Anda di halaman 1dari 90

KEPERAWATAN PSIKIATRI

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN GANGGUAN JIWA HARGA DIRI RENDAH

OLEH :
KELAS B14-B

KELOMPOK 1

1. KADEK NONIK ARISKA (213221239)


2. I MADE DWI PRASETYA PARAMARTHA (213221240)
3. I KADEK RIKA SUMANDA PUTRA (213221241)
4. PUTU DIESTA FAJARYANA (213221242)
5. NI PUTU DESYA WIYANTI (213221243)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2021
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Jiwa Harga Diri Rendah”. Adapun pembuatan makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Psikiatri.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan dari
semua pihak yang telah member kami bantuan dukungan kjuga semangat, buku
dan sumber lainnya sehingga tugas ini dapat terselesaikan.Oleh karena itu melalui
media ini kelompok menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
kelompok miliki.Oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.

“Om Santih, Santih, Santih Om”

Denpasar, 25 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………...2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………….2
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………...3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I. Konsep Dasar Harga Diri Rendah………………………………………………4
A. Pengertian Harga Diri Rendah ........................................................................ 4
B. Rentang Respon ............................................................................................... 6
C. Etiologi ............................................................................................................ 7
D. Tanda dan Gejala ............................................................................................. 9
E. Pohon Masalah................................................................................................ 10
F. Penatalaksanaan Medis ................................................................................... 10
II. Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................... 12
A. Pengkajian....................................................................................................... 12
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................... 13
C. Intervensi Keperawatan .................................................................................. 14
D. Implementasi Keperawatan ............................................................................ 20
E. Evaluasi Keperawatan ..................................................................................... 20
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................ 21
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ......................................................................................................... 71
B. Saran ............................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 72
Lampiran SP .......................................................................................................... 73

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 199). Harga Diri
Rendah Kronis adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk
kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada
harapan dan putus asa (Departemen Kesehatan, 1998).
Berdasarkan catatan World Health Organization (WHO), sebanyak 450
juta orang di muka Bumi mengalami gangguan mental (mental disorder), 150
juta mengalami depresi, 25 juta orang mengalami skizofrenia, sebagai
gambaran, di negara Indonesia survey tentang penderita gangguan jiwa
tercatat 44,6% per 1.000 penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat.
Berdasarkan data yang diperoleh penulis, jumlah pasien yang dirawat di
Rumah Sakit Atma Husada Mahakam Samarinda pada bulan Januari sampai
November 2009 adalah sebanyak 852 orang.
Harga Diri Rendah Kronis secara menyeluruh meliputi Bio – Psiko –
Sosio – Spiritual, dimana penanganan klien dengan Harga Diri Rendah pada
kuhususnya dan gangguan jiwa pada umumnya, menekankan ke arah
profesionalisme profesi keperawatan oleh sebab itu berdasarkan faktor –
faktor tersebut di atas, sehingga perawatan masalah dengan Harga Diri
Rendah Kronis sangat memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh, karena
seseorang yang mengalami gangguan jiwa dengan harga diri rendah pasti
akan merasa dirinya tidak berharga, tidak mampu, dan selalu mengatakan
bahwa dirinya tidak berguna, yang mana hal ini dapat memicu seseorang
mengalami stress.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami membuat makalah
mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Harga Diri
Rendah”.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari harga diri rendah?
2. Bagaimanakah rentang respon harga diri rendah?
3. Bagaimanakah etiologi dari harga diri rendah?
4. Bagaimanakah tanda dan gejala harga diri rendah?
5. Bagaimanakah pohon masalah harga diri rendah?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan medis pada gangguan harga diri
rendah?
7. Bagaimanakah pengkajian keperawatan pada pasien gangguan harga
diri rendah?
8. Apakah diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangguan
harga diri rendah?
9. Bagaimanakah intervensi keperawatan pada pasien gangguan harga diri
rendah?
10. Bagaimanakah implementasi pada pasien gangguan harga diri rendah?
11. Bagaimanakah evaluasi pada pasien gangguan harga diri rendah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari harga diri rendah
2. Untuk mengetahui rentang respon harga diri rendah
3. Untuk mengetahui etiologi dari harga diri rendah
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala harga diri rendah
5. Untuk mengetahui pohon masalah harga diri rendah
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada gangguan harga diri
rendah
7. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien gangguan harga
diri rendah
8. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
gangguan harga diri rendah
9. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada pasien gangguan harga
diri rendah

2
10. Untuk mengetahui implementasi pada pasien gangguan harga diri
rendah
11. Untuk mengetahui evaluasi pada pasien gangguan harga diri rendah

D. Manfaat Penulisan
Agar mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan dapat menigkatkan
wawasannya mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
harga diri rendah.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH


A. Pengertian Harga Diri Rendah
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 2013).
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia
meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat
berbuat apa – apa, tidak kompeten, gagal, malang dan kehilangan daya
tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung
bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang
dihadapinya. Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
1) Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa
lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan,
dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan
persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 2013).
2) Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal
tertentu (Stuart & Sundeen, 2013).
3) Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek
konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart dan Sundeen,
2013).
4) Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial.

