Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DISUSUN OLEH :
NORMALITASARI PRAMESTHI
1150019066

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini dibuat dan disusun
sbagai bukti bahwa mahasiswa ini telah mengikuti praktikum keperawatan jiwa :
Nama Mahasiswa : Normalitasari Pramesthi
NPM : 1150019066
Kompetensi : Keperawatan jiwa
Waktu Pelaksanaan :
Tempat : RT.001 RW.001 Patokan Situbondo

Surabaya, -- Maret 2022

Normalitasari Pramesthi
NIM. 1150019066

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Syidatul Budury, S.Kep., Ns., M.Kep


NPP.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Harga Diri Rendah


1. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan
rendah hati.Rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang
negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adannya perasaan
hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri ( Iyus Yosep, 2016).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti an
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap
diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.
Ganguan harga diri yang disebut sebagain harga diri rendah dapat terjadi
secara: (Mukhripah Damaiyanti, 2014)
a. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami atau istri, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
b. Kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara yang
berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan
respon mal yang adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap
diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan
diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai
dengan ideal diri. Ganguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan
kasih sayang. perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan
interpersonal yang buruk. Harga diri meningkat bila diperhatikan atau
dicintai dandihargai atau dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Harga diri tinggi positif
ditandai dengan ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok, dan
diterima oleh orang lain. Individu yang memiliki harga diri tinggi
menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara
efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman sedangkan individu
yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif
dan menganggap sebagai ancaman.
2. Upaya Yang Dapat Dilakukan
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan untuk
melakukan kegiatan pada pasien yang mengalami harga diri rendah
adalah dengan terapi kreasi seni menggambar yang merupakan salah satu
bagian dari terapi lingkungan. Terapi lingkungan berkaitan erat dengan
stimulasi psikologis seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan
fisik mampu psikologis seseorang yang akan berdampak pada
kesembuhan baik pada kondisi fisik maupun psikologis
seseorang.Berbagai jeneis terapi spesialis yang diberikan untuk pasien
dengan harga diri rendah kronis meliputi tiga kategori yaitu untuk
individu, keluarga, dan kelompok terapi spesialis imndividu yang dapat
diberikan pada pasien dengan harga diri rendah kronis adalah Cognitive
Behaviour Therapy (CBT) atau terapi kognitif perilaku dan Logotherapy.
Terapi kelompok yang dapat diimplemaentasikan padapasien dengan
harga diri rendah kronis adalah Supportive Therapy atau terapi supportif
dan Self Help Group (SHG) atau kelpmpok swabantu. Untuk keluarga
pasien, perawat spesialis jiwa dapat memberikan terapi spesialis
Psikoedukasi keluarga dan Triangle Therapy (Widianti et.al, 2017).
a. Terapi lingkungan dapat membantu pasien untuk mengembangkan
rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, membantu mempercayai orang lain. Terapi
lingkungan dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu terapi rekreasi, terapi
kreasi seni, pettherapy dan plantherapy. Jenis terapi lingkungan
yang tepat diterapkan pada pasien harga diri rendah adalah yang
pertama terapi rekreasi, tujuan dari terapi tersebut adalah agar
pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan
menyenangkan, dan mengembangkan kemampuan hubungan
sosial, yang kedua adalah terpi kreasi seni, dalam terapi kreasi seni
terbagi menjadi empat bagian yaitu terapi menari, atau dance,
terapi musik, terapi menggambar atau melukis terapi literatur atau
biblio. Keempat jenis terapi ini membantu pasien untuk
mengkomunikasikan tentang perasaan-perasaan dan
kebutuhankebutuhanya, memberikan kesempatan pada pasien
untuk mengekpresikan tentang apa yang terjadi dengan dirinya
serta memberikan kesempatan pada pasien untuk mengembangkan
wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan pikiran dan
perilaku sesuai dengan norma yang baik.
b. Terapi kreasi seni menggambarkan diterapkan karena ada
anggapan dasar bahwa pasien harga diri rendah akan dapat
mengekspresikan perasaan melalui terapi lingkungan seni
menggambar dari dengan ekspresi verbal. Dengan terapi kreasi
seni menggambar perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan,
status emosional pasien dengan harga diri rendah, hipotesa
diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi
masalah pasien harga diri rendah tersebut. Upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kegiatan pada pasien yang
mengalami harga diri rendah adalah dengan terapi kreasi seni
menggambar yang merupakan salah satu terapi lingkungan. Terapi
kreasi seni menggambar berkaitan erat dengan stimulasi psikologis
seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan baik pada
kondisi fisik maupun psiologis seseorang.
c. Terapi kognitif diberikan dalam tiga sesi yaitu sesi: (Febriana et. al,
2016).
1) Identifikasi pikiran otomatis negati
2) Penggunaan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis
negative
3) Manfaat tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis yang
negatif Pelaksanaan terapi kognitif menggunakan pendekatan
interpersonal peplau yang terdiri dari orientasi, identifikasi,
eksploitasi dan resolusi. Pendekatan peplau sangat dalamproses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian orientasi dan
identifikasi, eksploitasi perencanaan dan implementasi, resolisi
atau evaluasi. Begitu juga dengan tahap komunikasi terapeutik
yang digunakan dalam terapi kognitif yaitu: orientasi, kerja dan
terminasi. Atas dasar kesesuaian tersebut menggunakan
interpersonal peplau sebagai kerangka penyelesaian masalah
pasien harga diri rendah dengan terapi kognitif (Mubin. 2016).
Adapun klasifikasi perilaku kekerasan menurut Muhith (2015),
sebagai berikut:
a. Irritable aggression, merupakan tindak kekerasan akibat ekspresi
perasaan marah. Biasanya diinduksi oleh frustasi dan terjadi karena
sirkuit pendek pada proses penerimaan dan memahami informasi
dengan intensitas emosional yang tinggi.
b. Instrumental aggression adalah suatu tindak kekerasan yang dipakai
sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya untuk
mencapai suatu tujuan politik tertentu dilakukan tindak kekerasan
yang dilakukan secara sengaja dan terencana: seperti peristiwa
penghancuran menara kembar WTC di new York, tergolong dalam
kekerasan instrumental)
c. Mass aggression adalah tindak agresi yang dilakukan oleh massa
sebagai akibat kehilangan individualitas dari masing-masing individu.
(misalnya, bila ada seseorang yang mempelopori tindakan kekerasan
maka secara otomatis semua akan ikut melakukan kekerasan yang
dapat semakin meninggi, karena saling membangkitkan).
Sedangkan menurut Yusuf (2015), ada beberapa perilaku yang harus
dikenali dari klien gangguan risiko perilaku kekerasan sebagai berikut:
a. Menyerang atau menghindari
Pada keadaan ini respons fisiologis timbul karena kegiatan sistem
syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang
menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil
melebar, mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik gaster menurun,
pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan
meningkat, disertai ketegangan otot seperti :rahang terkatup, tangan
mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif
Perilaku yangditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya, yaitu perilaku pasif, agresif, dan asertif. Perilaku
asertif merupakan cara terbaik individu untuk mengekspresikan rasa
marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis.
Dengan perilaku tersebut, individu juga dapat mengembangkan diri
c. Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik
perilaku untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan.
3. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang dalam tinjaun life span history klien, penyebab terjadinya
harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi
pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapain masa remaja
keberadaanya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau
pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya. Menurut Stuart,
2016, faktor- faktor yang mengakibatkan harga diri rendah kronik
meliputi factor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berkut:
a. Faktor Predisposisi, Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalanyang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak
realistis.Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo type
peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.Faktor
yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakkepercayaan
orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur
sosial.
b. Faktor Presipitasi, Menurut yosep, 2015. Faktor presipitasi terjadi
haga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan
penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun.
Secara umum, ganguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara stuasional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang
muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
perkosaan atau dipenjara. Termasuk dirawat dirumah sakit bisa
menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau
pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman. Harga diri
rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum
dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat
dirawat.
c. Perilaku, perilaku yang objektif dan dapat diamati serta perasaan
subjektif dan dunia dalamdiri klien sendiri. Perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah salah satunya mengkritik diri
sendiri, sedangkan keracuan identitasseperti sifat kepribadian yang
bertentangan serta depersonalisasi Stuart, 2006.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Damaiyanti 2018, tanda dan gejala harga diri rendah kronik
adalah sebagai berikut:
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produktifitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
5. Rentang Respon Harga Diri
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu.
Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif
yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan
penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari
hubungan individu an sosial yang maladaptive( Stuart G.W, 2016)

a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang


positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima.
b. Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang
apa yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya. Ideal dirinya
harga dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya secara
positif. Hal ini akan menunjukan bahwa individu itu akan menjadi
individu yang sukses.
c. Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya
sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak,
berguna, pesimis tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku
yang berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu mengkritik
diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif
yang diarahkan kepada orang lain, ganguan dalam berhubungan,
perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai
tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial,
khawatir, serta menarik diri dari realitas.
d. Keracuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam
kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku
yang berhubungan dengan keracuan identitas yaitu tidak ada kode
moral, sifat kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal
eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan mengambang tentang diri
sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak mampuan untuk
empati terhadaapa orang lain.
e. Despersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis
dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau
luar dirinya. Individu mengalami kesulitan untuk membedakan
dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak
nyata dan asing baginya.
6. Pohon Masalah Harga Diri Rendah

Risiko mencederai diri sendiri, orang


lain, dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Harga diri rendah

7. Mekanisme Koping Harga Diri Rendah


Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla
Afnuhazi (2015) adalah:
a. Jangka pendek
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis:
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.
2) Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial,
keagaman, politik).
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi
olahraga kontes popularitas).
4) Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara
(penyalahgunaan obat).
b. Jangka panjang
1) Menutup identitas
2) Identitas negative, asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat.
8. Penatalaksanaan harga diri rendah
Strategi pelaksanaan tindakan dan komunikasi (SP/SK) merupakan
suatu metoda bimbingan dalam melaksanakan tindakan keperawatan
yang berdasarkan kebutuhan pasien dan mengacu pada standar dengan
mengimplementasikan komunikasi yang efektif. Penatalaksanaan harga
diri rendah tindakan keperawatan pada pasien menurut Suhron (2017)
diantaranya:
1. Tujuan keperawatan: pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Menetapkan atau memilih kegiatan yang telah dipilih sesuai
kemampuan
e. Merencanakan kegiatan yang telah dilatih
2. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan cara:
1) Ucapkan setiap kali berinteraksi dengan pasien
2) Perkenalkan diri dengan pasien
3) Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini
4) Buat kontrak asuhan
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi
6) Tunjukkan sikap empati terhadap klien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien:
1) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek
positif pasien (buat daftar kegiatan)
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan
penilaian yang negatif setiap kali bertemu dengan pasien
c. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan
1) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
(pilih dari daftar kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini
2) Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien
d. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan
berdasarkan kegiatan yang dilakukan
1) Diskusikan kegiatan yang dipilih untuk dilatih saat
pertemuan.
2) Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia
tetapkan.
e. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
1) Latih kegiatan yang dipilih (alat atau cara melakukannnya).
2) Bantu pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan dua kali perhari.
3) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
4) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien
setiap hari
5) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap aktivitas.
6) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga.
7) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
setelah pelaksanaan kegiatan.
B. Rencana Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Harga Diri Rendah
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan
diagnosa keperawatan. Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data
tentang klien agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik mental, sosial, dan
lingkungan (Keliat, 2011) Menurut Prabowo (2014) isi dari pengkajian
tersebut adalah:
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama, pekerjaan, status marital, suku/bangsa, alamat, nomor rekam
medis, ruang rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
diagnosa medis, dan identitas penanggung jawab.
b. Alasan masuk
Biasanya pasien datang ke rumah sakit jiwa atau puskesmas dengan
alasan masuk pasien sering menyendiri, tidak berani menatap lawan
bicara, sering menunduk dan nada suara rendah.
c. Faktor predisposisi
1) Riwayat gangguan jiwa Biasanya pasien dengan harga diri rendah
memiliki riwayat gangguan jiwa dan pernah dirawat sebelumnya.
2) Pengobatan Biasanya pasien dengan harga diri rendah pernah
memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya, namun pengobatan
klien belum berhasil.
3) Aniaya Biasanya pasiendengan harga diri rendah pernah
melakukan, mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan
tindakan kriminal.
4) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Biasanya ada
keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama dengan
pasien.
5) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan Biasanya
pasien dengan harga diri rendah mempunyai pengalaman yang
kurang menyenangkan pada masa lalu seperti kehilangan orang
yang dicintai, kehilangan pekerjaan serta tidak tercapainya ideal
diri merupakan stressor psikologik bagi klien yang dapat
menyebabkan gangguan jiwa.
d. Tipe Keluarga
Pengkajian dilakukan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti,
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing –
masing anggota keluarga meliputi penyakit yang pernah diderita oleh
keluarga, terutama gangguan jiwa. Pengkajian mengenai riwayat
kesehatan orang tua dari suami dan istri, serta penyakit keturunan dari
nenek dan kakek mereka. Berisi tentang penyakit yang pernah diderita
oleh keluarga klien, baik berhubungan dengan panyakit yang diderita
oleh klien, maupun penyakit keturunan dan menular lainnya.
e. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien. Pada klien dengan
harga diri rendah biasanya darah meningkat, RR meningkat, nafas
dangkat, muka memerah, tonus otot meningkat, dan dilatasi pupil.
f. Psikososial
1) Genogram
Biasanya menggambarkan garis keturunan keluarga pasien, apakah
ada keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa seperti yang
dialami pasien.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah akan mengatakan
tidak ada keluhan apapun
b) Identitas diri
c) Biasanya pasien dengan harga diri rendah merasa tidak
berdaya dan rendah diri sehingga tidak mempunyai status
yang di banggakan atau diharapkan di keluarga maupun di
masyarakat.
d) Fungsi peran
e) Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas,
ketegangan peran dan merasa tidak mampu dalam
melaksanakan tugas.
f) Ideal diri
g) Biasanya pasien dengan harga diri rendah ingin diperlakukan
dengan baik oleh keluarga maupun masyarakat, sehingga
pasien merasa dapat menjalankan perannya di keluarga
maupun di masyarakat.
h) Harga diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah kronis selalu
mengungkapkan hal negatif tentang dirinya dan orang lain,
perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis serta
penolakan terhadap kemampuan diri. Hal ini menyebabkan
pasien dengan harga diri rendah memiliki hubungan yang
kurang baik dengan orang lain sehingga pasien merasa
dikucilkan di lingkungan sekitarnya.
3) Hubungan sosial
Pasien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau
meminta dukungan , Pasien merasa berada di lingkungan yang
mengancam, Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada
klien, Pasien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam dan
mengeksploitasi orang lain.
4) Spiritual
Falsafah hidup Biasanya pasien merasa perjalanan hidupnya penuh
dengan ancaman, tujuan hidup biasanya jelas, kepercayaannya
terhadap sakit serta dengan penyembuhannya. Konsep kebutuhan
dan praktek keagamaan Pasien mengakui adanya tuhan, putus asa
karena tuhan tidak memberikan sesuatu yang diharapkan dan tidak
mau menjalankan kegiatan keagamaan.
g. Status mental
1) Penampilan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah penampilannya tidak
rapi, tidak sesuai karena klien kurang minta untuk melakukan
perawatan diri. Kemuduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian
dapat merupakan tanda adanya depresi atau skizoprenia.
2) Pembicaraan
Biasanya pasien berbicara dengan frekuensi lambat, tertahan,
volume suara rendah, sedikit bicara, inkoheren, dan bloking
3) Aktivitas motorik
4) Biasanya aktivitas motorik pasien tegang, lambat, gelisah, dan
terjadi penurunan aktivitas interaksi.
5) Afek dan emosi
Afek pasien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon
bila ada stimulus emosi yang bereaksi.
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya pasien dengan harga diri rendah kurang kooperatif dan
mudah tersinggung.
7) Persepsi atau sensori
Biasanya pasien mengalami halusinasi dengar/lihat yang
mengancam atau memberi perintah.
8) Proses pikir
a) Proses pikir (arus dan bentuk pikir)
Biasanya pasien dengan harga diri rendah terjadi pengulangan
pembicaraan (perseverasi) disebabkan karena pasien kurang
kooperatif dan bicara lambat sehingga sulit dipahami.
b) Isi pikir
Biasanya pasien merasa bersalah dan khawatir, menghukum
atau menolak diri sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri.
9) Tingkat kesadaran
Biasanya tingkat kesadaran pasien stupor (gangguan motorik
seperti ketakutan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh klien
dalam sikap canggung yang dipertahankan dalam waktu lama tetapi
klien menyadari semua yang terjadi di lingkungannya).
10) Memori
Biasanya pasien dengan harga diri rendah umumnya tidak
terdapat gangguan pada memorinya, baik memori jangka pendek
ataupun memori jangka panjang.
11) Tingkat konsentrasi
Biasanya tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau
tidak mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama,
karena merasa cemas. Dan biasanya tidak mengalami gangguan
dalam berhitung.

12) Kemampuan penilaian/pengambilan keputusan


Biasanya gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat
mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain,
contohnya: berikan kesempatan pada pasien untuk memilih mandi
dahulu sebelum makan atau makan dahulu sebelum mandi,
setelah diberikan penjelasan pasien masih tidak mampu
mengambil keputusan) jelaskan sesuai data yang terkait. Masalah
keperawatan sesuai dengan data.
13) Daya titik
Biasanya pasien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik
dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu meminta
pertolongan/pasien menyangkal keadaan penyakitnya, pasien
tidak mau bercerita penyakitnya.
2. Diagnosa
Yosep (2014) menjelaskan terdapat beberapa masalah keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah diantaranya
adalah
a. Harga diri rendah kronik
b. Koping Individu tidak efektif
c. Isolasi sosial
d. Defisit Perawatan Diri
3. Intervensi
Diagnosa Perencanaaan
Keperawatan
Tujuan Intervensi Kriteria Evaluasi

Harga Diri rendah TUM: Bina hubungan saling percaya: - Klien dapat menerima
Klien dapat berinteraksi a. Mengucapkan salam terapeutik. kehadiran perawat setelah 3x
dengan orang lain Sapa klien dengan ramah, baik petemuan
verbal maupun non verbal. - Klien dapat mengungkapkan
b. Perkenalkan diri dengan sopan perasaan dan keberdayaan
TUK 1:
c. Perkenalkan diri dengan sopan saat ini secara verbal
Klien mampu membina d. Tanyakan nama lengkap klien dan a. Klien mau menjawab
hubungan saling percaya nama panggilan yang disukai klien. b.Ada kontak mata
e. Jelaskan tujuan pertemuan c.
Klien mau berjabat tangan
f. Buta kontrak interaksi yang jelas, d.Klien mau berkenalan
jujur, dan tepat janji e.
Klien mau menjawab
g. Tunjukkan sikap empati dan pertanyaan
menerima apa adanya. f.
Klien mau duduk
h. Beri perhatian kepada klien dan berdampingan dengan
perhatian kebutuhan dasar klien. perawat
g.
Klien mampu
mengungkapkan perasaanya
TUK 2: 1. Tanyakan klien tentang Klien dapat menyebutkan
Klien mampu menyebutkan a. Orang yang tinggal serumah minimal satu penyebab menarik
penyebab menarik diri dengan klien diri
b. Orang yang paling dekat a. Diri sendiri
dengan klien dirumah b. Orang lain
c. Apa yang membuat klien dekat c. Lingkungan
dengan orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat dengan
klien dirumah
e. Apa yang membuat klien tidak
dengan orang tersebut
f. Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang lain.
TUK 3: Klien dapat menyebutkan
Klien mampu menyebutkan a. Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan dan kerugian
keuntungan dan kerugian manfaat dan keuntungan bergaul berhubungan social setelah 3x
berhubungan dengan orang dengan orang lain interakti,
b. Beri kesempatan pada klien untuk
lain a. Banyak teman
mengungkapkan perasaanya
b. Tidak kesepian
tentang keuntungan berhubungan
c. Bisa diskusi
dengan orang lain.
d. Saling menolong
c. Diskusikan berama klien tentang
manfaat berhubungan dengan
orang lain
d. Beri reinforcement positif terhadap
kemampuan mengungkapkan
perasaanya tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
e. Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
f. Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaanya
tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
g. Diskusikan bersama klien tentang
kerugian tidak berhubungan
dengan orang lainDiskusikan dan
motivasi klien untuk menceritakan
kondisi fisik saat perilaku
kekerasan terjadi.
h. Diskusikan dan motivasi klien
untuk menceritakan kondisi
emosinya saat terjadinya perilaku
kekerasan.
i. Diskusikan dan motivasi klien
untuk menceritakan kondisi
psikologis saat terjadi perilaku
kekerasan.
j. Diskusikan dan motivasi klien
untuk menceritakan kondisi
hubungan dengan orang lain saat
terjadi perilaku kekerasan.
TUK 4: g. Observasi perilaku klien saat Klien dapat melaksanakan
Klien daopat melaksanakan berhubungan dengan orang lain hubungan social secara bertahap
hubungan social secara h. Beri motivasi dan bantu klien untuk setelah 3x interaksi dengan
berkenalan atau berkomunikasi
bertahap a. Klien-perawat
dengan orang lain
b. Klien-perawat-perawat lain
i. Beri reinforcement terhadap
c. Klien-perawat-perawat lain-
keberhasilan yang telah dicapai
klien lain
j. Bantu klien mengevaluasi manfaat
d. Klien-keluarga atau
berhubungan dengan orang lain
kelompok atau masyarakat
TUK 5: a. Dorong klien untuk Klien dapat mengungkapkan
Klien mampu mengungkapkan perasaanya dengan perasaanya setelah berhubungan
mengungkapkan perasaanya orang lain/kelompok dengan orang lain setelah 3x
b. Diskusikan dengan klien manfaat
setelah berhubungan dengan interaksi untuk
berhubungan dengan klien
orang lain a. Diri sendiri
b. Orang lain
c. kelompok
TUK 6: a. Diskusikan pentingnya peran Klien dapat menjelaskan setelah
Klien mendapat dukungan serta keluarga sebagai berhubungan dengan orang lain
keluarga dalam memperluas pendukung untuk mengatasi setelah 3x interaksi untuk
hubungan social perilaku menarik diri. d. Pengertian menarik diri
b. Diskusikan potensi keluarga e. Tanda dan gejala menarik diri
untuk membantu klien f. Penyebab dan akibat menarik
mengatasi perilaku menarik diri
diri
c. Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatih
d. Dorong anggota keluarga klien
untuk memberikan dukungan
kepada klien berkomunikasi
dengan orang lain
e. Anjurkan anggota keluarga
untuk secara rutin dan
bergantian mengunjungi klien
minimal 1x/minggu
TUK 7: a. Diskusikan dengan klien tentang Klien menyebutkan setelah 3x
Klien dapat memanfaatkan manfaat dan kerugian tidak minum interaksi yaitu
obat dengan baik obat, nama, warna, dosis, cara, a. Manfaat minum obat
efek, terapi dan efek samping b. Kerugian tidak minum obat
penggunaan obat c. Nama, warna, dosis, efek
b. Pantau klien saat penggunaan obat terapi dan efek samping obat.
c. Anjurkan klien minta sendiri obat d. Klien mendemonstrasikan
pada perawat agar dapat penggunaan obat dan tanpa
merasakan manfaatnya konsultasi dokter setelah 3x
d. Beri pujian jika klien interaksi.
menggunakan obat dengan benar
e. Diskusikan akibat berhenti minum
obat tanpa konsultasi dengan
dokter
f. Anjurkan klien untuk konsultasi
kepada dokter atau perawat jika
terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
4. Implementasi
serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk membantu klien
dari masalah status kesehatan yang dihadapi menuju status kesehatan
yang baik/optimal.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi ada ua macam yaitu:
a. Evaluasi proses atau evaluasi formatif yang dilakukan setiap selesai
melakukan tindakan
b. Evaluasi hasil atau sumatif, yang dilakukan dengan membandingkan
respon pasien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditetapkan

Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP yaitu sebagai berikut:


S : respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksakan
A : analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada
data yang kontradiksi terhadap masalah yang ada
P : tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respon pasien

Rencana tindak lanjut dapat berupa hal sebagai berikut:


a. Rencana dilanjutkan (jika masalah tidak berubah)
b. Rencana di modifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksakan semua
tindakan tetapi hasil belum memuaskan)
c. Rencana dibatalkan (jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ada)
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Nama Mahasiswa : Normalitasari P Tanggal : 14 Maret


Pengkajian 2022
NIM : 1150019066 Jam pengkajian : 10.00
Tempat Praktik :

A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. F
Umur : 29 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan :
Informan : Klien

B. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?  Ya
 
Tidak
2. Pengobatan sebelumnya  Berhasil  Kurang berhasil 
Tidak berhasil
3. Pengalaman klien
Pelaku Usia Korban Usia Saksi Usia
Aniaya fisik -/- -/- -/- -/- -/- -/-
Aniaya seksual -/- -/- -/- -/- -/- -/-
Penolakan -/- -/- -/- -/- -/- -/-
Kekerasan dalam -/- -/- -/- -/- -/- -/-
rumah tangga
Tindakan kriminal -/- -/- -/- -/- -/- -/-

Jelaskan nomor 1, 2, 3 :
3.1 Klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasa
lalu dan baru pertama kali

3.3 Klien mengatakan tidak pernah menjadi korban aniaya fisik,


aniaya seksual, kekerasan dalam keluarga, penolakan dan tindakan
kriminal

Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?  Ya
 Tidak

Hubungan dengan keluarga : baik
Gejala : tidak ada
Riwayat pengobatan : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Klien mengatakan sempat putus asa, sempat diasingkan oleh teman-
temannya, dan merasa dirinya tidak berguna.

Masalah keperawatan :
Harga diri rendah

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
TD = 120/80 mmHg N = 86x/menit S = 36,5 C RR = 22x/menit

2. Antopometri
TB = 170 cm BB = 70 kg

3. Keluhan fisik :  Ya  Tidak


Jelaskan :
TTV klien TD: 120/80 mmhg, N :86x/menit, S : 36,5 C, RR : 22x/mnit,
klien mengatakan tidak ada keluhan kesehatan.
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

D. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Jelaskan :
Klien tinggal bersama kedua orang tuanya dan keempat saudaranya, klien
belum menikah, polah asuh klien dimanja oleh kedua orang tuanya, klien
tidak terlalu terbuka dengan keluarganya, klien mengatakan paling dekat
dengan ibunya, klien mengatakan yang mengambil keputusan dirumah
adalah bapaknya.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan badannya bagus, ia merasa tampan klien suka
dengan rambut pendeknya.
b. Identitas
Klien mengatakan anak pertama dari 4 bersaudara, klien belum
menikah, klien belum puas dengan dirinya sendiri.
c. Peran
Klien mengatakan biasa membantu ibunya dirumah
d. Ideal diri
mmmm
e. Harga diri
Kliean mengatakan tidak memiliki suatu keahlian yang dibanggakan
dan merasa malu jika dekat keluarga karena belum bisa menjadi
panutan yang lebih baik dan belum memberi apa-apa.
Masalah keperawatan :
Harga diri rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Px mengatakan orang yang berarti adalah kedua orang tuanya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan jarang keluar rumah tetapi suka berpartisipasi saat
ada acara di lingkungan rumah
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan keyakinan yang ia anut adalah agama islam, klien
sangat takin terhadap Allah SWT.

b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan selalu sholat lima waktu
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

E. STATUS MENTAL
1. Penampilan
 Rapi
 Penggunaan pakaian tidak sesuai
 Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Klien tampak rapi, klien mengatakan mandi 2x sehari dan mengganti
pakaian sehari sekali, klien terlihat berketombe.
Masalah keperawatan :
Defisit perawatan diri : mandi

2. Pembicaraan
 Cepat  Keras  Gagap  Inkoheren
 Apatis  Lambat
  Membisu  Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan :
Klien berbicara dengan pelan dan lambat serta menghindari kontak mata.
Klien sering menunduk saat berbicara, klien sesekali terlihat tersenyum
dan berbicaran sendiri klien tidak mampu memulai pembicaraan.
Masalah keperawatan :
Gangguan persepsi halusinasi : pendengaran, Harga Diri Rendah

3. Aktivitas motorik
 Lesu  Tegang  Gelisah
  Agitasi
 Tik  Grimasing  Tremor  Kompulsif
Jelaskan :
Klien tampak gelisah saat ditanyakan tentang kepribadiannya
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

4. Alam perasaan
 Sedih  Ketakutan  Putus asa  Khawatir  Gembira
berlebihan  labil
Jelaskan :
Klien masih merasa labil saat ditanyakan tentang keadaannya
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
5. Afek
 Datar
  Tumpul  Labil  Tidak sesuai
Jelaskan :
Saat dikaji klien berbicara dngan raut wajah datar dan berbicara labil
Masalah keperawatan :
Harga diri rendah

6. Interaksi selama wawancara


 Bermusuhan  Tidak kooperatif  Mudah
tersinggung
 Kontak mata kurang
  Defensif  Curiga
Jelaskan :
Saat wawancara atau berbincang-bincang klien kooperatif namun klien
saat diajak berbicara suara klien pelan, lebih sering menunduk dan
menghindari kontak mata dengan lawan bicara
Masalah keperawatan :
Harga diri rendah

7. Persepsi halusinasi
 Pendengaran
  Penglihatan  Perabaan
 Pengecapan  Pembauan
Jelaskan :
Klien terlihat tersenyum saat menyendiri
Masalah keperawatan :
Gangguan persepsi sensori halusinasi : pendengaran

8. Proses pikir
 Sirkumtansial  Tangensial  Kehilangan asosiasi
 Flight of ideas
  Blocking  Pengulangan
pembicaraan/perseverasi
Jelaskan :
Saat dilakukan pengkajian sering didapatkan pembicaraan yang meloncat
dari satu topik ke topik lain. Tidak ada hubungan yang logis dan tidak
sampai pada tujuan.
Masalah keperawatan :
Tidak ada keperawatan

9. Isi pikir
 Obsesi  Fobia  Hipokodria
 Depersonalisasi  Ide yang terkait  Pikiran magis

Waham
 Agama  Somatik  Kebesaran 
Curiga
 Nihilistik  Sisip pikir  Siap pikir 
Kontrol pikir

Jelaskan :
Klien tidak memiliki gangguan isi pikir obsesi, phobia, hipokondria,
depersonalisasi, ide terkait,dan pikiran magis
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

10. Tingkat kesadaran


 Bingung  Sedasi  Stupor

Disorientasi
 Waktu  Tempat  Orang

Jelaskan :
Klien mengatakan sulit mengingat apanila ia menaruh barang
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

11. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang  Gangguan daya ingat
 Gangguan daya ingat jangka pendek  Konfabulasi
Jelaskan :
Klien mengatakan sulit mengingat apanila ia menaruh barang
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
 Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan :
Klien tidak ada keluhan lambat dalam berhitun gdan kesulitan dalam
menentukan jawaban dari penjumlahan sederhana. Konsentrasi klien
normal, klien mudah berakih fokus ketika sedang diajak berbicara,
dibuktikan dengan sering memutuskan pembicaraan saat ada orang lewat
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan penilaian


 Gangguan ringan  Gangguan bermakna
Jelaskan :
Klien dapat menjawab dengan benar saat ditanya mengganti pakaian
sesudah apa sebelum mandi dan klien menjawab sesudah mandi
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

14. Daya tilik diri


 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan :
Klien menyangkal penyakit yang diderita dengan tidak menyadari gejala
penyakit (perubahan fisik, emosi) pada dirinya dan merasa tidak butuh
pertolongan
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

F. KEBUTUHAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan
Makanan : Ya  Tidak
Pakaian : Ya  Tidak
Transportasi : Ya  Tidak
Keamanan : Ya  Tidak
Uang :  Ya  Tidak

Tempat tinggal :  Ya  Tidak

Perawatan kesehatan :  Ya  Tidak

Jelaskan :
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
2. Aktivitas hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Mandi :  Bantuan minimal  Bantuan total
Eliminasi uri/alvi :  Bantuan minimal  Bantuan total
Kebersihan :  Bantuan minimal  Bantuan total
Ganti pakaian :  Bantuan minimal  Bantuan total
Makan :  Bantuan minimal  Bantuan total
Jelaskan :
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

b. Nutrisi
Apakah puas dengan pola makan?  Ya  Tidak
Apakah memisahkan diri saat makan?  Ya 
 Tidak
Jika ya, jelaskan :
_________________________________________________________
_________________________________________________________
__________________
Frekuensi makan/hari : 3x sehari
Frekuensi kudapan/hari : 2x sehari
Nafsu makan 
 Meningkat  Menurun  Berlebih 
Sedikit-sedikit
BB tertinggi = 79 kg
BB terendah = 67 kg
Diet khusus : tidak ada
Jelaskan :
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada

c. Istirahat tidur
Apakah ada masalah?  Ya 

Tidak
Apakah merasa segar setelah bangun tidur?  Ya
 
Tidak
Apakah kebiasaan tidur siang?  Ya
 
Tidak

Apa yang menolong untuk tidur?  Ya 
Tidak
Waktu tidur malam : 8 jam
Waktu bangun : 13 jam
 Sulit untuk tidur  Terbangun saat tidur
 Bangun terlalu pagi  Gelisah saat tidur
 Semnabolisme  Berbicara saat tidur
Jelaskan :
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

3. Kemampuan klien
Mengantisipasi kebutuhan sendiri  Ya

 Tidak
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri  Ya

 Tidak
Mengatur penggunaan obat  Ya
 Tidak

Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up) 
 Ya
 Tidak
Jelaskan :
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

4. Sistem pendukung klien


Keluarga : Ya  Tidak
Teman sejawat : Ya  Tidak
Kelompok sosial : Ya  Tidak
Profesional/terapis : Ya  Tidak
Jelaskan :
Klien mempunyai support system yang bagus
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

5. Apakah klien menikmati saat bekerja atau melakukan hobi? Ya


 Tidak
Jelaskan :
Klien menikmati saat bekerja
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

G. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
 Bicara dengan orang lain
  Minum alkohol
 Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebih

 Teknik relokasi  Bekerja berlebihan
 Aktivitas konstruktif  Menghindar
 Olahraga
  Mencederai diri
 Lainnya, __________________  Lainnya, __________________
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

H. MASALAH PSIKOSOSIAL & LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
Klien memiliki dukungan kelompok
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah dengan pendidikan, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah dengan perumahan, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah dengan ekonomi, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah lainnya, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

I. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


 Penyakit jiwa  Sistem pendukung
 Faktor presipitasi  Penyakit fisik
 Koping  Obat-obatan
 Lainnya, ____________
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
J. DATA LAIN-LAIN
Tidak ada

K. ASPEK MEDIK
Diagnosa medis : harga diri rendah
Terapi medis :
L. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah kronik
2. Isolasi social

M. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


3. Harga diri rendah kronis
ANALISA DATA

Nama : Tn. F Ruangan :


Pasien
Umur : 29 th No. :
Register

No. Data Fokus Etiologi Masalah


1 Ds:
- Klien mengatakan malu Gangguan oereosi
pada dirinya sendiri sensori halusinasi : Harga diri rendah
pendengaran
- Klien mengatakan tidak
ingin seperti ini
- Klien mengatakan belum
bisa membanggakan
orangtua nya
- Klien mengatakan tidak
memiliki suatu keahlian
Do :
- Klien tampak malu
- Klien tidak mampu
menentukan tujuan
- Klien tampak menunduk
- Kontak mata klien
kurang saat wawancara
POHON MASALAH

Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi: Pendengaran

Effect

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif

Causa
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan kurangnya pengakuan dari
orang lain ditandai dengan menilai diri negative, merasa tidak mampu
melakukan apapun, merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif,
dan berjalan menunduk.
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : Tn. F Ruangan :


Pasien
Umur : 29 th No. :
Register

Diagnosa keperawatan : harga diri rendah kronis

Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan Paraf


TUM : Promosi harga diri
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 2x24 jam 1. Identifikasi harapan pasien dan keluarga
diaharapkan tingkat harga diri dalam pencapaian hidup
meningkat dengan kriteria hasil : Terapeutik :
2. Sadarkan bahwa kondisi yang dialami
TUK 1 : Klien dapat menjalin dan memiliki nilai penting
mmpertahankan hungan saling 3. Pandu mengingat Kembali kenangan
percaya yang menyenangkan
1. Adanya kontak mata yang baik 4. Berikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga terlibat dengan dukungan
TUK 2 : Klien dapat mengenali harga kelompok
dirinya Edukasi :
1. 1. Anjurkan mengungkapkan prasaan
terhadap kondisi dengan realistis
2. Anjurkan mempertahankan hubungan
3. Latih menyusun tujuan yang sesuai
dengan harapan
4. Latih cara mengenang dan menikmati
masa lalu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. F Ruangan :


Pasien
Umur : 29 th No. :
Register

Diagnosa keperawatan :

Tanggal/ Implementasi Evaluasi Paraf


Jam
14/3/2022 1. Membina hubungan saling S: klien mengatakan
10.00 percaya dengan klien masih sedikit malu
r/ : klien kooperatif
2. Mengidentifikasi harapan O:
pasien dan keluarga dalam TD : 120/80 mmHg
pencapaian hidup S : 36,5 C
3. Menyadarkan adarkan N : 90
bahwa kondisi yang dialami RR : 22x/menit
memiliki nilai penting - Klien tampak
4. Memandu mengingat malu
Kembali kenangan yang - Klien tampak
menyenangkan menunduk
5. Memberikan kesempatan - klien berbicara
kepada pasien dan keluarga pelan
terlibat dengan dukungan - kontak mata
kelompok kurang
6. Menganjurkan A : Harga diri
mengungkapkan prasaan rendah belum teratas
terhadap kondisi dengan P : intervensi
realistis dilakukan no 4,6,7,8
7. Menganjurkan
mempertahankan hubungan
8. Melatih menyusun tujuan
yang sesuai dengan harapan
9. Melatih cara mengenang
dan menikmati masa lalu

