PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini pengaruh modernisasi, globalisasi, industrialisasi, kemajuan IPTEK,
mengakibatkan perubahan sosial yang cepat sehingga kehidupan masyarakat semakin
kompleks dan rumit. Komplektisitas dan kerumitan ini mengakibatkan proses adaptasi
menjadi semakin sulit. Kehidupan yang serba kompetitif, penuh persaingan, dan
rivalitas serta diwarnai perilaku yang tidak wajar dan merugikan orang lain,
menimbulkan ketakutan, kecemasan, dan ketegangan pada individu. Pada akhirnya
prevalensi gangguan jiwa pada masyarakat didunia semakin meningkat, tidak terkecuali
di Indonesia.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan
selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang
harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan
dalam hubungan dengan manusia lain.
Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan
atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Keliat, 2005). Ciri gangguan jiwa
antara lain marah tanpa sebab, mengurung diri, tidak mengenali orang, bicara kacau,
bicara sendiri dan tidak mampu merawat diri.
Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering
muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah
digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal
mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini
tidak segera ditanggulangi sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat.
Beberapa tanda harga diri rendah yaitu merasa bersalah terhadap diri sendiri,
merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial, kurang
percaya diri kadang sampai mencederai diri sendiri (Townsend, 1998).
Mengacu pada data WHO, prevalensi (angka kesakitan) penderita skizofrenia
sekitar 0,2-2%. Sedangkan insiden atau kasus baru yang muncul setiap tahun sekitar
0,01%. Lebih dari 80% menderita skizofrenia di Indonesia tidak diobati dan dibiarkan
berkeliaran di jalanan atau bahkan dipasung. Sementara jumlah penderita gangguan
1
jiwa ringan dan sedang juga terus meningkat. Diperkirakan 20-30% populasi penduduk
di perkotaan mengalami gangguan jiwa ringan dan berat. Untuk penderita depresi,
awalnya banyak yang mengeluhkan gangguan fisik. Yang membahayakan depresi
masih dianggap sebagai bentuk kesedihan biasa yang normal (Hanoman, 2008).
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart & Laraia, 2005). Harga
diri diperoleh dari diri seseorang dan orang lain. Jika individu selalu sukses maka
cenderung harga diri tinggi. Jika individu sering gagal, kehilangan kasih sayang dan
penghargaan orang maka individu cenderung harga diri rendah.
Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang
terintegrasi. Keperawatan jiwa mampu mengatasi masalah HDR. Pada pasien HDR
Proses keperawatan jiwa membantu individu secara utuh, bukan hanya merawat
penyakitnya tetapi lengkap pada semua aspek bio-psiko-sosial-spiritual.
Dari data jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia terus bertambah. Data dari
rumah sakit jiwa di seluruh Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita
gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Kenaikan jumlah penderita gangguan
jiwa terjadi di sejumlah kota besar.
Pada kesempatan praktek profesi keperawatan jiwa di PSBL Harapan Sentosa
Jakarta Barat, kelompok mendapatkan pengalaman dalam menangani klien dengan
masalah Harga Diri Rendah. Selama masa praktek profesi yang telah dijalani selama 4
minggu, mahasiswa berkesempatan merawat klien dengan harga diri rendah. Di ruangan
Cendrawasih PSBL Harapan Sentosa Jakarta Barat kelompok telah menjalani praktek
sejak tanggal 9 Juli sampai dengan 3 Agustus 2018.
Kelompok merasa tertarik untuk mengangkat kasus harga diri rendah
merupakan masalah keperawatan yang unik “murni” menjadi tanggung jawab perawat
untuk membantu klien untuk mengatasinya, dibutuhkan motivasi yang kontinyu untuk
membantu meningkatkan harga diri klien dan sehingga peran perawat sangat diperlukan
untuk penanganan klien dengan masalah harga diri rendah
Harga diri rendah merupakan hal dasar yang paling rentan untuk menyebabkan
masalah keperawatan jiwa lain yaitu isolasi sosial, gangguan sensori persepsi:
halusinasi dan lebih lanjut dapat menyebabkan perilaku kekerasan yang dapat diarahkan
kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Berdasarkan data tersebut diatas, maka
kelompok merasa tertarik untuk mengambil judul makalah “Asuhan Keperawatan Jiwa
2
pada klien Tn. I dengan masalah Harga Diri Rendah di Ruang Cendrawasih PSBL
Harapan Sentosa”..
