Pengertian Qadariyah secara etomologi, berasal dari
bahasa Arab, yaitu qadara yang bemakna kemampuan dan kekuatan. Adapun secara terminology atau istilah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Allah. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Aliran ini lebih menekankan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan- perbuatannya. Sedangkan nama Qadariyah diberikan kepada golongan ini oleh lawan teologinya lantaran sikap dan pendapatnya yang memandang : manusia itu bebas dan mempunyai kekuasaan (qudrah) untuk melaksanakan kehendak dan segala perbuatannya. Dalam teologi modern faham Qadariyah ini dikenal dengan nama free will, freedom of willingness atau fredom of action, yaitu kebebasan untuk berkehendak atau kebebasan untuk berbuat. Sebenarnya faham Qadariyah ini lebih pas dialamatkan kepada kelompok yang menyatakan bahwa qadar Allah telah menentukan segala tingkah laku manusia baik perilaku yang baik maupun yang jahat sekalipun. Penyebab lebih dikenalkanya penisbatan dan sebutan Qadariyah para pengingkar takdir ialah:
Tersebar luasnya madzhab asy’ariyah sehingga
menjadikan kaum qadariyah dan mu’tazilah sebagai minoritas dihadapan kaum asy’ariyah yang mayoritas.
Tuduhan adanya kesamaan antara kaum Qadariyah
dengan penganut agama majusi, sebab yang diketahui bahwa kaum majusi membatasi takdir ilahi hanya pada apa yang mereka namakan kebaikan saja, sedangkan kejahatan berada diluar takdir ilahi SEJARAH MUNCULNYA PAHAM QADARIYAH Paham qadariah itu sendiri muncul akibat pengaruh dari orang luar (orang nasrani yang masuk islam kemudian berbalik ke nasrani lagi). Muhammad ibn syu’aid yang memperoleh informasi dari Al-Auza’i mengatakan bahwa mula orang yang membawa atau memperkenalkan paham qadariah dalam kalangan islam itu sendiri adalan “SUSAN” seperti yang dijelaskan diatas, dia adalah orang nasrani yang masuk islam dengan tujuan mempengaruhi dan kemudian kembali lagi keagamanya lagi (Murtad). Dan dari orang inilah petama kalinya Ma'bad ibn Khalif al- Juhani al-Basri dan Ghailan al-Dimasyqi memperoleh paham tersebut. Dan lahirnya qadariah itu sendiri dipengaruhi oleh paham bebas yang berkembang dikalangan pemeluk agama masehi (Nestoria).