4
Peran yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak
mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih
atau dipilih oleh individu (Stuart & Sundeen, 2013).
5) Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar
dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,
kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga
(Stuart & Sundeen, 2013)
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau
tidak langsung diekspresikan (Towsend, 2012).Pendapat senada
diungkapkan oleh Carpenito, L.J (2006 : 352) bahwa harga diri rendah
merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif
mengenai diri atau kemampuan diri.
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 2006).Harga diri rendah
merupakan suatu kesedihan atau perasaan duka berkepanjangan (Stuart &
Laraia, 2006).
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri
rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat
situasional maupun kronis atau menahun.
Harga diri rendah dibedakan menjadi bagian 2 yaitu :
1. Harga diri kronik rendah adalah keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri negatif mengenai diri atau kemampuan
dalam waktu lama.
2. Harga diri situasional rendah adalah keadaan dimana individu
yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami

5
perasaan negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu
kejadian (kehilangan, perubahan).

B. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (2013) respon individu terhadap konsep
dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif.
1. Respon Adaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat
diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan.
2. Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang tidak dapat
diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan.

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga Kerancuan Depersonalisasi


diri diri positif diri rendah identitas

Stuart dan Sundeen (2013) mengatakan:


a) Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
b) Konsep diri adalah individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri.
c) Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif
dengan konsep diri maladaptif.
d) Kekacauan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan
aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
e) Dipersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

6
C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang, Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut:
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri.
Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi
pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka
terhadap perlakuan dan respon orang tua. Orang tua yang kasar,
membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau
ketidakpastian. Anak yang tidak menerima kasih sayang maka anak
tersebut akan gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta orang
lain. Individu yang kurang mengerti akan dan tujuan kehidupan
akan gagal menerima tanggungjawab untuk diri sendiri. ia akan
tergantung pada orang lain dan gagal mengembangkan kemampuan
sendiri. Ia mengingkari kebebasan mengekspresikan sesuatu,
termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar,
kasar dan banyak menuntut diri sendiri. Ideal diri yang ditetapkan
tidak dapat dicapai.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran.
Peran sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh
masyarakat misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang
mandiri,kurang objektif dan kurang rasional dibandingkan pria.
Pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat kurang ekspresif
disbanding wanita.Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau
pria berperan tidak seperti lazimnya, maka dapat menimbulkan
konflik didalam diri maupunhubungan sosial Misalnya, wanita
yang sacara tradisional harus tinggal di rumah saja, jika ia mulai
keluar rumah untuk sekolah atau kerja akan menimbulkan masalah.
Konflik peran dan peran yang tidak sesuai muncul dari faktor
biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran
yang berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah
peran.

7
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan kurang
percaya diri pada anak. anak akan ragu apakah yang ia pilih tepat,
jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul rasa
bersalah.Kontrol orang tua yang tetap pada anak remaja akan
menimbulkan perasaan benci anak pada orang tua. teman sebaya
merupakan faktor lain yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin
diterima, dibutuhkan,diinginkan dan dimiliki oleh kelompoknya
(Keliat, 2012).
2. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang
dihadapi individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan
masalah.Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti:
pola asuh anak tidak tepat misalnya: terlalu dilarang, dituntut,
persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang,
cita-cita yang tidak dapat di capai, gagal tanggung jawab terhadap diri
sendiri (Stuart dan Sundeen, 2013). Stresor pencetus dapat berasal dari
sumber internal atau eksternal sebagai berikut:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada
tiga jenis transisi peran:
1) Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif
yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini
termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta
tekanan untuk menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.

8
3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari
keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat
dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, Perubahan
ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan
fisik yang berhubungan tumbuh kembang normal dan
prosedur medis dan keperawatan (Stuart, 2013).

D. Tanda dan Gejala


Stuart (2013) mengemukakan tanda dan gejala apabila seseorang
memiliki harga diri rendah:
1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa diri pentinng yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu
7. Rasa bersalah
8. Mudah tersinggung atau marah berlebihan
9. Perasaan negatif tentang dirinya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandanangan hidup yang pesimis
12. Keluhan fisik
13. Pandangan hidup yang bertentangan
14. Penolakan terhadap kemampuan personal
15. Destruktif terhadap diri sendiri
16. Pengurangan diri
17. Menarik diri secara sosial
18. Penyalahgunaan zat
19. Menarik diri dari realitas
20. Khawatir

9
E. Pohon Masalah

Isolasi sosial (menarik diri) --------------------------- Akibat

--------------------------- Core Problem


HARGA DIRI RENDAH

Ideal Diri Tidak Tercapai --------------------------- Penyebab

Menurut Stuart dan Sundeen (2013) perilaku yang berhubungan


dengan harga diri rendah adalah mengkritik diri sendiri atau orang lain,
gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting berlebihan, perasaan tidak
mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, atau berlebihan, perasaan takut
mengenal tubuhnya ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup
yang pesmis, keluhan, pandangan hidup yang berlebihan, penolakan
terhadap kemampuan sosial, perguruan dan menjauh diri secara sosial,
pengurungan diri, menaruh diri secara sosial, penyalahgunaan zat.

E. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia
dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami
diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa
sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi:
1. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat
sebagai berikut:
a) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup
singkat
b) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
c) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik
untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia

10
d) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti
e) Tidak menyebabkan kantuk
f) Memperbaiki pola tidur
g) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
h) Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat
yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,
Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua
misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
aripiprazole.
2. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya
ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).
3. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang
satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia
yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
4. Keperawatan
Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan
rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan
dan kekurangan klien.Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.Therapi
kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan
masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.

11
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok
stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy
aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari
empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan
dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah
adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan
aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan
Akemat,2005).

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal
dirawat, tanggal pengkajian, nomor rekam medis
2. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi
factor biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
3. Faktor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap
persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,
kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala
stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas.
4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan
social dan spiritual
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,

12
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif
maupun maladaptive
7. Aspek medik yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis.
8. Analisa data
a. Ideal Diri tidak Tercapai
DS: - Klien memlih diam untuk menyelesaikan masalahnya
DO: - Klien suka menyendiri
- Klien tampak pendiam
b. Harga diri rendah
DS: - Adanya ungkapan yang menegatifkan diri
- Mengatakan pandangan hidup yang pesimis
- Merasa tidak mampu melakukan sesuatu
- Mengeluh tidak mampu melakukan peran dan fungsi
sebagaimana mestinya
- Ungkapan mengkritik diri sendiri, mengejek dan
menyalahgunakan diri sendiri
DO:- Kontak mata kurang, sering menunduk,
- Mudah marah dan tersinggung
- Menarik diri
- Menghindar dari orang lain
c. Isolasi sosial dengan menarik diri
DS: - Ungkapan yang terbatas ya tidak tahu
DO: - Tidak adanya kontak mata
- Selalu menundukkan kepala
- Berdiam diri di kamar
- Afek tumpul, menyendiri
- Menolak diajak berbincang-bincang

13
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Ideal Diri tidak Tercapai

14
C. Intervensi Keperawatan

TGL/ DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


JAM KEP.
Gangguan TUM : Setelah diberikan askep selama Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
Konsep Diri : Klien dapat ... menit dalam ..x pertemuan dengan mengungkapkan merupakan dasar untuk
Harga Diri berhubungan diharapkan TU dan TUK dapat prinsip komunikasi kelancaran hubungan
Rendah dengan orang lain tercapai dengan kriteria hasil : therapeutic : interaksi selanjutnya.
secara optimal. 1. Ekspresi wajah bersahabat 1. Sapa klien dengan ramah
2. Menunjukan rasa senang dan baik secara verbal dan
TUK 1 : 3. Ada kontak mata non verbal.
Klien dapat 4. Mau berjabat tangan, mau 2. Perkenalkan diri dengan
membina hubungan menyebut nama, mau sopan.
saling percaya menjawab salam 3. Tanyakan nama lengkap
5. Mau duduk berdampingan klien dan nama panggilan
dengan perawat yang disukai klien.
6. Mau mengutarakan masalah 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
yang dihadapi. 5. Jujur dan menepati janji.
6. Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa

15
adanya.
7. Beri perhatian pada klien
dna perhatikan kebutuhan
dasar klien

TUK 2 : Setelah diberikan askep selama 1. Diskusikan kemampuan 1. Mendiskusikan tingkat


Klien dapat ... menit dalam ..x pertemuan dan aspek positif yang kemampuan klien seperti
mengidentifikasi diharapkan TU dan TUK dapat dimiliki klien. menilai realitas, control
kemampuan dan tercapai dengan kriteria hasil : diri atau integritas ego
aspek positif yang 1. Klien dapat menyebutkan diperlukan sebagai dasar
dimilikinya aspek positif dan asuhan keperawatannya.
kemampuan yang dimiliki 2. Setiap bertemu hindarkan 2. Reinforcement positif
klien dari memberi nilai negatif. akan meningkatkan
2. Aspek positif keluarga. harga diri klien.
3. Aspek positif lingkungan 3. Usahakan memberikan 3. Pujian yang realistik
yang dimiliki klien. pujian yang realistik. tidak menyebabkan klien
melakukan kegiatan
hanya karena ingin
mendapatkan pujian.