4
BAB II
GAMBARAN KASUS
A. Pengkajian
Klien Tn. I umur 53 tahun, belum menikah masuk di PSBL Harapan Sentosa
pada tanggal 12 Juni 2012 karena klien ditangkap oleh petugas dinas sosial saat berada
dipinggir jalan, saat ditangkap klien terlihat sangat sedih, putus asa, dan kecewa. Saat
ini klien berada di ruang Cendrawasih.
Berdasarkan hasil wawancara dengan klien, klien mengatakan sangat sedih,
putus asa , kecewa karena klien berada ditempat ini selama 5 tahun sehingga dirinya
merasa minder untuk ketemu dengan orang yang baru dikenal. Klien juga mengatakan
merasa sangat bodoh sehingga tidak berguna. Klien juga mengatakan malas
berinteraksi dengan orang disekelilingnya. Berdasarkan hasil observasi didapatkan data
klien sering menyendiri , saat berbicara klien tidak mau menatap mata perawat, dalam
pembicaraan klien bersuara pelan dan lambat, klien tampak terlihat lesu, tidak mau
memulai pembicaraan.. Ekspresi wajah sedih.. Klien tampak jarang berinteraksi dengan
klien lain. Klien tampak apatis, dan emosi klien tampak datar.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TTV : TD 110/80 mmHg, N:91x/menit,
Pernapasan : 16 x / menit, S : 360 C. klien tampak bersih, klien berpakaian rapi
menggunakan pakaian yng diberikan di panti, klien dapat melakukan aktivitas sehari –
hari secara mandiri.
Diagnosa medik (Skizofrenia Paranoid), therapy yang diberikan adalah :
- Trihexylpenidil 2x1 tablet p.o
- Clozapin 2x25mg tablet p.o
B. Masalah Keperawatan
1. Harga Diri Rendah
Data Subjektif :
- Klien mengatakan sangat sedih, putus asa
- Klien mengatakan merasa minder untuk ketemu dengan orang baru
- Klien mengatakan sangat bodoh dan tidak berguna
Data Objektif :
- Klien tampak sering menyendiri
- Saat wawancara klien tidak mau menatap mata perawat
5
- Klien bersuara pelan dan lambat
- Ekspresi wajah sedih
2. Isolasi sosial
Data Subjektif :
- Klien juga mengatakan malas berinteraksi dengan orang di sekelilingnya.
Data Objektif :
- Klien tampak sering menyendiri
- Klien tampak jarang berinteraksi dengan klien lain.
- Ekspresi klien sedih
3. Resiko Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Data Subjektif :
Data Objektif :
- Klien tampak sering menyendiri
Isolasi Sosial
2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga Diri Rendah
b. Isolasi sosial
c. Risiko Gangguan sensori Persepsi: Halusinasi
6
BAB III
LANDASAN TEORI
1. Definisi
Harga diri rendah merupakan penilaian negatif tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang yang sesuai ideal
Harga diri rendah adalah suatu penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian
ideal diri atau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.
Gangguan harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang negative diri
2006).
Pada Tn. I klien mengalami harga diri rendah karena menilai negative pada
Tanda dan gejala yang dapat diobservasi pada klien dengan harga diri rendah
diri, dan ketidakberdayaan. Data ini merupakan data mayor pada harga diri rendah.
Sedangkan data minor harga diri rendah yaitu adanya pengungkapan diri negatif,
ekspresi malu, atau rasa bersalah, evaluasi diri yang tidak mampu menangani
isolasi sosial.
7
Tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh Tn. B adalah klien mengatakan
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan adalah klien mengatakan merasa
sakit hati karena putus cinta dengan pacarnya. Klien juga mengatakan merasa tidak
dihargai olehadik-adiknya. Dari hasil observasi klien tampak bicara lambat, nada
3. Faktor predisposisi
Harga diri rendah terjadi ketika seseorang kehilangan kasih sayang atau
cinta kasih dari orang lain, kehilangan penghargaan dari orang lain, dan hubungan
interpersonal yang buruk. Harga diri rendah sendiri berarti suatu keadaan dimana
individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang diri atau
kemampuan. Adapun faktor predisposisi dari harga diri rendah adalah penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis. Selain itu, penampilan peran (jenis
kelamin dan pekerjaan) juga melatar belakang belakangi terjadiya harga diri rendah.
memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu klien merasa tidak dihargai
4. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dari harga diri rendah adalah stress yang behubungan
dengan frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.
kelahiran atau kematian orang yang berarti, kehilangan bagian tubuh, perubahan
8
Sedangkan faktor presipitasi harga diri rendah klien adalah klien merasa
dirinya tidak mempunyai kemampuan dan klien merasa malu wajahnya jelek.
5. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang sering digunakan pada klien dengan Harga Diri
Rendah adalah :
b. Depresi : Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik dan kesadaran yang
Perilaku maladaptive yang ditimbulkan pada klien dengan harga diri rendah
menyakitkan atau konflik dan kesadaran yang cenderung memperkuat ego lainnya
maupun dalam mewakili yang lama (isolasi). Perilaku maladaptive yang digunakan
klien adalah depresi dan isolasi di mana klien selalu menekan perasaan yang
mempunyai masalah.
9
6. Rentang Respon
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum yang dilakukan dengan kata lain individual
dengan orang lain merupakan inti dari kepribadian respon adaptif. Respon adaptif
meliputi :
a. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal yang positif maupun negatif dari
dirinya.
a.Harga diri rendah : seseorang yang mempunyai harga diri rendah akan
memandang dirinya sebagai seorang yang tidak berarti dan kurang bermanfaat,
10
c.Depersonalisasi : perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri yang
Pada klien Tn. I, respons sudah termasuk dalam respons maladaptive, yaitu
yaitu klien sakit hati karena merasa tidak dihargai oleh adik-adiknya.
Akibat dari masalah yang ditimbulkan adalah klien mengalami harga diri
B. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan :
11
b. TUK 2 : Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan:
1) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang akan dilakukan jika terjadi
halusinasi.
2) Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien jika bermanfaat berikan
pujian.
12
a) Katakan : “pergi,pergi kamu suara palsu, saya tidak mau dengar kamu
bicara sendiri.
bertahap.
5) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi dan beri
Tindakan keperawatan
kenjungan rumah )
halusinasinya
13
e. TUK 5 : Klien dapat memanfaatkan obat.
Tindakan keperawatan.
obat.
2) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan rasakan manfaat
obatnya.
3) Anjurkan klien untuk berbicara dengan dokter tentang manfaat dan efek
2. Isolasi sosial
Tindakan keperawatan :
tandanya :
14
b. TUK 2 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
Tindakan keperawatan :
orang lain
lain
Tindakan keperawatan :
2) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap
a) K–P
b) K – P – P lain
c) K – P – K lain
d) K – P – P lain – K lain
15
3) Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai
mengisi waktu
Tindakan keperawatan :
orang lain
orang lain
Tindakan keperawatan :
16
4) Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai keluarga
Tindakan keperawatan :
1) Bantu klien menyebutkan aspek positif yang ada pada dirinya baik dari segi
di RS dan dirumah
Tindakan keperawatan :
Tindakan keperawatan :
3) Beri reinforcement positif bila klien dapat menyusun jadwal kegiatan selama
1 minggu
dengan bimbingan
17
Tindakan keperawatan :
1) Beri contoh cara melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat bersama
klien
diberikan perawat
Tindakan keperawatan :
b) Jelaskan tujuan
c) Buat kontrak
3) Jelaskan pada keluarga tentang penyebab terjadinya harga diri rendah akibat
4) Diskusikan dengan keluarga cara merawat klien dengan harga diri rendah
18
4. Defisit perawatan diri : berpakaian dan berhias
4) Penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh klien bila
berhias
2) Diskusikan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar : berpakaian dan
berhias
19
c) Dukungan yang bisa diberikan oleh keluarga untuk meningkatkan
berhias)
1) Anjurkan klien mengungkapkan hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel
atau marah
20
2) Bantu klien untuk bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
masalahnya selesai
2) Tanyakan apakah klien ingin belajar cara yang baru dann sehat
terhadap kemarahan
1) Tanyakan pada klien apakah dia mengetahui cara lain yang lebih sehat
2) Beri reinforcement positif jika klien mengetahui cara lain yang sehat
a) Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal
saya
21
2) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari pada saat klien
jengkel / kesal
3) Jelaskan cara merawat klien pada keluarga seperti cara marah yang sehat
1) Jelaskan obat yang harus diminum klien pada klien dan keluarga
2) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian minum obat tanpa izin dokter
3) Jelaskan prinsip 5 benar obat : baca nama yang tertera dilabel obat, waktu,
4) Anjurkan klien melapor pada perawat atau dokter jika merasakan efek yang
tidak menyenangkan
22
BAB IV
PELAKSANAAN TINDAKAN
Pelaksanaan implementasi asuhan keperawatan pada Tn. I dengan masalah harga diri
rendah dilakukan sejak tanggal 09 Juli sampai dengan 1 Agustus 2018 di ruang Kenari PSBL
1. Implementasi
Pada Tn. I untuk mengatasi masalah isolasi sosial, mahasiswa telah melakukan
kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau
tidak mau bergaul, memberikan pujian terhadap kemampuan atau usaha-usaha yang
orang lain, mengkaji pengetahuan klien tentang kerugian tidak berteman dengan
orang lain, memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
kerugian tidak berteman dengan orang lain, memberi reinforcement positif atas
lain, mengkaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain, mendorong
dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain, mendorong dan
23
P lain,K – P – K lain, K- P- P lain – K lain, memberikan reinforcement positif
manfaat berhubungan dengan orang lain, mendiskusikan jadwal kegiatan harian yang
dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu, memotivasi klien mengikuti
kegiatan dalam ruangan, memberi reinforcement atas kegiatan klien dalam ruangan,
2. Evaluasi.
Klien mengatakan anak ketiga dari empat bersaudara, klien tinggal serumah
dengan ibunya 1 orang adik laki-lakinya. Klien mengatakan paling dekat dengan
ibunya, klien merasa kangen dengan ibunya, klien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama dengannya. Klien mnegatakan minder
bila bertemu dengan orang baru sehingga lebih senang menyendiri. Klien
mengatakan agar kenal dan dekat dengan orang lain harus berkenalan terlebih dahulu.
Klien mengatakan tahu manfaat berteman dan kerugian tidak punya teman dengan
orang lain.
Kontak mata selama interaksi kurang, klien banyak diam dan kadang-kadang
menundukan kepala, klien tampak lesu dan lebih suka menyendiri. Saat klien dilatih
cara berkenalan dengan klien yang lain klien dapat mendemonstrasikannya dan mau
berkenalan dengan klien yang lain, klien juga mengungkapkan perasaannya setelah
berkenalan dengan klien, klien dapat mengikuti kegiatan TAK dari awal sampai akhir
berkenalan dan berlatih berhubungan dengan orang lain, dan anjurkan klien mengisi
24
jadwal kegiatan harian klien. Rencana untuk klien : Anjurkan klien berinteraksi
dengan klien lain, dan anjurkan klien untuk memasukkan ke dalam jadwal kegiatan.
1. Implementasi
Pada Tn. 1 mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,
dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan, kegiatan mandiri, dengan
toleransi kondisi klien, memberi contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
pelaksanaan di rumah.
