Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini pengaruh modernisasi, globalisasi, industrialisasi, kemajuan IPTEK,
mengakibatkan perubahan sosial yang cepat sehingga kehidupan masyarakat semakin
kompleks dan rumit. Komplektisitas dan kerumitan ini mengakibatkan proses adaptasi
menjadi semakin sulit. Kehidupan yang serba kompetitif, penuh persaingan, dan
rivalitas serta diwarnai perilaku yang tidak wajar dan merugikan orang lain,
menimbulkan ketakutan, kecemasan, dan ketegangan pada individu. Pada akhirnya
prevalensi gangguan jiwa pada masyarakat didunia semakin meningkat, tidak terkecuali
di Indonesia.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan
selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang
harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan
dalam hubungan dengan manusia lain.
Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan
atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Keliat, 2005). Ciri gangguan jiwa
antara lain marah tanpa sebab, mengurung diri, tidak mengenali orang, bicara kacau,
bicara sendiri dan tidak mampu merawat diri.
Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering
muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah
digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal
mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini
tidak segera ditanggulangi sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat.
Beberapa tanda harga diri rendah yaitu merasa bersalah terhadap diri sendiri,
merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial, kurang
percaya diri kadang sampai mencederai diri sendiri (Townsend, 1998).
Mengacu pada data WHO, prevalensi (angka kesakitan) penderita skizofrenia
sekitar 0,2-2%. Sedangkan insiden atau kasus baru yang muncul setiap tahun sekitar
0,01%. Lebih dari 80% menderita skizofrenia di Indonesia tidak diobati dan dibiarkan
berkeliaran di jalanan atau bahkan dipasung. Sementara jumlah penderita gangguan
1
jiwa ringan dan sedang juga terus meningkat. Diperkirakan 20-30% populasi penduduk
di perkotaan mengalami gangguan jiwa ringan dan berat. Untuk penderita depresi,
awalnya banyak yang mengeluhkan gangguan fisik. Yang membahayakan depresi
masih dianggap sebagai bentuk kesedihan biasa yang normal (Hanoman, 2008).
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart & Laraia, 2005). Harga
diri diperoleh dari diri seseorang dan orang lain. Jika individu selalu sukses maka
cenderung harga diri tinggi. Jika individu sering gagal, kehilangan kasih sayang dan
penghargaan orang maka individu cenderung harga diri rendah.
Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang
terintegrasi. Keperawatan jiwa mampu mengatasi masalah HDR. Pada pasien HDR
Proses keperawatan jiwa membantu individu secara utuh, bukan hanya merawat
penyakitnya tetapi lengkap pada semua aspek bio-psiko-sosial-spiritual.
Dari data jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia terus bertambah. Data dari
rumah sakit jiwa di seluruh Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita
gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Kenaikan jumlah penderita gangguan
jiwa terjadi di sejumlah kota besar.
Pada kesempatan praktek profesi keperawatan jiwa di PSBL Harapan Sentosa
Jakarta Barat, kelompok mendapatkan pengalaman dalam menangani klien dengan
masalah Harga Diri Rendah. Selama masa praktek profesi yang telah dijalani selama 4
minggu, mahasiswa berkesempatan merawat klien dengan harga diri rendah. Di ruangan
Cendrawasih PSBL Harapan Sentosa Jakarta Barat kelompok telah menjalani praktek
sejak tanggal 9 Juli sampai dengan 3 Agustus 2018.
Kelompok merasa tertarik untuk mengangkat kasus harga diri rendah
merupakan masalah keperawatan yang unik “murni” menjadi tanggung jawab perawat
untuk membantu klien untuk mengatasinya, dibutuhkan motivasi yang kontinyu untuk
membantu meningkatkan harga diri klien dan sehingga peran perawat sangat diperlukan
untuk penanganan klien dengan masalah harga diri rendah
Harga diri rendah merupakan hal dasar yang paling rentan untuk menyebabkan
masalah keperawatan jiwa lain yaitu isolasi sosial, gangguan sensori persepsi:
halusinasi dan lebih lanjut dapat menyebabkan perilaku kekerasan yang dapat diarahkan
kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Berdasarkan data tersebut diatas, maka
kelompok merasa tertarik untuk mengambil judul makalah “Asuhan Keperawatan Jiwa
2
pada klien Tn. I dengan masalah Harga Diri Rendah di Ruang Cendrawasih PSBL
Harapan Sentosa”..

B. Tujuan Penulisan Makalah


1. Tujuan Umum (TUM)
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa
dengan permasalahan harga diri rendah.
2. Tujuan Khusus (TUK)
Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah :
a. Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada klien
dengan harga diri rendah.
b. Mahasiswa mampu mengkaji, merumuskan diagnosa keperawatan,
merencanakan tindakan keperawatan, mengimplementasikan rencana
tindakan, mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang dilakukan.
c. Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil dari tindakan keperawatan.
d. Mahasiswa mampu mendesiminasi hasil dari tindakan keperawatan.

C. Proses Pembuatan Makalah


Pembuatan makalah ini diawali dengan proses pendataan atau
pengidentifikasian mengenai kasus yang ada diruangan Kenari PSBL HArapan Sentosa
Jakarta Barat. Kelompok mulai praktek selama 4 minggu, dari tanggal 9 Juli sampai
dengan 3 Agustus 2018, Kelompok memilih Tn. I sebagai pasien kelolaan karena
kelompok merasa tertarik melakukan asuhan keperawatan jiwa pada klien, karena klien
memiliki masalah keperawatan harga diri rendah, yang secara langsung dapat diketahui
dan sangat terlihat dari hasil wawancara, secara subyektif didapat ungkapan-ungkapan
tidak adekuat atau penilaian negatif terhadap dirinya sendiri. Non verbal yang
mendukung masalah harga diri rendah antara lain tampak kontak mata kurang,
menunduk, ekspresi wajah murung, tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain dan
nada suara lembut dan pelan.
Setelah sepakat memilih Tn. I sebagai klien kelolaan bersama, kelompok
mempersiapkan diri dengan mencari literatur dan referensi terkait masalah utama harga
diri rendah pada Tn. I Pada studi lieratur yang dilakukan oleh kelompok didapatkan
bahwa masalah keperawatan harga diri rendah dapat mengakibatkan isolasi sosial yang
pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai masalah keperawatan jiwa lainnya, seperti
3
gangguan sensori persepsi: halusinasi. Selain itu masalah keperawatan harga diri rendah
juga dapat mengakibatkan masalah keperawatan jiwa perilaku kekerasan dan perubahan
proses pikir waham. Mengingat banyaknya akibat yang terjadi dari masalah
keperawatan harga diri rendah maka peran perawat sangat penting untuk membantu
klien dalam meningkatkan kembali harga dirinya.
Proses pelaksanaan implementasi keperawatan yang dilakukan kelompok
dimulai sejak 9 Juli sampai dengan 1 Agustus 2018, dimana setiap anggota kelompok
yang telah berinteraksi dengan klien melaporkan dan mencatat apa yang telah dicapai
saat berinteraksi agar anggota kelompok yang lain dapat melanjutkan intervensi sesuai
dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Selanjutnya kelompok melakukan proses konsultasi dengan pembimbing
mengenai perkembangan dan pencapaian tujuan pada setiap diagnosis yang
dirumuskan. Kelompok akan melakukan perbaikan sesuai saran pembimbing baik
dalam melakukan tindakan maupun pendokumentasian dalam bentuk laporan akhir dan
didesiminasikan melalui seminar.

4
BAB II
GAMBARAN KASUS

A. Pengkajian
Klien Tn. I umur 53 tahun, belum menikah masuk di PSBL Harapan Sentosa
pada tanggal 12 Juni 2012 karena klien ditangkap oleh petugas dinas sosial saat berada
dipinggir jalan, saat ditangkap klien terlihat sangat sedih, putus asa, dan kecewa. Saat
ini klien berada di ruang Cendrawasih.
Berdasarkan hasil wawancara dengan klien, klien mengatakan sangat sedih,
putus asa , kecewa karena klien berada ditempat ini selama 5 tahun sehingga dirinya
merasa minder untuk ketemu dengan orang yang baru dikenal. Klien juga mengatakan
merasa sangat bodoh sehingga tidak berguna. Klien juga mengatakan malas
berinteraksi dengan orang disekelilingnya. Berdasarkan hasil observasi didapatkan data
klien sering menyendiri , saat berbicara klien tidak mau menatap mata perawat, dalam
pembicaraan klien bersuara pelan dan lambat, klien tampak terlihat lesu, tidak mau
memulai pembicaraan.. Ekspresi wajah sedih.. Klien tampak jarang berinteraksi dengan
klien lain. Klien tampak apatis, dan emosi klien tampak datar.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TTV : TD 110/80 mmHg, N:91x/menit,
Pernapasan : 16 x / menit, S : 360 C. klien tampak bersih, klien berpakaian rapi
menggunakan pakaian yng diberikan di panti, klien dapat melakukan aktivitas sehari –
hari secara mandiri.
Diagnosa medik (Skizofrenia Paranoid), therapy yang diberikan adalah :
- Trihexylpenidil 2x1 tablet p.o
- Clozapin 2x25mg tablet p.o

B. Masalah Keperawatan
1. Harga Diri Rendah
Data Subjektif :
- Klien mengatakan sangat sedih, putus asa
- Klien mengatakan merasa minder untuk ketemu dengan orang baru
- Klien mengatakan sangat bodoh dan tidak berguna
Data Objektif :
- Klien tampak sering menyendiri
- Saat wawancara klien tidak mau menatap mata perawat
5
- Klien bersuara pelan dan lambat
- Ekspresi wajah sedih

2. Isolasi sosial
Data Subjektif :
- Klien juga mengatakan malas berinteraksi dengan orang di sekelilingnya.
Data Objektif :
- Klien tampak sering menyendiri
- Klien tampak jarang berinteraksi dengan klien lain.
- Ekspresi klien sedih
3. Resiko Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Data Subjektif :
Data Objektif :
- Klien tampak sering menyendiri

C. Pohon Masalah dan Diagnosis Keperawatan


1. Pohon Masalah
Resiko Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Koping Keluarga Inefektif


Gangguan Citra Tubuh

2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga Diri Rendah
b. Isolasi sosial
c. Risiko Gangguan sensori Persepsi: Halusinasi

6
BAB III

LANDASAN TEORI

A. Proses Terjadinya Masalah

1. Definisi

Harga diri rendah merupakan penilaian negatif tentang nilai personal yang

diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang yang sesuai ideal

diri (Stuart dan Laraia, 2009).

Harga diri rendah adalah suatu penilaian individu tentang pencapaian diri

dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian

ideal diri atau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.

Gangguan harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang negative diri

sendiri, hilang kepercayaan dan merasa gagal mencapai keinginan (Keliat.B.A,

2006).

Pada Tn. I klien mengalami harga diri rendah karena menilai negative pada

dirinya, dimana klien mengungkapkan perasaan minder karena bodoh .

2. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang dapat diobservasi pada klien dengan harga diri rendah

menurut Carpenito, 2002, antara lain: pengungkapan perasaan negatif mengenai

diri, dan ketidakberdayaan. Data ini merupakan data mayor pada harga diri rendah.

Sedangkan data minor harga diri rendah yaitu adanya pengungkapan diri negatif,

ekspresi malu, atau rasa bersalah, evaluasi diri yang tidak mampu menangani

situasi-situasi atau kejadian, kesukaran mengambil keputusan, pengabdian diri, dan

isolasi sosial.

7
Tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh Tn. B adalah klien mengatakan

pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan adalah klien mengatakan merasa

sakit hati karena putus cinta dengan pacarnya. Klien juga mengatakan merasa tidak

dihargai olehadik-adiknya. Dari hasil observasi klien tampak bicara lambat, nada

suara datar dan menundukkan kepala, ekspresi murung.

3. Faktor predisposisi

Harga diri rendah terjadi ketika seseorang kehilangan kasih sayang atau

cinta kasih dari orang lain, kehilangan penghargaan dari orang lain, dan hubungan

interpersonal yang buruk. Harga diri rendah sendiri berarti suatu keadaan dimana

individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang diri atau

kemampuan. Adapun faktor predisposisi dari harga diri rendah adalah penolakan

orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis. Selain itu, penampilan peran (jenis

kelamin dan pekerjaan) juga melatar belakang belakangi terjadiya harga diri rendah.

Pada Tn. I faktor predisposisinya adalah klien mengatakan bahwa klien

memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu klien merasa tidak dihargai

oleh adik klien

4. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dari harga diri rendah adalah stress yang behubungan

dengan frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.

Kurang sumber adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang kompleks,

bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu melalui

kelahiran atau kematian orang yang berarti, kehilangan bagian tubuh, perubahan

ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh dan lain-lain.

8
Sedangkan faktor presipitasi harga diri rendah klien adalah klien merasa

dirinya tidak mempunyai kemampuan dan klien merasa malu wajahnya jelek.

5. Mekanisme koping

Mekanisme koping yang sering digunakan pada klien dengan Harga Diri

Rendah adalah :

a. Regresi : Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dengan penampilan

perilaku seperti malas beraktifitas sehari – hari.

b. Depresi : Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik dan kesadaran yang

cenderung memperkuat ego lainnya.

c. Isolasi : Memisahkan komponen emosi dan perilaku yang dilakukan sesaat

maupun dalam mewakili yang lama.

Perilaku maladaptive yang ditimbulkan pada klien dengan harga diri rendah

adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dengan penampilan perilaku

seperti malas beraktifitas sehari – hari (regresi). Menekan perasaan yang

menyakitkan atau konflik dan kesadaran yang cenderung memperkuat ego lainnya

(depresi). Memisahkan komponen emosi dan perilaku yang dilakukan sesaat

maupun dalam mewakili yang lama (isolasi). Perilaku maladaptive yang digunakan

klien adalah depresi dan isolasi di mana klien selalu menekan perasaan yang

menyakitkan, kemudian klien sering menyendiri di dalam kamar jika klien

mempunyai masalah.

9
6. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga diri Kekacauan Depersonslisasi


Diri diri positif Rendah Identitas

Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma

sosial dan kebudayaan secara umum yang dilakukan dengan kata lain individual

dalam batas-batas normal. Dalam menyelesaikan masalah hubungan individu

dengan orang lain merupakan inti dari kepribadian respon adaptif. Respon adaptif

meliputi :

a. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar

belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

b. Konsep diri positif : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif

dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal yang positif maupun negatif dari

dirinya.

Respon maladaptif adalah respon yang diekspresikan individu dalam upaya

menyelesaikan masalahnya. Respon maladaptif meliputi :

a.Harga diri rendah : seseorang yang mempunyai harga diri rendah akan

memandang dirinya sebagai seorang yang tidak berarti dan kurang bermanfaat,

ia memandang dirinya berbeda dengan apa yang ia inginkan

b. Kekacauan identitas : kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek

identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian

pada masa dewasa yang harmonis

10
c.Depersonalisasi : perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri yang

berhubungan kecemasan, kepanikan, serta tidak dapat membedakan dirinya

dengan orang lain

Pada klien Tn. I, respons sudah termasuk dalam respons maladaptive, yaitu

klien sudah mengungkapkan adanya rasa minder terkait peristiwa-peristiwa

traumatic yang dialami, seperti memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan

yaitu klien sakit hati karena merasa tidak dihargai oleh adik-adiknya.

Akibat dari masalah yang ditimbulkan adalah klien mengalami harga diri

rendah, isolasi sosial, resiko gangguan sensori persepsi : halusinasi.

B. TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran

a. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan keperawatan :

1) Menyapa klien dengan ramah baik verbal maupun verbal

2) Memperkenalkan diri dengan sopan

3) Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

4) Menjelaskan tujuan pertemuan

5) Jujur dan menepati janji

6) Menunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

7) Memberikan perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

8) Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

11
b. TUK 2 : Klien dapat mengontrol halusinasinya

Tindakan keperawatan.

1) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap

2) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya : bicara dan

tertawa tanpa stimulus, memandang kekiri / kekanan / kedepan seolah –olah

ada teman berbicara.

3) Bantu klien mengenal halusinasinya :

a) Jika sedang menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan

apakah ada suara yang didengar.

b) Jika klien menjawab ada, lanjutkan : apa yang dikatakan.

c) Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun

perawat sendiri tidak mendengarnya.

d) Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu

e) Katakan bahwa perawat akan membantu dia.

4) Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan atau tidak

menimbulkan halusinasi dan waktu terjadinya halusinasi

5) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi.

c. TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya

Tindakan keperawatan:

1) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang akan dilakukan jika terjadi

halusinasi.

2) Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien jika bermanfaat berikan

pujian.

3) Diskusikan cara baru untuk memutus / mengontrol halusinasi.

12
a) Katakan : “pergi,pergi kamu suara palsu, saya tidak mau dengar kamu

b) Menemui orang lain ( perawat / teman/ aggota keluarga ) untuk

bercakap – cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.

c) Membuat jadwal sehari – hari agar halusinasi tidak sempat muncul.

d) Meminta keluarga atau teman / perawat, menyapa jika klien tampak

bicara sendiri.

4) Bantu klien memilih dan melatih cara memutuskan halusinasi secara

bertahap.

5) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi dan beri

pujian jika berhasil.

6) Anjurkan klien mengikuti TAK, Orientasi realita, Stimulus persepsi.

d. TUK 4 : Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

Tindakan keperawatan

1) Anjurkan klien untuk memberitahukan keluarga jika mengalami halisinasi.

2) Diskusikan dengan keluarga ( pada saat keluarga berkunjung . pada saat

kenjungan rumah )

a) Gejala halusinasi yang dialami klien.

b) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus

halusinasinya

c) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah : beri

kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, berpergian bersama.

d) Beri Informasi waktu follow up atau kapan perlu dapat bantuan

13
e. TUK 5 : Klien dapat memanfaatkan obat.

Tindakan keperawatan.

1) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi, manfaat

obat.

2) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan rasakan manfaat

obatnya.

3) Anjurkan klien untuk berbicara dengan dokter tentang manfaat dan efek

samping obat yang dirasakan.

4) Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi

5) Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar

2. Isolasi sosial

a. TUK 1 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Tindakan keperawatan :

1) Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-

tandanya :

a) Dirumah bapak tinggal dengan siapa

b) Siapa yang dekat dengan bapak

c) Apa yang membuat bapak dekat dengannya

d) Dengan siapa bapak tidak dekat

e) Apa yang membuat bapak tidak dekat

f) Apa yang harus lakukan agar dekat dengan seseorang

2) Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab

menarik diri atau tidak mau bergaul

3) Memberikan pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaannya

14
b. TUK 2 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain

dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

Tindakan keperawatan :

1) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan

2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berhubungan dengan orang lain

3) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain

4) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

5) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan

orang lain

6) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain

7) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang

lain

8) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan

perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

c. TUK 3 : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap

Tindakan keperawatan :

1) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

2) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap

a) K–P

b) K – P – P lain

c) K – P – K lain

d) K – P – P lain – K lain

15
3) Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai

4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

5) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam

mengisi waktu

6) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

7) Beri reiforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

d. TUK 4 : Klien dapat mengungkapkan perasaanya dengan orang lain

Tindakan keperawatan :

1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan

orang lain

2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan

orang lain

3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaaan

manfaat berhubungan dengan orang lain

e. TUK 5 : Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

Tindakan keperawatan :

1) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

a) Perilaku menarik diri

b) Penyebab perilaku menarik diri

c) Akibat yang akan terjadi bila tidak ditanggapi

d) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

2) Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk

berkomunikasi dengan orang lain

3) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien

minimal 1 minggu sekali

16
4) Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai keluarga

3. Harga diri rendah

a. TUK 1 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki yang dapat digunakan di RS dan dirumah.

Tindakan keperawatan :

1) Bantu klien menyebutkan aspek positif yang ada pada dirinya baik dari segi

fisik maupun dari segi intelektual.

2) Bantu klien menyebutkan harapan dan cita-cita

3) Diskusikan dengan klien keterampilan yang menonjol yang biasa dilakukan

di RS dan dirumah

4) Setiap bertemu klien hindari memberi penilaian yang negatif

5) Berikan reinforcement positif bila klien dapat menyebutkan aspek positif

yang ada pada dirinya

b. TUK 2 : Klien dapat menilai kemampuan diri yang dapat digunakan.

