Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN

HARGA DIRI RENDAH PADA PASIEN PENYAKIT KRONIS

Mata Kuliah : KEPERAWATAN JIWA


Tingkat : III
Dosen Pengampu : Ns Noifke Kaghoo, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2

NAMA : NIM :

FILIA PUSPITA BUJUNG 18 17 0032


AGRIELA F. M. KESSO 18170006
NIKEN TAKARENDEHANG 181700
ANASTASIA MANSAUDA 181700
ARIS DUMA 181700

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III


MANADO

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb,

PujisyukurKamipanjatkankehadirat Allah SWT yang


senantiasamencurahkanrahmat,taufikdanhidayah-
Nyakepadakamisehinggakamidapatmenyelesaikantugaskelompokdalammembuat
Askep yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Harga Diri
Rendah Askep ini disusun sebagai bahan pembelajaran yang dilakukan secara
online.

Askep ini disususun berdasarkan hasil pengupulan data dari beberapa buku
panduan yang ada, serta
denganbantuandariduniamayayaitumelaluisitusinternet,dan yang lainnya.

KamimenyadaribahwaAskepinidapatterselesaikandenganbaikdantepatwakt
udenganadanyabantuandarisemuapihak yang terkait.

DalampenyusunanAsuhan
Keperawataninikamisudahberusahamenyajikansemaksimalmungkin,namunkamim
enyadaribahwamasihbanyakkekuranganpadamakalahini,makakamimengharapkan
masukanataupun saran dariDosen pembimbingsertateman-
temanlainnyadalammenyempurnakanpenulisanAskep Kami agar
dapatbermamfaatbagiseluruhpembaca.

WassalamualaikumWr.Wb.

Penyusun

Manado, 23 September 2020


Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. TUJUAN

C. MANFAAT

BAB II :TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar Teori

1. Pengertian

2. Komponen Konsep Diri

3. Etiologi

4. Patofisilogi

5. Pohon Masalah

6. Klasifikasi

7. Manifestasi klinis

8. Pemeriksaan penunjang
9. Penatalaksanaan medis

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

2. Diagnosa Keperawatan

3. Intervensi Keperawatan

4. Implementasi

5. Evaluasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan
orang dan dapat diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi.
Harga diri rendah kronik merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari
konsep diri, dimana perasaan tentang diri atau evaluasi diri yang negatif
dan dipertahankan dalam waktu yang cukup lama. Termasuk didalam
harga diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan dihubungkan dengan
perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa
sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak adekuat. Harga diri
rendah kronik merupakan suatu komponen utama dari depresi yang
ditunjukkan dengan perilaku sebagai hukum dan tidak mempunyai rasa
(Stuart dan Laraia, 2001).

Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah.


Setiap individu biasanya mempunyai cara sendiri untuk menyelesaikan
masalahnya, tapi jika ada sebagian manusia yang tidak dapat
menyelesaikan masalahnya sendiri akan dapat mengakibatkan gangguan
jiwa. Ternyata dampaknya mampu menimbulkan dampak sangat besar dan
berpengaruh terhadap jiwa seseorang yang tidak dapat mengantisipasi
gejala yang timbul. Hasil survey Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
tahun 2000 menyatakan tingkat gangguan kesehatan jiwa orang di
Indonesia tinggi dan di atas rata-rata gangguan kesehatan jiwa didunia. Hal
Ini ditunjukkan dengan data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
RI tahun 2000: Rata-rata 40 dari 100.000 orang di Indonesia melakukan
bunuh diri, sementara rata-rata dunia menunjukkan 15,1 dari 100.000
orang,

Rata-rata orang bunuh diri di Indonesia adalah 136 orang per-hari atau
48.000 orang bunuh diri per tahun, Satu dari empat orang di Indonesia
mengalami gangguan kesehatan jiwa, Penderita gangguan jiwa di
Indonesia, hanya 0,5 % saja yang dirawat di rs jiwa.

Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya,


interaksi dengan orang lain dan lingkungan,
nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginannya. Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat
remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah
kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi terkait
dengan ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh
orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan
interpersonal yang buruk dan resiko terjadi harga diri rendah dan
skizofrenia. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan
negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini dibagi menjadi
1. Tujuan umum
Tujan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah mampu
memberikan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan konsep
diri: harga diri rendah.
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan harga
diri rendah.
b. Mendiagnosis keperawatan berdasarkan data yang diperoleh
untuk mengatasi masalah harga diri rendah.

c. Merencanakan tindakan keperawatan yang tepat untuk


mengatasi harga diri rendah.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan yang tepat
untuk mengatasi masalah harga diri rendah.
e. Mengevaluasi untuk mengetahui keberhasilan yang sesuai
dengan rencana tindakan keperawatan yang telah diberikan.

C. Manfaat
Manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Bagi penulis
Penulis mampu memperdalam penerapan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah.
2. Bagi rumah sakit jiwa
a. Asuhan keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman dalam
tindakan.
b. Asuhan keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman dalam
meningkatkan mutu pelayanan.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat dijadikan acuan dalam penelitian tentang harga diri rendah lebih
lanjut.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR TENTANG HARGA DIRI RENDAH


1. Pengertian
Keliat B.A mendefinisikan harga diri rendah adalah penilaian
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. Perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (Fajariyah, 2012)

Harga diri rendah adalah semua pemikiran, kepercayaan dan


keyakinan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga diri terbentuk
waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang
dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia
(Stuart,2006)

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan


tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara
langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 2001 ).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang
percaya diri, merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai
keinginansesuai ideal diri (Keliat, 2001).

2. Komponen konsep diri


Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan kenyakinan
yang diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Fajariyah, 2012).

Ciri konsep diri menurut Fajariyah (2012) terdiri dari konsep diri
yang positif, gambaran diri yang tepat dan positif, ideal diri yang
realitis, harga diri yang tinggi, penampilan diri yang memuaskan, dan
identitas yang jelas. Konsep diri terdiri dari citra tubuh (body image),
ideal diri (self-ideal), harga diri (self-esteem), peran (self-role), dan
identitas diri (self-identity) (Suliswati, 2004).
a. Citra tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari
atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau 11 sekarang
mengenai ukuran dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi
tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara konstan berubah
seiring dengan persepsi dan pengalamanpengalaman baru. Citra
tubuh harus realitis karena semakin dapat menerima dan menyukai
tubuhnya individu akan lebih bebas dan merasa aman dari
kecemasan. Individu yang menerima tubuhnya apa adanya
biasanya memiliki harga diri tinggi daripada individu yang tidak
menyukai tubuhnya (Suliswati, 2004).
b. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaiman ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standart pribadi. Standart dapat
berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri,

akan mewujudkan cita-cita atau penghargaan diri berdasarkan


norma-norma sosial dimasyarakat tempat individu tersebut
melahirkan penyesuaian diri (Suliswati, 2004).
c. Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang
berasal dari penerimaan diri sendiri 12 tanpa syarat, walaupun
melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa
sebagai orang yang penting dan berharga (Stuart,2006).
d. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan

fungsi individu didalam sekelompok sosial dan merupakan cara


untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang berarti.
Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yeng berhubungan
dengan posisi setiap waktu sepanjang daur kehidupnya. Harga diri
yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan
dan cocok dengan ideali diri (Suliswati, 2004).
e. Identitas diri
Prinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan
individu. Prinsip tersebut sama artinya dengan otonomi dan
mencakup persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan identitas,
dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja
(Stuart, 2006).

3. Etiologi
Penyebab terjadi harga diri rendah adalah :
a) Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya.
b) Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
c) Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau
pergaulan
d) Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan
dan menuntut lebih dari kemampuannya.
e) Malu terhadap diri sendiri akibat penyakit yang tak kunjung
sembuh

4. Patofisiologi
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari
harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga
terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari
lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin
kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif
mendorong individu menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah
kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada
pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul
pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi
dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan
menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah
situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru
menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis (Direja,
2011)

5. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :
Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

\Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

Isolasi social : Menarik Diri

HARGA DIRI RENDAH

Koping Individu Tidak Efektif


Gambar Pohon Masalah
6. Klasifikasi
Menurut Karika (2015) harga diri rendah dapat berisiko terjadinya
isolasi sosial : menarik diri, isolasi soasial menarik diri adalah
gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang
maladaptif mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial. Dan
sering dirtunjukan dengan perilaku antara lain :
a) Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan atau
pembicaraan.
b) Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang
lain.
c) Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Tahap pertama meliputi faktor predisposisi seperti : psikologis, tanda,
dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien (Damaiyanti,
2012).

Pengkajian menurut Deden (2013) melalui beberapa faktor, yaitu :

a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai
dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai
dengan kebudayaan.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak
percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial yang
berubah.
b. Faktor presipitasi
1) Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor
dari luar individu (internal or eksternal sources), yang dibagi 5 (lima)
kategori :
a) Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi
yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.
b) Konflik peran : ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan
dengan yang diinginkan.
c) Peran yang tidak jelas : kurangnya pengetahuan individu tentang
peran yang dilakukannya.
d) Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk
menampilkan seperangkat peran yang komleks.

2. Manifestasi klinis
Perilaku yang berhubungan dengan gangguan harga diri rendah
didapatkan dari data subjektif dan objektif yaitu :
1) Mengkritik diri sendiri ataupun orang lain.
2) Merasa diri tidak mampu dan tidak layak.
3) Merasa bersalah.
4) Mudah marah dan tersinggung
5) Perasaan negatif terhadap dirinya sendiri.
6) Ketegangan peran.
7) Pandangan hidup psimis.
8) Keluhan fisik.
9) Pandangan hidup bertentangan.
10) Penolakan terhadap kemampuan pribadi dekstrutif terhadap diri
sendiri.
11) Menarik diri secara sosial dan menarik diri secara realistis.
(Suliswati, 2005)
3. Pemeriksaan Penunjang
Terapi Kognitif
Terapi kognitif merupakan salah satu pendekaan psikoterapi
yang paling banyak diterapkan dan telah terbukti efektifitasnya dalam
mengatasi berbagai gangguan, termasuk kecemasan dan depresi.
Asumsi yang mendasari terapi kognitif terutama untuk kasus depresi
yaitu bahwa gangguan emosional berasal dari distorsi (penyimpangan)
dalam berfikir. Perbaikan dalam keadaan emosi hanya dapat
berlangsung lama kalau dicapai perubahan pola-pola berfikir selama
proses proses terapi. Demikian pula pada pasien pola pikir yang
maladaptif (disfungsi kognitif) dan gangguan prilaku, diharapkan klien
mampu melakukan perubahan cara berfikir dan mampu mengendalikan
gejala-gejala dari gangguan yang dialami. Terapi kognitif berorientasi
pada 48 pemecahan masalah, dengan terapi yang dipusatkan pada
keadaan “disini dan sekarang”, yang memandang individu sebagai
pengambilan keputusan penting tentang tujuan atau masalah yang akan
dipecahkan dalam proses terapi (Westermeyer, 2005).

4. Penatalaksanaan Medis
Menurut Eko, 2014 terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya.
Terapi yang dimaksud meliputi :
1) Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperridol. Obat
yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine,
Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan Ariprprazole.
2) Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita
bergaul lagi engan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter.

3) Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah


pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artifical
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang
satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi listrik 5-5 joule/ detik.
4) Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrenia dan kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan
latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Terapi aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu
terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi
aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok
stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

5. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
b. Isolasi sosial : Menarik diri
c. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

6. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

a. Gangguan konsep diri berhubungan dengan harga diri rendah


Tujuan : Pasien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.
Kriteria Hasil :
a. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya
b. Ekspresi Wajah bersahabat.
c. Ada kontak mata
d. Mau berjabat tangan.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan tentang penyakit
yang dideritanya
3. Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien
4. Katakan pada pasien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu mendorong dirinya sendiri.
b. Isolasi social berhubungan dengan menarik diri
Tujuan: Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Kriteria Hasil :
Pasien mampu mempertahankan aspek yang positif
Intervensi:
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien dan
diberi pujian atas kemampuan mengungkapkan perasaannya
2. Saat bertemu pasien, hindarkan memberi penilaian negatif. Utamakan
memberi pujian yang realitis.
c. Perubahan persepsi sensori
Tujuan: Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Kriteria Hasil:
1. Kebutuhan pasien terpenuhi

Intervensi: 1. Diskusikan kemampuan pasien yang nasih dapat


digunakan selama
Sakit
7. Pelaksanaan
Implementasi yang dilakukan meliputi implementasi proses dari
intervensi yang sudah direncanakan sebelumnya untuk mencapai
kriteria hasil.

8. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan penulis meliputi evaluasi proses dan hasil,
sehingga tindakan keperawatan yang dilakukan apabila belum berhasil
sesuai tujuan tindakan diulang pada waktu yang sama atau modifikasi
sesuai perencanaan dari diagnose yang muncul

Anda mungkin juga menyukai