S: klien mengatakan
15/3/22 1. Mengobservasi TTV
Sudah merasa lebih
10.00 2. Memandu mengingat baik
Kembali kenangan yang
menyenangkan O:
3. Menganjurkan TD : 110/75 mmHg
mengungkapkan prasaan S : 36,5 C
terhadap kondisi dengan N : 90
realistis RR : 22x/menit
4. Menganjurkan - Klien tampak
mempertahankan hubungan malu
5. Melatih menyusun tujuan - Klien tampak
yang sesuai dengan harapan menunduk
- klien berbicara
pelan
- kontak mata
kurang
A : Harga diri
rendah teratasi
P : intervensi
dihentikan
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)

Hari/tanggal : 14 Maret 2022


Waktu pelaksanaan : 10.00-11.30
Pertemuan ke :1

SP1
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“assalamualaikum pak, masih ingat dengan saya? Ya betul”
b. Evaluasi
“bagaimana perasaan bapak saat ini?” “apa bapak bisa
ceritakan kepada saya, apa yang bapak alami sehingga dibawa
ke RS in?”

c. Kontrak
“maukah bapak bercakap-cakap dengan saya mengenai
kemampuan yang dimiliki serta hobi yang sering bapak
lakukan dirumah?” “dimana kita akan bercakap-cakap?
Bagaimana kalau disini?” “berapa lama waktu kita bercakap-
cakap? Bagaimana kalau 15 menit?”

2. Fase kerja
“kegiatan apa yang bapak sering lakukan dirmah?” “wah bagus
sekali” “lalu kegiatan apa lagi yang bapak suka lakukan?”
“bagaimana kalau bapak ceritakan kelebihan atau kemampuan
lain yang dimiliki?” “kemudian apa lagi?” “bagaimana dengan
keluarga bapak, apakah mereka menyenangi apa yang bapak
lakukan selama ini atau memberikan respon yang negative
terhadap hasil kerja bapak?”

3. Terminasi
a) Evaluasi subjektif
“bagaimana perasaan bapak selama kita bercakap-cakap?”
b) Evaluasi objektif
“coba bapak ceritakan kembali kemampuan dan kegiatan yang
biasa dilakukan.” “bagus sekali.”

c) Rencana tindak lanjut


“baiklah, nanti ingat-ingat ya kemampan bapak dan
kemampuan lain yang belum sempat diceritakan kepada saya,
besok kita bisa bercakap-cakap lagi.”

d) Kontrak
“bagimana kalau besok kita bicarakan kembali kegiatan atau
kemampuan yang dapat bapak lakukan di ruangan” “dimana
kita akan bercakap-cakap? Bagaimana kalau disini?” “berapa
lama kita akan bercakap-cakap? Bagaimana kalau 15 menit”
“baik kalau begitu sampai bertemu lagi besok ya pak.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)

Hari/tanggal : 15 Maret 2022


Waktu pelaksanaan : 10.00-11.30
Pertemuan ke :2

1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“assalamualaikum pak, masih ingat dengan saya? Hehe betul”
b. Evaluasi
“bagaimana perasaan bapak hari ini?” “apakah bapak sudah
melaksanakan kegiatan sesuai jadwal yang kita buat? Wah
hebat sekali sudah diberi tanda semua.”

c. Kontrak
“Nah, sekarang kita akan bercakap-cakap tentang kegiatan
yang dapat bapak lakukan dirumah.” “sekarang kita akan
bercakap-cakap disini sesuai kontrak kemarin.”

2. Fase Kerja
“kemarin bapak telah membuat jadwal kegiatan di rumah sakit,
sekarang kita buat jadwal kegiatan dirumah ya.” “ini ada kertas
dan pulpen, jangan khawatir nanti saya bantu kalau bapak
kesulitan.” “bapak mulai dari jam 05.00? ya tidak apa apa, bangun
tidur, solat subuh, terus menyapu… ya bagus tapi jangan lupa
minum obat ya pak.”

3. Terminasi
a. Evaluasi
“bagaimana perasaan bapak setelah dapat membuat jadwal?”
“coba bapak sebutkan lagi susunan kegiatan dalam sehari yang
dapat dilakukan dirumah”
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti & Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika

Febriana et.al, 2016. Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Harga Diri Remaja
Korban Bullying Vol. 4, No. 1. Jurnal Ilmu Keperawatan.

Mulyawan & Agustina. 2018. Terapi Kreasi Seni Menggambar Terhadap


Kemampuan Melakukan Menggambar Bentuk Pada Pasien Harga Diri
Rendah Vol. 8 No. 1. Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia

Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Rohmah & Walid. 2017. Dokumentasi Keperawtan. Jember: Universitas
Muhammadiyah Jember

Sutejo. 2010. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Widianti et. al, 2017. Aplikasi Terapi Spesialis Keperawatan Jiwa Pada Pasien
Skizofrenia Dengan Harga Diri Rendah Kronis di RSMM Jawa Barat.
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia

Yosep & Sutini. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama

Yusuf et.al, 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai