Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEOLOGI ISLAM

“ALIRAN – ALIRAN TEOLOGI DALAM ISLAM BESERTA


AJARANNYA”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teologi Islam

Dosen Pengampu
Drs. Hadis Purba,MA

Oleh kelompok 8 :
Siti Aisyah (0301193259)
Diah Ayu (0301191002)
Ika Syahfitri (0301191003)
Dinda Puspita Tito (0301192193)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

STAMBUK 2019

KATA PENGANTAR

1
Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya kepada kita semua sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah Teologi Islam ini tepat pada waktu yang telah di tentukan.

Dengan adanya makalah ini, kami berharap mahasiswa – mahasiswi bisa mendapatkan
pengetahuan/wawasan yang luas. Dan kelompok kami berterima kasih kepada Drs. Hadis
Purba,MA yang telah membimbing kami sehingga dapat terbentuknya makalah ini dengan
maksimal.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak luput dari kekurangan.
Oleh karena itu kami mohon bimbingan yang lebih baik, agar kami dapat membentuk makalah
yang selanjutnya dengan lebih baik pula.sekian terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Medan, 16 November 2019

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR............................................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................................................................4

B. Rumusan masalah.................................................................................................................5

C. Tujuan Penulis......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6

A. Aliran Khawarij....................................................................................................................6

B. Aliran Murji’ah.....................................................................................................................7

C. Aliran Syi’ah.........................................................................................................................9

D. Aliran Qadariah dan Jabariah..............................................................................................10

E. Aliran Mutazilah..................................................................................................................11

F. Aliran Ahlussunnah Wal Jamaah.........................................................................................12

BAB III PENUTUP................................................................................................................14

A. Kesimpulan..........................................................................................................................14

B. Saran....................................................................................................................................14

REFERENSI...........................................................................................................................15

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Awal mula tumbuhnya aliran – aliran dalam Islam adalah karena masalah politik yang
terus meningkat menjadi persoalan teologi. Hal ini sebenarnya sudah terjadi pada saat wafatnya
nabi Muhammad saw yaitu mengenai permasalahan siapakah yang nantinya pantas menjadi
pengganti beliau, dan masalah ini mencapai puncaknya pada masa pemerintahan khalifah Ali
Ibn Thalib tepatnya pada saat perang Shiffin.
Perang Shiffin adalah peperangan antara khalifah Ali dan Mu’awiyah (gubernur
propinsi Syam atau Syria), terjadi pada bulan Shafar tahun 37H/658M. Sebenarnya
kemenangan sudah ada pada pihak khalifah Ali, akan tetapi dengan kelicikkan dan taktik
perpolitikkan para tokoh Mu’awiyah terutama Amr Ibn al - As maka disepakati untuk
diadakannya proses arbitrasi guna menyelesaikan masalah peperangan ini. Sebagai pengantara
diangkat dua orang : Amr Ibn al – As dari pihak Mu’awiyah dan Abu Musa al – Asy’ari dari
pihak Ali. Dalam pertemuan mereka, kelicikkan Amr mengalahkan perasaan takwa Abu Musa.
Sejarah mengatakan antara keduanya terjadi permupakatan untuk menjatuhkan kedua pemuka
yang bertentangan, Ali dan Mu’awiyah. Tradisi menyebut bahwa Abu Musa al – Asy’ari,
sebagai yang tertua, terlebih dahulu berdiri mengumumkan kepada orang ramai putusan
menjatuhkan ke dua pemuka yang bertentangan itu. Berlainan dengan apa yang telah disetujui,
Amr Ibn al – As, mengumumkan hanya menyetujui penjatuhan Ali yang telah di umumkan al
– Asy’ari, tetapi menolak penjatuhan Mu’awiyah.
Dengan kejadian ini maka tentunya sangat merugikan bagi pihak khalifah Ali, karena
secara tidak langsung terdapat penyerahan jabatan khalifah dari khalifah Ali kepada
Mu’awiyah. Hal ini memicu protes yang sangat keras dari sebagian barisan Ali sendiri
mengenai diadakannya proses arbitrasi tersebut. Mereka berpendapat bahwa putusan hanya
datang dari Allah dengan kembali pada hukum – hukum yang ada dalam al – Qur’an, La Hukma
Illa Lillah (tidak ada hukum selain hukum Allah). Sehingga mereka memandang Ali Ibn Thalib
telah berbuat salah, oleh karena itu mereka keluar dari barisannya Ali, dan golongan inilah
yang nantinya disebut al – Khawarij (orang – orang yang keluar atau memisahkan diri) . Pada
saat itulah awal mula terjadinya pertumbuhan aliran – aliran teologi dalam Islam.

