Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
NAMA : NIM :
2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr.Wb,
Askep ini disususun berdasarkan hasil pengupulan data dari beberapa buku
panduan yang ada, serta
denganbantuandariduniamayayaitumelaluisitusinternet,dan yang lainnya.
KamimenyadaribahwaAskepinidapatterselesaikandenganbaikdantepatwakt
udenganadanyabantuandarisemuapihak yang terkait.
DalampenyusunanAsuhan
Keperawataninikamisudahberusahamenyajikansemaksimalmungkin,namunkamim
enyadaribahwamasihbanyakkekuranganpadamakalahini,makakamimengharapkan
masukanataupun saran dariDosen pembimbingsertateman-
temanlainnyadalammenyempurnakanpenulisanAskep Kami agar
dapatbermamfaatbagiseluruhpembaca.
WassalamualaikumWr.Wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. MANFAAT
1. Pengertian
3. Etiologi
4. Patofisilogi
5. Pohon Masalah
6. Klasifikasi
7. Manifestasi klinis
8. Pemeriksaan penunjang
9. Penatalaksanaan medis
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi
5. Evaluasi
BAB I
PENDAHULUAN
Rata-rata orang bunuh diri di Indonesia adalah 136 orang per-hari atau
48.000 orang bunuh diri per tahun, Satu dari empat orang di Indonesia
mengalami gangguan kesehatan jiwa, Penderita gangguan jiwa di
Indonesia, hanya 0,5 % saja yang dirawat di rs jiwa.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini dibagi menjadi
1. Tujuan umum
Tujan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah mampu
memberikan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan konsep
diri: harga diri rendah.
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan harga
diri rendah.
b. Mendiagnosis keperawatan berdasarkan data yang diperoleh
untuk mengatasi masalah harga diri rendah.
C. Manfaat
Manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Bagi penulis
Penulis mampu memperdalam penerapan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah.
2. Bagi rumah sakit jiwa
a. Asuhan keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman dalam
tindakan.
b. Asuhan keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman dalam
meningkatkan mutu pelayanan.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat dijadikan acuan dalam penelitian tentang harga diri rendah lebih
lanjut.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Ciri konsep diri menurut Fajariyah (2012) terdiri dari konsep diri
yang positif, gambaran diri yang tepat dan positif, ideal diri yang
realitis, harga diri yang tinggi, penampilan diri yang memuaskan, dan
identitas yang jelas. Konsep diri terdiri dari citra tubuh (body image),
ideal diri (self-ideal), harga diri (self-esteem), peran (self-role), dan
identitas diri (self-identity) (Suliswati, 2004).
a. Citra tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari
atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau 11 sekarang
mengenai ukuran dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi
tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara konstan berubah
seiring dengan persepsi dan pengalamanpengalaman baru. Citra
tubuh harus realitis karena semakin dapat menerima dan menyukai
tubuhnya individu akan lebih bebas dan merasa aman dari
kecemasan. Individu yang menerima tubuhnya apa adanya
biasanya memiliki harga diri tinggi daripada individu yang tidak
menyukai tubuhnya (Suliswati, 2004).
b. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaiman ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standart pribadi. Standart dapat
berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri,
3. Etiologi
Penyebab terjadi harga diri rendah adalah :
a) Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya.
b) Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
c) Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau
pergaulan
d) Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan
dan menuntut lebih dari kemampuannya.
e) Malu terhadap diri sendiri akibat penyakit yang tak kunjung
sembuh
4. Patofisiologi
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari
harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga
terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari
lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin
kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif
mendorong individu menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah
kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada
pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul
pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi
dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan
menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah
situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru
menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis (Direja,
2011)
5. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :
Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai
dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai
dengan kebudayaan.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak
percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial yang
berubah.
b. Faktor presipitasi
1) Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor
dari luar individu (internal or eksternal sources), yang dibagi 5 (lima)
kategori :
a) Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi
yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.
b) Konflik peran : ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan
dengan yang diinginkan.
c) Peran yang tidak jelas : kurangnya pengetahuan individu tentang
peran yang dilakukannya.
d) Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk
menampilkan seperangkat peran yang komleks.
2. Manifestasi klinis
Perilaku yang berhubungan dengan gangguan harga diri rendah
didapatkan dari data subjektif dan objektif yaitu :
1) Mengkritik diri sendiri ataupun orang lain.
2) Merasa diri tidak mampu dan tidak layak.
3) Merasa bersalah.
4) Mudah marah dan tersinggung
5) Perasaan negatif terhadap dirinya sendiri.
6) Ketegangan peran.
7) Pandangan hidup psimis.
8) Keluhan fisik.
9) Pandangan hidup bertentangan.
10) Penolakan terhadap kemampuan pribadi dekstrutif terhadap diri
sendiri.
11) Menarik diri secara sosial dan menarik diri secara realistis.
(Suliswati, 2005)
3. Pemeriksaan Penunjang
Terapi Kognitif
Terapi kognitif merupakan salah satu pendekaan psikoterapi
yang paling banyak diterapkan dan telah terbukti efektifitasnya dalam
mengatasi berbagai gangguan, termasuk kecemasan dan depresi.
Asumsi yang mendasari terapi kognitif terutama untuk kasus depresi
yaitu bahwa gangguan emosional berasal dari distorsi (penyimpangan)
dalam berfikir. Perbaikan dalam keadaan emosi hanya dapat
berlangsung lama kalau dicapai perubahan pola-pola berfikir selama
proses proses terapi. Demikian pula pada pasien pola pikir yang
maladaptif (disfungsi kognitif) dan gangguan prilaku, diharapkan klien
mampu melakukan perubahan cara berfikir dan mampu mengendalikan
gejala-gejala dari gangguan yang dialami. Terapi kognitif berorientasi
pada 48 pemecahan masalah, dengan terapi yang dipusatkan pada
keadaan “disini dan sekarang”, yang memandang individu sebagai
pengambilan keputusan penting tentang tujuan atau masalah yang akan
dipecahkan dalam proses terapi (Westermeyer, 2005).
4. Penatalaksanaan Medis
Menurut Eko, 2014 terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya.
Terapi yang dimaksud meliputi :
1) Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperridol. Obat
yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine,
Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan Ariprprazole.
2) Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita
bergaul lagi engan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter.
5. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
b. Isolasi sosial : Menarik diri
c. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
8. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan penulis meliputi evaluasi proses dan hasil,
sehingga tindakan keperawatan yang dilakukan apabila belum berhasil
sesuai tujuan tindakan diulang pada waktu yang sama atau modifikasi
sesuai perencanaan dari diagnose yang muncul