16
TUK 3 : Setelah diberikan askep selama
Klien dapat menilai ... menit dalam ..x pertemuan
kemampuan yang diharapkan TU dan TUK dapat 1. Diskusikan dengan klien 1. Keterbukaan dan
digunakan tercapai dengan kriteria hasil : kemampuan yang masih pengertian tentang
1. Klien menilai kemampuan dapat dilakukan dalam kemampuan yang
yang dapat digunakan di sakit. dimiliki adalah prasarat
RSJ untuk berubah.
2. Klien menilai kemampuan 2. Keterbukaan dan 2. Pengertian tentang
yang dapat digunakan pengertian tentang kemampuan yang masih
dirumah pasien. kemampuan yang dimiliki dimiliki klien
adalah prasarat untuk memotivasi untuk tetap
berubah. mempertahankan
TUK 4 : Setelah diberikan askep selama penggunaannya.
Klien dapat ... menit dalam ..x pertemuan
menetapkan dan diharapkan TU dan TUK dapay 1. Rencanakan bersama klien 1. Membentuk individu
merencanakan tercapai dengan kriteria hasil : aktifitas yang dapat yang bertanggung jawab
kegiatan sesuai 1. Klien memiliki kemampuan dilakukan setiap hari sesuai terhadap dirinya sendiri.
dengan kemampuan yang akan dilatih, dengan kemampuan:
yang dimiliki 2. Klien mecoba sesuai jadwal kegiatan mandiri, kegiatan
harian dengan bantuan sebagaian,

17
kegiatan yang
membutuhkan bantuan
total.
2. Tingkatkan kegiatan sesuai 2. Klien perlu bertindak
dengan toleransi kondisi secara realistik dalam
klien. kehidupannya.
3. Beri contoh pelaksanaan 3. Contoh perilaku yang
kegiatan yang boleh dilihat klien akan
dilakukan klien. memotivasi klien untuk
melaksanakan kegiatan.

TUK 5 : Setelah diberikan askep selama 1. Beri kesempatan pada klien 1. Memberikan kesempatan
Klien dapat ... menit dalam ..x pertemuan untuk mencoba kegiatan kepada klien mandiri
melakukan kegiatan diharapkan TU dan TUK dapat yang telah direncanakan. dapat meningkatkan
sesuai kondisi sakit tercapai dengan kriteria hasil : motivasi dan harga diri
dan kemampuannya 1. Klien melakukan kegiatan klien.
yang telah dilatih, 2. Beri pujian atas 2. Reinforcement positif
2. Klien mampu melakukan keberhasilan klien dapat meningkatkan
beberapa kegiatan secara harga diri klien.

18
mandiri 3. Diskusikan kemungkinan 3. Memberikan kesempatan
pelaksanaan di rumah. kepada klien untuk tetap
melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan.

TUK 6 : Setelah diberikan askep selama 1. Beri pendidikan kesehatan 1. Mendorong keluarga
Klien dapat ... menit dalam ..x pertemuan pada keluarga tentang cara untuk mampu merawat
memanfaatkan diharapkan TU dan TUK dapat merawat klien dengan klien mandiri di rumah.
sistem pendukung tercapai dengan kriteria hasil :harga diri rendah.
yang ada 1. Keluarga memberi 2. Bantu keluarga
dukungan dan pujian, memberikan dukungan 2. Support system keluarga
2. keluaraga memahami jadwal selama klien dirawat. akan sangat
kegiatan harian klien mempengaruhi dalam
mempercepat proses

3. Bantu keluarga penyembuhan klien.

menyiapkan lingkungan 3. Meningkatkan peran

rumah. serta keluarga dalam


merawat klien di rumah.

19
D. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari
rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang
telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri
dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering impelmentasi jauh berbeda
dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan
keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang
dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat
membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak
memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini.
Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka
kontrak dengan klien dilaksanakan. Dokumentasikan semua tidakan yang
telah dilaksanakan beserta respon klien (Keliat, 2006,).

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari
tindakan yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien
evaluasi adalah hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien
pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang
sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masih tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien.

20
BAB III
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA KLIEN “WS”


DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI (HARGA DIRI RENDAH)
DI RUANG ABIMANYU RSJ PROVINSI BALI
PADA TANGGAL 19-24 OKTOBER 2021

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : “WS”
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Br. Munduktemu Kelod, Munduktemu, Pupuan, Tabanan.
Pendidikan : SMP
Agama : Hindu
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Petani kopi
No. RM : 018718
Ruang Rawat : Abimanyu
Tanggal Pengkajian : 19 Oktober 2021
Tanggal Dirawat(MRS):14 Oktober 2021

II. ALASAN MASUK


Keluhan utama klien yaitu mengamuk.
1. Autooanamnesis
Klien datang ke RSJ Bangli diantar oleh adiknya dalam keadaan sadar.
Saat diwawancara, klien berada dalam posisi duduk berhadapan dengan
pewawancara dan dipisahkan dengan sebuah meja. Klien mengenakan baju
kaos berwarna hijau dan celana pendek. Klien berawakan sedang, rambut
hitam ikal, kulit sawo matang, kuku jari tangan terpotong rapi. Klien sangat
sulit diajak berbicara, kontak verbal dan visual kurang. Klien mampu
menjawab dengan benar saat ditanya nama lengkap dan nama panggilan. Klien

21
mengatakan saat ini umurnya 32 tahun. Klien saat ini belum menikah. Klien
dapat menyebutkan tanggal lahirnya, alamat, dan identitas lainnya saat
ditanya. Klien mengetahui saat ini dirinya berada di RSJ Bangli.
Klien tidak mengetahui alasan kenapa ia dibawa ke RSJ Bangli. Klien
mengatakan diri tidak berguna. Klien merasa bahwa dirinyalah yang paling
bodoh dan tidak bisa diandalkan. Klien merasa kehadirannya justru menambah
beban keluarga. Oleh karena itu klien lebih sering mengurung diri di kamar
dan jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Saat ditanya bagaimana perasaannya, klien hanya diam saja sambil terus
menunduk. Saat ditanya pekerjaannya, klien menjawab ia bekerja sebagai
petani kopi. Saat ditanya apakah di rumah sering marah dan mengamuk, klien
menjawab tidak. Saat perawat bertanya kenapa ia dibawa ke RSJ, klien
menjawab tidak tahu. Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RSJ
satu kali. Klien menyangkal saat ditanya pernah melihat bayangan atau
sesuatu yang tidak dilihat orang lain. Klien mengatakan tidak mengalami
gangguan tidur. Saat wawancara berlangsung klien jarang melakukan kontak
mata dengan perawat, klien lebih banyak diam dan menjawab tidak tahu.
Klien tinggal bersama bibi dan saudaranya dalam satu rumah. Klien
diasuh bibinya sejak orang tuanya bercerai. Pasien bersekolah di Pupuan saat
SD dan SMP.

2. Saat Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2021 pukul 09.00 WITA
di Ruang Abimanyu. Klien terlihat diam sendiri di depan ruang perawat dan
tidak mau berkomunikasi dengan klien lain. Ekspresi wajah murung dan sedih
seperti menyimpan banyak masalah. Ketika ditanya nama, alamat, dan umur
klien bisa menjawab dengan baik. Saat ditanya penyebab ia masuk RSJ, ia
juga dapat menceritakan dengan baik dengan bicara pelan dan sesekali terdiam
tidak menjawab pertanyaan perawat. Selama pengkajian klien lebih sering
menunduk dan kontak mata kepada perawat kurang. Saat ditanya siapa yang
mengantar ke RSJ, klien menjawab ia diantar oleh adik kandungnya. Klien

22
dirawat di RSJ untuk kedua kalinya. Klien mengatakan sebelumnya pernah
dirawat di RSJ Ruang Darmawangsa.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
 Ya
 Tidak
Jelaskan :
Klien mengatakan sebelumnya pernah masuk RSJ satu kali dan dirawat
selama 1 bulan.

2. Pengobatan sebelumnya
 Berhasil
 Kurang berhasil
 Tidak berhasil
Jelaskan :
Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena klien kembali
menunjukkan gejala sakit. Klien mengatakan sempat putus obat setelah
keluar dari RSJ pertama kali.
Masalah Keperawatan : Regimen terapeutik tidak efektif

3. Riwayat trauma
Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal

Jelaskan:

23
Saat pengkajian klien mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan
fisik klien juga mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan seksual,
penolakan, kekerasan dalam rumah tangga, dan tindakan kriminal.

Masalah/ Diagnosa Keperawatan : -


1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
2. Berduka antisipasi
3. Berduka disfungsional
4. Respon pasca trauma
5. Sindroma trauma perkosaan
6. Resiko tinggi kekerasan
7. Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik
8. Lain-lain, jelaskan
.................................................................................................
……………………………………………………………….
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ?

Jelaskan :
Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan : -

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Jelaskan :
Klien mengatakan tidak pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan.
Masalah keperawatan : -

IV. PEMERIKSAAAN FISIK


1. Ukuran Vital :
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,2 ⁰C
P : 20 x/menit

24
2. Ukuran : BB: 60 kg TB : 165cm
naik
Saat pengkajian klien mengatakan tidak mengalami penurunan berat
badan. Berat badannya sama seperti sebelum masuk RSJ.

3. Keluhan fisik :

Masalah / Diagnosa Keperawatan : -


 Risiko tinggi perubahan suhu  Perubahan Nutrisi: Lebih dari
tubuh kebutuhanTubuh
 Defisit Volume Cairan  Kerusakan Menelan
 Kelebihan Volume Cairan  Perubahan Eliminasi faeses
 Resiko Tinggi terhdap Infeksi  Perubahan Eliminasi urine
 Risiko Tinggi terhadap  Kerusakan integritas kulit
Transmisi Infeksi  Lain-
 Perubahan Nutrisi: Kurang lain, jelaskan.......................
dari kebutuhan tubuh

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal

25
: Pasien
: Serumah
: Cerai

Jelaskan : Klien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Semua


saudaranya laki-laki. Klien tinggal bersama bibi dan adiknya yang terkecil.
Orang tua klien sudah bercerai saat ia masih kecil, ayahnya meninggal dunia
ketika klien duduk di kelas 4 SD dan Ibunya pergi meninggalkan ia sewaktu
masih kecil.
Masalah keperawatan : -