B. Rumusan Masalah
Penulis merasa perlu beberapa rumusan masalah untuk memperjelas isi dari makalah
ini, salah satunya adalah adalah :
1. Aliran – aliran apa sajakah yang ada dalam teologi islam ? dan apa sajakah ajarannya?

4
C. Tujuan penulisan
Untuk mempermudah mahasiswa dalam mempelajari aliran – aliran teologi dalam
islam besrta tokohnya .

BAB II
PEMBAHASAN

Aliran – aliran Teologi dalam Islam beserta ajarannya :

A. Aliran Khawarij

5
a. Asal - usul aliran Khawarij
Khawarij merupakan pecahan dari pengikut Ali bin Abi Thalib yang mulai timbul dan
memisahkan diri setelah terjadi perang Shiffin. Mereka memilih Abdullah bin Wahab Al
Rasidi menjadi imam mereka. Dalam pertempuran dengan Ali, mereka mengalami
kekalahan, tapi akhirnya seorang dari mereka bernama Abd al Rahman bin Muljam dapat
membunuh Ali.

Banyak nama yang diberikan untuk aliran ini, antara lain :

 Nama khawarij diambil dari kata asal kharaja artinya telah keluar. Maksudnya ialah orang-
orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib karena tidak setuju terhadap sikapnya yang
mau menerima perdamaian dalam penyelesaian sengketa kekhalifahan dengan Muawiyah bin
Abi Sofyan.
 Dinamakan khawarij, karena mereka keluar dari rumah-rumah mereka dengan maksud berjihad
di jalan Allah.
 Dinamakan Syurah karena mereka menganggap bahwasannya diri mereka telah mereka jual
kepada Allah. Maksudnya menjual diri mereka untuk menegakkan agama Allah.
 Dinamakan Haruriyah, karena mereka pergi berlindung ke suatu kota kecil dekat Kufah yang
bernama Harura.
 Dinamakan Muhakkimah, karena mereka dalam perjuangannya selalu menggunakan simbol
“Lahukma illa lillah”.
Adapun paham dan pokok ajarannya adalah :
o Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam
o Yang berhak menjadi khalifah adalah siapa saja yang sanggup, asal beragama Islam.
o Khalifah yang terpilih akan terus memegang jabatannya selama ia bersikap adil dan
menjalankan syariat Islam.
o Khalifah Abu Bakar dan Umar diakui sah karena keduanya diangkat dan tidak menyeleweng
dari ajaran Islam.
o Khalifah Utsman bin Affan dianggap menyeleweng mulai dari tahun ketujuh khilafahnya,
sedang Ali bin Abi Thalib dianggap menyeleweng setelah peristiwa perdamaian dengan
Muawiyah. Dan sejak itu Utsman dan Ali dihukumi kafir, demikian pula Muawiyah serta semua
orang yang telah mereka anggap melanggar ajaran-ajaran Islam.
b. Sekte, Tokoh dan Ajarannya

6
Khawarij terpecah menjadi beberapa aliran kecil (sekte) dan dipimpin oleh tokoh yang mereka
anut, antara lain:
o Al Azariqah, tokohnya ialah Nafi’ bin Al Azraq (686 M). Sekte ini merupakan sekte yang
ekstrim, karena pandangannya hanya merekalah yang sebenarnya orang Islam dan daerah
kekuasaannya terletak di perbatasam Irak dengan Iran.
o An Najaddat, tokohnya ialah Najdah bin Amir. Ajaran sekte ini antara lain:
1) Orang yang salah setelah melakukan ijtihad dimaafkan
2) Agama itu meliputi dua hal yaitu mengetahui kepada Allah dan Rasul-Nya.
3) Orang yang berjihad sampai menghalalkan yang haram atau sebaliknya dimaafkan.
o Al Ibadiyah, tokohnya bernama Abdullah bin Ibad At Tamimy. Mereka agak moderat dan
toleran terhadap golongan lain. Sebagai contohnya mereka menganggap bahwa orang Islam
yang tidak sepaham dengan mereka boleh diadakan hubungan perkawinan dan warisan,
syahadatnya dapat diterima, serta haram membunuhnya.
o Syufriah, tokohnya bernama Ziyad bin Al Asfar. Paham mereka tidak berbeda dengan
golongan Az Zariqah oleh sebab itu merupakan golongan yang ekstrim. Pendapat yang menjadi
ciri khas mereka :
1) Taqiyah hanya boleh dalam bentuk perkataan dan tidak dalam bentuk perbuatan.
2) Demi untuk keamanan dirinya perempuan Islam boleh kawin dengan laki-laki kafir, di daerah
bukan Islam.

B. Aliran Murji’ah

a. Asal – usul Aliran Murji’ah


Murji’ah berasal dari kata Al Irjaa’ mempunyai dua arti:
 At Ta’khiir, artinya mengemudiankan, menunda. Pengertian ini menunjukkan bahwa aliran ini
mengemudiankan amal dari niat.
 I’thoo’ Al Rajaa’, artinya memberi pengharapan. Pengertian ini menunjukkan bahwa iman itu
tidak rusak karena perbuatan dosa, begitu pula perbuatan kafir tidak merusak dari ketaatan.
 Pendapat lain nama Murji’ah diambil dari kata Arja’a yang berarti menangguhkan atau
mengakhirkan. Maksudnya mereka menangguhkan persoalan golongan-golongan umat Islam
yang berselisih dan yang telah banyak mengalirkan darah sampai hari pembalasan nanti dan
mereka tidak menentukan hukumnya bagi setiap yang berselisih.
b. Paham dan pokok ajarannya.

7
Setelah terjadi perdamaian antara Ali dan Muawiyah, muncul golongan yang tidak mau campur
tangan terhadap persoalan tersebut, merekalah yang disebut aliran Murji’ah. Dan setelah
menjadi aliran politik mulai membicarakan persoalan-persoalan ketuhanan. Pembahasan yang
terpenting adalah mengenai pembatasan iman, kufur, dan mukmin.

Murji’ah menganggap bahwa iman itu adalah mengenal kepada Allah dan utusannya, dan siapa
yang mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu rasul Allah
maka dia termasuk orang mukmin. Barang siapa percaya kepada Tuhan dan utsanNya, tetapi ia
meninggalkan kewajiban agama dan menjalankan dosa besar menurut mereka orang semacam
ini tetap mukmin tetapi menurut Khawarij adalah kafir. Murji’ah tidak mengartikan iman
kecuali hanya kepercayaan dalam hati saja terhadap Allah dan utusanNya, adapun amal
lahiriyah tidak termasuk iman. Pandangan ini sesuai dengan pandangan mereka dalam politik,
mereka tidak mengkafirkan golongan Umawy, Syi’ah ataupun Khawarij sebab iman menurut
mereka dalam hati, dan tidak dapat mengetahuinya kecuali Allah.

c. Sekte, tokoh dan ajarannya.


o Yunusiah, tokohnya adalah Yunus bin Aun Annamiri yang berpendapat bahwa iman ialah
mengetahui Allah, tunduk, patuh, dan meninggalkan sifat-sifat kesombongan dan cinta dalam
hati. Barangsiapa yang melakukan maksiat tidak merusak iman seseorang.
o As Sahiliyah, tokohnya ialah Abu Hasan As Sahili. Pendapatnya bahwa iman ialah
mengetahui Tuhan dan kufur ialah tidak mengetahui Tuhan. Yang disebut ibadah hanyalah
iman.
o Al Ubaidiyah, tokohnya ialah Ubaid Al Maktaab. Pendapatnya diantaranya selain syirik
diampuni, jika seorang mati dalam iman dosa-dosa dan perbuatan jahat yang dikerjakan tidak
akan merugikan bagi yang bersangkutan.
o Al Ghasaniyah, tokohnya ialah Ghasan Al Kufi. Ia berpendapat bahwa amal tidak sepenting
iman yang mengakibatkan pada pengertian bahwa hanya imanlah yang penting dan yang
menentukan mukmin dan tidaknya seseorang.
o Assaubaniyah, tokohnya ialah Abu Syauban Al Murjii. Pendapatnya bahwa iman adalah
mengetahui Allah dan RasulNya yang masuk akal boleh diperbuat dan yang tidak masuk akal
boleh ditinggalkan karena bukan dari iman. Artinya iman ialah sesuai dengan akal dan amal
tidak campur tangan dengan iman.
o At Tumaniyah, tokohnya ialah Abu Muaz At Tumani. Ia berpendapat bahwa iman ialah
membenarkan dengan hati dan lidah dan kafir ialah tidak tahu kepada Tuhan.

C. Aliran Syi’ah

8
d. Asal-usul aliran Syi’ah

Kata Syi’ah menurut Ibnu Khaldun berarti As shahbu wal Ittibaa’u yang artinya pengikut atau
partai. Menurut istilah Syi’ah adalah suatu golongan umat Islam yang memberikan kedudukan
istimewa kepada keturunan Nabi Muhammad SAW dan menempatkan Ali bin Abi Thalib pada
derajat yang lebih utama daripada sahabat Nabi yang lain, mereka mencintai Ali dan
keturunannya dengan sepenuh hati dan disertai sikap dan tindakan yang nyata.

e. Paham dan pokok ajarannya

Adapun pokok-pokok ajarannya sebagai berikut:

 Yang menuntut agar hak untuk menjabat khalifah baik dalam urusan keagamaan ataupun urusan
kenegaraan harus menjadi hak waris bagi keluarga Nabi (Ali bin Abi Thalib dan anak cucunya).
 Syahnya imam atau khalifah hanya apabila mendapat nash atau diangkat oleh Nabi sendiri dan
kemudian oleh imam-imam sesudah beliau secara berurutan.
 Bahwa tiap-tiap imam yang telah diangkat oleh imam sebelumnya itu adalah makshum artinya
terpelihara dari dosa sejak dilahirkannya.
f. Sekte, tokoh dan ajarannya
o Al Imamiyah atau Al Isna Asyariyah atau Rafidhah. Pokok-pokok ajarannya :
1) Bahwa Ali bin Abi Thalib satu-satunya khalifah yang sah sesudah Nabi.
2) Mereka mengajarkan ajarannya “dua belas imam” yang berurutan satu sama lain dari keturunan
Ali dengan Fathimah.
3) Mereka mengajarkan adanya kemakshuman, kemahdiyan, dan akan datangnya imam yang
terakhir dan taqiyah.
o Zaidiyah, tokohnya ialah Zaid bin Ali. Dia mengajarkan bahwa:
1) Imam-imam itu terbatas hanya dari anak cucu Ali dengan Fathimah.
2) Kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman dianggap sah namun kurang utama.
o Ismailliyah, tokohnya ialah Ismail bin Ja’far Ash Shadiq. Ia diriwayatkan suka minum
khamar, sehingga sebagian penganutnya menggugurkan keimamannya dan beralih beriman
kepada adik Ismail, yaitu Musa Al Kodhim. Golongan ini membatasi imam-imam hingga yang
ketujuh saja. Golongan ini termasuk aliran yang ekstrim yang ajarannya banyak yang
melampaui batas.
o Gholliyah (Ghullat), dipimpin oleh Abdullah bin Sabak, seorang yang semula beragama
Yahudi. Golongan ini juga dikenal ekstrim.

D. Aliran Qadariah dan Jabariah

9
Disebabkan karena Tuhan bersifat Maha Kuasa dan mempunyai kehendak yang mutlak maka
timbullah pertanyaan sampai dimanakah manusia sebagai ciptaan Tuhan, bergantung kepada
kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan dalam menentukan perjalanan hidupnya? Diberi
Tuhankah manusia kemerdekaan dalam mengatur hidupnya? Ataukah manusia terikat
seluruhnya pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan?

Maka terdapat dua perbedaan pendapat. Yang pertama, kaum Qadariah berpendapat bahwa
manusia mempunyai kebebasan dan kemerdekaan dalam menentukan perjalanan hidupnya
dengan demikian nama Qadariah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah
atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa
manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Yang kedua, kaum Jabariah berpendapat bahwa
manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya.
Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan. Jadi, nama Jabariah berasal
dari kata jabara yang berarti memaksa. Memang dalam aliran ini terdapat paham bahwa
manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.

Paham Qadariah pertama kali dipelopori oleh Ma’bad al Juhani dan Ghailan al
Dimasyqi. Menurut Ghailan, manusia berkuasa atas perbuatannya, manusia sendirilah yang
melakukan perbuatan baik maupun jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.

Paham Jabariah dipelopori oleh Al Ja’d Ibn Dirham, tetapi yang menyiarkannya adalah
Jahm Ibn Safwan. Menurut Jahm, manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa,
tidak mempunyai daya, tidak mempunya kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan,
manusia dalam melakukan perbuatannya hanya dipaksa. Tuhanlah yang menciptakan perbuatan
dalam diri manusia.

Tokoh Jabariah yang lain yaitu Al Husain Ibn Muhammad Al Najjar yang bersifat lebih
moderat. Menurutnya, Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia, tetapi manusia
mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatan itu. Tenaga yang diciptakan dalam diri
manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Paham yang sama diberikan oleh
Dirar Ibn ‘Amr.

E. Aliran Mu’tazilah

g. Asal-usul Mu’tazilah
 Dinamakan Mu’tazilah sebab Wasil dan Amru memisahkan diri dari halaqah Hasan Basri,
karena adanya perbedaan pendapat antara Wasil dan Amru dengan Hasan Basri tentang hukum

10
orang Islam yang berbuat dosa besar. Menurut Wasil dan Amru, orang Islam yang berbuat dosa
besar itu bukan mukmin bukan pula kafir, tetapi dia berada diantara keduanya, yaitu fasiq.
 Dinamakan Mu’tazilah sebab mereka melepaskan diri dari pendapat ulama’ atau aliran
terdahulu yaitu mengenai hukum orang Islam yang berbuat dosa besar.
 Dinamakan Mu’tazilah sebab menurut anggapan mereka, orang Islam yang berbuat dosa besar
itu menjauhkan diri (I’tizal) dari golongan mukmin dan kafir.
h. Paham dan pokok ajarannya

Mu’tazilah menganut paham lima pokok ajaran dasar yang harus dipegang yaitu:

 Tauhid (keesaan), yaitu ajaran monotheisme yang murni dan mutlak adalah dasar Islam yang
pertama dan utama.
 Adil (keadilan Allah), yaitu dasar keadilan yang dipegang aliran Mu’tazilah ialah meletakkan
pertanggungan jawab manusia atas segala perbuatannya. Aliran ini telah mengemukakan
teorinya tentang assilah wa aslah (baik dan terbaik) dan teorinya tentang hasan dan qobih (baik
dan buruk).
 Wa’ad dan Wa’id (janji dan ancaman), yaitu aliran Mu’tazilah meyakini bahwa janji Allah akan
memberi pahala dan ancaman siksa kepada mereka yang melakukan perbuatan pasti
dilaksanakanNya.
 Manzilatu Bainal Manzilatain (diantara dua tempat), yaitu orang Islam yang berbuat dosa besar
selain syirik itu bukan mukmin bukan pula kafir, tetapi dia berada diantara keduanya, yaitu
fasiq.
 Amar Ma’ruf Nahi Munkar (memerintahkan kebaikan dan melarang keburukan).
i. Tokoh-tokoh Mu’tazilah
o Abu Huzaifah Wasil bin Ata’ Al Ghazali (669-748 M)
o Abu Huzail Al Allaf (753-840 M)
o Ibrahim bin Sayyar An Nazzan (845 M)
o Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab Al Jubba’i (849-917 M)

F. Aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah

Banyak kalangan yang menentang aliran Mu’tazilah, terutama di kalangan rakyat biasa yang
tidak dapat menyelami ajaran-ajaran Mu’tazilah yang bersifat rasional itu. Rakyat biasa, dengan
pemikiran yang sederhana, ingin ajaran yang sederhana pula. Kaum Mu’tazilah dalam sejarah
memang merupakan golongan minoritas, dan dikenal sebagai golongan yang tidak kuat
berpegang pada hadits.

11
Mungkin inilah yang menimbulkan term ahli sunnah dan jama’ah, yaitu golongan yang
berpegang teguh pada sunnah dan merupakan golongan mayoritas. Yang dimaksud dengan ahli
sunnah wal jama’ah dalam ilmu kalam adalah aliran Asy’ariah dan Maturidiah yang menentang
ajaran-ajaran Mu’tazilah.

1) Aliran Asy’ariah
a. Al Asy’ari dan karyanya

Al Asy’ari (873-935 M) pernah menjadi pengikut setia aliran Mu’tazilah selama 40 tahun, tetapi
akhirnya ia keluar disebabkan karena perbedaan pendapat dengan gurunya, Al Jubbai.
Kemudian Al Asy’ari mendirikan aliran baru yang disebut aliran Asy’ariah yang dalam
perluasannya diidentikkan dengan sebutan aliran ahlussunnah wal jama’ah. Di antara karya-
karyanya:

o Maqaalat al Islaamiyyin
o Al Ibanah ‘an Ushul al Diniyah
o Al Luma’ fi al rad ala ahla ziagh wa al bid’a
b. Ajaran-ajaran Al Asy’ariah
o Tentang wahyu Tuhan yang disebut Kalam Allah. Kalam Allah yaitu lafal-lafal yang diturunkan
Tuhan melalui malaikat Jibril kemudian disampaikan kepada Nabi Muhammad, adalah dalalah
dari kalam yang sifatnya azali. Dalalah yang disebutkan itu adalah makhluk (diciptakan), yang
madlul bersifat qadim dan azali.
o Pengakuan adanya sifat-sifat Tuhan. Menurut Al Asy’ari sifat-sifat Tuhan itu tidak sama
dengan Zat Tuhan, keduanya qadim. Jadi, Tuhan mempunyai Zat, sifat dan perbuatan.
o Melihat Tuhan di akhirat. Manusia dapat melihat Tuhan di akhirat karena Tuhan itu maujud,
setiap yang maujud memungkinkan untuk padat dilihat.
o Dosa besar. Orang Islam yang melakukan dosa besar, ia tetap mukmin ‘ashi atau fasiq, apabila
ia meninggal dunia sebelum bertaubat maka ia terserah kepada Tuhan atas pelanggarannya itu,
apakah Tuhan akan menyiksa atau mengampuninya. Walaupun ia masuk neraka, tetapi
akhirnya dimasukkan ke dalam surga juga.
o Imamah atau kepala pemerintahan ditetapkan berdasarkan musyawarah untuk mendapatkan
mufakat dan dengan pemilihan.
c. Tokoh-tokoh aliran Asy’ariah
o Al Baqillani
o Al Juwaini
o Al Ghazali

12
o As Sanusi
2) Aliran Maturidiyah
a. Al Maturidi dan karyanya

Al Maturidi (944 M) adalah pengikut Abu Hanifah. Sistem pemikiran theologinya masuk dalam
golongan theologi ahlussunah waljama’ah dan dikenal dengan nama Al Maturidiyah. Diantara
karyanya adalah sebagai berikut:

o Kitab Ta’wilat Al Qur’an atau Ta’wilat As Sunah


o Kitab Al Jadal
o Kitab Maqalat
o Kitab At Tauhid
o Kitab Ushul
b. Ajaran-ajaran Al Maturidiyah

Perlu diketahui bahwa aliran Maturidiah terbagi menjadi dua golongan yaitu golongan
Samarkand yang merupakan pengikut Al Maturidi sendiri dan golongan Bukhara yang
merupakan pengikut Al Bazdawi (murid Al Maturidi). Ajaran-ajaran Al Maturidi:

o Peranan akal dan wahyu, menurutnya meskipun kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui
dengan akal, tetapi kewajiban itu sendiri datangnya dari Tuhan.
o Sifat-sifat Allah, Aliran Maturidiyah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat.
o Al Qur’an, menurut Al Maturidi bahwa Al Qur’an itu sifat Tuhan, ia tidak diciptakan, tetapi
bersifat qadim.
o Anthropomorphisme, Al maturidi tidak menyetujui paham tashbih dan tajsim bagi Tuhan.
Tokoh aliran Maturidiyah

Salah satu tokoh yang penting yaitu Al Bazdawi (421-493 H). Ia berhasil mengarang beberapa

kitab penting yaitu Ushul Al Din, Al Waaqi’aat dan Al Mabsuth

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari sini dapat disimpulkan bahwa perpecahan umat islam menjadi beberapa aliran secara
umum dapat disebabkan oleh :
 Masalah perpolitikan mengenai pengangkatan khalifah.
 Masalah pengkafiran seseorang yang telah berbuat dosa besar

13
Aliran – aliran teologi tersebut adalah sebagai berikut :

 Aliran Khawarij
 Aliran Murji’ah
 Aliran Syi’ah
 Aliran Qadariah dan Jabariah
 Aliran Mu’tazilah
 Aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah
B. Saran

Dengan keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dari pembahasan di bab-bab sebelumnya,

untuk itu saran sebagai perbaikan makalah ini sangat diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://rachman081092.blogspot.com/2011/03/aliran-aliran-teologi-dalam-islam-tokoh.html .

Diakses pada tanggal 08 Oktober 2012 .

Hasan, Muhammad Tholhah, Ahlussunnnah Wal Jama’ah dalam Persepsi dan Tradisi NU,

Jakarta : Lan Tabora Press, 2005.

Muhaimin, HM., IlmuKalam-Sejarah dan Aliran-aliran, Yogyakarta: Pusaka Pelajar,1999.

14
Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran – aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI –

Press, 1986.

Sou’yb, Joesoef, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Syalabi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 1, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987.

15

Anda mungkin juga menyukai