Tindakan keperawatan :

1) Diskusikan dengan klien kegiatan yang biasa dilakukan di RS

2) Diskusikan dengan klien kemampuan klien melaksanakan kegiatan dirumah

c. TUK 3 : Klien dapat menyusun kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya

Tindakan keperawatan :

1) Bantu klien menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan

2) Bantu klien menyusun kegiatan selama 1 minggu

3) Beri reinforcement positif bila klien dapat menyusun jadwal kegiatan selama

1 minggu

d. TUK 4 : Klien dapat melaksanakan kegiatan secara bertahap sesuai jadwal

dengan bimbingan

17
Tindakan keperawatan :

1) Beri contoh cara melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat bersama

klien

2) Beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan kembali contoh yang telah

diberikan perawat

3) Beri reinforcement positif bila klien melakukan demonstrasi sesuai contoh

4) Beri kesempatan klien untuk melakukan kegiatan yang telah direncanakan

dengan bimbingan perawat.

5) Beri reinforcement positif bila klien dapat melakukan dengan baik

6) Motivasi klien untuk melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan

e. TUK 5 : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan harga diri.

Tindakan keperawatan :

1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :

a) Salam, perkenalan diri

b) Jelaskan tujuan

c) Buat kontrak

d) Eksplorasi perasaan klien

2) Diskusikan dengan keluarga tentang peran keluarga dalam merawat klien

dengan harga diri rendah

3) Jelaskan pada keluarga tentang penyebab terjadinya harga diri rendah akibat

yang mungkin terjadi

4) Diskusikan dengan keluarga cara merawat klien dengan harga diri rendah

5) Libatkan keluarga dalam meningkatkan harga diri rendah

6) Anjurkan keluarga untuk meneruskan stimulasi terhadap kemajuan klien

18
4. Defisit perawatan diri : berpakaian dan berhias

a. TUK 1 : klien mengetahui pentingnya perawatan diri

Diskusikan dengan klien :

1) Penyebab klien tidak merawat diri

2) Manfaat perawatan diri untuk keadaan fisik, mental dan sosial

3) Tanda-tanda perawatan diri yang baik

4) Penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh klien bila

perawatan diri tidak adekuat

b. TUK 2 : klien mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri

1) Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri selama ini : berpakaian dan

berhias

2) Diskusikan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar : berpakaian dan

berhias

3) Berikan pujian untuk setiap respon klien yang positif

c. TUK 3 : klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan batuan perawat

1) Bantu klien saat perawatan diri : berpakaian dan berhias

2) Beri pujian setelah klien selesai melaksanakan perawatan diri

d. TUK 4 : klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri

1) Pantau klien dalam melaksanakan perawatan diri : berpakaian dan berhias

2) Beri pujian setelah klien selesai melaksanakan perawatan diri

e. TUK 5 : klien dapat dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri

1) Diskusikan dengan keluarga:

a) Penyebab klien tidak melaksanakan perawatan diri

b) Tindakan yang telah dilakukan klien selama di rumah sakit dalam

menjaga kebersihan diri dan kemajuan yang telah dialami klien

19
c) Dukungan yang bisa diberikan oleh keluarga untuk meningkatkan

kemampuan keluarga dalam perawatan diri

2) Diskusikan dengan keluarga tentang :

a) Sarana yang diperlukan untuk menjaga perawatan diri klien

b) Anjurkan kepada keluarga untuk menyiapkan sarana tersebut

3) Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan keluarga daalam

perawatan diri klien :

a) Anjurkan keluarga untuk mempraktekkan perawatan diri (berpakaian dan

berhias)

b) Ingatkan klien waktu berpakaian dan berhias

c) Bantu jika klien mengalami hambatan dalam perawatan diri

d) Berikan pujian atas keberhasilan klien

5. Resiko perilaku kekerasan

a. TUK 1 : klien dapat mengidentifikasi penyebab kekerasan

1) Bantu klien mengungkapkan perasaannya

2) Bantu klien mengungkapkan penyebab timbulnya marah (orang lain, situasi

atau diri sendiri)

b. TUK 2 : klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

1) Anjurkan klien mengungkapkan hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel

atau marah

2) Observasi tanda perilaku kekerasan

3) Diskusikan dengan klien tanda-tanda perilaku kekerasan

c. TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

1) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

20
2) Bantu klien untuk bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan

3) Diskusikan bersama klien apakan dengan cara yang klien lakukan

masalahnya selesai

4) Biacarakan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien

d. TUK 4 : klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

1) Diskusikan dengan klien akibat cara yang dilakukan

2) Tanyakan apakah klien ingin belajar cara yang baru dann sehat

e. TUK 5 : klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam merespon

terhadap kemarahan

1) Tanyakan pada klien apakah dia mengetahui cara lain yang lebih sehat

2) Beri reinforcement positif jika klien mengetahui cara lain yang sehat

3) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :

a) Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal

atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga

b) Secara verbal : katakana bahwa anda sedang kesal / tersinggung /

jengkel, contoh : saya marah, karena mama tidak memenuhi keinginan

saya

c) Secara sosial : latihan dalam kelompok-kelompok cara marah yang

sehat: latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan

d) Secara spiritual : sembahyang, berdo’a atau ibadah lain : meminta

kepada tuhan agar diberi kesabaran dan mengadu kepada-Nya bila

sedang jengkel / kesal.