2. Evaluasi
Pada hari keempat dan kelima interaksi klien menunjukkan ekspresi wajah yang
bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata tetapi kadang kosong, mau
berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
Setelah beberapa kali berinteraksi yaitu mulai hari pertama sampai hari kelima
klien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu merasa
tidak dihargai oleh adiknya karena kebodohannya . Klien tampak bicara lambat, nada
suara klien datar dan isi pembicaran sesuai antara pertanyaan dengan jawaban. Klien
sudah bisa membuat jadwal kegiatan harian, klien bisa mengidentifikasi aspek positif
25
yang dimiliki klien dan melakukan kegiatan itu selama berada dipanti . Rencana yang
dilakukan oleh perawat : Motivasi klien untuk melakukan aktivitas yang mampu
dilakukan klien selama berada dipanti seperti mencuci baju , menyapu dan mengepel,
anjurkan membuat jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan dan berdayakan
sistem pendukung dalam perawatan klien dengan harga diri rendah. Rencana yang
dilakukan oleh klien : anjurkan klien untuk melakukan aspek positif atau kemampuan
yang dapat digunakan selama berada dirumah sakit dan anjurkan klien mengisi jadwal
26
BAB V
PEMBAHASAN
Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai keberhasilan yang telah dicapai oleh
klien dan hambatan yang ditemukan pada saat merawat klien serta pemecahan masalah yang
telah dilakukan :
Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien Tn. I dengan masalah yaitu harga
diri rendah, mahasiswa telah berusaha melakukan tindakan sesuai dengan tujuan khusus
yang telah ditetapkan dalam rencana asuhan keperawatan. Pada evaluasi hasil untuk
diagnosa gangguan konsep diri harga diri rendah, mahasiswa telah berhasil melakukan
tindakan keperawatan sampai kepada tujuan khusus yaitu klien dapat melakukan kegiatan
sesuai dengan tujuan khusus yaitu klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki serta klien dapat memberikan penilaian terhadap kemampuan yang
dapat digunakan. Pada saat kelompok melakukan tindakan sesuai dengan tujuan khusus,
kelompok melakukan diskusi dengan klien dan memberikan reinforcement positif pada
klien. Kelompok juga mengalami sedikit hambatan dalam menggali aspek positif dalam
diri klien, karena Menurut Stuart dan Laraia, (2009) individu yang mengalami harga diri
rendah cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain,
begitu pula dengan klien Tn. I setiap kali ditanya, klien lebih sering menjawab dengan
kata “sama, biasa saja”. Perasaan klien juga cepat berubah jika ada pembicaraan yang
menjadi pengalaman traumatik bagi klien. Klien mengatakan tidak mempunyai kelebihan
apa-apa, klien merasa minder karena klien orang yang bodoh, klien mengatakan merasa
tidak dihargai oleh saudaranya dan adik klien karena klien bodoh.
27
Kelompok kemudian melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan tujuan
khusus yaitu klien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki oleh klien,
membantu klien menilai kemampuan klien yang masih bisa dilakukan, membantu klien
memilih kegiatan yang dilatih sesuai kemampuan klien dan melatihnya sesuai
mengidentifikasi hal positif dan merencanakan bersama dengan klien aktifitas yang dapat
klien lakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan klien dengan menuliskan rencana
kegiatan harian klien diatas kertas bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
bantuan total, meningkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien, memberi
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan memberi kesempatan kepada
klien mencoba kegiatan yang telah direncanakan, memberi pujian atas keberhasilan klien,
Solusi yang dilakukan oleh kelompok untuk meningkatkan harga diri klien dengan
cara menggali aspek positif yang ada pada diri pasien dan meyakini klien bahwa klien
juga punya kelebihan yang tidak semua orang bisa misalnya mencuci baju, mengepel dan
membantu orang lain. Kelompok juga mencoba memfasilitasi klien dengan memberikan
pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban dan perawat pada akhirnya, klien mau
tujuan interaksi, yaitu demi kepentingan klien, bukan untuk memenuhi kebutuhan
kelompok.
