Di susun oleh :
Nama : Akhiyati Rohmah
NIM : P1337420119160
A. Latar Belakang
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan,
kepercayaan, serta pendirian yang diketahui individu tentang
dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Komponen konsep diri terdiri dari gambaran diri,
identitas, peran, ideal diri dan harga diri (Yusuf, PK, & Nihayati,
2015).
Individu dengan gangguan jiwa seringkali mengalami
gangguan konsep diri. Konsep diri berhubungan dengan
kepercayaan, ide-ide atau keyakinan yang diketahui dan dipahami
individu tentang diri sendiri (Afnuhazi, 2015). Seseorang yang
mengalami gangguan konsep diri akan merasa tidak percaya diri,
sehingga kesulitan dalam mengenal diri. Respon maladaptif pada
gangguan konsep diri salah satunya harga diri rendah.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi
negatif terhadap diri sendiri. Adanya perasaan hilang percaya diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal
diri (Yosep dan Sutini, 2014). Kondisi individu dengan harga diri
rendah apabila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut dapat
menyebabkan individu tidak mau bergaul dengan orang lain
(isolasi sosial, menarik diri) sering menyendiri (gangguan
halusinasi), dan gangguan proses fikir yang dapat memunculkan
resiko perilaku kekerasan karena merasa direndahkan orang lain
maupun akibat suara bisikan yang mempengaruhi untuk
mencederai diri sendiri dan orang lain (Yosep dan Sutini, 2014).
Menurut WHO tidak kurang dari 450 Juta penduduk di
dunia mengalami gangguan jiwa (Muslimah,2018). Prevalensi
gangguan jiwa di Indonesia tercatat terus meningkat berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) Peningkatan ini
terungkap dari kenaikan prevalensi rumah tangga yang memiliki
orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Indonesia. menurut Dirjen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan
(Kemenkes), bahwa ada peningkatan jumlah menjadi 7 per mil
rumah tangga. Artinya dalam 1.000 rumah tangga terdapat 7
rumah tangga yang ada ODGJ, sehingga jumlahnya diperkirakan
sekitar 450 ribu ODGJ berat (Kesra, 2018).
Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus menujukkan
jumlah kunjungan gangguan jiwa mengalami peningkatan per
tahunnya, tahun 2018 sebesar 16.145 jiwa, naik dibandingkan
tahun 2017 sebesar 12.735 jiwa, tahun 2016 sebesar 10.358 jiwa,
dan tahun 2015 sebanyak 8.356 jiwa. Data jumlah ODGJ Berat
yang ditemukan dan yang dilayani sebanyak 1278 ( Dinas
Kesehatan Kabupaten Kudus, 2019).
Jumlah pasien di RSIA Permata Hati Kudus yang
mengalami Partus IUFD dengan Harga diri rendah di bulan
Oktober 2019 sebanyak 2 pasien, kemudian pada bulan November
sebanyak 1 pasien. Pada bulan Desember mengalami peningkatan
sebanyak 2 pasien. Pada tahun 2019 kasus IUFD sejumlah 12
pasien yaitu sekitar 1,48%. Pasien Curretage dengan Harga diri
rendah di bulan Oktober sebanyak 5 pasien, kemudian pada bulan
November sebanyak 2 pasien, kemudian pada bulan Desember
sebanyak 2 pasien, sedangkan dengan kasus Kehamilan Ektopik
pada tahun 2019 sebanyak 2 orang (Waturiyanti, 2019).
Beberapa contoh kasus harga diri rendah diantaranya post
curettage yaitu pasien belum bisa menerima keadaan yang
sekarang, sering murung, menyendiri, gelisah dan sulit diajak
komunikasi ( data RSIA Permata Hati Kudus, 2018 ). Selain itu
ada pasien partus IUFD, berdasarkan laporan dari bidan RSIA
Permata Hati Kudus adanya pasien dengan partus IUFD dengan
keluhan sulit tidur, suka mengurung diri, merasa belum bisa
menerima keadaan saat bicara merunduk dengan suara lirih.
Dampak dari masalah harga diri rendah dapat berupa
penurunan produktifitas kerja, hubungan interpesonal yang buruk,
perawatan diri yang buruk serta ketidak patuhan terhadap
pengobatan. Berkaitan dengan hal tersebut, supaya pasien dengan
harga diri rendah segera mendapatkan penanganan yang tepat oleh
pelayanan kesehatan.
Peran perawat dalam menjalankan perannya sebagai
pemberi asuhan keperawatan sangatlah penting dalam
meningkatkan pemulihan dan kesembuhan pasien serta mencegah
kekambuhan, diantaranya seperti mengenal masalah harga diri
rendah dan aspek positif yang dimiliki, seperti terapi perilaku
kognitif, membantu pasien agar dapat menjalankan aktifitas
sehari-hari secara optimal.
Terapi perilaku kognitif adalah jenis psikoterapi yang
bertujuan mengubah pola pikir dan respons pasien, dari negatif
menjadi positif. Terapi ini menjadi pilihan utama untuk mengatasi
gangguan mental, seperti depresi, harga diri rendah, skizofrenia,
gangguan kecemasan, gangguan bipolar, gangguan tidur. Pada
banyak kasus dokter akan mengkombinasikan terapi perilaku
kognitif dan obat-obatan, agar pengobatan menjadi lebih efektif.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
mengangkat masalah ini dalam membuat Karya Tulis Ilmiah
dengan judul Asuhan Keperawatan pada klien harga diri rendah di
RSIA Permata Hati Kudus.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah
di RSIA Permata Hati Kudus.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan dan mendokumentasikan asuhan
keperawatan pada klien Harga Diri Rendah di RSIA Permata
Hati Kudus.
2. Tujuan Khusus
A. Konsep Diri
1. Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan,
kepercayaan, serta pendirian yang diketahui individu tentang
dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Komponen konsep diri terdiri dari gambaran diri,
identitas, peran, ideal diri dan harga diri (Yusuf, PK, & Nihayati,
2015). Seseorang yang meyakini dan memandang dirinya lemah,
tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten,
gagal, tidak menarik, tidak disukai, dan kehilangan daya tarik
terhadap hidup adalah konsep diri negatif (Muhith, 2015).
2. Komponen Konsep diri
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
a. Citra Tubuh ( Body Image )
Citra tubuh merupakan kumpulan sikap individu baik yang
disadari maupun tidak disadari terhadap tubuhnya, termasuk
persepsi masa lalu ataupun sekarang mengenai ukuran, fungsi,
keterbatasan, makna, dan objek yang kontak secara terus-
menerus (anting, make up, pakaian, kursi roda, dan sebagainya)
baik masa lalu maupun sekarang. Citra tubuh merupakan hal
pokok dalam konsep diri. Citra tubuh harus realistis karena
semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya ia
akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga
harga dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap tubuhnya
mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya perasaan
menarik atau tidak, gemuk atau tidak, dan sebagainya (Yusuf,
PK, & Nihayati, 2015).
Gangguan pada gambaran diri dapat menunjukkan tanda dan
gejala (respon maladaptif) seperti berikut :
1) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang
berubah.
2) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi
tubuh.
3) Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi penarikan diri.
4) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
5) Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang
hilang.
6) Mengungkapkan keputusasaan.
7) Mengungkapkan ketakutan ditolak.
8) Depersonalisasi.
9) Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh (Keliat,
2010).
b. Identitas Diri ( Self Identifity )
Identitas adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat
diperoleh individu dari observasi dan penilaian terhadap
dirinya, serta menyadari individu bahwa dirinya berbeda
dengan orang lain. Pengertian identitas adalah organisasi,
sintesis dari semua gambaran utuh dirinya, serta tidak
dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut/jabatan, dan
peran. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan
percaya diri, hormat terhadap diri, mampu menguasai diri,
mengatur diri, dan menerima diri. Ciri individu dengan
identitas diri yang positif adalah sebagai berikut :
1. Mengenal diri sebagai individu yang utuh terpisah dari
orang lain.
2. Mengakui jenis kelamin sendiri.
3. Memandang berbagai aspek diri sebagai suatu keselarasan.
4. Menilai diri sesuai penilaian masyarakat.
5. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan
datang.
6. Mempunyai tujuan dan nilai yang disadari (Yusuf, PK, &
Nihayati, 2015).
c. Peran Diri ( Self Role )
Serangkaian pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat sesuai posisinya di masyarakat/
kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk
berperan serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara
untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang
berarti. Hal-hal yang memengaruhi penyesuaian individu
terhadap peran antara lain sebagai berikut :
1. Kejelasan perilaku yang sesuai dengan peran dan
pengetahuannya tentang peran yang diharapkan.
2. Respons/tanggapan yang konsisten dari orang yang berarti
terhadap perannya.
3. Kesesuaian norma budaya dan harapannya dengan
perannya.
4. Perbedaan situasi yang dapat menimbulkan penampilan
peran yang tidak sesuai (Yusuf, PK, & Nihayati, 2015).
Gangguan peran yang terjadi dapat ditandai dengan tanda
dan gejala sebagai berikut :
1. Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau
kemampuan menampilkan peran.
2. Mengingkari atau menghindari peran.
3. Kegagalan transisi peran.
4. Ketegangan peran.
5. Kemunduran pola tanggung jawab yang biasa dalam
peran.
6. Proses berkabung yang tidak berfungsi.
7. Kejenuhan pekerjaan (Stuart & Sundeen, 2012).
d. Ideal Diri ( Self Ideal )
Persepsi individu tentang seharusnya berperilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai yang
diyakininya. Penetapan ideal diri dipengaruhi oleh
kebudayaan, keluarga, ambisi, keinginan, dan kemampuan
individu dalam menyesuaikan diri dengan norma serta
prestasi masyarakat setempat. Individu cenderung menyusun
tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, kultur, realita,
menghindari kegagalan dan rasa cemas, serta inferiority.
Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek
terhadap diri tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, serta
samar-samar atau kabur. Ideal diri akan melahirkan harapan
individu terhadap dirinya saat berada di tengah masyarakat
dengan norma tertentu. Ideal diri berperan sebagai pengatur
internal dan membantu individu mempertahankan
kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang
membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan
kesehatan dan keseimbangan mental (Yusuf, PK, & Nihayati,
2015).
e. Harga Diri ( Self Esteem )
Harga diri adalah gagasan mengenai diri secara global
yang mengacu pada keseluruhan evaluasi diri sebagai
individu, atau bagaimana orang merasakan mengenai diri
mereka sendiri dalam arti yang komprehensif (Verkuyten,
2013). Harga diri adalah evaluasi yang dibuat dan biasanya
dipegang oleh individu mengenai dirinya sendiri
(Coopersmith, 2010). Evaluasi ini menyatakan kesetujuan
maupun ketidaksetujuan, serta menunjukkan sejauh mana
individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil dan
berharga. Evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu
terhadap dirinya sendiri dimulai dari sangat negatif sampai
sangat positif (Baron & Byrne, 2012).
3. Rentang Respon Konsep Diri
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari
perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif
dapat berfungsi leboih efektif yang terlihat dari kemampuan
interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan
lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari
hubungan individu dan sosial yang mal adaptif. Rentang respon
individu terhadap konsep dirinya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Tn A Ny.
55Th S
53T
h
Keterangan :
: Laki- laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Saudara kandung
: Pasien
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu :
a. Harga diri rendah
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial