Nama
Namira Yusuf
2.
Sitti Sarah
3.
Marlina
Tugas
Buku Rujukan
Menjelaskan tentang kepemimpinan 1. ESQ (Ary Ginanjar)
2. Shirah Nabawiyah
Rasulullah SAW
3. Hidup Ala Rasulullah
- Menjelaskan tentang kepemimpinan 1. Pendidikan Agama Islam, Tarikh
Khulafaur Rasyidin
dan Kebudayaan Islam (Dr.
- Menjelaskan tentang kepemimpinan
Marzuki, M.Ag) hal. 128-134
Abu Bakar Ash Siddiq
2. Kepemimpinan Abu Bakar AshShiddiq dan nilai-nilai Pendidikan
Islam (Hermanto, 2013) hal. 20-26
3. Perkembangan Kebudayaan Islam
(Mohd. Fachruddin Fuad, 1995)
hal. 77
4. Tokoh Tokoh Besar Islam (Syeikh
Muhammad Said Musri, 2007) hal.
8
5. Islam Masa Khulafaur Rasyidin,
Hal. 1
6. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam
IIV.
7. The Early Caliphate (Khulafa- urRasyidin), (Muhammad Ali, 2007)
hal 12
- Menejelaskan tentang
1. Kecemerlangan Khalifah Umar Bin
Kepemimpinan Umar Bin Khattab
Khattab terjemahan H. Bustami A.
Gani dan Zainal Abidin Ahmad
(Abbas Mahmud Akkad)
2. Khalifah dan Kerajaan Terjemahan.
M. Al-Baqir (Al-Maududi Abul
Ala)
4.
Iskandar
5.
Herlina
ANGGOTA
MK
: NAMIRA YUSUF
: SITTI SARAH
: MARLINA
: ISKANDAR
: HERLINA
: PUBLIC HEALTH LEADERSHIP
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dengan
topikkepemimpinan rasulullah dan khulafaurrasyidin.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ii
KEPEMIMPINAN........................................................................................
A. Pengertian kepemimpinan.........................................................................
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
2
9
11
12
12
14
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Dari pimpin lahir lah kata kerja memimpin yang artinya membimbing dan
menuntun (Pramuji, 1995 dalam Makmun, 2012).
Kepemimpinan mempunyai arti yang sangat beragam bahkan dikatakan
bahwa definisi kepemimpinan sama banyak dengan orang yang berusaha
mendefinisikannya. Para peneliti biasanya mendefinisikan kepemimpinan sesuai
dengan perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik
perhatian mereka. Kepemimpinan telah didefinisikan dalam kaitannya dengan
cirri-ciri individual, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi,
hubungan peran, tempatnya pada suatu posisi administrasi, serta persepsi orang
lain mengenai keabsahan dari pengaruh (Yulk,1998 dalam Maknun, 2012).
Menurut Robins (1991) kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.
Sumber dari pengaruh dapat diperoleh secara formal yaitu dengan menduduki
suatu jabatan manajerial yang didudukinya dalam suatu organisasi.
Locke (1997) melukiskan kepemimpinan sebagai suatu proses membujuk
(inducing) orang lain menuju sasaran bersama . Definisi ini mencakup tiga hal,
pertama kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi ( Relational Concept).
Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut).
Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam definisi ini
adalah premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana
membangkitkan inspirasi dan berelasi dengan para pengikut mereka. Kedua,
kepemimpinan adalah suatu proses. Agar bias memimpin, pemimpin harus
melakukan sesuatu. Ketiga, kepemimpinan harus membujuk orang lain untuk
mengambil tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara,
seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi
teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman, restrukturisasi
organisasi, dan mengkomunikasikan visi.1
B. Karakteristik dan Tipe Kepemimpinan Nabi Muhammad saw
Allah memerintahkan pada manusia, khususnya orang-orang yang
beriman, agar taat dan patuh kepada Rasulullah saw. Ketaatan dan kepatuhan pada
1 Makmun, MA, 2012, Pengelolaan Pendidikan, bandung, pt kaukaba
beliau
sebagai
manusia
pilihan
Allah
SWT.
merupakan
perwujudan
kepemimpinan
beliau
sebagai
perwujudan
kepemimpinan
menjadi
dasar
bagi
umatnya
sampai akhir zaman. Hal ini menunjukkan bahwa peran Nabi Muhammad
saw. sebagai
2
pemimpin
umat
sangat
besar
pengaruhnya.
Perwujudan
Ibid.
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya, Juz II, (Semarang, Wicaksana, 1993), hlm. 211
hadits
diatas menerangkan
bahwa kita diperintahkan untuk taat kepada pemimpin yang harus disandarkan
pada izin Allah, ini berarti setiap ketaatan orang pada pemimpinya, rakyat pada
pemerintah dan anak pad orang tua semata-mata karena izin Allah Selanjutnya di
bawah ini akan diketengahkan usaha mencari dan menggali sesuatu yang dapat
dan harus diteladani dari kepemimpinan Nabi Muhammad saw. , yaitu:
a. Kepribadian yang Tangguh
Nabi Muhammad saw. adalah sosok yang sangat kuat baik pada masa
kecilnya, dewasanya bahkan sampai wafatnya menunjukkan sikap yang sangat
kuat teguh pendirian (istiqamah). Sejak pertamanya beliau tidak terpengaruh oleh
kondisi masyarakat di sekitar yang terkenal kebobrokan dan kejahiliahannya,
menyembah berhala dan patung. Kepribadian itulah yang menjadi dasar atau
landasan yang kokoh bagi seorang pemimpin, karena hal itu bermakna juga
sebagai seseorang yang memiliki prinsip hidup yang kokoh dan kuat.6
b. Kepribadian dan Akhlak Terpuji.
Kepribadian yang terpuji ini memiliki beberapa sifat yang terhimpun
dalam pribadi Nabi Muhammad disebut sifat wajib Rasul meliputi
shiddiq,
amanah, tabligh dan fathanah. Bertolak dari sini dapat dikatakan bahwa Rasul
(termasuk Muhammad) pasti tidak memiliki sifat-sifat sebaliknya, yang disebut
sifat-sifat mustahil sifat dimaksud yakni kizb, khiyanah, kitman dan baladah.
5
Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz III, (Beirut: darKutul Ilmiyah, 1992), hlm. 1466
Namun Rasul sebagai manusia pasti memiliki sifat jaiz, yakni sifat-sifat
kemanusiaan yang tidak menurunkan derajat atau martabat beliau sebagai utusan
Allah. Dalam sifat jaiz ini Rasul tidak dapat menghindar dari ujian dan cobaan
Allah SWT. seperti rasa sedih, sabar, dan tabah.
Sifat wajib dan sifat jaiz yang dimiliki Rasul tanpa memiliki sifat
mustahil, sangat menunjang pelaksanaan kepemimpinan yang beliau laksanakan.
Kondisi itu mengakibatkan kepemimpinan Nabi Muhammad berbeda prinsipil
dari kepemimpinan manusia biasa.7
Dalam
segala
hal,
akhlak
Nabi
Muhammad
adalah
Al-Qur'an
sebagaimana komentar yang diungkapkan oleh Nasih Ulwan yang dikutip oleh
Slamet Untung mengatakan bahwa Muhammad adalah refleksi hidup keutaman
Al-Qur'an, ilustrasi dimanis tentang petunjuk- petunjuk Al-Qur'an yang abadi.8
Dalam
rangka
menciptakan
standar
al-akhlakul
al-karimah yang
musuhnya. Pada masa penaklukan kota Makkah beliau memaafkan hampir semua
musuhnya yang telah menganiayanya dan para sahabatnya selama 13 tahun.
Bahkan sebagai kepala negara, rutinitas hariannya sangat sederhana dan
merefleksikan sikapnya yang rendah hati. Beliau memperbaiki dan menjahit
pakaiannya yang sobek dan menambal sepatunya sendiri. Beliau biasa memerah
susu kambing piaraannya dan membersihkan lantai rumahnya yang sederhana.10
Sikap ini benar- benar menunjukkan betapa sederhananya Nabi dalam
hidupnya, meskipun beliau seorang pemimpin besar. Kepemimpinan Nabi
Muhammad saw. berjalan di atas nilai- nilai Islam yang berhasil
menanamkan
wewenang.
9. Tipe kepemimpinan karismatis dan demokratis.
2. Tipe kepemimpinan Nabi Muhammad saw. dalam Pendidikan.
10
sikap
beliau
ketika
menghadapi
orang-orang
kafir
dan dalam
Nabi menjadi
eksponen dari lima pilar Islam dan dengan demikian beliau melakukan perubahan
revolusioner dalam kehidupan manusia. Kelima pilar itu yakni:
1) Deklarasi atau pernyataan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad utusan Allah.
2) Melaksanakan shalat lima waktu di masjid bagi kaum lelaki, di rumah/di
masjid bagi kaum perempuan.
11
12
sebagai seorang kepala negara, bukan sebagai seorang Nabi. Sebagai Nabi, beliau
tidak dapat digantikan kedudukannya, karena beliau adalah nabi terakhir.
Di antara orang-orang yang terpilih untuk menggantikan kedudukan Nabi
Muhammad Saw sebagai kepala negara adalah Abu Bakar Shiddiq, kemudian
disusul oleh Umar bin Khaththab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Keempat orang ini dalam sejarah Islam memperoleh sebutan atau dikenal dengan
sebutan Khulafaur Rasyidin. Kata Khulafa adalah bentuk jamak dari kata khalifah,
yang artinya pengganti. Sedang ar-Rasyidin bisa berarti para cendikiawan atau
orang-orang bijak. Dengan demikian Khulafaur Rasyidin berarti para pengganti
yang cendikia atau yang bijak.
Dalam sebutan sehari-hari para pengganti Nabi ini dipanggil dengan
sebutan khalifah, misalnya Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar, Khalifah Usman,
dan Khalifah Ali. Istilah khalifah ini, di kemudian hari dipakai juga oleh para
kepala negara pada dinasti-dinasti Islam setelah masa Khulafaur Rasyidin. Ketika
Abu Bakar terpilih sebagai orang pertama yang menggantikan posisi Nabi sebagai
kepala negara, ia secara resmi mendapat gelar Khalifatu Rasulillah atau pengganti
Rasul. Sejak waktu itulah lahir sebutan khalifah, sebutan yang dipakai untuk
seorang kepala negara dalam sejarah Islam.
Dalam sejarah Islam, sebutan Khulafaur Rasyidin semula hanya dipakai
untuk empat orang khalifah di atas. Akan tetapi dalam perkembangan yang
kemudian, para ahli sejarah menambahkan satu nama lagi sebagai bagian dari
Khulafaur Rasyidin. Khalifah kelima yang dimasukkan ke dalam Khulafaur
Rasyidin adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah dari dinasti Bani
Umayyah.
Ia
dimasukkan
ke
dalam
kategori
ini
disebabkan
karena
kesalehannya.13
1. Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
Dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
memiliki
sekurang-kurangnya
(empat)
sifat
dalam
menjalankan
Bakar dilahirkan di Makkah dua tahun sesudah tahun Gajah, kira-kira tahun 573
M. Ia dikenal sebagai orang yang berperilaku terpuji dan pandai menjaga
kehormatan diri. Ia tidak pernah minum arak (minuman keras) yang sangat
membudaya pada jaman Jahiliyah. Abu Bakar merupakan orang yang terpandang
di kalangan penduduk Makkah dan sekaligus seorang saudagar kaya. Ia
merupakan orang pertama yang masuk Islam dari kalangan kaum laki-laki.15
Bentuk pemerintahan yang dijalankan Abu Bakar setelah pengangkatannya
sebagai khalifah mengikuti model pemerintahan yang telah dilaksanakan pada
masa Nabi. Sebagaimana pada masa Nabi, pemerintahannya bersifat sentral.
Pemerintahan pada waktu itu belum mengenal pembagian dan pemisahan
kekuasaan seperti yang kita kenal sekarang. Pemegang kekuasaan, baik kekuasaan
legistatif, eksekutif, maupun yudikatif, terpusat di tangan khalifah. Meskipun
kekuasaan terpusat di tangan khalifah, tidak berarti khalifah Abu Bakar bersikap
otoriter. Abu Bakar selalu memusyawarahkan persoalan kenegaraan bersama para
sahabatnya.
Meskipun pada masa Abu Bakar peperangan di dalam dan di luar negeri
masih berlangsung, pemerintahannya tetap berpegang pada musyawarah. Ia tidak
melaksanakan suatu pekerjaan sebelum mengadakan musyawarah. Dalam
memutuskan suatu perkara, Abu Bakar tidak pernah membeda-bedakan satu
golongan dengan golongan yang lain. Pemerintah Abu Bakar telah merintis
kesatuan politik negeri Arab, di samping kesatuan yang bersifat keagamaan. Hal
ini terlihat ketika Abu Bakar memberikaan maaf kepada pemimpin-pemimpin
pemberontak di Yaman, seperti Qurrah bin Hubairah, Amr bin Madi dan Asyas
bin Qais serta pemuka Arab lainnya yang bermaksud melepaskan diri dari
Madinah.
Pada masa kepemimpinan abu bakar ini pemerintah islam banyak
mengalami ujian dan cobaan baik internal maupun eksternal yang dapat
mengancam berlangsungnya kelestarian agama islam.
Kekusaan yang dijalankan pada masa khlaifh abu bakar, sebagaimana pada
masa nabi Muhammad SAW, bersifat sentral; kekuasaan legislative, eksekutif, dan
yudikatif terpusat dalam tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan,
khalifah juga menjalankan hukum yang telah, ditetapkan alquran dan assunnah.
Dan abu bakar selalu mengajak para sahabat besarnya untuk bermusyawarah. Abu
bakar selalu menyediakan kesempatan bagi kaum muslim untuk berunding dan
menentukan pilihan, inilah peradaban politik dan pemerintahan beliau ia adlah
orng yang demokratis, dengan tetap berpedoman pada al quran.
E. STRATEGI KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH SIDDIQ
1.
SAW.
2.
Memecahkan masalah internal yang terdapat di dalam kubu umat Islam pada
masa itu.
4.
kaum
Muslimin.
Umar
juga
membangun
kota-kota
untuk
di atas semua aturan. Kebenaran apa itu? Tentu kebenaran Islam, bukan kebenaran
kebebasan yang disandarkan pada logika liberalisme.
Keempat, Siap mendengar kritik
Suatu hari Umar terlibat percakapan dengan salah seorang rakatnya, orang itu
bersikeras dengan pendapatnya dan berkata kepada Amirul Mukminin, Takutlah
engkau kepada Allah. Dan, orang itu mengatakan hal itu berulang kali.
Lalu, salah seorang sahabat Umar membentak laki-laki itu dengan berkata,
Celakalah engkau, engkau terlalu banyak bicara dengan Amirul Mukminin!
Menyaksikan hal itu, Umar justru berkata, Biarlah dia, tidak ada kebaikan dalam
diri kalian jika kalian tidak mengatakannya, dan kita tidak ada kebaikan dalam diri
kita jika tidak mendengarnya.
Kelima, Terjun langsung mengatasi masalah rakyatnya
Sangat masyhur (populer) di kalangan umat Islam bahwa Umar adalah sosok
pemimpin yang benar-benar merakyat. Tengah malam, saat orang terlelap, ia
justru patroli, mengecek kondisi rakyatnya. Jangan-jangan ada yang tidak bisa
tidur karena lapar, begitu mungkin pikirnya.
Begitu ia menemukan seorang ibu yang anak-anaknya menangis karena lapar,
sedangkan tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak dan disuguhkan, dengan
segenap daya Umar pergi ke Baitul Maal dan memikul sendiri sekarung gandum
untuk kebutuhan makan keluarga tersebut.Seperti itulah, setidaknya setiap
pemimpin Muslim di negeri ini. Bekerja atas dasar iman, sehingga tidak ada yang
didahulukan selain iman, takwa dan kesejahteraan rakyatnya. Ia blusukan malam
hari, bukan siang hari apalagi hanya sekedar dilihat orang.
Jika lima hal di atas mewujud dalam diri pemimpin hari ini dan semoga di
masa mendatang, tentu bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju, adil,
makmur, cerdas dan mandiri serta bebas dari intervensi pihak manapun juga.17
G. TELADAN KEPEMIMPINAN USMAN BIN AFFAN
Kepemimpinan bukanlah suatu perkara yang ringan sebagaimana
anggapan sementara sebahagian orang. Bahkan kepemimpinan merupakan suatu
tanggungjawab besar yang hanya bisa dibawa oleh orang-orang tangguh yang
sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri sebelum datangnya hari di mana ia
ditunjuk sebagai pemimpin umat. Tampuk kepemimpinan juga tidak bisa
diberikan pada sembarang orang dan tidak pula bisa diwariskan turun temurun
kecuali jika keriteria yang menerima sudah dipandang cukup dan matang. Pada
umumnya, orang yang diberi kursi kepemimpinan sebuah negeri tidak lain
merupakan orang yang paling hebat dan mulia di zamannya sehingga secara
umum tidak ada yang lebih berhak menerima tanggungjawab besar ini kecuali
dirinya. Demikian ini merupakan corak kepemimpinan Khulafa Rasyidin. Namun
nampaknya hal semacam ini jarang terjadi di masa sekarang.
Utsman bin Affan radhiallahuanhu merupakan salah satu dari empat
khulafa rasyidin tersebut. Berbagai sifat terpuji membuat semua orang tidak ragu
memberikannya tampuk kepemimpinan setelah sepeninggalan khalifah kedua,
Umar bin Al-Khattab radhiallahuanhu.
Utsman merupakan satu dari sekian banyak lulusan terbaik dari
madrasah Muhammad Shallallahualaihi Wasallam. Darinya lah kepribadian
Utsman yang tangguh itu terbentuk. Berbagai keilmuan beliau serap dari sang
nabi terakhir itu. Sebuah berkah dari kebersamaannya bersama Nabi Muhammad
Shallallahualaihi Wasallam, baik ketika masih di Madinah maupun ketika sudah
berhijrah ke Makkah.
Dalam masa kepemimpinannya, Utsman menjadikan Al-Quran dan
Sunnah Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam sebagai pijakan kemudian apa
saja yang telah digariskan dan diwariskan oleh dua khalifah pendahulunya, Abu
17 M.Al-Baqir, Khalifah dan kerajaan Al-maidh Abdul Ala
Bakar dan Umar. Ini pulalah yang telah diisyaratkan oleh Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam sebagaimana yang diketengahkan At-Tirmidzi dan
dinilai shahih oleh Al-Albani, Ikutilah dua orang sepeninggalanku, seraya
menunjuk Abu Bakar dan Umar.
Metode kepemimpinan Utsman ini juga sudah beliau sampaikan di awal
khutbah kepemimpinannya. Yaitu dengan menjadikan Al-Quran dan Sunnah
sebagai pedoman kemudian petunjuk dua khalifah yang mendahuluinya.
Kenyataan ini tentu mengingatkan kita pada sebuah kaidah kepemimpinan yang
masyhur, yaitu sebuah ungkapan, Mulailah dengan apa yang sudah dilakukan
orang-orang terdahulu. Jangan memulai dari apa yang telah dimulai orangorang terdahulu. Maksudnya ketika memimpin atau aktifitas lainnya hendaknya
dilakukan dengan meneruskan apa yang sudah dilakukan orang-orang terdahulu,
bukan malah memulai sebagaimana orang-orang terdahulu memulai.
H. PEMERINTAHAN KHULAFAUR RASYIDIN PADA MASA ALI BIN
ABI THALIB
Sepeninggal nabi Muhammad, pemerintahan dipegang oleh keempat
sahabat terdekat beliau yang terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin.
Kepemimpinan Abu Bakar berakhir dengan kejayaan yang diraih umat Islam.
Beliau meninggal dan digantikan oleh Umar bin Khatab. Islam semakin kuat
dengan pemeluknya yang semakin banyak dan daerah kekuasaan yang luas. Tidak
begitu lama memimpin, Umar meninggal dan kemudian digantikan oleh Usman
bin Affan. Setelah melewati masa-masa gemilang, khalifah Usman menghadapi
berbagai pemberontakan dan pembangkangan di dalam negri yang dilakukan oleh
orang-orang
yang
kecewa
dengan
tabiat
Khalifah.
Pada
akhir
masa
Tidak ada hukum kecuali hukum Allah. Tidak boleh menggantikan hukum Allah
dengan hukum manusia. Demi Allah! Allah telah menghukum penzalim dengan
jalan diperangi sehingga kembali ke jalan Allah.Ungkapan mereka: Tiada ada
hukum kecuali hukum Allah, dikomentari oleh Ali: Ungkapan benar, tetapi
disalahpahami. Pada akhirnya Ali ra. memerangi khawarij tsb., dan berhasil
menghancurkan mereka di Nahrawan, di mana hampir seluruh dari orang
Khawarij tsb berhasil dibunuh, sedangkan yang terbunuh di pihak Ali ra. hanya 9
orang saja.
2. Upaya Pengembangan dalam Bidang Pemerintahan
Situasi ummat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Ali Ibnu Abi
Thalib sudah sangat jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Ummat Islam
pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar Ibnu Khattab masih bersatu,
mereka memiliki banyak tugas yang harus diselesaikannya, seperti tugas
melakukan perluasan wilayah Islam dan sebagainya. Selain itu, kehidupan
masyarakat Islam masih sangat sederhana karena belum banyak terpengaruh oleh
kemewahan duniawi, kekayaan dan kedudukan
Namun pada masa pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan keadaan
mulai berubah. Perjuangan pun sudah mulai terpengaruh oleh hal-hal yang
bersifat duniawi. Oleh karena itu, beban yang harus dipikul oleh penguasa
berikutnya semakin berat. Usaha-usaha Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib dalam
mengatasi persoalan tersebut tetap dilakukannya, meskipun ia mendapat tantangan
yang sangat luar biasa. Semua itu bertujuan agar masyarakat merasa aman,
tentram dan sejahtera. Usaha-usaha yang dilakukannya diantaranya :
a. Mengganti Para Gubernur yang diangkat Khalifah Usman Ibnu Affan
Semua gubernur yang diangkat oleh Khalifah Usman Ibnu Affan terpaksa
diganti, karena banyak masyarakat yang tidak senang. Menurut pengamatan
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, para gubernur inilah yang menyebabkan
timbulnya berbagai gerakan pemberontakan terhadap pemerintahan Khalifah
Usman Ibnu Affan. Mereka melakukan itu karena Khalifah Usman pada
para mantan gubernur yang dicopot oleh Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib.
Kemudian terjadi perang Jamal, perang Shiffin dan sebagainya.
Semua tindakan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib semata bertujuan untuk
membersihkan
praktek
Kolusi,
korupsi
dan
Nepotisme
didalam
pertahanan pada masa pemerintahan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib. Usaha
Khalifah terus mendapat tantangan dan selalu dikalahkan oleh kelompok orang
yang tidak senang terhadap kepemimpinannya.
Karena peristiwa "Tahkim" itu, timbullah tiga golongan dikalangan umat
Islam, yaitu Kelompok Khawarij, Kelompok Murjiah dan Kelompok Syi'ah
(pengikut Ali). Ketiga kelompok itu yang pada masa berikutnya merupakan
golongan yang sangat kuat dan yang mewarnai perkembangan pemikiran dalam
Islam.