28
baik, hal ini ditunjukkan dengan klien bisa merubah pandangan negatif terhadap dirinya,
Pada evaluasi hasil untuk diagnosa harga diri rendah mahasiswa telah melakukan
tindakan keperawatan sampai kepada tujuan khusus yaitu klien mampu melakukan
klien menarik diri, sebab saat diberikan pertanyaan mengenai penyebab isolasi sosialnya,
ataupun keuntungan berteman dan kerugian tidak berteman, klien lagi-lagi menjawab
“sama saja”. Seperti halnya dalam melaksanakan tindakan keperawatan untuk masalah
pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban sederhana. Sehingga, pada akhirnya klien
berhasil mengidentifikasi penyebab menarik diri pada dirinya. Selain itu kelompok
Menurut Haber (1997) mengungkapkan bahwa rasa percaya dibentuk dari sejak
bayi, sehingga kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan saat bayi mulai ketergantungan
pada orang lain akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri sendiri dan orang lain serta
menarik diri. Klien tidak mengalami gangguan dalam pola asuh atau berkomunikasi
Pada umumnya klien dengan masalah hubungan sosial khususnya isolasi sosial
memilki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap orang lain yang seperti dikatakan oleh
Rawlin, (1993) dikutip dalam Keliat (2006), bahwa perilaku menarik diri adalah
29
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain atau menghindari hubungan
dengan orang lain. Hal tersebut ditunjukkan oleh klien yang mengatakan selama ini
malas berbicara dan berkenalan dengan orang lain. Klien juga mengatakan malas
khusus yaitu klien dapat mengidentifikasi penyebab menarik diri, klien dapat
menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri dan klien dapat
terhadap kemampuan yang telah di capai, membantu klien untuk mengevaluasi manfaat
berhubungan dengan orang lain, mendiskusikan jadwal kegiatan harian yang dapat
dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu, memotivasi klien mengikuti kegiatan
dalam ruangan, memberi reinforcement atas kegiatan klien dalam ruangan, mendorong
mendiskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain,
Pada evaluasi hasil untuk diagnosa isolasi sosial mahasiswa telah melakukan
tindakan keperawatan sampai kepada tujuan khusus yaitu klien mampu melakukan
kegiatan sesuai rencana yang dibuat dimana klien saat dilatih cara berkenalan dengan
klien yang lain klien dapat mendemonstrasikannya dan mau berkenalan dengan klien
yang lain, klien juga mengungkapkan perasaannya setelah berkenalan dengan klien.
30
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klien dengan gangguan harga diri rendah memiliki penilaian diri yang negatif, sulit
membina hubungan saling percaya pada awal interaksi. Klien mengalami hambatan
dalam menggali aspek positif yang dimilikinya, bahkan tidak ada motivasi dalam
Keluarga dapat menjadi salah satu pencetus timbulnya harga diri rendah seperti
kehilangan kasih sayang atau cinta kasih dari orang tua yang tidak bisa dipenuhi oleh
anak karena tidak sesuai dengan keinginan anak, kemudian orang tua menyalahkan
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan i harga
diri rendah yaitu menunjukkan sikap empati, dan menerima klien apa adanya, memberi
perhatian, kontak sering tapi singkat, menggunakan pertanyaan tertutup dengan jawaban
pilihan dan memenuhi kebutuhan dasar. Menggali aspek positif yang dimiliki klien,
hindarkan penilaian yang negatif, utamakan memberi pujian yang realistis setiap
B. Saran
Untuk mengatasi hambatan yang ditemukan dalam merawat klien dengan harga diri
a. Diharapkan perawat dapat memodifikasi tindakan sesuai dengan kondisi klien dan
tetap mempertahankan prinsip tindakan keperawatan seperti kontak mata sering dan
31
memenuhi kebutuhan dasar klien agar dapat memenuhi klien dalam memberikan
traumatik bagi klien dan memulai secara bertahap jika klien sudah siap.
c. Pendidikan kesehatan pada keluarga mengenai masalah yang terjadi pada klien, tanda
dan gejala secara merawat klien yang dapat dilakukan keluarga, perlu di optimalkan
pada saaat keluarga berkunjung ke rumah sakit atau saat perawat melakukan
kunjungan rumah.
berkesinambungan baik dalm seting rawat inap, rawat jalan dan komunitas.
32
33