SURABAYA
• Pengertian Aswaja
1. Pengertian secara bahasa
Aswaja merupakan singkatan dari Ahlussunnah wa al-Jama’ah. Ada tiga kata yang membentuk istilah
tersebut, yaitu :
a) Ahl, berarti keluarga, golongan, atau pengikut.
b) Al-Sunnah, secara bahasa bermakna al-thariqah-wa-law-ghaira mardhiyah (jalan atau cara walaupun
tidak diridhoi).
c) Al-Jama’ah berasal dari kata jama’a artinya mengumpulkan sesuatu, dengan mendekatkan sebagian
ke sebagian lain. Jama’ah berasal adri kata ijtima’ (perkumpulan), lawan kata dari tafarruq (perceraian)
dan furqah (perpecahan). Jama’ah adalah sekelompok orang banyak dan dikatakan sekelompok manusia
yang berkumpul berdasarkan satu tujuan.
2. Pengertian secara istilah, “Sunnah” adalah suatu nama untuk cara yang diridloi oleh agama yang di
tempuh oleh Rasullallah selainya dari kalangan orang yang mengerti tentang islam, seperti para sahabat
Rasullallah. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah:
ين ِمن بَع ِدي
َ اش ِد
ِ الر
َّ عليكُم ِب ُسن َّتي َو ُسن ّ َِة ال ُخـلفـا ِء
َ
“ikutilah sunnahku dan sunnah Khulafa Rasyidin setelahku”
3. Menurut Hasyim Asy’ari, dalam istilah syariat (fikih) “Sunnah” artinya sesuatu yang dianjurkan untuk
dilakukakan tetapi tidaak wajib.
4. Menurut para ulama Ushul Fiqh, kata “Sunnah” berarti apapun yang dilakukan, dikatakan, atau
ditetapkan oleh Nabi Muhammad saw, yang dapat dijadikan sebagai dalil dalam menetapkan suatu hukum
syar’i.
5. Menurut para ahli kalam (para teolog), “Sunnah” ialah kenyakinan (i’tiqad) yang didasarkan pada dalil
naql (al-quran, hadis, qawl atau ucapan shahabi, bukan semata bersandar pada pemahaman akal (rasio).
6. Menurut para ahli polotik, “Sunnah” ialah jejak yang ditinggalkan oleh Rasulullah dan para Khulafa
Rasyidin.
SEJARAH ASWAJA
• Ketika nabi wafat, kaum muslimin masih bersatu dalam agama yang
mereka jalani, kecuali orang-orang munafik yang luarnya menyatakan
islam, sedangkan hatinya menyembunyikan kemunafikan. Klasifikasi
social yang ada pada saat itu terdiri dari tiga golongan, orang muslim,
orang kafirdan orang munafik.
• Mereka pada kesepakatan untuk memilih abu bakar al shiddiq sebagai
khalifah.Setelah abu bakar al-shiddiq wafat, khalifah berpindah ke tangan
umar bin al khaththab, sahabat nabi terbaik setelah abu bakar.
Pada masa pemerintahan umar, islam semakin kuat dan negri muslim
semakin luas berkat proses penyebaran islam yang berjalan dengan efektif.
Hingga akhirnya khalifah umar menemui ajalnya setelah ditikam oleh
seorng budak Persia, yaitu abu lu’lu’ah al-majusi.
3. Al-Ijma’
Yang disebut Ijma’ ialah kesepakatan para Ulama’ atas suatu hukum setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW.
Kemudian ijma’ ada 2 macam :
a. Ijma’ Bayani ialah apabila semua Mujtahid mengeluarkan pendapatnya baik
berbentuk perkataan maupun tulisan yang menunjukan kesepakatannya.
b. Ijma’ Sukuti ialah apabila sebagian Mujtahid mengeluarkan pendapatnya dan
sebagian yang lain diam, sedang diamnya menunjukan setuju, bukan karena takut
atau malu.
4. Al-Qiyas , Qiyas menurut bahasanya berarti mengukur, secara etimologi kata itu
berasal dari kata Qasa ( اـقـ س ). Yang disebut Qiyas ialah menyamakan sesuatu dengan
sesuatu yang lain dalam hukum karena adanya sebab yang antara keduanya.
Rukun Qiyas ada 4 macam: al-ashlu, al-far’u, al-hukmu dan as-sabab.
Tokoh Aswaja
Dalam bidang fiqih dan amaliah, Ahlussunnah wal jama’ah mengikuti pola
bermadzhab dengan mengikuti salah satu madzhab fiqh yang dideklarasikan oleh
para ulama yang mencapai tingkatan mujtahid mutlaq.
1. Madzhab Hanafi
Madzhab Hanafi ini didirikan oleh al-Imam abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit al-
Kufi (80 – 150 H / 699-767 M).
2. Madzhab Maliki
Madzhab Maliki ini dinisbahkan kepada pendirinya, al-Imam Malik bin Anas al-
Ashbahi (93-179 H/712-795 M).
3. Madzhab Syafi’i
Madzhab Syafi’i ini didirikan oleh al-Imam Abu Abdillah
Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (150-204 H/767-820 M).
4. Madzhab Hanbali
Madzhab Hanbali ini didirikan oleh al-Imam Abu Abdillah
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal al-Syaibani (164-241
H/780-855 M).