4. Perkembangan di Bidang Ilmu Bahasa
Pada masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, wilayah kekuasaan Islam telah
sampai Sungai Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah, bahkan sampai ke Indus. Akibat
luasnya wilayah kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan berasal
dari kalangan Arab, banyak ditemukan kesalahan dalam membaca teks Al-Qur'an
atau Hadits sebagai sumber hukum Islam.
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib menganggap bahwa kesalahan itu sangat
fatal, terutama bagi orang-orang yang akan mempelajari ajaran islam dari sumber
aslinya yang berbahasa Arab. Kemudian Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib
memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Duali untuk mengarang pokok-pokok Ilmu
Nahwu ( Qawaid Nahwiyah ).
Dengan adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam
mempelajari bahasa Al-Qur'an, maka orang-orang yang bukan berasal dari
masyarakat Arab akan mendaptkan kemudahan dalam membaca dan memahami
sumber ajaran Islam.
5. Perkembangan di Bidang Pembangunan
Pada masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, terdapat usaha positif yang
dilaksanakannya, terutama dalam masalah tata kota. Salah satu kota yang
dibangun adalah kota Kuffah. Semula pembangunan kota Kuffah ini bertujuao
politis untuk dijadikan sebagai basis pertahanan kekuatan Khalifah Ali Ibnu Abi
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinn muncul bersama-sama adanya peradaban manusia yaitu
sejak nabi-nabi dan nenek moyang manusia. Sejak itulh terjadi kerja sama antar
manusia. Dan adanya unsure kepemimpinan. 18
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain.
Keberhasilan seorang pemimpin tergantung kepada kemampuannya untuk
mempengaruhinya. Dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orangorang tersebut agar dengan penuh pengertin, kesadaran, dan senang hati bersedia
mengikuti kehendak kehendak pemimpinnya.19
Kepemimpinan dalam islam didasari oleh kepercayaan, serta menekankan
kepada ketulusan, integritas dan kepedulian. Kepemimpinan dalam islam berakar
pada kepercayaan dan kesediaan untuk berserah diri kepada Allah yang Maha
Pencipta. Semua kembali kepada menjalankan kehendak tuhan. Kepemimpinan
islam sudah menjadi fitrah setiap manusia yang sekaligus memotivasi
kepemimpinan yang islami. Manusia diamanati Allah untuk menjadi khalifah
Allah (wakil Allah) di muka bumi, yang bertugas merealisasikan misis sucinya
sebagai khalifah fil ardi menempati posisi sentral dalam kepemimpinan Islam.
Logislah bila konsep amanah kekhalifahan yang diberikan kepada manusia
18 Kartini Kartono, 2001, pemimpin dan kepemimpinan, Jakarta :PT.
Raja Grafindo Gersada. Hal 8
19 Panji Anoraga, 2001, psikologi kepemimpinan, Jakarta PT. Rineka
Cipta, cetakan 3 hal 2
Tujuan
Ingin mengetahui tentang kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
Ingin mengetahui pengertian Kepemimpinan Khulafaurrasyidin
Ingin mengetahui kepemimpinan Abu Bakar
Ingin mengetahui Strategi kepemimpinan Abu bakar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEPEMIMPINAN KHULAFAURRASYIDIN
1. Pengertian Khulafaur Rasyidin
Nabi Muhammad Saw meninggal pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11
Hijrah, bertepatan dengan 9 Juni 632 M. Beliau meninggal setelah sebelumnya
menderita sakit. Setelah beliau meninggal, umat Islam kemudian mengharuskan
untuk mencari orang yang akan menggantikan kedudukannya sebagai kepala
negara. Kedudukan yang digantikan adalah dalam posisi Nabi Muhammad
sebagai seorang kepala negara, bukan sebagai seorang Nabi. Sebagai Nabi, beliau
tidak dapat digantikan kedudukannya, karena beliau adalah nabi terakhir.
Di antara orang-orang yang terpilih untuk menggantikan kedudukan Nabi
Muhammad Saw sebagai kepala negara adalah Abu Bakar Shiddiq, kemudian
disusul oleh Umar bin Khaththab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Keempat orang ini dalam sejarah Islam memperoleh sebutan atau dikenal dengan
sebutan Khulafaur Rasyidin. Kata Khulafa adalah bentuk jamak dari kata khalifah,
yang artinya pengganti. Sedang ar-Rasyidin bisa berarti para cendikiawan atau
orang-orang bijak. Dengan demikian Khulafaur Rasyidin berarti para pengganti
yang cendikia atau yang bijak.
Dalam sebutan sehari-hari para pengganti Nabi ini dipanggil dengan
sebutan khalifah, misalnya Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar, Khalifah Usman,
dan Khalifah Ali. Istilah khalifah ini, di kemudian hari dipakai juga oleh para
kepala negara pada dinasti-dinasti Islam setelah masa Khulafaur Rasyidin. Ketika
Abu Bakar terpilih sebagai orang pertama yang menggantikan posisi Nabi sebagai
kepala negara, ia secara resmi mendapat gelar Khalifatu Rasulillah atau pengganti
Rasul. Sejak waktu itulah lahir sebutan khalifah, sebutan yang dipakai untuk
seorang kepala negara dalam sejarah Islam.
Dalam sejarah Islam, sebutan Khulafaur Rasyidin semula hanya dipakai
untuk empat orang khalifah di atas. Akan tetapi dalam perkembangan yang
kemudian, para ahli sejarah menambahkan satu nama lagi sebagai bagian dari
Khulafaur Rasyidin. Khalifah kelima yang dimasukkan ke dalam Khulafaur
Rasyidin adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah dari dinasti Bani
Umayyah.
Ia
dimasukkan
ke
dalam
kategori
ini
disebabkan
karena
kesalehannya.23
2. Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
Dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
memiliki
sekurang-kurangnya
(empat)
sifat
dalam
menjalankan
karakter yang tepat. Ketegasan Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam membela
kebenaran mirip dengan Khalifah Umar bin Khattab.24
2. KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
Nama lengkap Abu Bakar Shiddiq adalah Abdullah bin Usman bin Amir
bin Amr bin Kab bin Saad bin Taim bin Murrah at-Taimi. Nama yang dikenal
pada masa Jahiliyah adalah Abdul Kabah, dan setelah masuk Islam oleh
Rasulullah dipanggil Abdullah. Mengenai Nama Abu Bakar disebutkan bahwa ia
mendapat julukan ini karena merupakan orang yang paling awal (pagi-pagi)
masuk Islam. Kata bakr dalam bahasa Arab berarti pagi-pagi atau awal. Abu
Bakar dilahirkan di Makkah dua tahun sesudah tahun Gajah, kira-kira tahun 573
M. Ia dikenal sebagai orang yang berperilaku terpuji dan pandai menjaga
kehormatan diri. Ia tidak pernah minum arak (minuman keras) yang sangat
membudaya pada jaman Jahiliyah. Abu Bakar merupakan orang yang terpandang
di kalangan penduduk Makkah dan sekaligus seorang saudagar kaya. Ia
merupakan orang pertama yang masuk Islam dari kalangan kaum laki-laki.25
Bentuk pemerintahan yang dijalankan Abu Bakar setelah pengangkatannya
sebagai khalifah mengikuti model pemerintahan yang telah dilaksanakan pada
masa Nabi. Sebagaimana pada masa Nabi, pemerintahannya bersifat sentral.
Pemerintahan pada waktu itu belum mengenal pembagian dan pemisahan
kekuasaan seperti yang kita kenal sekarang. Pemegang kekuasaan, baik kekuasaan
legistatif, eksekutif, maupun yudikatif, terpusat di tangan khalifah. Meskipun
kekuasaan terpusat di tangan khalifah, tidak berarti khalifah Abu Bakar bersikap
otoriter. Abu Bakar selalu memusyawarahkan persoalan kenegaraan bersama para
sahabatnya.