f. TUK 6 : klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol

1) Bantu klien memilih cara yang disukai / cocok dengan klien

21
2) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari pada saat klien

jengkel / kesal

3) Diskusikan dengan klien manfaat cara yang telah digunakan

4) Beri pujian atas keberhasilan

g. TUK 7 : klien dapat dukungan keluarga dalam mengentrol perilaku kekerasan

1) Buat kontak dengan keluarga pada saat membawa klien ke RS

a) Pertemuan rutin dengan perawat

b) Pertemuan dengan keluarga

2) Bantu keluarga mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

a) Siapa yang dapat diterima klien

b) Fasilitas yang dimiliki keluarga di rumah

3) Jelaskan cara merawat klien pada keluarga seperti cara marah yang sehat

melalui fisik, verbal, sosial dan spiritual

4) Latihan keluarga cara merawat klien di rumah dan terapi pengobatan

h. TUK 8 : klien dapat menggunakan obat benar

1) Jelaskan obat yang harus diminum klien pada klien dan keluarga

2) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian minum obat tanpa izin dokter

3) Jelaskan prinsip 5 benar obat : baca nama yang tertera dilabel obat, waktu,

cara dan kenali warna obatnya

4) Anjurkan klien melapor pada perawat atau dokter jika merasakan efek yang

tidak menyenangkan

5) Beri pujian jika klien minum obat

22
BAB IV

PELAKSANAAN TINDAKAN

Pelaksanaan implementasi asuhan keperawatan pada Tn. I dengan masalah harga diri

rendah dilakukan sejak tanggal 09 Juli sampai dengan 1 Agustus 2018 di ruang Kenari PSBL

Harapan Sentosa jakarta adalah sebagai berikut :

A. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial

1. Implementasi

Pada Tn. I untuk mengatasi masalah isolasi sosial, mahasiswa telah melakukan

tindakan keperawatan yaitu : menyebutkan penyebab menarik diri, mengkaji

pengetahuan klien tentang prilaku menarik diri, dan tanda–tandanya, memberikan

kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau

tidak mau bergaul, memberikan pujian terhadap kemampuan atau usaha-usaha yang

klien untuk mengungkapkan perasaannya, mengkaji pengetahuan klien tentang

manfaat dan keuntungan berteman dengan orang lain.

Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berteman dengan orang lain, mendiskusikan dengan klien tentang

kemampuan berteman dengan orang lain, memberi reinforcement positif terhadap

kemampuan klien mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berteman dengan

orang lain, mengkaji pengetahuan klien tentang kerugian tidak berteman dengan

orang lain, memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

kerugian tidak berteman dengan orang lain, memberi reinforcement positif atas

kemampuan pengungkapan perasaan tentang kerugian tidak berteman dengan orang

lain, mengkaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain, mendorong

dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain, mendorong dan

membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap : K – P, K – P –

23
P lain,K – P – K lain, K- P- P lain – K lain, memberikan reinforcement positif

terhadap kemampuan yang telah di capai, membantu klien untuk mengevaluasi

manfaat berhubungan dengan orang lain, mendiskusikan jadwal kegiatan harian yang

dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu, memotivasi klien mengikuti

kegiatan dalam ruangan, memberi reinforcement atas kegiatan klien dalam ruangan,

mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan bila berhubungan dengan orang

lain, mendiskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan

orang lain, memberi reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan

perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.

2. Evaluasi.

Klien mengatakan anak ketiga dari empat bersaudara, klien tinggal serumah

dengan ibunya 1 orang adik laki-lakinya. Klien mengatakan paling dekat dengan

ibunya, klien merasa kangen dengan ibunya, klien mengatakan tidak ada anggota

keluarga yang menderita penyakit yang sama dengannya. Klien mnegatakan minder

bila bertemu dengan orang baru sehingga lebih senang menyendiri. Klien

mengatakan agar kenal dan dekat dengan orang lain harus berkenalan terlebih dahulu.

Klien mengatakan tahu manfaat berteman dan kerugian tidak punya teman dengan

orang lain.

Kontak mata selama interaksi kurang, klien banyak diam dan kadang-kadang

menundukan kepala, klien tampak lesu dan lebih suka menyendiri. Saat klien dilatih

cara berkenalan dengan klien yang lain klien dapat mendemonstrasikannya dan mau

berkenalan dengan klien yang lain, klien juga mengungkapkan perasaannya setelah

berkenalan dengan klien, klien dapat mengikuti kegiatan TAK dari awal sampai akhir

Rencana untuk perawat : motivasi klien untuk tetap mempertahankan kemampuan

berkenalan dan berlatih berhubungan dengan orang lain, dan anjurkan klien mengisi

24
jadwal kegiatan harian klien. Rencana untuk klien : Anjurkan klien berinteraksi

dengan klien lain, dan anjurkan klien untuk memasukkan ke dalam jadwal kegiatan.

B. Diagnosa keperawatan: Harga diri rendah

1. Implementasi

Pada Tn. 1 mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,

menghindarkan klien dari memberi penilaian negatif pada setiap pertemuan,

mengutamakan memberi pujian yang realistis, mendiskusikan dengan klien

kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit, mendiskusikan kemampuan

yang dapat dilanjutkan kemampuannya, merencanakan bersama klien aktifitas yang

dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan, kegiatan mandiri, dengan

bantuan sebagian, membutuhkan bantuan total, meningkatkan kegiatan sesuai dengan

toleransi kondisi klien, memberi contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien

lakukan memberi kesempatan kepada klien mencoba kegiatan yang telah

direncanakan, memberi pujian atas keberhasilan klien, mendiskusikan kemungkinan

pelaksanaan di rumah.

2. Evaluasi

Pada hari keempat dan kelima interaksi klien menunjukkan ekspresi wajah yang

bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata tetapi kadang kosong, mau

berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk

berdampingan dengan perawat.

Setelah beberapa kali berinteraksi yaitu mulai hari pertama sampai hari kelima

klien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu merasa

tidak dihargai oleh adiknya karena kebodohannya . Klien tampak bicara lambat, nada

suara klien datar dan isi pembicaran sesuai antara pertanyaan dengan jawaban. Klien

sudah bisa membuat jadwal kegiatan harian, klien bisa mengidentifikasi aspek positif

25
yang dimiliki klien dan melakukan kegiatan itu selama berada dipanti . Rencana yang

dilakukan oleh perawat : Motivasi klien untuk melakukan aktivitas yang mampu

dilakukan klien selama berada dipanti seperti mencuci baju , menyapu dan mengepel,

anjurkan membuat jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan dan berdayakan

sistem pendukung dalam perawatan klien dengan harga diri rendah. Rencana yang

dilakukan oleh klien : anjurkan klien untuk melakukan aspek positif atau kemampuan

yang dapat digunakan selama berada dirumah sakit dan anjurkan klien mengisi jadwal

kegiatan harian klien.

26
BAB V

PEMBAHASAN

Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai keberhasilan yang telah dicapai oleh

klien dan hambatan yang ditemukan pada saat merawat klien serta pemecahan masalah yang

telah dilakukan :

A. Diagnosa I : Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah

Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien Tn. I dengan masalah yaitu harga

diri rendah, mahasiswa telah berusaha melakukan tindakan sesuai dengan tujuan khusus

yang telah ditetapkan dalam rencana asuhan keperawatan. Pada evaluasi hasil untuk

diagnosa gangguan konsep diri harga diri rendah, mahasiswa telah berhasil melakukan

tindakan keperawatan sampai kepada tujuan khusus yaitu klien dapat melakukan kegiatan

sesuai kondisi sakit dan kemampuannya. Kelompok melakukan tindakan keperawatan

sesuai dengan tujuan khusus yaitu klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki serta klien dapat memberikan penilaian terhadap kemampuan yang

dapat digunakan. Pada saat kelompok melakukan tindakan sesuai dengan tujuan khusus,

kelompok melakukan diskusi dengan klien dan memberikan reinforcement positif pada

klien. Kelompok juga mengalami sedikit hambatan dalam menggali aspek positif dalam

diri klien, karena Menurut Stuart dan Laraia, (2009) individu yang mengalami harga diri

rendah cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain,

begitu pula dengan klien Tn. I setiap kali ditanya, klien lebih sering menjawab dengan

kata “sama, biasa saja”. Perasaan klien juga cepat berubah jika ada pembicaraan yang

menjadi pengalaman traumatik bagi klien. Klien mengatakan tidak mempunyai kelebihan

apa-apa, klien merasa minder karena klien orang yang bodoh, klien mengatakan merasa

tidak dihargai oleh saudaranya dan adik klien karena klien bodoh.

27
Kelompok kemudian melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan tujuan

khusus yaitu klien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki oleh klien,

membantu klien menilai kemampuan klien yang masih bisa dilakukan, membantu klien

memilih kegiatan yang dilatih sesuai kemampuan klien dan melatihnya sesuai

kemampuan pasien. Untuk mencapai tujuan itu, kelompok membantu klien

mengidentifikasi hal positif dan merencanakan bersama dengan klien aktifitas yang dapat

klien lakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan klien dengan menuliskan rencana

kegiatan harian klien diatas kertas bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari

sesuai dengan kemampuan, kegiatan mandiri, dengan bantuan sebagian, membutuhkan

bantuan total, meningkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien, memberi

contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan memberi kesempatan kepada

klien mencoba kegiatan yang telah direncanakan, memberi pujian atas keberhasilan klien,

mendiskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

Solusi yang dilakukan oleh kelompok untuk meningkatkan harga diri klien dengan

cara menggali aspek positif yang ada pada diri pasien dan meyakini klien bahwa klien

juga punya kelebihan yang tidak semua orang bisa misalnya mencuci baju, mengepel dan

membantu orang lain. Kelompok juga mencoba memfasilitasi klien dengan memberikan

pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban dan perawat pada akhirnya, klien mau

mendiskusikan aspek positif dalam dirinya. Perawat juga mengorientasikan kembali

tujuan interaksi, yaitu demi kepentingan klien, bukan untuk memenuhi kebutuhan

kelompok.

Meskipun menemukan beberapa hambatan selama praktek di ruangan Kenari

kelompok telah melakukan tindakan keperawatan dari SP I sampai dengan SP II (5 kali

pertemuan). Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, telah mendapatkan hasil yang

28
baik, hal ini ditunjukkan dengan klien bisa merubah pandangan negatif terhadap dirinya,

dan klien mau menggunakan kemampuan yang dimiliki.

Pada evaluasi hasil untuk diagnosa harga diri rendah mahasiswa telah melakukan

tindakan keperawatan sampai kepada tujuan khusus yaitu klien mampu melakukan

kegiatan sesuai rencana yang dibuat.

B. Diagnosa II : Isolasi Sosial

Kelompok telah melaksanakan tindakan keperawatan dari SP I sampai dengan SP

III ( 3 kali pertemuan). Kelompok menemukan hambatan dalam menggali penyebab

klien menarik diri, sebab saat diberikan pertanyaan mengenai penyebab isolasi sosialnya,

ataupun keuntungan berteman dan kerugian tidak berteman, klien lagi-lagi menjawab

“sama saja”. Seperti halnya dalam melaksanakan tindakan keperawatan untuk masalah

Harga Diri Rendah, kelompok mencoba memfasilitasi klien dengan memberikan

pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban sederhana. Sehingga, pada akhirnya klien

berhasil mengidentifikasi penyebab menarik diri pada dirinya. Selain itu kelompok

menggunakan pertanyaan singkat dan langsung dalam melaksanakan tindakan

keperawatan pada klien.

Menurut Haber (1997) mengungkapkan bahwa rasa percaya dibentuk dari sejak

bayi, sehingga kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan saat bayi mulai ketergantungan

pada orang lain akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri sendiri dan orang lain serta

menarik diri. Klien tidak mengalami gangguan dalam pola asuh atau berkomunikasi

sehari-hari, klien selalu berkomunikasi dengan ibunya.

Pada umumnya klien dengan masalah hubungan sosial khususnya isolasi sosial

memilki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap orang lain yang seperti dikatakan oleh

Rawlin, (1993) dikutip dalam Keliat (2006), bahwa perilaku menarik diri adalah

29
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain atau menghindari hubungan

dengan orang lain. Hal tersebut ditunjukkan oleh klien yang mengatakan selama ini

malas berbicara dan berkenalan dengan orang lain. Klien juga mengatakan malas

berinteraksi dengan orang di sekelilingnya.

Kelompok kemudian melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan tujuan

khusus yaitu klien dapat mengidentifikasi penyebab menarik diri, klien dapat

menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri dan klien dapat

melaksanakan hubungan sosial secara bertahap, memberikan reinforcement positif

terhadap kemampuan yang telah di capai, membantu klien untuk mengevaluasi manfaat

berhubungan dengan orang lain, mendiskusikan jadwal kegiatan harian yang dapat

dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu, memotivasi klien mengikuti kegiatan

dalam ruangan, memberi reinforcement atas kegiatan klien dalam ruangan, mendorong

klien untuk mengungkapkan perasaan bila berhubungan dengan orang lain,

mendiskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain,

memberi reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat

berhubungan dengan orang lain.

Pada evaluasi hasil untuk diagnosa isolasi sosial mahasiswa telah melakukan

tindakan keperawatan sampai kepada tujuan khusus yaitu klien mampu melakukan

kegiatan sesuai rencana yang dibuat dimana klien saat dilatih cara berkenalan dengan

klien yang lain klien dapat mendemonstrasikannya dan mau berkenalan dengan klien

yang lain, klien juga mengungkapkan perasaannya setelah berkenalan dengan klien.

30
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Klien dengan gangguan harga diri rendah memiliki penilaian diri yang negatif, sulit

membina hubungan saling percaya pada awal interaksi. Klien mengalami hambatan

dalam menggali aspek positif yang dimilikinya, bahkan tidak ada motivasi dalam

melakukan kegiatan untuk melangsungkan hidupnya.

Keluarga dapat menjadi salah satu pencetus timbulnya harga diri rendah seperti

kehilangan kasih sayang atau cinta kasih dari orang tua yang tidak bisa dipenuhi oleh

anak karena tidak sesuai dengan keinginan anak, kemudian orang tua menyalahkan

ketidak berhasilan anak karena ketidakmampuannya.

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan i harga

diri rendah yaitu menunjukkan sikap empati, dan menerima klien apa adanya, memberi

perhatian, kontak sering tapi singkat, menggunakan pertanyaan tertutup dengan jawaban

pilihan dan memenuhi kebutuhan dasar. Menggali aspek positif yang dimiliki klien,

hindarkan penilaian yang negatif, utamakan memberi pujian yang realistis setiap

kemampuan yang dimiliki klien, walaupun respon klien tidak adekuat.

B. Saran

Untuk mengatasi hambatan yang ditemukan dalam merawat klien dengan harga diri

rendah dibutuhkan perhatian dari perawat, yaitu:

a. Diharapkan perawat dapat memodifikasi tindakan sesuai dengan kondisi klien dan

tetap mempertahankan prinsip tindakan keperawatan seperti kontak mata sering dan

singkat, menggunakan bahasa yang mudah dipahami klien, bersikap empati,

31
memenuhi kebutuhan dasar klien agar dapat memenuhi klien dalam memberikan

asuhan keperawatan yang profesional.

b. Perawat hendaknya menunda sementara pembicaraan yang menjadi pengalaman

traumatik bagi klien dan memulai secara bertahap jika klien sudah siap.

c. Pendidikan kesehatan pada keluarga mengenai masalah yang terjadi pada klien, tanda

dan gejala secara merawat klien yang dapat dilakukan keluarga, perlu di optimalkan

pada saaat keluarga berkunjung ke rumah sakit atau saat perawat melakukan

kunjungan rumah.

d. Perawat melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga secara teratur dan

berkesinambungan baik dalm seting rawat inap, rawat jalan dan komunitas.

32
33

Anda mungkin juga menyukai