Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

KONSEP DASAR PENUAAN

Dosen Pengampu : Ns.Leni Arini Manafe, S.Kep, M.Kes

Oleh : KELOMPOK 1
Aprilia Benjamin 18 17 0009
Dia Gita Lumettu 18 17 0018
Diwanti Salimboeng 18 17 0020
Khofifah Syafarudin 18 17 0043
Licindy Kending 18 17 0046
Muhammad Dedy Budiarto 18 17 0059
Niken Takarendehang. 18 17 0062
Riskhania Ramdhani 18 17 0067

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang hanya
karena atas izin dan perkenanan-Nya lah kami kelompok dapat bekerja sama dalam
menyelesaikan makalah kami dengan judul “Konsep Dasar Penuaan”.
Dalam membuat makalah ini, tentu saja kelompok kami mendapati berbagai
masalah atau bahkan sempat tidak sependapat dan berbagai keributan kecil lainnya, tapi
dengan saling menghormati dan bermusyawarah yang baik, akhirnya kami kelompok dapat
menyelesaikan makalah ini dengan ketepatan waktu yang diberikan oleh dosen pembimbing
kami.
Dalam proses pembuatan makalah ini, kami juga mendapat bantuan dari
berbagai pihak dan juga media yang ada, oleh karenanya kami sangat berterima kasih kepada
pihak – pihak tersebut yang telah membantu agar makalah ini selesai dengan ketepatan
waktu.
Kami kelompok juga menyadari ada banyak kesalahan yang ada, maka
kami membuka hati menerima segala komentar yang akan dilontarkan, baik dari dosen
pembimbing kami maupun orang – orang yang membaca makalah kami ini. Semoga dengan
adanya komentar, respon, kritik dari anda sekalian, dapat membuat kami lebih semangat,
kreatif dan lebih interaktif lagi dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Terimakasih sudah membaca makalah kami, semoga bermanfaat dalam kehidupan kita
sehari-hari.

Manado, 10 Oktober 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1
D. Manfaat.........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................3
1. Proses Penuaan..............................................................................................................3
2. Teori Penuaan...............................................................................................................4
3. Perubahan Yang Terjadi Pada Proses Penuaan.........................................................7
BAB III KESIMPULAN...................................................................................................14
A. Kesimpulan....................................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghlangnya secara perlahan-lahan
kemapuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994 dalam Nugroho. W, 2000). Dengan
kata lain, proses menua merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai
dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres atau
pengaruh lingkungan, dimulai dari kemunduran secara fisik maupun psikis
(kejiwaan), atau yang lazim dikatakan adalah keuzuran.
Pada perkembangan sekarang ini, pendapat tersebut mulai tergeser dengan suatu
pengertian bahwa masa tua merupakan suatu hal yang wajar dan tetap dapat menjalani
sisa hidupnya dengan tenang, aman, sejahtera dan berguna bagi lingkungannya.
Secara global, bila ditinjau dari aspek peradaban umat manusia, maka terdapat konsep
transisi kependudukan yang oleh berbagai pakar, termasuk para pakar gerontologi
(Comfort 1964 dan Myers 1984) menggambarkan pertumbuhan jumlah lansia akibat
penurunan pada angka morbiditas (S. Tamher & Noorkasiani, 2011).
Berkenaan dengan hal tersebut, berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi
pemerintah, para profesional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan
masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas)
lansia. Salah satu wujud upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan
lansia adalah dengan disahkannya UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lansia (tambahan lembaran negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No. 4 Tahun
1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo (R. Siti Maryam, dkk., 2012).

B.   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah, sebagai berikut:
  Bagaimana proses penuaan dari sudut pandang teori biologis?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
konsep dasar penuaan
2.Tujuan Khusus
Secaraa khusus, tujuan dari penyusunan makalah ini, yakni:
 Mengetahui proses terjadinya penuaan,
 Mengetahui dan memahami proses penuaan dari sudut pandang teori biologis,
 Mengetahui dan memahami aspek-aspek biologis pada usia lanjut
 Mengetahui dan memahami aspek psikologis pada usia lanjut
 Mengetahui dan memahami aspek sosial pada usia lanjut
 Mengetahui dan memahami aspek spiritual pada usia lanjut