Meskipun pada masa Abu Bakar peperangan di dalam dan di luar negeri
masih berlangsung, pemerintahannya tetap berpegang pada musyawarah. Ia tidak
melaksanakan suatu pekerjaan sebelum mengadakan musyawarah. Dalam
memutuskan suatu perkara, Abu Bakar tidak pernah membeda-bedakan satu
24 Darsono. T.Ibrahim. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam/ VII
25 Dr. marzuki, M. Ag, Pendidikan agama islam, tarikh dan kebudayaan
islam, hal 132
golongan dengan golongan yang lain. Pemerintah Abu Bakar telah merintis
kesatuan politik negeri Arab, di samping kesatuan yang bersifat keagamaan. Hal
ini terlihat ketika Abu Bakar memberikaan maaf kepada pemimpin-pemimpin
pemberontak di Yaman, seperti Qurrah bin Hubairah, Amr bin Madi dan Asyas
bin Qais serta pemuka Arab lainnya yang bermaksud melepaskan diri dari
Madinah.
Pada masa kepemimpinan abu bakar ini pemerintah islam banyak
mengalami ujian dan cobaan baik internal maupun eksternal yang dapat
mengancam berlangsungnya kelestarian agama islam.
Kekusaan yang dijalankan pada masa khlaifh abu bakar, sebagaimana pada
masa nabi Muhammad SAW, bersifat sentral; kekuasaan legislative, eksekutif, dan
yudikatif terpusat dalam tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan,
khalifah juga menjalankan hukum yang telah, ditetapkan alquran dan assunnah.
Dan abu bakar selalu mengajak para sahabat besarnya untuk bermusyawarah. Abu
bakar selalu menyediakan kesempatan bagi kaum muslim untuk berunding dan
menentukan pilihan, inilah peradaban politik dan pemerintahan beliau ia adlah
orng yang demokratis, dengan tetap berpedoman pada al quran.
3. STRATEGI KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH SIDDIQ
1.
SAW.
2.
Memecahkan masalah internal yang terdapat di dalam kubu umat Islam pada
masa itu.
4.
gerakan yang menyalahi aqidah tanpa member sedikitpun ruang untuk mereka
bergerak, Abu Bakar lebih mengutamakan pembangunan aqidah para umat ketika
itu sebelum beliau mulai membangun ketahap selanjutnya. 26
BAB III
KESIMPULAN
Dalam sejarah Islam, sebutan Khulafaur Rasyidin semula hanya dipakai
untuk empat orang khalifah di atas. Akan tetapi dalam perkembangan yang
kemudian, para ahli sejarah menambahkan satu nama lagi sebagai bagian dari
Khulafaur Rasyidin. Khalifah kelima yang dimasukkan ke dalam Khulafaur
Rasyidin adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah dari dinasti Bani
Umayyah. Ia dimasukkan ke dalam kategori ini disebabkan karena kesalehannya.
Kekusaan yang dijalankan pada masa khlaifh abu bakar, sebagaimana pada
masa nabi Muhammad SAW, bersifat sentral; kekuasaan legislative, eksekutif, dan
yudikatif terpusat dalam tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan,
khalifah juga menjalankan hukum yang telah, ditetapkan alquran dan assunnah.
26 http://imbogunhal.blogspot.com/2014/02/proses-pengangkatan-empat-4-khulafaur.html
Dan abu bakar selalu mengajak para sahabat besarnya untuk bermusyawarah. Abu
bakar selalu menyediakan kesempatan bagi kaum muslim untuk berunding dan
menentukan pilihan, inilah peradaban politik dan pemerintahan beliau ia adlah
orng yang demokratis, dengan tetap berpedoman pada al quran.
DAFTAR PUSTAKA
Kartini Kartono, 2001, pemimpin dan kepemimpinan, Jakarta :PT. Raja Grafindo
Gersada. Hal 8
Panji Anoraga, 2001, psikologi kepemimpinan, Jakarta PT. Rineka Cipta, cetakan
3 hal 2
Fuad Nashori, 2009, Psikologi Kepemimpinan, Yogyakarta, Pustaka Fahima, hal
3
Badri Yatim, 2007, Sejarah kebudayaan Islam, Jakarta, UIN Jakarta Press, hal 33
Didin saifuddin, 2007, sejarah peradaban Islam, Jakarta press, hal 33
Dr. marzuki, M. Ag, Pendidikan agama islam, tarikh dan kebudayaan islam, hal
128-134
Darsono. T.Ibrahim. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam/ VII
Dr. marzuki, M. Ag, Pendidikan agama islam, tarikh dan kebudayaan is
1.Sejarah
Nama lengkapnya Umar Bin Khattab adalah Umar bin Khattab bin Nufal
bin Abd Uzza bin Rabaah bin Abdillah bin Qurth bin Huzail bin Ady bin Kaab
bin Luway bin Fihr bin Malik. Beliau lahir pada tahun 513 M. Umur beliau adalah
63 tahun dan beberapa bulan. Salah satu gelar pujian beliau adalah al-Faruq
(elang) yang diberikan oleh Rasulullah saw.
Selama menjabat khalifah (10 tahun enam bulan), Umar bin Khattab
banyak melakukan ijtihad atau terobosan serta langkah konkret tidak lain adalah
untuk dan demi memajukan, menyejahterakan rakyatnya, menegakkan keadilan,
penegakan hukum, pendidikan, ekonomi, politik, serta peningkatan kualitas
keimanan dan ketakwaan rakyatnya.27
27 Ali mufrodi,Islam di Kawasan,Jakarta Bulan bintang,1999
Maka wilayah kekuasaan Umar bin Khattab pada saat itu meliputi: benua Afrika
hingga Alexandria, Utara hingga Yaman dan Hadramaut, Timur hingga Kerman
dan Khurasan, Selatan hingga Tabristan dan Haran.
Selain itu pada masa Umar bin Khattab r.a juga tercatat ijtihad-ijtihad
baru. Beberapa sebab-sebab munculnya ijtihad baru di masa awal Islam
berkataitan dengan Alquran maupun sunnah.
Di dalam Alquran pada saat itu sudah mulai ditemukan kata-kata yang
musytarak, makna lugas dan kiasan, adanya pertentangan nash, juga makna
tekstual dan makna kontekstual. Sedangkan tentang sunnah itu sendiri, karena
ternyata para sahabat tidak mempunyai pengetahuan yang merata tentang sunnah
nabi, karena kehati-hatian para sahabat untuk menerima suatu riwayat, terjadinya
perbedaan nilai hadist, dan adanya sunnah yang bersifat kondisional.
Selain beberapa alasan diatas, tentu saja faktor lainnya ikut mewarnai
beberpa kemunculan ijtihad pada masa Umar bin Khattab, seperti faktor militer,
yakni dengan meluasnya wilayah kekuasaan Islam, faktor sosial yang semakin
heterogennya rakyat negara Islam, dan faktor ekonomi.
Contoh ijtihad Umar pada kasus tentang pemotongan tangan bagi pencuri.
Pada beberapa kasus ternyata Umar bin Khattab tidak melaksanakan hukuman ini,
terutama pada masa musim kemarau yang berkepanjangan pada tahun 18 H,
dimana mereka hampir kehabisan bekal makanan. Selain itu dalam beberapa kisah
dikatakan bahwa dua orang budak telah terbukti mencuri unta, akan tetapi Umar
bin Khattab r.a tidak menjatuhinya hukum potong tangan karena alasan bahwa
mereka mencuri karena kelaparan, sebagai gantinya beliau membebankan ganti
harga dua kali lipat dengan barang yang mereka curi.
Sebagai Umat Islam, pastilah kita mengenal sosoknya. Sosok yang begitu
amat dikagumi kala itu, salah satu Amirul Muminin Umar bin Khattab.
Walaupun kita tidak mengenal sosok beliau secara pribadi tetapi melalui membaca
sejarah, kita dapat mengetahui bagaimana beliau bisa menjadi seorang Amirul
Muminin yang begitu dicintai oleh rakyatnya.
Saat ini, kita hanya dapat mengenal sosok beliau melalui sejarah saja. Andai kita
dapat ikut merasakan bagaimana rasanya kepemimpinan beliau, mungkin kita
sebagai Umat Islam akan merasa bersedih. Karena hingga saat ini Indonesia
belum
mampu
mempunyai
seorang
sosok
Pemimpin
Pro
Rakyat.
Pemimpin Indonesia, masih sering memikirkan dirinya sendiri tak peduli dengan
rakyatnya. Jauh berbeda dengan sosok Amirul Muminin Umar bin Khattab.
Sebagai pengganti khalifah Abu Bakar, mestinya khalifah Umar mendapat gaji
lebih banyak dari Abu Bakar, sebab wilayah kekhalifahan islam semakin luas,
sehingga semakin banyak pula tugas dan kewajiban khalifah Umar, rakyatpun
semakin makmur. Tetapi ia meminta penerimaan gajinya sama dengan khalifah
Abu Bakar pendahulunya.
Para sahabat merasa iba dan prihatin atas sikap dan kesederhanaan khalifah Umar
itu. Beberapa kali mereka mengusulkan agar khalifah umar mau menerima gaji yg
sesuai dengan tanggung jawabnya, namun usulan itu selalu di tolaknya.
Kenapa kalian memaksaku untuk menerima gaji yg melebihi dari kebutuhanku?
kata khalifah Umar. Ketahuilah meskipun Rasulullah diampunkan dosanya yg
telah lewat dan yg akan datang, namun beliau tetap memilih hidup melarat, tetapi
tetap bersemangat dalam beribadah, apalagi aku?. Itulah khalifah Umar bin
Khattab yg terkenal dengan kezuhudanya. Meski dia sebagai kepala negara atau
amirul mukminin, dia tak tergiur oleh gemerlapnya harta benda. Jangankan untuk
korupsi, mengambil yg menjadi haknya sendiri saja ia enggan melakukannya.
Itulah sosok Umar bin Khattab yang tidak mau menerima gaji yang besar
walaupun tanggung jawab yang beliau emban cukuplah besar. Berbeda sekali
dengan para pemimpin kita saat ini, inginnya gaji besar tetapi tanggung jawab
yang diemban cukup kecil.
Selain itu Umar bin Khattab adalah sosok seorang pemimpin yang tidak pernah
mau melihat anaknya hidup berfoya-foya walaupun ayahnya adalah seorang
pemimpin. Suatu hari Umar bin Khattab r.a mendengar bahwa salah seorang
anaknya membeli cincin bermata seharga seribu dirham. ia segera menulis surat
Inilah cerita tentang ibu yang memasak batu untuk menipu anak anaknya yang
sedang kelaparan. Suatu malam Umar bersama Aslam salah seorang ajudannya
menyamar untuk melakukan inspeksi keluar masuk kampung untuk melihat
kondisi rakyatnya. Di salah satu sudut kampung terdengarlah rintihan pilu anak
anak yang sedang menangis, dan di sana Umar menemukan seorang ibu yang
sedang memasak sesuatu di tungkunya. Wahai ibu anak anak mu kah yang
sedang
menangis
itu?
Apa
yang
terjadi
dengan
mereka?
Mereka adalah anak anakku yang sedang menangis karena kelaparan jawab
sang Ibu sambil meneruskan pekerjaannya memasak.
Setelah memperhatikan sekian lama, Umar dan Aslam keheranan karena masakan
sang ibu tidak juga kunjung siap sementara tangisan anak anaknya semakin
memilukan. Wahai Ibu, apa yang engkau masak? Mengapa tidak juga kunjung
siap untuk anak anakmu yang kelaparan? . Engkau lihatlah sendiri dan
alangkah terkejutnya Umar ketika melihat bahwa yang sedang di masak sang ibu
adalah setumpuk batu. Engkau memasak batu untuk anak anakmu?!!?? Inilah
kejahatan pemerintahan Umar Bin Khattab . rupanya sang ibu tidak
mengenali siapa yang sedang berdiri di hadapannya, wahai orang asing, aku
adalah seorang janda, suamiku syahid di dalam perang membela agama dan
negara ini, tapi lihatlah apa yang telah dilakukan Umar, dia samasekali tidak
peduli dengan kami, dia telah melupakan kami yang telah kehilangan kepala
rumah tangga pencari nafkah. Hari ini kami tidak memiliki makanan sedikitpun,
aku telah meminta anak anakku untuk berpuasa, dengan harapan saat berbuka aku
bisa mendapatkan uang untuk membeli makanan tapi rupanya aku telah gagal
mendapatkan uang .. memasak batu aku lakukan untuk mengalihkan perhatian
anak
anakku
agar
melupakan
laparnya.
. sungguh Umar Bin Khattab tidaklah layak menjadi seorang pemimpin, dia
hanya memikirkan dirinya sendiri29
Aslam sang ajudan hendak bergerak untuk menegur sang sang Ibu, hendak
memperingatkan dengan siapa dia sedang berbicara saat ini. Tapi Umar segera
melarangnya dan serta merta mengajaknya untuk pulang. Bukannya langsung
beristirahat, Umar segera mengambil satu karung gandum dan dipikulnya sendiri
untuk diberikan kepada sang Ibu. Beratnya beban karung gandum membuat Umar
berjalan terseok seok, nafasnya tersengah engah dan keringat mengalir deras di
wajahnya. Aslam yang melihat ini segera berkata Wahai Amirul Mukminin,
biarlah saya saja yang membawa karung gandum itu . Umar memandang
Aslam sang ajudan Wahai Aslam! Apakah engkau ingin menjerumuskan aku
ke neraka? Hari ini mungkin saja engkau mau menggantikan aku memikul beban
karung ini, tapi apakah engkau mau menggantikan aku untuk memikulnya di hari
pembalasan kelak? Tak ada pemimpin jaman sekarang yang mau melakukan apa
yang telah dilakukan oleh Umar? Jangankan menggendong sekarung gandum,
buku agenda atau kertas catatan yang ringan saja pun akan meminta sang ajudan
untuk membawakannya.
Apakah masih ada pemimpin seperti Umar yang merelakan tidur nyenyaknya
hilang karena berusaha untuk melihat, mencari tahu dan berhadapan secara
langsung dengan penderitaan rakyatnya? Dan bukannya hanya sekedar mendengar
dari bisik bisik manis sang ajudan dan orang orang terdekat, atau sekedar
laporan ABS (Asal Bapak Senang).
Umar bin Khattab merupakan seorang sosok yang sangat sederhana. Hal itu dapat
dilihat ketika beliau kedatanggan beberapa utusan dari Kekaisaran Romawi ke
kota Madinah untuk menemui Khalifah Umar bin Khattab RA. Dalam benak
mereka terbayanglah sosok Khalifah Umar bin Khattab RA yang akan mereka
temui adalah seorang raja yang sedang duduk di atas singgasananya dalam sebuah
istana yang megah dan mewah serta dikelilingi oleh para pengawal dan pasukan
yang banyak. Karena mereka tidak mengetahui di mana istana Khalifah Umar,
maka mereka bertanya kepada salah seorang yang mereka temui di jalan dan
memintanya untuk menuntun mereka untuk menemui Khalifah Umar. Lalu
sampailah mereka di suatu tempat yang terdapat sebuah pohon kurma, lalu sang
penunjuk jalan berkata : Inilah Khalifah Umar pemimpin kami yang anda ingin
temui. Terperanjatlah para utusan itu karena yang mereka lihat adalah seseorang
yang sedang tidur sendirian di bawah pohon kurma, hanya mengenakan pakaian
yang sangat sederhana tanpa seorangpun pengawal di sampingnya.
Coba lihat sekarang, Istana negara yang berencana mau mengganti pagar
Istananya dengan dana yang mencapai milyaran rupiah, walaupun mendapat
kritikan dari berbagai pihak. pemimpin kita juga memberikan berbagai alasannya
juga.
Sangat menyedihkan memang, entah kapan Indonesia akan memiliki pemimpin
yang pro pada rakyatnya. Tidak harus mirip atau menyerupai tetapi setidaknya
adalah sedikit saja kemiripan seperti yang Umar bin Khattab miliki. Semoga suatu
saat akan muncul seorang pemimpin Indonesia yang pro dengan rakyatnya. Amiin
2. Lima Gaya Umar Bin Khattab dalam Memimpin
Pertama, Musyawarah
Dalam bermusyawarah, Umar Radhiyallahu Anhu tidak pernah memposisikan
dirinya sebagai penguasa. Ia meletakkan dirinya sebagai manusia yang sama
kedudukannya dengan anggota musywarah lain.
Ketika ia meminta pendapat mengenai satu urusan, ia tidak pernah menunjukkan
bahwa ia adalah pemegang kekuasaan, bahkan Umar selalu menanamkan perasan
bahwa mereka adalah guru yang akan menunjukkannya ke jalan kebaikan,
menyelamatkannya dari kesengsaraan hisab di akhirat, karena mereka
membantunya dengan pendapat-pendapat mereka untuk memperjelas kebenaran.
Kedua, APBN untuk Rakyat
Semua kekayaan negara dipergunakan untuk melayani rakyat. Kala itu, sesuai
kebutuhan zaman, Umar mendirikan tembok-tembok dan benteng untuk
melindungi
kaum
Muslimin.
Umar
juga
membangun
kota-kota
untuk
kebutuhan
makan
keluarga
tersebut.
Seperti itulah, setidaknya setiap pemimpin Muslim di negeri ini. Bekerja atas
dasar iman, sehingga tidak ada yang didahulukan selain iman, takwa dan
kesejahteraan rakyatnya. Ia blusukan malam hari, bukan siang hari apalagi hanya
sekedar dilihat orang.
Jika lima hal di atas mewujud dalam diri pemimpin hari ini dan semoga di masa
mendatang, tentu bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju, adil,
makmur, cerdas dan mandiri serta bebas dari intervensi pihak manapun juga.
Semoga. Wallahu alam.*30
KESIMPULAN
1. Umar Bin Khattap merupakan Khalifah kedua dari priode al-khalifah dari
periode al-khulafaur ar rasyidin,sosok umar di kenal sebagai seorang
administrator
atau
pembnagunan
Negara
modern
dan
seorang
kebijakan-
4.
DAFTAR PUSTAKA
Akkad Abbas Mahmud,1978. Kecenderungan Khalifah Umar Bin Khattab,
terjemahan Bustami, Jakarta Bulan Bintang.
Ali mufradi,1999. Islam di Kawasan, Jakarta Bulan Bintang
Hadari Nawawi,1998. Kepemimpinan Menurut Islam,Yogyakarta Gajah Mada
University
H.Bustami Agani dab Zainal ahmad,1998 Kecermelangan Khalifah Umar Bin
Khattap,Bandung
Siti Maryam dkk.2003.Peradaban Islam Masa Klasik dan Moderen.Jakarta.
NAMA : ISKANDAR
NIM : 1410210002
Teladan Kepemimpinan Utsman bin Affan Radhiallahuanhu
TELADAN KEPEMIMPINAN USMAN BIN AFFAN
Kepemimpinan bukanlah suatu perkara yang ringan sebagaimana anggapan
sementara
sebahagian
orang.
Bahkan
kepemimpinan
merupakan
suatu
tanggungjawab besar yang hanya bisa dibawa oleh orang-orang tangguh yang
sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri sebelum datangnya hari di mana ia
ditunjuk sebagai pemimpin umat. Tampuk kepemimpinan juga tidak bisa
diberikan pada sembarang orang dan tidak pula bisa diwariskan turun temurun
kecuali jika keriteria yang menerima sudah dipandang cukup dan matang. Pada
umumnya, orang yang diberi kursi kepemimpinan sebuah negeri tidak lain.
merupakan orang yang paling hebat dan mulia di zamannya sehingga
secara umum tidak ada yang lebih berhak menerima tanggungjawab besar ini
kecuali dirinya. Demikian ini merupakan corak kepemimpinan Khulafa Rasyidin.
Namun nampaknya hal semacam ini jarang terjadi di masa sekarang.
Utsman bin Affan radhiallahuanhu merupakan salah satu dari empat
khulafa rasyidin tersebut. Berbagai sifat terpuji membuat semua orang tidak ragu
memberikannya tampuk kepemimpinan setelah sepeninggalan khalifah kedua,
Umar bin Al-Khattab radhiallahuanhu.
NAMA : HERLINA
NIM :1410210015
KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW DAN KHULAFAUR RASYIDIN
(KEPEMIMPINAN ALI BIN ABI THALIB)
A. Pemerintahan Khulafaur Rasyidin pada Masa Ali bin Abi Thalib
Sepeninggal nabi Muhammad, pemerintahan dipegang oleh keempat
sahabat terdekat beliau yang terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin.
Kepemimpinan Abu Bakar berakhir dengan kejayaan yang diraih umat Islam.
Beliau meninggal dan digantikan oleh Umar bin Khatab. Islam semakin kuat
dengan pemeluknya yang semakin banyak dan daerah kekuasaan yang luas. Tidak
begitu lama memimpin, Umar meninggal dan kemudian digantikan oleh Usman
bin Affan. Setelah melewati masa-masa gemilang, khalifah Usman menghadapi
berbagai pemberontakan dan pembangkangan di dalam negri yang dilakukan oleh
orang-orang
yang
kecewa
dengan
tabiat
Khalifah.
Pada
akhir
masa
Situasi ummat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Ali Ibnu Abi
Thalib sudah sangat jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Ummat Islam
pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar Ibnu Khattab masih bersatu,
mereka memiliki banyak tugas yang harus diselesaikannya, seperti tugas
melakukan perluasan wilayah Islam dan sebagainya. Selain itu, kehidupan
masyarakat Islam masih sangat sederhana karena belum banyak terpengaruh oleh
kemewahan duniawi, kekayaan dan kedudukan
Namun pada masa pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan keadaan
mulai berubah. Perjuangan pun sudah mulai terpengaruh oleh hal-hal yang
bersifat duniawi. Oleh karena itu, beban yang harus dipikul oleh penguasa
berikutnya semakin berat. Usaha-usaha Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib dalam
mengatasi persoalan tersebut tetap dilakukannya, meskipun ia mendapat tantangan
yang sangat luar biasa. Semua itu bertujuan agar masyarakat merasa aman,
tentram dan sejahtera. Usaha-usaha yang dilakukannya diantaranya :
b. Mengganti Para Gubernur yang diangkat Khalifah Usman Ibnu Affan
Semua gubernur yang diangkat oleh Khalifah Usman Ibnu Affan terpaksa
diganti, karena banyak masyarakat yang tidak senang. Menurut pengamatan
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, para gubernur inilah yang menyebabkan
timbulnya berbagai gerakan pemberontakan terhadap pemerintahan Khalifah
Usman Ibnu Affan. Mereka melakukan itu karena Khalifah Usman pada
paruh kedua masa kepemimpinannya tidak mampu lagi melakukan kontrol
terhadap para penguasa yang berada dibawah pemerintahannya. Hal itu
disebabkan karena usianya yang sudah lanjut usia, selain para gubernur sudah
tidak lagi banyak yang memiliki idealisme untuk memperjuangkan dan
mengembangkan Islam. Pemberontakan ini pada akhirnya membuat sengsara
banyak rakyat, sehingga rakyatpun tidak suka terhadap mereka. Berdasarkan
pengamatan inilah kemudian Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib mencopot mereka.
Adapun para gubernur yang diangkat Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib sebagai
pengganti gubernur lama yaitu; Sahl Ibnu Hanif sebagai gubernur Syria, Sahl
Ibnu Hanif sebagai gubernur Syriah, Usman Ibnu Affan sebagai gubernur
Basrah, Umrah Ibnu Syihab sebagai gubernur kuffah, Qais Ibnu Sa'ad sebagai
gubernur Mesir, Ubaidah Ibnu Abbas sebagai gubernur Yaman.
b.
praktek
Kolusi,
korupsi
dan
Nepotisme
didalam
luasnya wilayah kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan berasal
dari kalangan Arab, banyak ditemukan kesalahan dalam membaca teks Al-Qur'an
atau Hadits sebagai sumber hukum Islam.
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib menganggap bahwa kesalahan itu sangat
fatal, terutama bagi orang-orang yang akan mempelajari ajaran islam dari sumber
aslinya yang berbahasa Arab. Kemudian Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib
memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Duali untuk mengarang pokok-pokok Ilmu
Nahwu ( Qawaid Nahwiyah ).
Dengan adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam
mempelajari bahasa Al-Qur'an, maka orang-orang yang bukan berasal dari
masyarakat Arab akan mendaptkan kemudahan dalam membaca dan memahami
sumber ajaran Islam.
10. Perkembangan di Bidang Pembangunan
Pada masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, terdapat usaha positif yang
dilaksanakannya, terutama dalam masalah tata kota. Salah satu kota yang
dibangun adalah kota Kuffah. Semula pembangunan kota Kuffah ini bertujuao
politis untuk dijadikan sebagai basis pertahanan kekuatan Khalifah Ali Ibnu Abi
Thalib dari berbagai rongrongan para pembangkang, misalnya Muawiyah Ibnu
Abi Sufyan. Akan tetapi, lama kelamaan kota tersebut berkembang menjadi
sebuah kota yang sangat ramai dikunjungi bahkan kemudian menjadi pusat
pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan, seperti perkembangan Ilmu Nahwu,
Tafsir, Hadits dan sebagainya.
Pembangunan kota Kuffah ini dimaksudkan sebagai salah satu cara
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib mengontrol kekuatan Muawiyah yang sejak semula
tidak mau tunduk terhadap perintahnya. Karena letaknya yang tidak begitu jauh
dengan pusat pergerakan Muawiya Ibnu Abi Sufyan, maka boleh dibilang kota ini
sangat strategis bagi pertahanan Khalifah.
C. Penutup
strategi
Khalifah Ali
yang
berhasil
D. Daftar Pustaka
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), PT Raja Grafindo
Persada; Cet. XXXII, Jakarta 2011
Halim, Arif. Aliran-Aliran Ilmu Kalam dan Kontemporer (Sejarah Pemikiran
Perkembangan, PPs. MPI UMI; Makassar 2008
Mufrodi, Dr. Ali. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. 1997. Jakarta : Logos
Wacana Ilmu
Yatim, Dr. Badri. Sejarah Peradaban Islam. 2000. Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada
NAMIRA YUSUF
1410210079
KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD SAW
A. Karakteristik dan Tipe Kepemimpinan Nabi Muhammad saw.
Allah memerintahkan pada manusia, khususnya orang-orang yang
beriman, agar taat dan patuh kepada Rasulullah saw. Ketaatan dan kepatuhan pada
beliau
sebagai
manusia
pilihan
Allah
SWT.
merupakan
perwujudan
Umat Islam memandang Muhammad saw bukan hanya sebagai pembawa agama
terakhir (Rasul) yang sering disebut orang sebagai pemimpin spiritual, tetapi sebagai
pemimpin umat, pemimpin agama, pemimpin negara, komandan perang, qadi (hakim),
2
suami yang adil, ayah yang bijak sekaligus pemimpin bangsa Arab dan dunia. Peran
yang sangat komplek ini telah diperankan dengan baik oleh Nabi Muhammad saw.,
sehingga
menjadi
dasar
bagi
umatnya
sampai
akhir
zaman.
Hal
ini
menunjukkan bahwa peran Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin umat sangat besar
pengaruhnya. Perwujudan kepemimpinan beliau dengan memberi pendidikan dan
pengajaran yang baik kepada umat dengan keteladanan yang baik (uswatun hasanah).
Pada dasarnya Islam memandang bahwa setiap manusia merupakan
pemimpin. Sehingga setiap umat Islam sebagai pemimpin yang beriman harus
berusaha secara maksimal untuk meneladani kepemimpinan Rasulullah sebagai
konkretisasi kepemimpinan Allah SWT., untuk itu Allah SWT. memfirmankan
agar mentaati Rasulullah, baik berdasarkan sabda dan perilakunya, maupun
diamnya beliau dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah
kehidupan.
Allah berfirman dalam Surat An-Nisa Ayat 64 yang artinya:
Dan kami tidak mengutus seseorang Rasul, melainkan untuk ditaati
dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya
datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul- pun
memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah maha
3
penerima taubat lagi maha penyayang. (Q.S. An-Nisa:64).
Firman Allah di atas dengan jelas memerintahkan agar setiap umat Islam
mematuhi dan taat pada perintah Allah dan Rasulullah. Allah SWT juga
menerangkan bahwa setiap Rasul yang diutus oleh-Nya kedunia ini
2 Ibid.
3 Soenaryo, et.al., Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: Al-Waah, 1993), hlm. 12
dari dahulu sampai kepada Nabi Muhammad saw wajib ditaati dengan
izin (perintah) Allah karean tugas risalah mereka adalah sama yaitu untuk
menujukan umat manusia kejalan yang benar dan kebahgiaan hidup didunia
4
dan akhirat.
hadits
diatas menerangkan
bahwa kita diperintahkan untuk taat kepada pemimpin yang harus disandarkan
pada izin Allah, ini berarti setiap ketaatan orang pada pemimpinya, rakyat pada
pemerintah dan anak pad orang tua semata-mata karena izin Allah Selanjutnya di
bawah ini akan diketengahkan usaha mencari dan menggali sesuatu yang dapat
dan harus diteladani dari kepemimpinan Nabi Muhammad saw. , yaitu:
d. Kepribadian yang Tangguh
Nabi Muhammad saw. adalah sosok yang sangat kuat baik pada
masa kecilnya, dewasanya bahkan sampai wafatnya menunjukkan sikap yang
sangat kuat teguh pendirian (istiqamah). Sejak pertamanya beliau tidak
terpengaruh oleh kondisi masyarakat di sekitar yang terkenal kebobrokan dan
kejahiliahannya, menyembah berhala dan patung. Kepribadian itulah yang
menjadi dasar atau landasan yang kokoh bagi seorang pemimpin, karena hal
itu bermakna juga sebagai seseorang yang memiliki prinsip hidup yang
6
adalah
Al-Qur'an
sebagaimana komentar yang diungkapkan oleh Nasih Ulwan yang dikutip oleh
Slamet Untung mengatakan bahwa Muhammad adalah refleksi hidup
keutaman Al-Qur'an, ilustrasi dimanis tentang petunjuk- petunjuk Al-Qur'an
8
yang abadi.
Dalam rangka
menciptakan
standar
al-akhlakul
al-karimah yang
rutinitas
hariannya
Bahkan
sebagai
kepala
rendah hati. Beliau memperbaiki dan menjahit pakaiannya yang sobek dan menambal
sepatunya
sendiri.
Beliau
biasa memerah
susu kambing
11
piaraannya
dan
12. Sistem dakwah yang menggunakan metode imbauan yang diwarnai dengan
hikmah kebijaksanaan.
13. Tujuan perjuangan Nabi yang jelas menuju ke arah menegakkan keadilan dan
kebenaran serta menghancurkan yang batil, tanpa pamrih kepada harta,
kekuasaan dan kemuliaan duniawi.
14. Prinsip persamaan.
15. Prinsip kebersamaan.
16. Mendahulukan kepentingan dan keselamatan pengikut.
17. Memberikan kebebasan berkreasi dan berpendapat serta pendelegasian
wewenang.
18. Tipe kepemimpinan karismatis dan demokratis.
12
Kehormatan kelahirannya.
Bentuk dan potongan tubuh yang sempurna.
Perkataan yang fasih dan lancar.
Kecerdasan akal yang sempurna.
Ketabahan dan keberanian.
Tidak terpengaruh oleh duniawi.
13
g. Hormat dan respek terhadap dirinya.