Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HARGA DIRI

RENDAH DI RSIA PERMATA HATI KUDUS

KARYA TULIS ILMIAH


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Di susun oleh :
Nama : Akhiyati Rohmah
NIM : P1337420119160

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN RPL


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan,
kepercayaan, serta pendirian yang diketahui individu tentang
dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Komponen konsep diri terdiri dari gambaran diri,
identitas, peran, ideal diri dan harga diri (Yusuf, PK, & Nihayati,
2015).
Individu dengan gangguan jiwa seringkali mengalami
gangguan konsep diri. Konsep diri berhubungan dengan
kepercayaan, ide-ide atau keyakinan yang diketahui dan dipahami
individu tentang diri sendiri (Afnuhazi, 2015). Seseorang yang
mengalami gangguan konsep diri akan merasa tidak percaya diri,
sehingga kesulitan dalam mengenal diri. Respon maladaptif pada
gangguan konsep diri salah satunya harga diri rendah.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi
negatif terhadap diri sendiri. Adanya perasaan hilang percaya diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal
diri (Yosep dan Sutini, 2014). Kondisi individu dengan harga diri
rendah apabila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut dapat
menyebabkan individu tidak mau bergaul dengan orang lain
(isolasi sosial, menarik diri) sering menyendiri (gangguan
halusinasi), dan gangguan proses fikir yang dapat memunculkan
resiko perilaku kekerasan karena merasa direndahkan orang lain
maupun akibat suara bisikan yang mempengaruhi untuk
mencederai diri sendiri dan orang lain (Yosep dan Sutini, 2014).
Menurut WHO tidak kurang dari 450 Juta penduduk di
dunia mengalami gangguan jiwa (Muslimah,2018). Prevalensi
gangguan jiwa di Indonesia tercatat terus meningkat berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) Peningkatan ini
terungkap dari kenaikan prevalensi rumah tangga yang memiliki
orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Indonesia. menurut Dirjen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan
(Kemenkes), bahwa ada peningkatan jumlah menjadi 7 per mil
rumah tangga. Artinya dalam 1.000 rumah tangga terdapat 7
rumah tangga yang ada ODGJ, sehingga jumlahnya diperkirakan
sekitar 450 ribu ODGJ berat (Kesra, 2018).
Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus menujukkan
jumlah kunjungan gangguan jiwa mengalami peningkatan per
tahunnya, tahun 2018 sebesar 16.145 jiwa, naik dibandingkan
tahun 2017 sebesar 12.735 jiwa, tahun 2016 sebesar 10.358 jiwa,
dan tahun 2015 sebanyak 8.356 jiwa. Data jumlah ODGJ Berat
yang ditemukan dan yang dilayani sebanyak 1278 ( Dinas
Kesehatan Kabupaten Kudus, 2019).
Jumlah pasien di RSIA Permata Hati Kudus yang
mengalami Partus IUFD dengan Harga diri rendah di bulan
Oktober 2019 sebanyak 2 pasien, kemudian pada bulan November
sebanyak 1 pasien. Pada bulan Desember mengalami peningkatan
sebanyak 2 pasien. Pada tahun 2019 kasus IUFD sejumlah 12
pasien yaitu sekitar 1,48%. Pasien Curretage dengan Harga diri
rendah di bulan Oktober sebanyak 5 pasien, kemudian pada bulan
November sebanyak 2 pasien, kemudian pada bulan Desember
sebanyak 2 pasien, sedangkan dengan kasus Kehamilan Ektopik
pada tahun 2019 sebanyak 2 orang (Waturiyanti, 2019).
Beberapa contoh kasus harga diri rendah diantaranya post
curettage yaitu pasien belum bisa menerima keadaan yang
sekarang, sering murung, menyendiri, gelisah dan sulit diajak
komunikasi ( data RSIA Permata Hati Kudus, 2018 ). Selain itu
ada pasien partus IUFD, berdasarkan laporan dari bidan RSIA
Permata Hati Kudus adanya pasien dengan partus IUFD dengan
keluhan sulit tidur, suka mengurung diri, merasa belum bisa
menerima keadaan saat bicara merunduk dengan suara lirih.
Dampak dari masalah harga diri rendah dapat berupa
penurunan produktifitas kerja, hubungan interpesonal yang buruk,
perawatan diri yang buruk serta ketidak patuhan terhadap
pengobatan. Berkaitan dengan hal tersebut, supaya pasien dengan
harga diri rendah segera mendapatkan penanganan yang tepat oleh
pelayanan kesehatan.
Peran perawat dalam menjalankan perannya sebagai
pemberi asuhan keperawatan sangatlah penting dalam
meningkatkan pemulihan dan kesembuhan pasien serta mencegah
kekambuhan, diantaranya seperti mengenal masalah harga diri
rendah dan aspek positif yang dimiliki, seperti terapi perilaku
kognitif, membantu pasien agar dapat menjalankan aktifitas
sehari-hari secara optimal.
Terapi perilaku kognitif adalah jenis psikoterapi yang
bertujuan mengubah pola pikir dan respons pasien, dari negatif
menjadi positif. Terapi ini menjadi pilihan utama untuk mengatasi
gangguan mental, seperti depresi, harga diri rendah, skizofrenia,
gangguan kecemasan, gangguan bipolar, gangguan tidur. Pada
banyak kasus dokter akan mengkombinasikan terapi perilaku
kognitif dan obat-obatan, agar pengobatan menjadi lebih efektif.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
mengangkat masalah ini dalam membuat Karya Tulis Ilmiah
dengan judul Asuhan Keperawatan pada klien harga diri rendah di
RSIA Permata Hati Kudus.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah
di RSIA Permata Hati Kudus.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan dan mendokumentasikan asuhan
keperawatan pada klien Harga Diri Rendah di RSIA Permata
Hati Kudus.
2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian dan pendokumentasian asuhan


keperawatan jiwa pada pasien Harga Diri Rendah.

b. Melakukan dan menetapkan diagnosa keperawatan pada


pasien Harga Diri Rendah.

c. Melaksanakan rencana keperawatan pada pasien Harga


Diri Rendah.

d. Melakukan intervensi keperawatan pada pasien Harga


Diri Rendah.

e. Melaksanakan evaluasi pada pasien Harga Diri Rendah.


D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Di harapkan hasil penulisan ini dapat meningkatkan
pengetahuan di bidang keperawatan terutama dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah
dengan meningkatkan aspek positif.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Menambah wacana dan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada klien gangguan harga diri rendah
dengan meningkatkan aspek positif dan aktivitas.
b. Manfaat bagi Rumah Sakit
Menambah pengetahuan dan informasi mengenai
asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah dengan
meningkatkan aspek positif dan aktivitas.
c. Manfaat bagi Penulis
Meningkatkan kemampuan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada studi kasus tentang tindakan meningkatkan
aspek positif dan aktivitas pada klien harga diri rendah.
d. Manfaat bagi Keluarga
Mengetahui dan menerapkan aspek positif dengan
meningkatkan aspek positif dan aktivitas untuk klien
gangguan harga diri rendah secara mandiri baik untuk dirinya
maupun orang lain.

e. Manfaat bagi Klien

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien


harga diri rendah klien dapat berkurang dan berkurangnya
respons maladaptif klien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diri
1. Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan,
kepercayaan, serta pendirian yang diketahui individu tentang
dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Komponen konsep diri terdiri dari gambaran diri,
identitas, peran, ideal diri dan harga diri (Yusuf, PK, & Nihayati,
2015). Seseorang yang meyakini dan memandang dirinya lemah,
tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten,
gagal, tidak menarik, tidak disukai, dan kehilangan daya tarik
terhadap hidup adalah konsep diri negatif (Muhith, 2015).
2. Komponen Konsep diri
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
a. Citra Tubuh ( Body Image )
Citra tubuh merupakan kumpulan sikap individu baik yang
disadari maupun tidak disadari terhadap tubuhnya, termasuk
persepsi masa lalu ataupun sekarang mengenai ukuran, fungsi,
keterbatasan, makna, dan objek yang kontak secara terus-
menerus (anting, make up, pakaian, kursi roda, dan sebagainya)
baik masa lalu maupun sekarang. Citra tubuh merupakan hal
pokok dalam konsep diri. Citra tubuh harus realistis karena
semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya ia
akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga
harga dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap tubuhnya
mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya perasaan
menarik atau tidak, gemuk atau tidak, dan sebagainya (Yusuf,
PK, & Nihayati, 2015).
Gangguan pada gambaran diri dapat menunjukkan tanda dan
gejala (respon maladaptif) seperti berikut :
1) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang
berubah.
2) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi
tubuh.
3) Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi penarikan diri.
4) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
5) Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang
hilang.
6) Mengungkapkan keputusasaan.
7) Mengungkapkan ketakutan ditolak.
8) Depersonalisasi.
9) Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh (Keliat,
2010).
b. Identitas Diri ( Self Identifity )
Identitas adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat
diperoleh individu dari observasi dan penilaian terhadap
dirinya, serta menyadari individu bahwa dirinya berbeda
dengan orang lain. Pengertian identitas adalah organisasi,
sintesis dari semua gambaran utuh dirinya, serta tidak
dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut/jabatan, dan
peran. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan
percaya diri, hormat terhadap diri, mampu menguasai diri,
mengatur diri, dan menerima diri. Ciri individu dengan
identitas diri yang positif adalah sebagai berikut :
1. Mengenal diri sebagai individu yang utuh terpisah dari
orang lain.
2. Mengakui jenis kelamin sendiri.
3. Memandang berbagai aspek diri sebagai suatu keselarasan.
4. Menilai diri sesuai penilaian masyarakat.
5. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan
datang.
6. Mempunyai tujuan dan nilai yang disadari (Yusuf, PK, &
Nihayati, 2015).
c. Peran Diri ( Self Role )
Serangkaian pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat sesuai posisinya di masyarakat/
kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk
berperan serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara
untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang
berarti. Hal-hal yang memengaruhi penyesuaian individu
terhadap peran antara lain sebagai berikut :
1. Kejelasan perilaku yang sesuai dengan peran dan
pengetahuannya tentang peran yang diharapkan.
2. Respons/tanggapan yang konsisten dari orang yang berarti
terhadap perannya.
3. Kesesuaian norma budaya dan harapannya dengan
perannya.
4. Perbedaan situasi yang dapat menimbulkan penampilan
peran yang tidak sesuai (Yusuf, PK, & Nihayati, 2015).
Gangguan peran yang terjadi dapat ditandai dengan tanda
dan gejala sebagai berikut :
1. Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau
kemampuan menampilkan peran.
2. Mengingkari atau menghindari peran.
3. Kegagalan transisi peran.
4. Ketegangan peran.
5. Kemunduran pola tanggung jawab yang biasa dalam
peran.
6. Proses berkabung yang tidak berfungsi.
7. Kejenuhan pekerjaan (Stuart & Sundeen, 2012).
d. Ideal Diri ( Self Ideal )
Persepsi individu tentang seharusnya berperilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai yang
diyakininya. Penetapan ideal diri dipengaruhi oleh
kebudayaan, keluarga, ambisi, keinginan, dan kemampuan
individu dalam menyesuaikan diri dengan norma serta
prestasi masyarakat setempat. Individu cenderung menyusun
tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, kultur, realita,
menghindari kegagalan dan rasa cemas, serta inferiority.
Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek
terhadap diri tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, serta
samar-samar atau kabur. Ideal diri akan melahirkan harapan
individu terhadap dirinya saat berada di tengah masyarakat
dengan norma tertentu. Ideal diri berperan sebagai pengatur
internal dan membantu individu mempertahankan
kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang
membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan
kesehatan dan keseimbangan mental (Yusuf, PK, & Nihayati,
2015).
e. Harga Diri ( Self Esteem )
Harga diri adalah gagasan mengenai diri secara global
yang mengacu pada keseluruhan evaluasi diri sebagai
individu, atau bagaimana orang merasakan mengenai diri
mereka sendiri dalam arti yang komprehensif (Verkuyten,
2013). Harga diri adalah evaluasi yang dibuat dan biasanya
dipegang oleh individu mengenai dirinya sendiri
(Coopersmith, 2010). Evaluasi ini menyatakan kesetujuan
maupun ketidaksetujuan, serta menunjukkan sejauh mana
individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil dan
berharga. Evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu
terhadap dirinya sendiri dimulai dari sangat negatif sampai
sangat positif (Baron & Byrne, 2012).
3. Rentang Respon Konsep Diri
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari
perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif
dapat berfungsi leboih efektif yang terlihat dari kemampuan
interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan
lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari
hubungan individu dan sosial yang mal adaptif. Rentang respon
individu terhadap konsep dirinya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :

Gambar Rentang respon konsep diri


(Stuart G.W, 2006)
Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri
yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang
sukses dan dapat diterima.
Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang
memandang apa yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya,
ideal dirinya, harga dirinya, penampilan peran serat identoitas
dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukkan bahwa individu
itu akan menjadi individu yang sukses.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap
dirinya sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak
berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus
asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri
rendah yaitu mengkritik diri sendiri dan orang lain, penurunan
produktivitas, destruktif yang di arahkan kepada orang lain,
gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa
bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan
fisik, menarik diri secara sosial, khawatir serta menarik diri dari
realitas.
Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu
untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak
ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
Adapun perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas
yaitu tidak ada kode moral, sifat kepribadian yang bertentangan,
hubungan interpersonal eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan
mengambang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi,
ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain.
Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak
realistis dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari
dalam atau luar dirinya. Individu mengalami kesulitan untuk
membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya
sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya.
B. Harga Diri Rendah
1. Pengertian
Harga diri merupakan salah satu aspek penting dalam
psikologi. Harga diri meningkat saat anak dapat
mengembangkan hubungan yang bermakna dan menguasai
tugas pengembangan. Sementara itu, masa remaja awal adalah
masa risiko untuk harga diri karena remaja berusaha untuk
mendefinisikan sebuah identitas dan rasa diri dalam kelompok
sebaya (Boyd dalam Carpenito-Moyet, 2010).
Harga diri seseorang dapat mengalami penurunan akibat
evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negative inilah yang disebut
dengan harga diri rendah (low self-esteem). Individu dengan
harga diri rendah memandang diri mereka sendiri sebagai
seseorang yang tidak kompeten, tidak di cintai, tidak aman,
dan tidak layak (Townsend, 2012). Anak-anak dan remaja
obesitas, misalnya berisiko tinggi mengalami gangguan harga
diri. Meskipun demikian harga diri yang rendah lebih mungkin
terjadi pada anak-anak yang percaya bahwa mereka
bertanggung jawab atas kelebihan berat badan mereka
dibandingkan dengan mereka yang mengaitkan kelebihan berat
badan mereka dengan penyebab eksternal. Harga diri yang
rendah juga ditemukan pada anak-anak yang percaya bahwa
kelebihan berat badan mereka menghambat interaksi sosial
mereka (Pierce & Wardle dalam Carpenito-Moyet, 2012).
Harga diri rendah terdiri dari dua, yaitu harga diri rendah
situasional terjadi trauma secara tiba-tiba misalnya harus
dioperasi, post abortus, dicerai suami atau perasaan malu
karena sesuatu terjadi (kehilangan seseorang, partus IUFD,
korban perkosaan). Dan harga diri rendah kronis merupakan
gangguan yang terjadi akibat harga diri rendah situasional yang
tidak diselesaikan atau ketiadaan fead back ( umpan balik )
positif dari lingkungan mengenai perilaku pasien sebelumnya (
Sutejo, 2009 ).
Harga diri rendah kronis juga merupakan evaluasi diri
atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam
waktu yang lama (NANDA, 2016).
2. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam
konsep diri seseorang. Dalam tinjauan life span history klien,
penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil
sering di salahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.
Saat individu mencapai masa remaja keberadaanya kurang di
hargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang
dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan.
Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya (Yosep,
2009).
Menurut Stuart (2010), faktor-faktor yang mengakibatkan
harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor
presipitasi sebagai berikut :
a) Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah
stereotype peran gender, tuntutan peran kerja, dan
harapan peran budaya.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok
sebaya, dan perubahan struktuk sosial.
b) Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya
harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian
tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan
atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan
konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara
situasional atau kronik. Secara situasional karena trauma
yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harius dioperasi,
kecelakaan, perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat
dirumah. Sakit bisa menyebabkan harga diri rendah
disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat
bantu yang membuat klien tidak nyaman. Harga diri
rendah kronik, biasanya dirasakan klien sudah memiliki
pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.
c) Perilaku
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat
meliputi perilaku yang objektif dan dapat diamati serta
perasaan subjektif dan dunia dalam diri klien sendiri.
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah salah
satunya mengkritik diri sendiri, sedangkan kerancuan
identitas seperti sifat kepribadian yang bertentangan serta
depersonalisasi (Stuart, 2010).
3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Kronik
Menurut Damaiyanti (2014), tanda dan gejal harga diri
rendah kronik adalah sebagai berikut :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain data diatas, dapat juga mengamati penampilan
seseorang dengan harga diri rendah, terlihat dari kurang
memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera
makan berkurang, tidak berani menatap lawan bicara,. Lebih
banyak menunduk, bicara lambat dengan suara nada lemah.
4. Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah Kronik
Batasan karakteristik menurut Nanda-1 (2012) yaitu :
a. Bergantung pada pendapat orang lain
b. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi
peristiwa
c. Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri
d. Secara berlebihan mencari penguatan
e. Seringkali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
f. Enggan mencoba situasi baru
g. Enggan mencoba hal baru
h. Perilaku bimbang
i. Kontak mata kurang
j. Perilaku tidak asertif
k. Seringkali mencari penegasan
l. Pasif
m. Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri
n. Ekspresi rasa bersalah
o. Ekspresi rasa malu
C. Penatalaksanaan
1) Psikofarmako
Berbagai obat psikofarmako yang hanya diperoleh dengan resep
dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang
termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine
HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperridol. Obat yang termasuk
generasi kedua misalnya: Risperidone, Olozapine, Quentiapine,
Glanzapine, Zotatine, dan Ariprprazole (Prabowo, 2014).
2) Psikoterapi
Psikoterapi adalah penerapan teknik khusus pada penyembuhan
penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri
setiap hari. Psikoterapi merupakan perawatan dengan
menggunakan alat-alat psikoligis terhadap permasalahan yang
berasal dari kehidupan emosional di mana seorang ahli secara
sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien, yang
bertujuan menghilangkan, mengubah atau menurukan gejala -gejala
yang ada, memperantarai (memperbaiki) tingkah laku yang rusak,
dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadin
yang positif (Chaplin, 2011).
3) ECT (Elektro Convulsive therapy)
Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy) adalah
pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artifical
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang
satu atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi listrik 5-5 joule/ detik (Prabowo, 2014).
4) Terapi Modalitas
Terapi modalitas merupakan suatu teknik terapi dengan
menggunakan pendekatan tertentu/spesifik sesuai teori dan kiat
terapis dengan menjadikan kekuatan klien sebagai modal utama
untuk berubah (Susana & Hendarsih, 2009).
5) Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi
aktivitas kelompok sosialisasi (Prabowo, 2014).
6) Terapi Kognitif
Terapi Kognitif dapat membantu individu mengatasi respons
ansietas akibat yang ditimbulkan oleh distorsi pikiran negatif
sehingga meningkatkan kemampuan positif pasien (Townsend,
2009). Prinsip terapi ini adalah memodifikasi baik isi dan/atau
proses pikir klien dan hal terpenting dalam terapi ini adalah klien
harus terlebih dahulu menyadari isi atau proses pikirnya yang perlu
diperbaiki dan memiliki kemampuan untuk berubah (Susana &
Hendarsih, 2009).
7) Logoterapi
Logoterapi membantu individu untuk menemukan makna hidup
meskipun dalam kondisi terburuk (Videbeck, 2008).
8) Terapi Lingkungan (Milieu Therapy)
Terapi Lingkungan (Milieu Therapy) adalah jenis terapi yang
dilakukan dengan melakukan modifikasi lingkungan sosial klien
atau kelompok untuk meningkatkan pengalaman kehidupan yang
lebih positif dan adaptif (Susana & Hendarsih, 2009).
9) Terapi Kerja (Terapi Okupasi)
Terapi okupasi merupakan suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan
partisipasi seseorang dalam melaksanakan suatu tugas terpilih yang
telah ditemukan, dengan maksud mempermudah belajar fungsi dan
keahlian yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan
lingkungan. Hal yang perlu ditekankan dalam terapi okupasi adalah
bahwa pekerjaan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh klien bukan
sekedar memberi kesibukan pada klien saja, akan tetapi kegiatan
atau pekerjaan yang dilakukan dapat menyalurkan bakat dan emosi
klien, mengarahkan ke suatu pekerjaan yang berguna sesuai
kemampuan dan bakat, serta meningkatkan prokdutivitas
(Kusumawati & Hartono, 2010).
10) Terapi Seni
Terapi seni bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
penyembuhan pada individu dengan menggunakan peralatan seni
yang dapat diberikan pada semua usia, keluarga, dan kelompok
(Malchiodi, 2005).
Terapi Seni menghantarkan klien untuk:
1. Meminimalisasi interaksi klien dengan dunianya sendiri.
2. Mengeluarkan pikiran, perasaan, atau emosi yang selama ini
memengaruhi perilaku yang tidak disadarinya (emotional
chatarsis).
3. Membantu proses diagnosis baik medis maupun keperawatan.
4. Membantu dalam proses penentuan intervensi yang lebih sesuai
bagi diri klien dan sesuai pula dengan sarana dan prasarana yang
ada.
5. Menjadi media perawat untuk menentukan tindakan psiko-
terapeutik maupun psikoterapi (komunikasi terapeutik).
6. Menemukan sendiri kemampuan vokasional yang dibutuhkan
untuk masa depannya (Susana & Hendarsih, 2009).
D. Asuhan Keperawatan pada klien Harga Diri Rendah
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Tanyakan nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, hubungan pasien
dengan keluarga, penanggung jawab pasien.
b. Alasan masuk
Tanyakan kepada pasien atau keluarga :
1) Apa yang menyebabkan pasien/keluarga datang ke rumah
sakit saat ini?
2) Sudah berapa berapa lama atau mulai kapan pasien
menyendiri atau diam di lingkungannya?
3) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi
masalah ini? Bagaimana hasilnya?
c. Faktor Predisposisi
1) Tanyakan kepada pasien/keluarga apakah pasien pernah
mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?
2) Jika iya, tanyakan bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pasien dapat beradaptasi dengan
masyarakat tanpa gejala-gejala gangguan jiwa atau masih
ada gejala-gejala sisa.
3) Tanyakan pada pasien apakah pasien pernah melakukan
dan atau mengalami dan atau menyaksikan penganiayaan
fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal?
4) Tanyakan pada pasien atau keluarga apakah ada anggota
keluarga lainnya yang mengalami gangguan jiwa?
5) Tanyakan kepada pasien atau keluarga tentang pengalaman
yang tidak menyenangkan (kegagalan, kehilangan,
perpisahan, kematian, trauma selama tumbuh kembang)
yang pernah dialami pasien pada masa lalu.
d. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada pasien dan fungsi organ.
1) Lakukan observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi,
suhu dan frekuensi pernapasan pasien.
2) Lakukan pengukuran tinggi dan berat badan pasien
3) Tanyakan kepada pasien atau keluarga, apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan oleh pasien.
4) Lakukan pengkajian lebih lanjut sistem dan fungsi organ
dan jelaskan sesuai dengan keluhan yang ada.
5) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai
dengan data yang ada.
e. Psikososial
1) Genogram
a) Genogram : 3 generasi

Tn A Ny.
55Th S
53T
h
Keterangan :
: Laki- laki

: Perempuan

: Meninggal

: Tinggal serumah

: Saudara kandung

: Pasien

b) Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi,


pengambilan keputusan dan pola asuh.
c) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai
dengan data.
2) Konsep Diri
a) Gambaran Diri
Tanyakan persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas Diri
(1) Tanyakan status dan posisi pasien sebelum
dibawa ke rumah sakit
(2) Tanyakan kepuasan pasien terhadap status dan
posisinya (sekolah, tempat kerja dan
kelompok)
(3) Tanyakan kepuasan pasien sebagai laki-laki
atau perempuan.
c) Peran
(1) Tanyakan tugas atau peran yang diemban
dalam keluarga/kelompok/masyarakat.
(2) Tayakan kemampuan pasien dalam
melaksanakan tugas/peran tersebut.
d) Ideal Diri
(1) Tanyakan harapan terhadap tubuh, posisi,
status, tugas/peran.
(2) Tanyakan harapan pasien terhadap lingkungan
(keluarga, sekolah, tempat kerja dan
masyarakat)
(3) Tanyakan harapan pasien terhadap
penyakitnya
e) Harga Diri
(1) Tanyakan hubungan pasien dengan orang lain
sesuai dengan kondisi gambaran diri, identitas
diri, peran dan ideal diri
(2) Tanyakan penghargaan orang lain terhadap diri
dan kehidupannya
f) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai
dengan data.
3) Hubungan Sosial
a) Tanyakan pada pasien siapa orang yang berarti
dalam kehidupannya, tempat mengadu, tempat
bicara, minta bantuan dan dukungan.
b) Tanyakan kepada pasien, kelompok apa saja yang
diikuti dalam masyarakat.
c) Tanyakan kepada pasien sejauh mana ia terlibat
dalam kelompok di masyarakat.
d) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai
dengan data.
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
(1) Tanyakan pandangan dan keyakinan, terhadap
gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya
dan agama yang dianut.
(2) Tanyakan pandangan masyarakat setempat
tentang gangguan jiwa.
b) Kegiatan Ibadah
(1) Tanyakan kegiatan ibadah di rumah secara
individu dan kelompok
(2) Tanyakan pendapat pasien atau keluarga
tentang kegiatan ibadah
(3) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis
sesuai dengan data
5) Status mental
Hal-hal yang perlu dikaji pada status mental, antara lain :
a) Penampilan
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat
atau keluarga :
(1) Penampilan tidak rapi dari ujung rambut
sampai ujung kaki, misalnya rambut acak-
acakan, kancing baju tidak tepat, risleting tidak
dikunci, baju terbalik, dan baju tidak diganti-
ganti.
(2) Penggunaan pakaian tidak sesuai misalnya,
pakaian dalam dipakai di luar pakaian.
(3) Cara berpakaian tidak seperti biasanya,
misalnya pada penggunaan baju yang tidak
tepat pada tempat, waktu, identitas, situasi dan
kondisi.
(4) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis
sesuai dengan data.
b) Pembicaraan
(1) Amati cara bicara pasien, apakah cepat, keras,
gagap, membisu, apatis dan atau lambat.
(2) Jika pembicaraan berpindah-pindah dari satu
kalimat ke kalimat lain yang tidak ada
kaitannya maka pasien tersebut termasuk
dalam inkoheren
(3) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis
sesuai dengan data
c) Aktivitas motorik
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat
atau keluarga. Hal-hal yang perlu diobservasi, antara
lain :
(1) Lesu, tegang, atau gelisah
(2) Agitasi, yaitu gerakan motorik yang
menunjukkan kegelisahan
(3) Tik, yaitu gerakan-gerakan kecil pada otot
muka yang tidak terkontrol
(4) Grimasen, yaitu gerakan otot muka yang
berubah-ubah dan tidak dapat dikontrol pasien
(5) Tremor, yaitu jari-jari yang tampak gemetar
ketika pasien menjulurkan tangan dan
merentangkan jari-jari
(6) Kompulsif, yaitu kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang, misalnya berulang kali
mencucui tangan, mencuci muka, mandi,
mengeringkan tangan dan sebaginya.
(7) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis
sesuai dengan data
d) Alam perasaan
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat
atau keluarga. Hal-hal yang perlu diobservasi, antara
lain :
(1) Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
(2) Apakah pasien nampak ketakutan
(3) Apakah pasien nampak cemas karena
penyebab yang belum jelas
(4) Jelaskan kondisi pasien yang tidak tercantum
(5) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis
sesuai data
e) Afek
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat
atau keluarga. Hal-hal yang perlu diobservasi, antara
lain :
(1) Datar, jika tidak ada perubahan roman muka
pada saat ada stimulus yang menyenangkan
atau menyedihkan
(2) Tumpul, jika hanya bereaksi bila ada stimulus
emosi yang kuat
(3) Labil, jika emosi yang cepat berubah-ubah
(4) Tidak sesuai, jika emosi yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan stimulus yang ada
(5) Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum
(6) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis
sesuai dengan data
f) Interaksi selama wawancara
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat
atau keluarga. Hal-hal yang perlu diobservasi, antara
lain :
(1) Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah
tersinggung
(2) Kontak mata kurang dan tidak mau menatap
lawan bicara
(3) Defensif, selalu berusaha mempertahankan
pendapatnya sendiri
(4) Curiga, menunjukkan sikap atau perasaan
tidak percaya pada orang lain
(5) Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum
(6) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis
sesuai dengan data
g) Persepsi
(1) Jelaskan apa itu harga diri rendah , tanda dan
gejala dari resiko harga diri rendah, bagaimana
cara menanganinya
(2) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis
sesuai dengan data
h) Proses pikir
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat
atau keluarga. Hal-hal yang perlu diobservasi, antara
lain :
(1) Sirkumtansial, yaitu pembicaraan yang
berbelit-belit, tetapi sampai pada tujuan
pembicaraan
(2) Tangensial, yaitu pembicaraan yang berbelit-
belit, tetapi tidak sampai pada tujuan
pmbicaraan
(3) Kehilangan asosiasi, yaitu pembicaraan tidak
ada hubungan antara satu kalimat dan kalimat
lainnya dan pasien tidak menyadarinya
(4) Flight of ideas, yaitu pembicaraan yang
melompat dari satu topik ke topik lainnya,
hubungan pembicaraan tidak logis dan tidak
sampai pada tujuan pembicaraan
(5) Blocking, yaitu pembicaraan terhenti tiba-tiba
tanpa gangguan eksternal kemudian
dilanjutkan kembali
(6) Perseverasi, yaitu pembicaraan yang diulang-
ulang kembali
(7) Jelaskan apa yang dikatakan oleh pasien pada
saat wawancara
(8) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis
sesui dengan data
i) Isi pikir
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat
atau keluarga. Hal-hal yang perlu diobservasi, antara
lain :
(1) Obsesi
(2) Fobia
(3) Hipokondria
(4) Depersonalisasi
(5) Ide yang terkait
(6) Pikiran magis
(7) Waham
(8) Jelaskan apa yang dikatakan oleh pasien pada
saat waawancara
(9) Dokumntasikan masalah keperawatan, tulis
sesuai dengan data
j) Tingkat kesadaran
Data tentang bingung dan sedasi diperoleh melalui
wawancara dan observasi, stupor diperoleh melalui
observasi, orientasi pasien (waktu, tempat, orang)
diperoleh melalui wawancara
(1) Konfusi atau bingung, yaitu ketika pasien
tampak bingung atau kacau
(2) Sedasi, yaitu ketika pasien mengatakan merasa
melayang-layang antara sadar dan tidak sadar
(3) Stupor, yaitu gangguan motorik, seperti
kekakuan, gerakan-gerakan yang diulang,
anggota tubuh pasien yang dapat dikatakan
dalam sikap canggung dan dipertahankan
pasien, tetapi pasien mengerti semua yang
terjadi di lingkungan
(4) Tanyakan pada pasien mengenai waktu saat
ini, tempat dan orang yang sering berinteraksi
dengan pasien
(5) Jelaskan apa yang dikatakan oleh pasien pada
saat wawancara
(6) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis
sesuai dengan data
k) Memori
(1) Tanyakan pada pasien mengenai kejadian yang
terjadi lebih dari satu bulan
(2) Tanyakan pada pasien mengenai kejadian yang
terjadi dalam minggu terakhir
(3) Tanyakan pada pasien mengenai kejadian yang
baru saja terjadi
(4) Konfabulasi, yaitu pembicaraan tidak sesuai
dengan kenyataan dengan memasukkan cerita
yang tidak benar untuk menutupi gangguan
daya ingatnya
(5) Jelaskan apa yang dikatakan oleh pasien pada
saat waawancara
(6) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis
sesuai dengan data
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat
atau keluarga. Hal-hal yang perlu diobservasi, antara
lain :
(1) Mudah dialihkan, yaitu ketika perhatian pasien
mudah berganti dari satu objek ke objek
lainnya
(2) Tidak mampu berkonsentrasi, yaitu ketika
pasien selalu minta agar pertanyaan diulang
atau tidak dapat menjelaskan kembali
pembicaraan
(3) Tidak mampu berhitung, yaitu ketika pasien
tidak dapat melakukan penjumlahan atau
pengurangan pada benda-benda nyata
(4) Jelaskan apa yang dikatakan oleh pasien pada
saaat wawancara
(5) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis
sesuai dengan data
m) Kemampuan evaluasi
(1) Gangguan kemampuan evaluasi ringan, yaitu
ketika pasien dapat mengambil keputusan
yang sederhana dengan bantuan orang lain.
Misalnya, berikan kesempatan pada pasien
untuk memilih mandi dulu sebelum makan
atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi
penjelasan, pasien dapat mengambil keputusan
(2) Gangguan kemampuan evaluasi bermakna,
yaitu ketika pasien tidak mampu mengambil
keputusan walaupun ibantu orang lain,
misalnya berikan kesempatan pada pasien
untuk memilih mandi dulu sebelum makan
atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi
penjelasan, pasien masih tidak mampu
mengambil keputusan
(3) Jelaskan apa yang dikatakan oleh pasien sesuai
dengan data terkait
(4) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis
sesuai dengan data
n) Daya tilik diri
(1) Tanyakan mengenai penyakit yang sedang
diderita. Apakah pasien mengingkari penyakit
yang diderita, yatu ketika pasien tidak
menyadari gejala penyakit (perubahan fisik
dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak
perlu pertolongan
(2) Tanyakan apakah pasien kerap menyalahkan
orang lain atau lingkungan terkait dengan
kondisinya saat ini
(3) Jelaskan sesuai dengan data yang terkait
(4) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis
sesuai dengan data
o) Kebutuhan persiapan pulang
Hal-hal yang perlu dikaji pada kebutuhan persiapan
pulang, antara lain :
(1) Makan
(a) Observasi dan tanyakan tentang
frekuensi, jumlah, variasi (suka/tidak
suka/pantang) dan cara makan
(b) Observasi kemampuan pasien dalam
menyiapkan dan membersihkan alat
makan
(2) Eliminasi (BAB/BAK)
Observasi kemampuan pasien untuk
BAB/BAK
(a) Pergi ke toilet, menggunakan sampai
membersihkannya setelah menggunakan
toilet
(b) Membersihkan diri dan merapikan
pakaian
(3) Kebersihan diri
(a) Observasi dan tanyakan tentang
frekuensi, cara mandi, menyikat gigi,
keramas, gunting kuku, cukur kumis,
jenggot dan rambut)
(b) Observasi kebersihan tubuh dan bau
badan
(4) Berhias atau berdandan
(a) Observasi kemampuan pasien dalam
mengambil, memilih dan mengenakan
pakaian dan alas kaki
(b) Observasi penampilan dan dandanan
pasien
(c) Observasi dan tanyakan frekuensi ganti
pakaian
(d) Nilai kemampuan yang harus dimiliki
pasien dalam mengambil, memilih dan
mengenakan pakaian
(5) Istirahat dan tidur
(a) Observasi dan tanyakan lama waktu
tidur siang atau malam
(b) Tanayakan persiapan sebelum tidur
(menyikat gigi, cuci kaki dan berdoa)
(c) Tanyakan kegiatan sesudah tidur, seperti
merapikan tempat tidur, mandi atau cuci
muka dan menyikat gigi
(6) Penggunaan obat
(a) Observasi dan tanyakan penggunaan
obat, meliputi frekuensi, jenis, dosis,
waktu dan cara
(b) Observasi dan tanyakan mengenai reaksi
obat setelah diminum
(7) Pemeliharaan kesehatan
(a) Tanyakan apa, bagaiamana, kapan dan
kemana perawatan pengobatan lanjut
(b) Tanyakan siapa saja sistem pendukung
yang dimiliki (keluarga, teman, institusi
dan lembaga pelayanan kesehatan) dan
cara penggunaannya
(8) Kegiatan di dalam rumah
Tanyakan kemampuan pasien dalam :
(a) Merencanakan, mengolah, dan
menyajikan makanan
(b) Merapikan rumah (kamar tidur, dapur,
menyapu dan mengepel)
(c) Mencuci pakaian sendiri
(d) Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari
(9) Kegiatan di luar rumah
Tanyakan kemampuan pasien tentang :
(a) Belanja untuk keperluan sehari-hari
(b) Dalam melakukan perjalanan mandiri
dengan jalan kaki, menggunakan
kendaraan pribadi atau kendaraan umum
(c) Kegiatan lain yang dilakukan pasien di
luar rumah (bayar listik/telepon/air,
kantor pos, dan bank)
p) Mekanisme koping
Tanyakan pada pasien atau keluarga apa yang
dilalukan pasien atau keluarga untuk mengatasi
apabila gejala harga diri rendah ini muncul.
q) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Tanyakan masalah yang dimiliki pasien atau masalah
yang berkaitan dengan lingkungan sekitarnya yang
tidak sesuai dengan kemauan pasien.
r) Pengetahuan
Tanyakan mengenai pengetahuan tentang penyakit
jiwa, faktor presipitasi, sistem pendukung, koping
dan lain-lain.
s) Aspek Medik
Tuliskan diagnosis medik pasien yang telah
dirumuskan oleh dokter yang merawat. Tuliskan
obat-obatan pasien saat ini, baik obat fisik,
psikofarmako dan terapi lain.
t) Daftar Diagnosis Keperawatan
(1) Rumuskan diagnosis keperawatan
(2) Urutkan diagnosis keperawatan sesuai dengan
prioritas
Pohon Masalah
Pohon masalah harga diri rendah :
Efek
Isolasi sosial

Core Problem Harga diri rendah

Etiologi Koping individu tidak


efektif
Gambar 2.2 Pohon masalah perilaku kekerasan (Keliat&
Akemat, 2009)

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu :
a. Harga diri rendah
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial

Pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, Penulis memfokuskan pada


diagnosa Harga diri rendah.
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa
Harga diri rendah
b. Tujuan dan Kriteria Hasil :
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan
kreteria hasil ekpresi wajah bersahabat, mau berjabat
tangan, mau duduk berdampingan
2) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimilik baik kemampuan yang dimiliki pasien,
aspek positif keluarga, dan aspek positif lingkungan yang
dimiliki pasien
3) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
4) Pasien dapat (menetapkan) kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki dengan kriteria hasil pasien
membuat rencana kegiatan harian.
5) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit
( pasien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi
sakit dan kemampuannya).
6) Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada di
keluarga.
c. Intervensi
Tindakan keperawatan kepada pasien
1) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi
terapeutik ;
a) Mengucapkan salam
b) Berjabat tangan dan perkenalan diri secara sopan
c) Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan
yang disukainya
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukan sifat empati menerima pasien apa adanya
g) Berikan perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar
pasien
h) Diskusikan aspek positif apa yang dimiliki pasien
2) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien
3) Setiap pertemuan pasien hindarkan memberi penilaian
negatif
4) Utamakan memberikan pujian yang realistis
5) Diskusikan dengan pasien kemmapuan apa yang dapat
digunakan selama sakit
6) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilanjutkan
penggunannya
7) Rencanakan bersama pasien aktifitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuia kemampuan ;
a) Kegiatan mandiri
b) Kegiatan dengan bantuan sebagian
c) Kegiatan dengan bantuan total
8) Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi
pasien
9) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh pasien
lakukan
10) Beri kesempatan pasien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan
11) Beri pujian atas keberhasilan pasien
12) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga cara merawat
pasien dengan harga diri rendah
13) Beri dukungan keluarga dalam merawat pasien di rumah
14) Bantu keluarga mengkondisikan lingkungan rumah
Tindakan keperawatan pada keluarga
1) Tujuan keperawatan
a) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi
kemampuan yang dimiliki pasien
b) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan
kemampuan yang masih dimiliki pasien
c) Keluarga mampu menilai perkembangan
kemampuan pasien
2) Intervensi
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien
b) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah
yang dialami pasien
c) Diskusikan dengan keluarga mengenai kemampuan
yang dimiliki pasien dan puji pasien atas
kemampuannya
d) Jelaskan cara – cara merawat pasien harga diri
rendah
e) Demontrasikan cara merawat pasien harga diri
rendah
f) Berikan kesempatan keluarga untuk mepraktikkan
cara merawat pasien harga diri rendah sesuia seperti
yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
g) Libatkan keluarga dalam menyusun rencana
kegiatan pasien
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan
5. Evaluasi
a. Pasien
1) Apakah pasien kooperatif ?
2) Apakah pasien mampu menyebutkan kegiatan positif
yang masih bisa dilakukan saat kondisi sakit ?
3) Apakah pasien mampu menyebutkan dan menyusun
rencana kegiatan yang akan dilakukan ?
4) Apakah pasien mampu menilai keberhasilan dari kegiatan
telah dilakukan ?
5) Apakah pasien mampu membuat jadwal kegiatan harian?
6) Apakah pasien mampu melakukan kegiatan harian sesuai
jadwal?
b. Keluarga
1) Apakah ada kendala / masalah kaitannya dengan
perawatan pasien harga diri rendah di lingkungan rumah ?
2) Apakah keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala
harga diri rendah ?
3) Apakah keluarga mampu memantau kegiatan pasien
sesuai rencana kegiatan yang telah tersusun ?
BAB III
METODA KARYA TULIS ILMIAH

A. Rancangan Karya Tulis Ilmiah


Rancangan penulisan yang digunakan adalah deskriptif dan
bentuknya studi kasus. Metode deskriptif dilakukan untuk
mendeskripsikan suat fenomena yang terjadi dalam masyarakat
(Notoadmojo, 2012). Penulisan deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan tentang penerapan asuhan keperawatan jiwa
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi pada klien harga diri rendah.
B. Subjek Karya Tulis Ilmiah
Subjek pada studi kasus ini adalah 2 klien yang mengalami
gangguan harga diri rendah dengan kriteria yang penulis tetapkan,
meliputi :
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karateristik umum subyek penulisan
dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Dalam
penulisan ini yang termasuk kriteria inklusi adalah :
a. Klien kooperatif dan dapat berkomunikasi dengan baik.
b. Klien berusia 20-35 tahun.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan
subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dan studi karena
berbagai sebab.
Dalam penulisan ini yang termasuk kriteria eksklusi adalah :
a. Klien yang mengalami kerusakan komunikasi verbal.
b. Klien yang tidak memiliki minat dalam meningkatkan aspek
positif.
C. Tempat dan Waktu
Penyusunan karya tulis ilmiah mengenai Asuhan Keperawatan
pada klien harga diri rendah dengan meningkatkan aspek positif
dilaksanakan pada :
1. Lokasi
Di ruang rawat inap Zamrud yang terdapat di RSIA Permata
Hati Kudus.
2. Waktu
Dilakukan tanggal 12-15 Desember 2019.
D. Definisi Operasional
1. Definisi Operasional
Asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah dengan
penatalaksanaan kegiatan adalah serangkaian tindakan atau proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, merumuskan diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan yang diberikan
kepada klien harga diri rendah yang dirawat di RSIA Permata Hati
Kudus dan dilakukan secara berkesinambungan dengan intervensi.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri yang negatif terhadap diri
sendiri yang ditandai dengan mengkritik diri sendiri, perasaan tidak
mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan produktivitas
dan penolakan terhadap kemampuan diri.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dari subjek studi kasus adalah data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh sendiri oleh penulis dan hasil pengukuran,
pengamatan, survey, seperti pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Data sekunder adalah
data yang diperoleh dari pihak lain, badan atau instansi yang
secara rutin mengumpulkan data seperti nama, jenis kelamin,
usia, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,
bahasa yang dipergunakan, pekerjaan, dan alamat.
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam
penyusunan karya tulis ilmiah adalah dengan pengkajian.
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan,
dengan mengumpulkan data yang akurat akan diketahui
berbagai permasalahan yang ada.
Metode yang digunakan pada saat melakukan
pengumpulan data yaitu :
a. Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan
untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapat
keterangan atau pendapat secara lesan dari seseorang
sasaran penulisan (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan responden (face to face). Data
tersebut diperoleh langsung dari responden melalui
pertemuan atau percakapan.
i. Observasi merupakan cara melakukan pengumpulan data
penelitian dengan melakukan pengamatan secara
langsung terhadap responden penelitian dalam mencari
perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.
ii. Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang
berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut berupa
gambar, tabel atau daftar periksa dan film dokumentasi.
Dokumentasi yang digunakan dalam penulisan ini adalah
rekam medis pasien.
3. Langkah Pengumpulan Data
a. Penulis mengajukan surat permohonan studi
pendahuluan ke bagian sekretaris Jurusan Keperawatan
RPL Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang.
b. Mengajukan surat permohonan yang telah disetujui oleh
bagian sekretaris Jurusan Keperawatan RPL Semarang
Poltekkes Kemenkes Semarang ke bagian diklat RSIA
Permata Hati Kudus.
c. Mendapat surat balasan dari diklat RSIA Permata Hati
Kudus berupa surat izin melakukan studi pendahuluan.
d. Surat izin studi pendahuluan digunakan untuk
mendapatkan data klien harga diri rendah dengan
meningkatkan aspek positif di RSIA Permata Hati
Kudus.
e. Hari Pertama
Menentukan klien yang sesuai dengan kriteria inklusi
dan menanyakan kesediaan untuk menjadi subjek karya
tulis ilmiah. Merencanakan pertemuan selanjutnya
dengan klien.
f. Hari Kedua
Melakukan pengkajian (pengumpulan data) melalui
metode wawancara, observasi dan dokumentasi.
Melaksanakan SP 1 pasien: Mendiskusikan kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,
membantu memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih dengan intervensi terapi menggambar.
Menjelaskan definisi, tujuan dan manfaat menyusun
kegiatan terjadwal. Merencanakan pertemuan selanjutnya
dengan klien. Mempersiapkan media dan alat untuk
menulis kegiatan sehari-hari. Melakukan dokumentasi
asuhan keperawatan yang dilakukan.
g. Hari Ketiga
Melakukan evaluasi apakah meningkatkan aspek positif
dapat memberikan manfaat kepada klien. Melakukan
dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah kesenjangan setara teosi
yang terdapat didalam tinjauan pustaka dengan respon klien yang
mengalami gangguan harga diri rendah setelah diberikan asuhan
keperawatan. Analisis data dimulai dengan mengumpulakan data
melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Selanjutnya
menentukan prioritas masalah dan diagnosa keperawatan serta
menyusun rencana untuk mengatasi masalah, kemudian
melakukan tindakan sesuai waktu dalam rencana yang disusun
dan mengevaluasi keadaan klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
G. Etika Penulisan
1. Inform Consent (persetujuan menjadi klien)
Merupakan bentuk peretujuan antara peneliti dengan
responden peneliti dengan memberikan lembar pesetujuan.
Inform consent tersebut diberikan sebelum pelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan dengan menjadi
responden. Tujuan inform consent adalah agar subyek mengerti
maksud dan tujuan penulisan dan mengetahui dampaknya. Jika
subyek bersedia maka mereka harus menandatangani hak
responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
subyek penulisan dengan cara tidak memberikan atau
mencatumkan nama responden pada lembar pengumpulan data
atau hasil penulisan yang akan disajikan.
3. Confidentially (kerahasiaan)
Merupakan kerahasiaan hasil penlitian, baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
penulisan.
4. Self Determination
Klien memiliki otonomi dan hak untuk membuat keputusan
secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari paksaan untuk
berpartisipasi atau tidak dalam penulisan ini atau untuk
mengundurkan diri dari penulisan ini.
5. Penanganan Yang Adil
Penanganan yang adil memberikan individu hak yang sama
untuk dipilih atau terlibat dalam penulisan tanpa diskriminasi dan
diberikan penanganan yang sama dengan menghormati seluruh
persetujuan yang disepakati, dan untuk memberikan penanganan
terhadap masalah yang muncul selama partisipasi dalam
peneitian. Semua klien mempunyai kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam penulisan ini dan mendapatkan perlakuan
yang sama dari peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat A.A. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma


Kuantitatif. Jakarta: Heath Books.
American Art Therapy Association. (2013). Research committee art therapy
outcome bibliography. Diambil dari: http://arttherapy.org/
Baron, A. R., & Byrne, D. (2012). Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Data Rekam Medik. (2019). RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus.
Gumelar, S. (2015). Elemen & prinsip menggambar. UK: An1mage.
Iskandar, M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Kartika, S. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:
CV.Trans Info Media.
Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: Andi.
Prabowo, E. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2).
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Susana, S. A., & Hendarsih, S. (2009). Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Townsend, M. C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing (6th ed.).
Yanuar, R. (2012). Analysis Of Factors Related To Mental Disorder Incidents At
Paringan Village. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Yosep, I., & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental
Health Nursing. Bandung: PT Refika Aditama.
Yoseph. (2010). Sistem Neurobehaviour. Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai