kebingungan, termasuk di
dalamnya penunjukan pemimpin umat sepeninggal Rasul. Kepemimpinan Abu Bakar sebagai
khalifah pertama telah menimbulkan pro kontra, terutama dari ahlul bait, pada masa umar,
stabilitas politik umat cukup stabil, namun pada masa Usman, terutama setengah akhir jabatan
kekhalifahannya, banyak kebijakan lahir tanpa memperhatikan kepentingan umat Islam.

Selama masa kepemimpinannya, Ali bin Abi Thalib menghadapi berbagai permasalahan yang
mungkin jika diberikan kepada orang lain akan menjadi berbeda ceritanya. Walaupun dalam
keadaan yang sangat terdesak, ternyata Ali bin Abi Thalib tidak kehilangan kebesarannya,
masih menjunjung tinggi nilai-nilai Islam walaupun menurut sebagian orang, Ali bin Abi
Thalib melakukan kesalahan dalam menunda pengusutan pembunuhan Usman dan penerimaan
Tahkim. Kondisi terakhir telah menyebabkan konflik berkepanjangan dalam tubuh umat Islam
yang bermuara pada lahirnya aliran teologi dalam Islam.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. https://muslim.okezone.com/read/2019/05/15/614/2055778/7-aliran-dalam-islam-
mayoritas-masih-eksis-hingga-kini
2. https://www.republika.co.id/berita/61243/karakteristik-masingmasing-aliran
3. https://www.kompasiana.com/wardatus87118/5bb3ea696ddcae40af07cd52/sejarah-
khawarij-dan-terpecahnya-menjadi-2-golongan?page=2
4. https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_6BX.0060858.pdf
5. https://www.kompasiana.com/firdha25833/5baea42a12ae9424df04f6f2/teologi-islam-
aliran-murji-ah?page=all
6. https://www.bacaanmadani.com/2018/03/pengertian-aliran-maturidiyah-
doktrin.html#:~:text=Aliran%20Maturidiyah%20adalah%20aliran%20kalam,argumen
tasi%20dan%20dalil%20aqli%20kalami.&text=Dilihat%20dari%20metode%20berpik
ir%20aliran,yang%20tidak%20bertentangan%20dengan%20syara'.
7. https://juraganberdesa.blogspot.com/2019/11/pokok-pokok-ajaran-maturidiyah.html
8. Hamka. 2007. Maturidiyah: Kelahiran dan Perkembangannya. Jurnal Hunafa. 4(3): 1
- 14
9. Atabik, Ahmad. 2015. Melacak Historitas Syi’ah. Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi
Keagamaan. 3(2): 327 - 330
10. Dewi, Oki Setiana. 2016. Syi’ah: Dari Kemunculannya Hingga Perkembangannya di
Indonesia. Jurnal Studi Al – Qur’an. 12(2): 228 – 232
11. https://smpi.alhasanah.sch.id/pengetahuan/tentang-
syiah/#:~:text=Menurut%20sejarah%2C%20aliran%20syiah%20mulai,masa%20kekh
alifaan%20Utsman%20bin%20Affan.&text=Mereka%20percaya%20bahwa%20kelua
rga%20Muhammad,penjaga%20terpercaya%20dan%20tradisi%20Sunnah.
12. nasional.tempo.co/read/426800/mengenal-4-kelompok-dalam-syiah
13. Sabli, Muhammad. 2015. Aliran – Aliran Teologi dalam Islam. Jurnal Nur El – Islam.
2(1): 111 – 112
14. Suhaimi. 2018. Integrasi Aliran Pemikiran Keislaman: Pemikiran Qadariyah dan
Jabariyah yang Bersandar Dibalik Legitimasi Al - Qur'an. Jurnal Integrasi Aliran
Pemikiran Keislaman. 4(2). 110-113
15. Basri Hasan, Murif Yahya, Tedi Priatna. 2006. Ilmu Kalam Sejarah Dan Pokok
Pemikiran Aliran-Aliran. Bandung: Azkia Pustaka Utama.

19

Anda mungkin juga menyukai