Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASWAJA

FIRQOH DALAM ISLAM

Pembimbing : Siti Maimunah S. Ag,. M. PdI,.

Disusun oleh :

Iffatul Millah ( 1150019001 )

Aprilia Sohappy ( 1150019030 )

Saudia Putri R.R. ( 1150019060)

Nurun Najah ( 1150019015 )

Ariyani Dwi R. ( 1150019045)

Progam Studi DIII Keperawatan

Fakultas Keperawatan dan Kebidanan

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Tahun 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha
penyayang, Kami haturkan puja dan puji syukur atas kehadirat -Nya yang telah
melimpahkan, rahmat, hidayat, inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Fiqroh dalam islam.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperkancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapatmenambah wawasan


dan pengetahuan untuk masyarakat dan juga inspirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 23 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………i

KATA PENGANTAR…………………………………………….ii

DAFTAR ISI………………………………………………………iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………4
B. Rumusan Masalah………………………………………...5
C. Tujuan Penulisan………………………………………….5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Timbulnya Firqoh Islam………………………...6


B. Sebab – Sebab Timbulnya Firqoh islam…………………8
C. Firqoh- Firqoh yang Berpengaruh…………………….....10
D. Sikap NU Terhadap Firqoh – Firqoh Dalam Islam……..14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………21
B. Saran………………………………………………………...21

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama islam yang di bawa oleh Rasulullah SAW. Merupakan
kesatuan yang utuh dari 3 unsur, yaitu : iman, islam, dan ihsan, dalam
agama islam tidak ada yang di pertentangkan, apabila terjadi hal yang
kurang dapat di pahami maka seluruh persoalan itu di kembalikan kepada
Rasulullah SAW.
Setelah Rasulullah SAW. Wafat bibit perselisihan diantara umat
islam mulai tampak, yang pertama kali tampak mengenai tempat
Rasulullah SAW di makamkan fan siapa yang berhak menggantikan beliau
yang kemudian menyebabjan timbulnya firqoh di kalangan umat islam.
Sahabar anshor memandang bahwa jabatan khalifah harus dari
kalangan mereka. Mereka telah menolong dan melindungi dakwah nabi
sehingga islam bisa kembali pesat. Kemudian di lain pihak berpendapat
bahwa kekhalifahan harus berada di tangan bani hasyim.
Perselisihan akhirnya dapat di atasi dengan terpilahnya Sayyidina
Abu Bakar Assiddiq dan kemudian di teruskan oleh Umar bin Khattab
akan tetapi pada masa pemerintahan Utsman bin Affan timbul berbagai
perpecahan di kalangan umat islam secara lebih serius sehingga muncul
seorang yahudi kelahiran yaman yang bernama Abdullah bin Sabba, yang
mengaku telah masuk islam dan ia dengan gencar memporakporandakan
semangat anti Khalifah Utsman bin Affan. Sejak itu muncullah aliran
syiah dan selanjutnya di susul aliran lain sebagai reaksi terharap aliran
syiah.
Dari akar permasalahan ini kemudian timbul usaha membentengi
ajaran dengan rumusan hujjah. Maka lahirlah firqoh suatu madzab baik di
bidang fi1ih mqupun akhlak atau tasawwuf.
Oleh karena itu pengertian dari firqoh secara etimologi atau bahasa
adalah kelompok, rombongan, kumpulan atau golongan sedangkan eecara
terminology ( istikah ) firqoh berarti golongan atau kaum yang mengikuti
pemahaman atau pendapat yang keluar dari pemahaman jamaah muslimin
dan mereka kemudian memisahkan diri dari ikatan keutamaan dalam
islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah timbulnya firqoh dalam islam ?
2. Apa saja sebab – sebab timbulnya firqoh dalam islam ?
3. Apa firqoh – firqoh yang berpengaruh ?
4. Bagaimana sikap NU terhadap firqoh dalan islam ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah timbulnya firqoh dalam islam
2. Mengetahui sebab – sebab timbulnya firqoh dalam islam
3. Mengetahui firqoh – firqoh yang berpengaruh
4. Mengetahui sikap – sikap NU yang harus dilakukan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Timbulnya Firqoh dalam Islam

Timbulnya aliran aliran teologi islam tidak terlepas dari fitnah –


fitnah yang beredar setelah wafatnya Rasulullah SAW. Setelah Rasulullah
SAW wafat peran sebagai kepala negara di gantikan okeh para sahabat –
sahabatnya, yang di sebut Khulafaur Rasyidin yaknu Abu Bakar, Umar bin
Kahttab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Namun, ketika pada
masa Utsman bin Affan mulai timbuk adanya perpecahan antara umat
islam yang di sebabkan oleh banyaknya fitnah yang timbul pada masa itu.
Sejarah mencatat, akibat dari banyaknya fitnah yang ditimbulkan pada
masa itu menyebabkan perpecahan pada umat islam dari masalah politik
sampai padq kasa etiologis.
Awal mula perpecahan biaa kita simaks sejak kematian Utsman bin
Affan r.a ahli sejarah menggambarkan Utsman sebagai orang yang lemah
dan tak sanggup menentang ambisi keluarganya yang kaya dan
berpengaruh itu untuk menjadi gubernur. Tindakan – tindakan yang di
jakankan Utsman ini mengakibatkan reaksi yang tidak menguntungkan
bagi dirinya. Sahabat – sahabat nabi setelah melihat tindakan Utsman
mulai meninggalkan khalifah yang ketiga ini. Perasaan tidak senang akan
kondisi ini mengakibatkan terjadinya pemberontakan, seperti adanya lima
ratus pemberontak berkumpul dan kemudian bergerak ke Madinah.
Perkembangan suasana di Madinah ini membawa pada pembunuhan
Utsman oleh pemuka – pemuka pemberontak di mesir ini.
Setelah Utsman wafar Ali sebagai calon terkuat menjadi khalifah
keempat. Tetapi segera ia mendapat tantangan dari pemuka – pemuka yang
ingin pula menjadi khalifah, terutama Talhah dan Zubair dari Makkah
yang mendapat sokongan dari Aisyah. Tantangan ini dapat di patahkan ali
dalam pertempuran yang terjadi di Irak tahun 656 M. Talhah dan Zubair
mati terbunuh dan Aisyah dikirim kembali ke Makkah.
Tantangan kedua datang dari Mu’awiyah, Gubernur Damaskus dan
keluarga dekat Utsman ia menuntut Ali supaya menghukum pembunun –
pembunuh Utsman, bahkan ia menuduh bahwa Ali rurut campur dalam
soal pembunuhan itu. Dalam pertempuran yang terjadi di di antara kedua
golongan ini di Siffin, tentara Ali mendesak tentara Mu’awiyah sehingga
yang tersebut akhir ini bersiap - siap untuk lari. Tetapi tangan kanan
Mu’awiyah Amr bin Al ‘As yang terkenal sebagai orang licik minta
berdamai demgan mengangkat Al-Qur’an keatas. Qurra’ atau Syi’ah yang
ada dipihak Ali mendesak Ali untuk menerima tawaran itu dan di carilah
perdamaian dengan mengadakan arbitase. Bagai perantara diantara dua
orang, yaitu Amr bin Al’As dari pihak Mu’awiyah dan Abu Musa Al-
Asy’ari dari pihak Ali. Dalam pertemuan mereka kelicikan Amr
mengalahkan perasaan taqwa Abu Musa. Sejarah mengatakan bahwa
keduanya terdapat pembakaran untuk menjatuhkan kedua pemuka yang
bertentangan, Ali dam Mu’awiyah. Tadisi menyebutkan bahwa Abu Musa
terlebih dahulu mengumumkan kepada orang ramai putusan menjatuhkan
kedua pemuka yang bertentangan itu. Berlainan dengan apa yang telah
disetujui, Amr pengumuman hanya menyetujui penjatuhan Ali yang telah
diumumkan Abu Musa, tetapi menolak penjatuhan Mu’awiyah. Peristiwa
ini merugikan Ali dan mengunyungkan bagi Mu’awiyah. Khalifah yang
sebenarnya adalah Ali, sedangkam Mu’awiyah kedudukannya tak lebih
dari Guberbur daerah yang tak mau tunduk kepada Ali sebagai khalifah.
Dengan adanya arbitrase ini kedudukannya telah naik menjadi halifah
yang tidak resmi.
Sikap Ali menerima dan mengadakan arbitrase ini, sungguhpun
dalam keadaan terpaksa, tidak disetujui oleh sebagian tentaranya mereka
berpendapat bahwa hal serupa itu tidak dapat diputuskan oleh arbitase
manusia. Putusan hanya datang dari Allah dengan kembali kepada
hukuman- hukuman yang ada dalam Al-Qur’an. La humka illa lillah
( Tidak ada hukum selain hukum dari Allah ), menjadi semboyan mereka.
Mereka memandang Ali telah berbuat salah, oleh karena itu
mereka meninggalkan barisannya. Golongan mereka inilah dalam sejarah
islam terkenal dengan nama Al – Khawarij, itu orang yang keluar dan
memisahkan diri. Karena memandang Ali bersalah dan berbuat dosa,
mereka melawan Ali. Ali cara menghadapi dua musuh yaitu Mu’awiyah
dan Khawarij. Karena selalu mendapat serangan dari kedua pihak ini Ali
terlebih dahulu memutuskan usahanya untuk menghancurkan khawarij.
Setelah khawarij kalah Ali terlalu lelah untuk meneruskan pertempuran
dengan Mu’awiyah. Mu’awiyah tetap berkuasa di Damaskus dan setelah
Ali wafat ia dengan mudah dapat memperoleh pengakuan sebagai khalifah
umat Islam pada tahun 661M.

B. Sebab – Sebab Timbulnya Firqoh dalam Islam

Maker permasalahan ini kemudian timbul usaha memintanya


ajaran dengan rumusan hujjah. Maka lahirlah firqoh atau mazhab baik di
bidang fiqih maupun akhlak atau tasawuf.
Adapun sebab – sebab timbulnya firqoh yaitu :
1. Fanatisme kesukaan bangsa arab
Pada masa Rasulullah SAW fanatisme kesukaan
bangsa arab dapat direndam. Ini merupakan keberhasilan
beliau memerangi fanatisme kesukuan. Ini berlanjut sampai
pada pemerintahan Utsman bin Affan dan bangkit kembali
dengan pertentangan Bani Umayyah dan Bani Hasyim.
2. Perebutan jabatan khalifah
Makan pendapat tentang masalah siapa yang paling
berhak menggantikan Rasulullah SAW timbul sejak beliau
wafat. Akan tetapi pertentangan tersebut tumbuh dan
semakin berkembang pada masalah jabatan khalifah.
3. Agama lain ke agama islam
Sebagai akibat kekuasaan wilayah islam, pemeluk
agama terdahulu seperti yahudi, nasrani dan majusi banyak
yang memeluk islam. Jalan benak mereka masih tersisa
tradisi dan pemikiran agama mereka sebelumnya, sehingga
mempengaruhi pemikiran keislaman.
4. Penerjemah buku filsafat
Pada akhir pemerintahan Bani Umayyah, umat
islam mulai menerjemahkan buku filsafat. Usaha tersebut
berpengaruh terhadap perbedaan matahari islam. Sejak itu
lahir para filosuf dan ulama kalam yang menggunakan
memikirkan filsafat di bidang aqidah islam.
5. Adanya ayat-ayat mutasyabihad
Dalam Al – Qur’an terdapat ayat muhkamat dan
mutasyabihad. Ayat muhkamat adalah ayat yang artinya
sudah jelas, sedangkan ayat mutasyabihad adalah ayat yang
belum jelas artinya, akibatnya mereka berbeda pendapat
mengenai makna yang dimaksud.
6. Istishbath hukum syar’i
Sumber hukum islam adalah Al-Qur’an dan hadist
yang bersifat umum dan global, entahlah persoalan yang
dihadapi umat terus berkembang. Karena menetapkan
persoalan tersebut membutuhkan hukum syar'i secara ulama
menggali hukum menggunakan metode yang berbeda, oleh
sebab itu timbul lah intishbat yang berbeda.
7. Munculnya para pendongeng
Para pendongeng mulai dikenal pada masa
pemerintahan Utsman bin Affan karena banyak cerita
bohong dan khurafat yang disampaikan pada masa Ali bin
Abi Tholib para pendengki mulai diberantas. Cerita
dongeng menyebabkan masuknya cerita unsur Aliyah dan
khayalan ke dalam Kitab Tafsir dan sejarah Islam.

C. Firqoh – Firqoh Yang Berpengaruh

Papan yang baca kitab ushuluddin akan menjumpai di dalamnya


perkataan perkataan : Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah, Qodariyah, Jabariyah,
Ahlussunah wal jamaah ( sunny ) , mujassiyah, bahaiyah, Ahmadiyah,
Wahabiyah, dsb nya.
A. Khawarij
Pada tahun 657 M terjadi perang siffin antara pasukan Ali
melawan pasukan Mu’awiyah ketika perang memuncak masukkan
muawiyah terdesak, tiba-tiba beberapa orang mengangkat mushaf
dengan ujung tombak sebagai tanda damai. Akan tetapi
sekelompok orang pasukan beliau menuntut agar menerima
tafkhim sehingga beliau menerimanya.
Tafkhm dilaksanakan di dalam daumatul jandal dan
masing-masing pihak mengangkat seorang hakim, tapi kholifah
aAli menolak tuntutan sehingga mereka menyatakan keluar dari
golongan Ali.
Mereka berhimpun di harura, dekat Kota khufah dengan
mengangkat Abdullah bin Abdul Wahab Arrasbi sebagai Imam
sehingga mereka dikenal dengan Al Hurruyah mereka dikenal juga
dengan sebutan Al muahkiamah.
Ajaran yang bertentangan dengan ASWAJA yaitu :
a. Mengakui sahnya Khalifah Abu Bakar Umar Bin Khattab
dan 6 tahun pertama masa Khalifah Usman bin Affan.
b. Mengutuk sayyidatina Aisyah r.a Ummul mukminin
Karena melakukan pemberontakan pada perang Jamal.
c. Dengan mudah menghasilkan orang yang tidak sepaham.
d. Orang yang tidak mengerjakan amal ibadah wajib dianggap
kafir.
B. Syi’ah
Syi’ah artinya kelompok atau pengikut Ali Bin Abi Thalib,
inti ajaran syiah adalah masalah Imamah yang harus berdasarkan
syara’, dari ajaran tersebut melahirkan beberapa paham dalam
aqidah dan ibadah misalnya:
a. Nabi berwasiat bahwa yang matikan sebagai Imam adalah
Sayyidina Ali Bin Abi Thalib
b. Imam pengantin nabii adalah kepala negara, seorang imam
ma’sum dan tidak dapat diganggu gugat.
c. Sebagai golongan syi'ah beranggapan bahwa sayyidina ali
dipercaya memiliki sifat ketuhanan
d. Menghalalkan nikah muthah’ah
e. Tidak menerima ijma’ dan qiyas

C. Mu’tazilah
Aliran yang muncul di basara pada abad ke-2 hijriyah, okta
bila dikenal sebagai golongan yang menganut kebebasan berfikir
dan medewakan akal. Aliran Mu’tazilah memiliki prinsip yaitu :
a. At – tauhid, artinya Allah maha esa tanpa memiliki sifat
lainnya.
b. AL-adl, artinya tuhan maha adil.
c. Al – watwalwaid, artinya tuhan pasti melaksanakan janji
dan ancaman nya.
d. AL – manzilah bainal manzil, artinya posisi di antara iman
dan kufur.
e. AL – amru bil ma’ruf wal nahyu anil munkar, artinya
menyuruh berbuat baik dengan mencegah kemunkaran.
D. Wahabiyah
Nama wahabi di nisbatkan dengan nama pendiri nya yaitu
Muhammad bin Abdul Wahab. Aliran ini mengaku sebagai
golongan adus napa jamaah dengan mengikuti hasil pemikiran
Imam Ahmad bin Hambal menurut Ibnu Taimiyah. Manut paham
wahabi berpendapat bahwa semua bid'ah adalah sesat.

E. Aswaja
Aswaja sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah
SAW sebagai gerakan pemurnian islam. Golongan aswaja selalu
berpedoman pada dalil naqli dan dalil aqli.

F. Qodariyah dan Jabariyah


Qodariyah adalah paham yang berpendapat bahwa
perbuatan manusia adalah kehendak kemauannya sendiri.
Sedangkan Jabariyah adalah paham yang berpendapat bahwa
manusia tidak memiliki daya upaya dan ikhtiar dalam
perbuatannya. Manusia tinggal menerima apa adanya.

Firman Allah dalam Q.S. Ali Imran : 103


َ‫ُوا نِ ْع َمتَ ٱهَّلل ِ َعلَ ْي ُك ْم إِ ْذ ُكنتُ ْم أَ ْعدَٓا ًء فَأَلَّفَ بَ ْين‬۟ ‫وا ۚ َو ْٱذ ُكر‬
۟ ُ‫وا ب َح ْب ِل ٱهَّلل ِ َج ِميعًا َواَل تَفَ َّرق‬ ۟ ِ َ‫َوٱ ْعت‬
ِ ‫ص ُم‬
ُ ‫ار فَأَنقَ َذ ُكم ِّم ْنهَا ۗ َك ٰ َذلِكَ يُبَيِّنُ ٱهَّلل‬ ِ َّ‫قُلُوبِ ُك ْم فَأَصْ بَحْ تُم بِنِ ْع َمتِ ِٓۦه… إِ ْخ ٰ َونًا َو ُكنتُ ْم َعلَ ٰى َشفَا ُح ْف َر ٍة ِّمنَ ٱلن‬
َ‫لَ ُك ْم َءا ٰيَتِ ِهۦ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُدون‬

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan


janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-
musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan
kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Jadi terpecah-belah dan membuat golongan-golongan
sendiri dalam Islam hukumnya haram. Oleh karena itu, semua
muslim harus mengikuti Alquran dan Al Hadits (hadits yang
shohih). Ulama manapun di dunia ini, jika mengatakan sesuatu
yang sesuai dengan Al-quran dan Hadits shahih, maka kau ikuti.
Jika tidak sesuai maka tolaklah.
Nabi Muhammad SAW. BERSABDA : “Bahwasannya
Bani Israel telah berfirqah – firqah sebanyak 75 millah ( firqah )
dan akan berfirqah ummatku sebahyak 73 firqah, semuanya masuk
neraka kecuali satu”. Sahabat – sahabat yang mendengar ucapan ini
bertanya, “ siapakah yang satu itu Ya Rasulullah?” Nabi
menjawab, “Yang satu itu orang yang berpegang ( ber-i’tiqad )
sebagai peganganku ( i’tiqadku ) dan pegangan sahabat –
sahabatku”. (HR. Tarmidzi).

Hadis yang mengandung arti dan maksud seperti ini juga


terdapat dalam buku Al milal Wan nihal karangan Syahrastani
( wafat 1127M/548H)
D. Sikap NU Terhadap Firqoh – Firqoh Dalam Islam
Memang NU tidak sependapat dengan aliran selain aswaja. NU
menyatakan bahwa aliran selain aswaja tidak menghukumi firqah telah
keluar dari islam dan menjadi kafir karena kafir adalah urusan Allah
semata.
Bagi NU firqoh yang ada dalam islam adalah suatu perbedaan dan
NU menghargai adanya perbedaan.
Aqidah ahlussunnah wal jamaah adalah aqidah islam yang benar
berada di pertengahan diantara kita aqidah-aqidah, golongan-golongan
sesat yang menisbatkan diri kepada agama islam. Dalam setiap bab - bab
aqidah, ahlussunnah wal jamaah berada di tengah antara dua golongan,
yang pemikiran keduanya saling bertentangan salah satunya ghuluw
( melewati batas ), yang lain meremehkan nya. Jadi, aqidah ahlussunnah
wal jamaah adalah aqidah yang haq diantara dua kebatilan. Inilah diantara
contoh hal tersebut.
1) Dalam Bab Ibadah
Di dalam peti padahal husna wajah mahabharata di tengah-
tengah antara golongan Rafidhah juga Shufiyah dengan golongan
Duruz dan Nushairiyyah.
Golongan Rafidhah dan Shufiyah menyembbah Allâh Azza
wa Jalla dengan ibadah yang tidak disyari’atkan seperti berbagai
dzikir, tawasul, dan membuat hari raya dan perayaan bid’ah,
membangun kubur, sholat di dekatnya, thawaf mengelilingi
kuburan dan menyembelih binatang di dekatnya. Banyak diantara
mereka menyembah orang-orang yang telah dikubur dengan cara
menyembelih untuk mereka, berdo’a kepada mereka agar menjadi
perantara kepada Allah Azza wa jalla untuk mendatangkan perkara
yang diinginkan atau menolak perkara yang dikhawatirkan.
Sebaliknya, golongan Duruz dan Nushairiyah, yang
menanamkan diri dengan ‘Alawiyyin, meninggalkan peribadatan
kepada Allah sama sekali mereka tidak menjalankan shalat, tidak
berpuasa, tidak menunaikan zakat, tidak berhaji dan seterusnya.
Ahlussunnah wal jamaah berada di antara dua golongan
tersebut mereka beribadah kepada Allah SWT. dengan cara yang
telah dijelaskan dalam kitabullah, Alquran dan Sunnah Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka tidak meninggalkan ibadah -
ibadah yang telah Allah wajibkan atas mereka, mereka juga
membuat buat ibadah baru berdasarkan kemauan diri mereka
sendiri. Ini sebagai realisasi dari sabda Nabi shallallahu alaihi
wasallam:

“ barangsiapa membuat acara baru di dalam urusan kami (agama)


ini apa - apa yang bukan padanya, maka itu tertolak.” [HR.AL –
Bukhari no.2697 dan muslim no.1718]
Di dalam riwayat lain Imam Muslim:

“ barangsiapa melaksanakan suatu amalan yang tidak ada tuntutan


kami padanya, maka amal itu tertolak”[HR. Muslim no. 1718]
Dan sabda beliau Shallallahu alaihi wasallam dalam khutbah
beliau:

“ sesungguhnya sebaik-baik pembicaraan adalah kitab Allah,


sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad seburuk - buruk
perkataan (dalam agama) adalah perkata - perkata yang baru, dan
semua perkata baru (dalam agama) adalah kesesatan. [HR.
Muslim, no.867]

2) Dalam Bab : Nama dan Sifat Allah


Ahlussunnah wal jamaah bersikap tengah dalam masalah
nama-nama dan sifat-sifat Allah diantara golongan mu’atthilah
dengan golongan mumats-tsilah. Di antara golongan mu’atthilah,
ada yang mengingkari semua nama dan sifat-sifat Allah, seperti
golongan Jahmiyah. Di antara mereka ada yang mengingkari sifat-
sifat allah seperti golongan Mu’tazilah. Diantara mereka ada yang
mengingkari mayoritas sifat-sifat allah dan menta’wilkannya,
seperti golongan Asya’irah. Ini mereka lakukan berdasarkan akal
mereka yang dangkal, dan lebih mendahulukan akal daripada kitab
Allah dan sunnah rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Mereka
seakan mengukur nash - nash syariat dengan akal mereka. Nash
yang diterima akal mereka, diterima, sedangkan nash yang tidak
diterima akal mereka, ditolak atau di ta’wilkan. Mereka
menganggap itu sebagai tanzih (sikap mensucikan Allah azza wa
jalla). Mereka menjadikan asna syariat sebagai terdakwa bukan
sebagai hakim mereka menjadikan akal sebagai satu-satunya
sumber ilmu mereka, Al - Quran dan As-sunnah harus mengikuti
akal. Perkata - perkata yang diputuskan oleh akal mereka anggap
sebagai prinsip-prinsip global yang pertama, tidak membutuhkan
nash - nash syari’at.
Oleh karena itu mereka menetapkan berbagai kewajiban
atau keharusan dan berbagai larangan atau kemustahilan pada diri
Allah SWT. Dengan argumen - argumen akal menurut mereka,
mereka menganggapnya sebagai kebenaran, padahal itu kebatilan.
Mereka menentang nash - nash Al - Quran dan as-sunnah dengan
akal, sehingga pada salah seorang diantara mereka berkata:
“ semua nas yang menyebabkan salah paham adanya
tasybih (keserupaan Allah dengan mahkluk-pent), ta’wilkan, atau
tafwidh-kan, dan carilah tanzil ( kesucian Allah-pent)”
Silahkan lihat perkataan ini di dalam kitab jauharut tauhid,
karya Ibrahim al-Laqani al-Asy’ari dengan syarah ( penjelasan )
nya karya Al-Baijuuri, hlm.91. Mereka ini menolak nash syariat
dan menta’wilkan dari maknanya yang hakiki yang dipahami
kepada makna yang jauh, dengan tanpa dalil dari Al-Quran dan As-
sunnah. Mereka mengatakan, “ Yang di maksud bukanlah makna
yang di tunjukkan oleh zhahir nash, tetapi yang benar adalah apa
yang di ketahui dari akal kita.” kemudian mereka berusaha
menta’wilkan nash-nash kepada macam-macam ta’wil yang sesuai
dengan pendapat mereka. Oleh karena itu, kebanyakan mereka
tidak menetapkan ta’wil, tetapi mereka berkata, “ mungkin yang di
maksud demikian , boleh jadi yang di maksudkan demikian,” dan
mereka berselisih di dalam menta’wilkan sebagian sifat – sifat
dengan perseoisihan yang banyak.
Di antara mereka atau juga yang mengatakan,
“sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wasallam tidak menjelaskan
apa yang dimaksud dari nash, tetapi kita telah mengetahui
kebenaran dengan akal kita.” sikap mereka itu merupakan bentuk
tuduhan kepada Nabi Muhammad SAW. bahwa beliau tidak
menjelaskan Al-Qur’an padahal Allah telah mengutus beliau
Muhammad SAW. untuk menjelaskan Al – Qir’an sebagaimana
firman Allah SWT :
“ Dan kami turunkan adz-Dzikr ( peringatan: Al-Qur’an)
kepadamu, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa
yamg telah di turunkan kepada mereka.” [An-Nahl/16:44]
Mereka memandang bahwa Nabi Muhammad SAW.
berbicara dalam masalah sifat-sifat Allah SWT. dengan
pembicaraan yang dimaksudkan bukanlah makna yang
sesungguhnya yang segera dipahami, dan Beliau Rasulullah SAW.
tidak menjelaskan kepada manusia, dan bahwa salaf ( seorang
orang dahulu) dari kalangan sahabat dan orang-orang setelah
mereka tidak memahaminya dan tidak menjelaskannya kepada
manusia. Sampai datang Al- asy'ari dan orang-orang setelahnya
yang mengikuti jalannya, lalu mereka ini mengetahuinya dan
menjelaskannya kepada manusia. Ini adalah pendapat yang nyata
kepastiannya dan nyata menuduh Nabi Muhammad SAW. tidak
sempurna di dalam menyampaikan risalah (tugas diutus nya
beliau). Sesungguhnya sebab yang menjerumuskan golongan
muawwilah ke dalam ta’wil adalah karena mereka membandingkan
bandingkan sifat al-Khaliq dengan sifat -sifat makhluk. Kemudian
hal itu mendorong mereka melakukan ta’wil terhadap kebanyakan
sifat-sifat Allah SWT. yang telah ditetapkan dalam Al-kitab dan
As-sunnah. Karena mereka menganggap sifat-sifat Allah SWT. itu
menyerupai sifat-sifat makhluk. Ini adalah kesalahan yang nyata
karena Allah SWT berfirman :
“ tidak ada satupun yang serupa dengan Dia.” [Asy-
syura/42:11]
Karena Allah SWT. memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan
kebesaran-Nya dan keagungan-Nya, demikian pula makhluk
memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan kefakirannya, kehinaannya
dan kelemahannya. Sehingga sifat-sifat Allah SWT. tidak
menyamai sifat-sifat makhluk sedangkan golongan mumats-tsilah,
mereka membuat persamaan - persamaan bagi Allah SWT. mereka
menganggap sifat-sifat allah sama dengan sifat-sifat makhluk,
sebagian mereka berkata: “Tangan Allah SWT. seperti tanganku,
pendengaran Allah SWT. Seperti tanganku.” Maha suci Allah
SWT. Dari perkataan mereka.
Kemudian Allah SWT. memberi petunjuk kepada
ahlussunnah wal jamaah dengan mendapat pertengahan di dalam
bab ini. Yaitu pendapat yang ditunjukkan oleh kitab Allah dan
sunnah Rasulullah SAW. Mereka beriman kepada semua nama-
nama Allah SWT dan semua sifat-sifat-Nya yang diterapkan di
dalam nash-nash syariat. Hingga mereka menyifati Allah SWT
dengan sifat-sifat yang Allah sifati diri-Nya dengan sifat-sifat
tersebut, dan dengan sifat-sifat yang di sifatkan oleh manusia yang
paling mengenal-Nya yaitu Rasul-nya Nabi Muhammad bin
Abdullah SAW. Ahlussunnah menyifati Allah SWT dengan tanpa
ta’thil, ta’wil, tansil, dan takyif. Maka mengimani bahwa itu adalah
sifat-sifat Allah yang sebenarnya, sifat-sifat yang pantas dengan
keagungan Allah dan tidak menyerupai sifat-sifat makhluk hidup.
Itu semua sebagai pengamalann firman Allah SWT. :

“ tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia


Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [Asy-Syura/42:11]
Ahlussunnah wal jamaah bersandar kepada nash - nash
syariat dan lebih mengedepankan nash-nash syariat daripada akal
manusia. Mereka menjadikan akal manusia sebagai sarana untuk
memahami nash-nash syariat, dan sebagai syarat untuk mengenal
segala ilmu, dan kesempurnaan serta kebaikan semua amalan.
Dengan akal manusia, ilmu dan amal menjadi sempurna, tetapi
akal tidak bisa berdiri sendiri dalam hal ini.
Dengan demikian ahlussunnah wal jamaah juga bersikap
tengah dalam masalah akal, mereka tidak mengedepankan nakal di
atas nash-nash syariat, sebagaimana dilakukan oleh para ahli kalam
dari kalangan Mu’tazilah, Asya’irah, dan lainnya. Namun
ahlussunnah wal jamaah juga tidak menyia-nyiakan apal dan
mencela nya, sebagaimana dilakukan oleh banyak orang – orang
shufiyah. Mereka ini mencela akal, dan menetapkan perkara-
perkara yang di dustakan oleh akal yang sehat, mereka juga
mempercayai pada perkara-perkara yang diketahui kedustaan nya
oleh akal yang sehat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi firqoh adalah sebuah paham keagamaan yang dianut oleh


orang islam yang memilih kepercayaan yang berbeda tentang masalah
(pandangan) terhadap hukum islam yang kurang begitu jelas.
Tapi perlu diingat kita tidak boleh menyalakan begitu saja orang
yang tidak sepaham dengan kita, karena semua adalah benar dan yang
salah adalah orang menyalakan hal-hal tersebut.

B. Saran
Demikian dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih atas
bantuan dan sarannya. Maka dengan segala kerendahan hati, kami
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.mahasiswaunusa.com/2019/06/firqah-dalam-islam-pdf.html 

https://aswajacenterpati.wordpress.com/tag/firqah/https://agungnahdlatussubban.b
logspot.com/2016/11/firqah-dalam
islam.htmlhttp://kajialquran.blogspot.com/2015/03/firqah.html#.XGYqalUzbDcht
tps://white ingdoms.wordpress.com/2013/03/30/73-golongan-firqah-dalam-
islam/https://almanhaj.or.id/6319-sikap-ahlussunnah-diantara-firqahfirqah-
sesat.htmlhttps://imamnajibm.blogspot.com/2016/10/pengertian-dan-sebab-
munculnya-firqah.html

Anda mungkin juga menyukai