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh : Saat pengkajian, klien mengatakan dirinya biasa saja, tidak
ada yang istimewa. Klien mengatakan tidak suka dengan wajahnya karena
ekspresi wajahnya menyebabkan ia susah berinteraksi.
b. Identitas : Saat pengkajian, klien mengatakan namanya WS. Klien
menyadari bahwa dirinya laki-laki. Saat ditanya umur klien, ia berpikir
sejenak kemudian mengatakan ia berumur 32 tahun.
c. Peran : Saat pengkajian, klien mengatakan berperan sebagai
keponakan dari bibinya dan sebagai petani kopi di tempat kerjanya.
d. Ideal diri : Saat pengkajian, klien mengatakan ingin sembuh dan
kembali ke rumah. Klien ingin bisa bekerja lagi.
e. Harga diri : Saat pengkajian klien mengatakan tidak berguna dan malu
karena ia berada di RSJ sebagai pasien. Klien sebelumnya suka diejek oleh
temannya karena jarang berkomunikasi dan karena ia belum menikah di
usianya saat ini menginjak 30an. Klien mengatakan pernah menyukai
beberapa wanita namun tidak berani mengungkapkan karena merasa
dirinya bodoh yang hanya tamat SMP dan bekerja sebagai petani. Klien
pernah menyatakan suka pada seorang wanita namun wanita itu menolak
dan menikah dengan laki-laki lain. Semenjak kejadian itu, klien tidak suka
dekat dengan siapapun terutama dengan wanita. Saat pengkajian, klien
banyak menunduk dan tidak melihat perawat saat berbicara.
Masalah / Diagnosa Keperawatan :

26
 Pengabaian unilateral
 Gangguan citra tubuh
 Gangguan identitas
pribadi
 Harga diri rendah kronis
 Harga diri rendah
situasional
 Lain-lain, jelaskan……

27
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat:
Klien mengatakan tidak mempunyai orang yang diajak dekat, tidak ada
orang yang berarti dalam hidupnya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Klien mengatakan sebelum masuk RSJ, klien tidak mengikuti kegiatan
yang menyangkut orang banyak. Klien hanya diam dirumah. Saat masuk
RSJ klien juga mengatakan lebih suka sendiri.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, klien
mengatakan tidak memiliki teman di RSJ sehingga klien terlihat duduk
dan kemana-mana sendiri. Dalam berkomunikasi saat pengkajian, klien
lebih banyak menunduk, kontak mata kurang. Klien sering keluar kamar
dan ruangan untuk berjalan-jalan sendiri.
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
Kerusakan komunikasi Isolasi sosial
Kerusakan komunikasi verbal Lain-lain,
 Kerusakan interaksi social

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Hindu, di RSJ Klien jarang sembahyang, namun klien
selalu ingat menghaturkan sesajen sebelum ia memulai makan.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sebelum masuk RSJ ia sering sembahyang di merajan,
namun setelah di RSJ ia jarang melakukan persembahyangan.
Masalah / Diagnosa Keperawatan: -

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Tidak rapi

28
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan: Saat pengkajian klien terlihat memakai pakaian yang sesuai dan
cukup rapi.
Masalah / Diagnosa Keperawatan: -
Sindroma defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias, toiletting,
instrumentasi)
Defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias, toiletting, instrumentasi)
Lain-lain, Jelaskan :

2. Pembicaraan
Cepat
Keras
Gagap
Apatis
Lambat
Membisu
Tidak mampu memulai pembicaraan
Lain-lain
Jelaskan: Saat pengkajian, klien tampak dengan lambat menjawab
pertanyaan perawat, kontak mata saat berkomunikasi kurang dan lebih
banyak menunduk.
Masalah / Diagnosa Keperawatan: -
Kerusakan komunikasi
Kerusakan komunikasi verbal
Lain-lain,

3. Aktivitas motorik/psikomotor
Kelambatan :
Hipokinesia, hipoaktifitas
Katalepsi
Sub stupor katatonik

29
Fleksibilitas serea
Jelaskan: Aktivitas motorik normal, tidak terobservasi adanya kelainan.
Peningkatan :
Hiperkinesia, hiperaktivitas Grimace
Gagap Otomatisma
Stereotipi Negativisme
Gaduh Gelisah Reaksi konversi
Katatonik Tremor
Mannarism Verbigerasi
Katapleksi Berjalan kaku/rigid
Tik Kompulsif
Ekhopraxia
Command automatis

Jelaskan: Klien tidak mengalami kelambatan dan peningkatan aktivitas


motorik, saat ditanya klien tampak kurang kooperatif.
Masalah/ Diagnosa Keperawatan : -
Risiko tinggi cidera Defisit aktivitas deversional /
Kerusakan mobilitas fisik hiburan
Perilaku kekerasan Intoleransi aktivitas
Resiko tinggi kekerasan
Lain-lain, jelaskan..........

4. Alam Perasaan
Sedih
Gembira berlebihan
Putus asa
Khawatir
Ketakutan
Jelaskan :Klien tampak menunduk, ekspresi wajah murung seperti
menyimpan banyak masalah. Klien mengatakan sedih saat berada di RSJ dan
ingin pulang.