1
D. Manfaat
1.      Bagi penulis
Dengan adanya penyusunan makalah ini, penulis dapat manambah wawasan dan
pengetahuan serta dapat mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai hormon pada
organ reproduksi wanita, khususnya mekanisme kerjanya.
2.      Bagi pembaca
Adanya penyusunan makalah ini, supaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi
pembaca.Selain itu, dapat dimanfaatkan sebagai sumber bacaan untuk menambah atau
memahami tentang hormon pada organ reproduksi wanita, khususnya mekanisme
kerjanya.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2
A. Konsep Dasar Penuaan
1. Definisi Penuaan
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut,
tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai
penyakit degenararif (Constantinides, 1994 dalamR. Siti Maryam, dkk: 2012).
Aging process (proses penuaan) dalam perjalanan hidup manusia merupakan
suatu hal yang wajar, dan ini akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur
panjang, hanya cepat dan lambatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing
individu. Secara teori perkembangan manusia yang dimulai dari masa bayi, anak,
remaja, dewasa, tua, dan akhirnya akan masuk pada fase usia lanjut dengan umur
diatas 60 tahun. Pada usia ini terjadilah proses penuaan secara alamiah. Perlu
persiapan untuk menyambutb hal tersebut agar nantinya tidak menimbulkan fisik,
mental, sosial, ekonomi bahkan psikologis. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghlangnya secara perlahan-lahan kemapuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994
dalam Nugroho. W, 2000)
Sehingga dapat diartikan proses penuaan merupakan tahap dewasa yang dimana
tahap pertumbuhan manusia mencapai titik perkembangan yang maksimal, dengan
disertai mulai menyusutnya tubuh yang dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel
dalam tubuh. Sehingga fungsi tubuh juga akan mengalami penurunan secara perlahan-
lahan yang biasanya disertai masalah atau gangguan pada kesehatan.
Selain itu, proses menua juga merupakan proses yang terus-menerus
(berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai udzhur/tua.
Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot,
susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh akan “mati” sedikit demi sedikit.
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-
ekonomi, mental, maupun fisik-biologis. Dari aspek fisik-biologis terjadi perubahan
pada beberapa sistem, seperti sistem organ dalam, sistem muskuloskeletal, sistem
sirkulasi (jantung), sel jaringan dan sistem saraf yang tidak dapat diganti karena rusak
atau mati. Ditambahkan, terutama sel otak yang berkurang 10-20% dalam setiap
harinya dna sel ginjal yang tidak bisa membelah, sehingga tidak ada regenerasi sel.
Berkurangnya jumlah sel saraf (neuron) dan kematian sel secara terus-menerus
menyebabkan seseorang menjadi demensia (Khalid Mujahidullah, 2012)
World Health Organization (WHO) menyebutkan batasan-batasan usia lanjut
adalah, sebagai berikut:
1.      Usia pertengahan (midle age) kelompok usia 45-59 tahun,
2.      Usia lanjut (elderly) antara 60-70 tahun,
3.      Usia lanut tua (old) antara 75-90 tahun,
4.      Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

3
2. Teori Penuaan
Berdasarkan perkembangan ilmu dan banyaknya teori-teori mengenai proses
penuaan yang salah satu contohnya berkembangnya ilmu keperawatan geiatrik atau
gerontik. Maka penting bagi manusia khususnya yang bergelut dalam bidang
keperawatan geriatik atau gerontik untuk menyumbangkan kontribusinya terhadap
masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh mansyarakat. Hal tersebut dapat
dimulai dengan menggali pengetahuan mengenai teori-teori dari proses penuaan.
Berikut ini beberapa teori yang berkenaan dengan proses penuaan, yakni:
1.      Teori Biologis
2.      Teori Psikologis
3.      Teori Sosial
4.      Teori Spriritual.

1. Teori Biologis
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua
merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa
hidup (Zairt, 1980 dalam Khalid Mujahidullah, 2012). Teori ini lebih menekankan
pada perubahan kondisi tingkat struktural sel/organ tubuh, termasuk di dalamnya
adalah pengaruh agen patologis. Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-
determinan yang menghambat proses penurunan fungsi organisme yang dalam
korteks sistemik dapat memengaruhi/memberikan dampak terhadap organ/sistem
tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia kronologis (Hayflick,
1977 dalam Khalid Mujahidullah, 2012).
Adapun beberapa teori menua yang termasuk dalam lingkup proses menua
biologia antara lain, sebagai berikut:
1.      Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory)
Hayflick dan Moorrehead (1961) menyatakan bahwa sel-sel mengalami perubahan
kemampuan reproduksi sesuai dengan bertambahnya usia (Lueeckenote, 1996). Selain
diatas, dikenal juga istilah “Jam Biologis Manusia” diasumsikan sebagai waktu
dimana sel-sel tubuh manusia masih dapat berfungsi secara produktif untuk
menunjang fungsi kehidupan. Teori Hayflick menekankan bahwa perubahan kondisi
fisik pada manusia dipengaruhi oleh adanya kemampuan reproduksi dan fungsional
sel organ yang menurun sejalan dengan bertambahnya usia tubuh setelah usia
tertentu.        

2.      Teori kesalahan (Error Theory)


Adanya perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa perubahan alami pada
sel pada DNA dan RNA, yang merupakan substansi pembangunan/pembentuk sel
baru. Peningkatan usia memengaruhi perubahan sel dimana sel-sel Nukleus menjadi
lebih besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA. Konsep
yang diajukan oleh ORGEL (1963) menyampaikan bahwa kemungkinan terjadinya
proses menua adalah akibat keslahan padaa saat transkrip sel pada saat sintesa protein,
yang berdampak pada penurunan kemampuan kualitas (daya hidup) sel atau bahkan

4
sel-sel baru relatif sedikit terbentuk. Kesalahan yang terjadi pada proses transkripsi ini
dimungkinkan oleh karena reproduksi dari enzim dan rantai peptida (protein) tidak
dapat melakukan penggandaan substansi secara tepat. Kondisi ini akhirnya
mengakibatkan proses transkripsi sel berikutnya juga mengalami perubahan dalam
beberapa generasi yang akhirnya dapat mengubah komposisi yang berbeda dari sel
awal (Sonneborn,1979).

3.      Teori Pakai dan Usang (Wear &Tear Theory )


Teori ini menyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup mana kala sel-sel
tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori ini dikenalakn oleh Weisman (1891).
Hayflick menyatakan bahwa kematian merupakan akibat dari tidak digunakannya sel-
sel karena dianggap tidak diperlukan lagi dan tidak dapat meremajakan lagi sel-sel
tersebut secara mandiri. Teori ini memandang bahwa proses menua merupakan proses
pra-program yaitu proses yang terjadi akibat akumulasi stress dan injuri dari trauma.
Menua dianggap sebagai “Proses fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah
penggunaan dan keusangan dari organ seseorang yang terpapar dengan lingkungan.”
(Matesson ,Mc.Connell,1988).

4.      Teory Radikal Bebas  (Free Radical Theory)


Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat
kekurangefektifan fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai
radikal bebas dalam tubuh. Secara normal radikal bebas ada pada setiap individu dan
dapat digunakan untuk memprediksi umur kronologis individu. Disebut sebagai
radikal bebas disini adalah molekul yang memiliki tingkat afinitas yang tinggi,
merupakan molekul, fragmen molekul atau atom dengan elektron yang bebas tidak
berpasangan. Radikal bebas merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh manusia
sebagai salah satu hasil kerja metabolisme tubuh. Walaupun secara normal ia
terbentuk akibat;
a.       Proses oksigenisasi lingkungan seperti pengaruh  polutan,ozon dan pestisida.
b.      Reaksi akibat paparan dengan radiasi
c.       Sebagai reaksi beranti dengan molekul bebas lainnya.

Radikal bebas yang reaktif mampu termasuk merusak sel, termasuk


mitokondria, yang akhirnya mampu menyebabkan cepatnya kematian (apoptosis) sel,
menghambat proses reproduksi sel. Hal lain yang mengganggu fungsi sel tubuh akibat
radikal bebas adalah bahwa radikal bebas yang ada dalam tubuh dapat menyebabkan
mutasi pada transkripsi DNA-RNA pada genetik walaupun ia tidak mengandung
DNA. Dalam sistem saraf dan jaringan otot, dimana radikal bebas memiliki tingkat
afinitas yang relatif tinggi dibanding lainnya, terdapat/ditemukan substansi yang
disebut juga dengan Lipofusin, yang dapat digunakan juga untuk mengukur usia
kronologis seseorang. Lipofusin yang merupakan pigmen yang diperkaya dengan
lemak dan protein ditemukan terakumulasi dalam jaringan-jaringan orang tua.
Kesalahan kulit brangsur-angsur menurun akibat suplai oksigen dan nutrisi yang
makin sedikit yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian jaringan kulit itu sendiri.

5
Vitamin C dan E merupakan dua substansi yang dipercaya dapat menghambat
kerja radikal bebas (sebagai anti oksidan) yang memungkinkan menyebabkan
kerusakan jaringan kulit. Rockkestein dan sussman (1979) menyatakan bahwa Butilat
Hidroksitoluent dapat memiliki efek anti oksidan ketika diberikan kepada tikus.

5.      Teori Imunitas (Immunity Theory)


Ke”tua”an disebabakan oleh adanya penurunan fungsi sistem immun. Perubahan itu
lebih tampak secara nyata pada Limposit-T, di samping perubahan juga terjadi pada
Limposit-B. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem imun humoral, yang
dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk:
a.       Menurunkan resistensi melawan pertumbuhan tumor dan perkembangan kanker
b.      Menurukan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan agresif
memobillisasi pertahanan tubuh terhadap patogen
c.       Meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin mening
berdampak pada semakin meningkatnyyaa resiko terjadinya penyakit yang
berhubungan dengan autoimmun.

6.      Teori Ikatan Silang  (Cross Lingkage Theory)


Dikenalakan oleh J. Bjorksten pada tahun 1942, menekankan pada postulat bahwa
proses menua terjadi sebagai akibat adanya ikatan-ikatan dalam kimiawi tubuh. Teori
ini menyebutkan bahwa secara normal, struktur molekuler dari sel berikatan secara
bersama-sama membentuk reaksi kimia. Termasuk didalamnya adalah kolagen yang
relatif panjang yang dihasilkan oleh fibroblast. Dengan terbentuknya jaringan baru,
maka jaringan tersebut akan bersinggungan dengan jaringan yang lama dan
membentuk ikatan silang kimiawi. Hasil akhir dari proses ikatan silang ini adalah
peningkatan densitas kolagen dan penurunan kapasitas untuk transpot nutrient serta
untuk membuang produk-produk sisa metabolisme dari sel.
Zat ikatan silang ditemukan pada lemak tidak jenuh, ions polyvalen seperti
Alumunium, Seng, dan Magnesium. Dari konsep diatas, maka implikasi keperawatan
yang dapat diterapkan antara lain:
a.       Dalam hubungan dengan orang yang sudah tua, perlu bagi perawat untuk
memperhatikan teori proses menua.
b.      Aktivitas (kegiatan) sehari-hari merupakan salah satu bagian dari perilaku
kehidupan normal yang tidak perlu dipatasi secara berlebihan, tetapi lebih cenderung
untuk memodifikasi perilaku sebagai akibat perubahn fisik dari menula itu sendiri.
Perilaku hidup sehari-hari diperlukan untuk menjaga kondisi fisik tetap dalam batas
normal dan mengoptimalkan kemampuan diri.
c.       Pola hidup sehat yang dilakukan dapat memengaruhi perubahan-perubahan dasar
biologis dari proses menua itu sendiri. Konsumsi makanan yang sehat, cukup gizi dan
menhindari faktor-faktor resiko pencetus stres fisik dan pembentuk radikal bebas
merupakan salah satu upaya untuk menurangi proses menua secara biologis.
d.      Melakukan kehidupan dengan melakukan kerja seimbang dan pemenuhan
kebutuhan seimbang mampu memberikan kontribusi yang positifdalam peningkatn
performen individu itu sendiri.

6
e.       Menghindari lingkungan dengan tingkat resiko radiasi atau polutan yang tinggi
merupakan langkah yang bisa ditempuh untuk menghindari cepatnya proses menua
secara biologis.
f.       Perlu bagi perawat untuk memperhatikan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan
pasien akan sarana dari prasarana yang menunjang pencapaian kebutuhan hidup serta
meningkatkan kualitas hidup melalui pengadaan alat-alat aktivitas yang memadai,
mengurangi resiko stres fisik berlebih serta terindar dari polusi.

Sedangkan dalam buku “Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi,


Buku 2” Wahit Iqbal Mubarok, dkk., membagi teori biologi menjadi 9 teori kecil,
yakni:
1.      Teori Genetik Clock
2.      Teori Mutasi Somatik (Error Catastrophe Theory)
3.      Teori Autoimun (Auto Immune Theory)
4.      Teori radikal Bebas
5.      Pemakaian dan Rusak
6.      Teori Virus yang Perlahan-lahan Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh
(Immunology Slow Virus Theory)
7.      Teori Stres
8.      Teori Rantai Silang
9.      Teori Program.

2. Teori Psikologis
. Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis.
Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan
perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan memiliki
pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan melalui banyak peristiwa.
Salama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk menggambarkan bagaimana
perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat memengaruhi reaksi manusia sepanjang
tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut proses “penuaan yang sukses” contoh dari teori
ini termasuk teori kepribadian.
1)    Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-tahun
akhir kehidupannya yang telah merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan. Teori
kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan
harapan atau tugas spesifik lansia. Jung mengembangkan suatu teori pengembangan
kepribadian orang dewasa yang memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert ia
berteori bahwa keseimbangan antara keddua hal tersebut adalah penting kesehatan. Didalam
konsep intoritas dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan

7
memeiliki tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri melalui
aktivitas yang dapat merefleksikan diri sendiri.

2)    Teori Tugas Perkembangan


Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya dengan tugas
yang harus dikuasai pada tahap sepanjang rentang hidup manusia. Hasil penelitian Ericson
mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini. Tugas perkembangan adalah aktivitas
dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya
untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah
mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada
kondisis tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik,
maka lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa. Minat
yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada saat ahli gerontologi dan perawat
gerontologi memeriksa kembali tugas perkembanagn lansia.
3)    Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali pada awal
tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat
dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat diprediksi,
sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang
sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung
jawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi
lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya
dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat
adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan generasi tua pada generasi muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena penelitian ini dipandang cacat
dan karena banyak lansia yang menentang “postulat” yang dibangkitkan oleh teori untuk
menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan ikatan atau hubungan. Sebagai contoh,
dibawah kerangka kerja teori ini, pensiun wajib menjadi kebijakan sosial yang harus diterima.
Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan alami, pensiun pada usia 65 tahun berarti
bahwa seorang lanjut usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 yahun lagi. Bagi banyak
individu yang sehat dan produktif, prospek diri suatu langkah yang lebih lambat dan
tanggung jawab yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan. Jelasnya, banyak
lansia dapat terus menjadi anggota masyarakat produktif yang baik sampai mereka berusia 80
sampai 90 tahun.
4)    Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif.
Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat
untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai
penelitian telah memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang penuh
arti dengan oranglain dan kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut. Gagasan pemenuhan
kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang

8
lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang
yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia.
Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif
memengaruhi kepuasan hidup. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya
aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan
pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia.
5)    Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu
kelanjutan dari dua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian
pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan
terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu
sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan
dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar
dikatakan tetap tidak berubah walaupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian
secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut bertambah tua. Seseorang yang
menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan terus
menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut. Orang yang menyukai kesendirian dan
memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasan dalam
melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam membuat
keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudah menyerahkan peran ini hanya karena usia
mereka yang telah lanjut. Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi
dalam interaksi interpersonal mereka selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba
mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda didalam masa akhir krhidupannya.
Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia oleh perubahan sosial-ekonomi atau
faktor kesehatan, permasalahan mungkin akan timbul. Kepribadian yang tetap tidak diketahui
selama pertemuan atau kunjungan singkat kadang-kadang dapat menjadi fokal dan juga
menjadi sumber kejengkelan ketika situasi mengharuskan adanya suatu perubahan didalam
pengaturan tempat tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan keputusan yang sulit tentang
perubahan pengaturan tempat tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan banyak
dukungan. Suatu pemahaman tentang pola kepribadian lansia sebelumnya dapat memberikan
pengertian yang lebih diperlukan dalam proses pengambilan keputusan ini

3. Teori Sosial
1) Aktifitas atau kegiatan (Activity theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
bnyak kegiatan social.

2) Keperibadian lanjut (Continuity theory)


Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi tipe personality yang dimilikinya.

9
3) Teori pembebasan (Disengagement theory)
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.
4. Teori Spiritual
Spiritual berasal dari kata spirit. Spirit mengandung arti semangatatau sikap yang
mendasari tindakan manusia. Spirit juga sering diartikan sebagai ruh atau jiwa yang
merupakan suatu bentuk energi yang hidup dan nyata. Meskipun tidak terlihat oleh mata dan
tidak memiliki badan fisik seperti manusia, spirit itu ada dan hidup. Spirit dapat diajak
berkomunikasi sama seperti kita berbicara dengan manusia lain. Interaksi dengan spirit yang
hidup itulah yang disebutdengan spiritual. Oleh karena itu spiritual berhubungan dengan ruh
atau spirit. Spiritual mencakup nilai-nilai yang melandasi kehidupan manusia seutuhnya,
karena dalam spiritual ada kreativitas, kemajuan, dan pertumbuhan

3.Perubahan Yang Terjadi Pada Proses Penuaan.


1. Perubahan Fisik

Tabel 1. Perubahan-perubahan Fisik yang Terjadi pada Usia Lanjut


No. Sistem Perubahan

1. Sel Jumlah berkurang, ukuran


membesar, cairan tubuh menurun,
dan cairan intraseluler menurun.

2. Kardiovaskuler Katup jantung menebal dan kaku,


kemampuan memompa darah
menurun (menurunnya kontraksi
dna volume), elastisitas pembuluh
darah menurun, serta meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer
sehingga tekanan darah meningkat.

3. Respirasi Otot-otot pernapasan kekuatannya


menurun dan kaku, elastisitas paru
menurn, kapasitas residu meingkat
sehingga menarik napas lebih
berat, alveoli melebar dan
jumlahnya menurun, kemampuan
batuk menurun, serta terjadi
penyempitan pada bronkus.

4. Persarafan Saraf panca indra mengecil


sehingga fungsinya menurun serta
lambat dalam merespons dan waktu

10
bereaksi khususnya
yangberhubungan dengan stres.
Berkurangnya atau hilangnya
lapisan mielin akson, sehingga
menyebabkan berkurangnya
respons motorik dan refleks.

5. Muskuloskeletal Cairan tulang menurun sehingga


mudah rapuh (osteoporosis),
bungkuk (kifosis), persendian
membesar dan menjaid kaku,
(atrofi otot), kram, tremor, tendon
mengerut, dan mengalami
sklerosis.

6. Gastrointestinal Esofagus melebar, asam lambung


menurun, lapar mennurun, dan
peristaltik menurun seingga daya
absorpsi juga ikut menurn. Ukuran
lambung mengscil serta fungsi
organ aksesori menurun sehingga
menyebabkan berkurangnya
produksi hormon dan enzim
pencernaan.

7. Genitourinasia Ginjal: mengecil, aliran darah ke


ginjal menurun, penyaringan di
glomerulus menuru, dan fungsi
tubulus menurun sehingga
kemampuan mengonsentrasi urine
ikut menurun.

8. Vesika urinaria Otot-otot melemah, kapasitasnya


menurun dan retemsi urine. Prostat:
hipertrofi pada 75% lansia.

9. Vagina Selaput lendir mengering dan


sekresi menurun.

10. Pendengaran Membran timpani atrofi sehingga


terjadi gangguan pendengaran.
Tulang-tulang pendengaran
mengalamu kekakuan.

11. Penglihatan Respons terhadap sinar menurun,


adaptasi terhadap gelap menurun,
akomodasi menurun, lapangan

11
padang menurun, dan katarak.

12. Endokrin Produksi hormon menurun.

13. Kulit Keriput serta kulit kepala dan


rambut menipis. Rambut dalam
hidung dan telingan menebal.
Elastisitas menurun, vaskularisasi
menurun, rambut memutih (uban) ,
kelenjar keringat menurun, kuku
keras dan rapuh,serta kuku kaki
tumbuh berlebihan seperti tanduk

14. Belajar dan Memori Kemampuan belajar masih ada


tetapi relatif menurun. Memori
(daya ingat) menurun karena
proses encoding  menurun.

15. Intelegensi Secara umum tidak banyak


perubahan

16. Personality dan adjustment (Pengatura Tidak banyak perubahan, hampir


n) setiap muda.

17. Pencapaian (Achievment) Sains, filosofi, seni, dan musik


sangat memengaruhi

2. Perubahan Psikologis

1) Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.

2) Duka cita (Bereavement)

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat
meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat
memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.

3) Depresi

Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga
dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.

12
4) Gangguan cemas

Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan
stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguan tersebut
merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat
penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari
suatu obat.

5) Parafrenia

Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia sering
merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya
terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.

6) Sindroma Diogenes

Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat mengganggu.


Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urin
nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur.Walaupun telah dibersihkan,
keadaan tersebut dapat terulang kembali.
3. Perubahan Sosial

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya
maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya
menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga
sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka
melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing
atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti
mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta
merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak
kecil. Menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak
saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran
dan pengorbanan. Namun bagi lansia yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena
hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya
sudah meninggal, apalagi hidup sendiri di perantauan,seringkali menjadi terlantar.
4. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakin matang
(mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-
hari.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses penuaan merupakan tahap dewasa yang dimana tahap pertumbuhan
manusia mencapai titik perkembangan yang maksimal, dengan disertai mulai
menyusutnya tubuh yang dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel dalam tubuh.
Sehingga fungsi tubuh juga akan mengalami penurunan secara perlahan-lahan yang
biasanya disertai masalah atau gangguan pada kesehatan.
Sehingga dapat diartikan proses penuaan merupakan tahap dewasa yang dimana
tahap pertumbuhan manusia mencapai titik perkembangan yang maksimal, dengan
disertai mulai menyusutnya tubuh yang dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel
dalam tubuh. Sehingga fungsi tubuh juga akan mengalami penurunan secara perlahan-
lahan yang biasanya disertai masalah atau gangguan pada kesehatan.
Selain itu, proses menua juga merupakan proses yang terus-menerus
(berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai udzhur/tua.
Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot,
susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh akan “mati” sedikit demi sedikit.
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-
ekonomi, mental, maupun fisik-biologis. Dari aspek fisik-biologis terjadi perubahan
pada beberapa sistem, seperti sistem organ dalam, sistem muskuloskeletal, sistem
sirkulasi (jantung), sel jaringan dan sistem saraf yang tidak dapat diganti karena rusak
atau mati. Ditambahkan, terutama sel otak yang berkurang 10-20% dalam setiap
harinya dna sel ginjal yang tidak bisa membelah, sehingga tidak ada regenerasi sel.
Berkurangnya jumlah sel saraf (neuron) dan kematian sel secara terus-menerus
menyebabkan seseorang menjadi demensia (Khalid Mujahidullah, 2012)
World Health Organization (WHO) menyebutkan batasan-batasan usia lanjut
adalah, sebagai berikut:
1.      Usia pertengahan (midle age) kelompok usia 45-59 tahun,
2.      Usia lanjut (elderly) antara 60-70 tahun,
3.      Usia lanut tua (old) antara 75-90 tahun,
4.      Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Berdasarkan perkembangan ilmu dan banyaknya teori-teori mengenai proses
penuaan yang salah satu contohnya berkembangnya ilmu keperawatan geiatrik atau
gerontik. Maka penting bagi manusia khususnya yang bergelut dalam bidang
keperawatan geriatik atau gerontik untuk menyumbangkan kontribusinya terhadap
masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh mansyarakat. Hal tersebut dapat
dimulai dengan menggali pengetahuan mengenai teori-teori dari proses penuaan.
Berikut ini beberapa teori yang berkenaan dengan proses penuaan, yakni:
1.      Teori Biologis
2.      Teori Psikologis
3.      Teori Sosial
4.      Teori Spriritual.

14
B. Saran
5. Bagi pembaca
Dengan adanya penyusunan makalah ini, semoga para pembaca dapat manambah
wawasan dan pengetahuan serta dapat mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai proses
penuaan
6. Bagi Penulis
Dengan adanya penyusunan makalah ini, kiranya bisa menjadi pemberi asuhan yang baik
dan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan tentang konsep dan teori dalam proses penuaan

15
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, R. Siti, dkk. 2012. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba


Medika.
Mubarak, Iqbal Wahit, dkk. 2012. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi,
Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Mujahidullah, Khalid. 2012. Keperawatan Gerontik: Merawat Lansia dengan Cinta dan
Kasih Sayang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Tamher, S., dan Noorkasiani. 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

16

Anda mungkin juga menyukai