30
Masalah Keperawatan : -

5. Afek
 Datar
Tumpul
Labil
Jelaskan : Pada saat pengkajian emosi klien tampak datar, namun setiap
menjawab pertanyaan perawat klien menunduk dan kontak mata kurang.
Masalah Keperawatan : -

6. Interaksi selama wawancara


 Bermusuhan
 Kontak mata kurang
 Tidak kooperatif
 Defensif
 Mudah tersinggung
 Curiga
Jelaskan : Saat pengkajian klien kurang kooperatif, klien hanya menjawab
pertanyaan yang diberikan dan sesekali tidak mau menjawab pertanyaan,
kontak mata kurang saat interaksi dan lebih banyak menunduk.
Masalah Keperawatan : -

7. Persepsi
Halusinasi :
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penghidu
Jelaskan : Klien tidak mengalami gangguan persepsi. Klien mengatakan tidak
pernah melihat sesuatu atau suara-suara yang aneh / tidak nyata.
Masalah Keperawatan : -

31
8. Proses Pikir
 Sirkumstansial
 Tangensial
 Kehilangan asosiasi
 Flight of ideas
 Blocking
 Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan : Saat ditanya oleh perawat, klien mampu menjawab walaupun ada
beberapa yang tidak mau dijawab oleh klien.
Masalah Keperawatan : -

9. Isi Pikir
 Obsesi
 Depersonalisasi
 Fobia
 Idea yang terkait
 Hipokondria
 Pikiran magic
Waham
 Agama
 Nihilistik
 Somatik
 Sisip pikir
 Kebesaran
 Siar piker
 Curiga
 Kontrol pikir
Jelaskan : Klien tidak memiliki gangguan isi pikir dan tidak memiliki
keyakinan terhadap sesuatu hal yang berlebihan.
Masalah Keperawatan : -

32
10. Tingkat Kesadaran
 Bingung
 Sedasi
 Stupor
Disorientasi
 Waktu
 Tempat
 Orang
Jelaskan : Saat pengkajian klien terlihat sadar secara penuh dan tenang. Klien
dapat menjawab di RSJ saat ditanya dimana klien berada saat ini. Klien
mengatakan saat pengkajian, hari masih siang dan mengatakan orang yang
diajak berbicara adalah perawat.
Masalah Keperawatan : -

11. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang
 Gangguan daya ingat saat ini
 Gangguan daya ingat jangka pendek
 Konfabulasi
Jelaskan : Saat ditanya kembali siapa nama perawat yang mengkaji, klien
menjawab dengan benar, klien mampu mengingat tanggal, bulan, dan tahun
sekarang, dan klien masih mengingat siapa yang mengantar ia ke RSJ.
Masalah Keperawatan : -

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
 Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : Klien mampu menghitung dari 1-10 sesuai anjuran perawat serta
mampu melakukan penjumlahan, pengurangan, dan perkalian sederhana.

33
Masalah Keperawatan : -

13. Kemampuan penilaian


 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan : Saat dilakukan pengkajian, klien tidak mau menjawab dan diam
menunduk.
Masalah keperawatan: -

14. Daya tilik diri


 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan : Saat pengkajian klien mengatakan tidak mengingkari penyakit
yang dideritanya. Ia menyadari bahwa ia sakit dan berobat di RSJ.
Masalah Keperawatan : -

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
 Bantuan minimal
 Bantual total

2. Defekasi/berkemih
 Bantuan minimal
 Bantual total

3. Mandi
 Bantuan minimal
 Bantual total

4. Berpakaian/berhias
 Bantuan minimal
 Bantual total

34
5. Istirahat dan tidur
 Tidur siang lama : Klien tidak pernah tidur siang.
 Tidur malam lama : 7 sampai 8 jam.
 Aktivitas sebelum/setelah tidur : Diam di luar kamar sampai
mengantuk, kemudian baru masuk kamar untuk tidur.

6. Penggunaan obat
 Bantuan minimal
 Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan

Sistem pendukung

8. Aktivitas di dalam rumah


Ya Tidak
Mempersiapkan makanan

Menjaga kerapian rumah

Mencuci pakaian

Mengatur keuangan

9. Aktivitas di luar rumah


Ya Tidak
Belanja

35
Transportasi

Lain-lain

Masalah Keperawatan : -

VIII. MEKANISME KOPING


ADAPTIF MALADAPTIF
 Bicara dengan orang lain  Minum alcohol
 Mampu menyelesaikan  Reaksi lambat
masalah  Reaksi berlebih
 Teknik relokasi  Bekerja berlebihan
 Aktivitas konstruktif  Menghindar
 Olah raga  Mencederai diri
 Lainnya  Lainnya
Jelaskan : Saat pengkajian klien mengatakan bila memiliki masalah lebih
suka diam dan menyendiri, tidak pernah menceritakan masalahnya kepada
orang lain.
Masalah Keperawatan : -

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan tidak mengalami masalah dari dukungan kelompok.
Keluarganya selalu mendukung dan memberikan perhatian kepadanya.
 Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan lingkungannya, namun tidak
ingin berkomunikasi dengan orang di sekitar.

36
 Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan tidak ada masalah saat ia bekerja.
 Masalah dengan perumahan
Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan perumahan, klien tinggal
di rumah bersama bibi dan adiknya yang terkecil.
 Masalah dengan ekonomi
Klien tidak mengalami masalah dalam hal ekonomi, hasil kerjanya cukup
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
 Masalah lainnya
Tidak ada masalah lain yang dialami klien.
Masalah keperawatan : -
X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
 Penyakit jiwa
 Faktor presipitasi
 Koping
 System pendukung
 Penyakit fisik
 Obat-obatan
 Lainnya
Masalah Keperawatan: -

XI. ASPEK MEDIK


1. Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid
2. Diagnosa kerja :
AXIS 1 : Skizofrenia Paranoid
AXIS 2 : Belum dapat dievaluasi
AXIS 3 : Belum dapat didiagnosis
AXIS 4 : Stresor belum jelas
AXIS 5 : GAF 70-61
3. Terapi medis
Cycozam 25 mg I-0-II

37
XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
Data Masalah Keperawatan
Subyektif : Harga diri rendah
- Saat pengkajian klien
mengatakan tidak berguna dan
malu karena ia berada di RSJ
sebagai pasien.
- Klien mengatakan sebelumnya
suka diejek oleh temannya karena
jarang berkomunikasi dan karena
ia belum menikah di usianya saat
ini menginjak 30an.
- Klien mengatakan pernah
mengalami penolakan dari
seorang wanita, semenjak
kejadian itu, klien tidak suka
dekat dengan siapapun terutama
dengan wanita.
Objektif :
- Klien tampak menunduk
- Klien tampak sedih
- Klien tampak menyendiri di
kamar dan bengong
- Klien tampak tidak berbicara
dengan orang lain
- Kontak mata kurang

Subjektif : Kerusakan interaksi sosial


- Klien mengatakan selama berada

38
di rumah, Klien tidak mengikuti
kegiatan yang menyangkut orang
banyak.
Objektif:
- Klien tampak menyendiri, tidak
pernah saling menyapa dengan
klien lain
- Klien tampak lebih banyak
diam menyendiri.
- Kontak mata kurang.

Subjektif : Gangguan citra tubuh


- Klien mengatakan tidak suka
dengan wajahnya karena ekspresi
wajahnya menyebabkan ia susah
berinteraksi.
Objektif :
- Klien tidak melihat perawat
saat bercerita dan menunduk
- Kontak mata kurang
- Klien tampak menghindar dari
orang lain

Subyektif : Regimen terapeutik tidak efektif


- Klien mengatakan pernah masuk
RSJ sebelumnya sebanyak 1 kali.
Klien mengatakan sempat putus
obat setelah keluar dari RSJ
pertama kali.
Obyektif : -

39
Pohon Masalah

Kerusakan interaksi sosial Akibat

Regimen terapeutik tidak


Harga diri rendah
efektif Core problem

Gangguan citra tubuh Penyebab

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah

40
PERENCANAAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

Diagnosa Rasional
Hari, tgl, jam Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Senin, 19 Gangguan TUM :
Oktober 2021 Konsep Diri Klien dapat berhubungan dengan
Pukul 10.00 Harga Diri orang lain secara optimal.
WITA Rendah
TUK 1 : 1. Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling percaya
Klien dapat membina hubungan mengguankan prinsip komunikasi merupakan dasar untuk
saling percaya terapeutik : hubungan interaksi selanjutnya.
a. Sapa klien dengan nama baik
Setelah dilakukan asuhan verbal maupun non verbal
keperawatan selama 1x b. Perkenalkan diri dengan
pertemuan, klien diharapkan sopan
dapat: Menunjukkan ekspresi c. Tanyakan nama lengkap klien
wajah bersahabat, menunjukan dan nama panggilan yang
rasa senang, ada kontak mata, disukai klien

41
mau berjabat tangan, mau d. Jelaskan tujuan pertemuan
menyebutkan nama, mau e. Jujur dan menepati janji
menjawab salam, mau duduk f. Tunjukan sikap empati dan
berdampingan dengan perawat, menerima klien apa adanya
mau mengutarakan masalah g. Berikan perhatian kepada
yang dihadapi. klien

TUK 2 : 1. Diskusikan kemampuan dan aspek Diskusikan tingkat kemampuan


Klien dapat mengidentifikasi positif yang dimiliki klien klien seperti menilai realitas,
kemampuan dan aspek positif 2. Bersama klien buat daftar tentang kontrol diri atau integritas ego
yang dimilikinya aspek positif dan kemampuan yang diperlukan sebagai dasar asuhan
dimiliki keperawatannya, reinforcement
Setelah dilakukan asuhan 3. Berikan pujian yang realistik dan positif akan meningkatkan harga
keperawatan selama 1x hindarkan memberi penilaian yang diri klien, dan pujian yang
pertemuan, klien diharapkan negative realistik tidak menyebabkan
dapat: Menyebutkan aspek klien melakukan kegiatan hanya
positif dan kemampuan yang karena ingin mendapatkan
dimiliki klien. pujian.

42
TUK 3 : 1. Diskusikan kemampuan yang dapat Keterbukaan dan pengertian
Klien dapat menilai kemampuan digunakan selama sakit tentang kemampuan yang
yang digunakan dan dapat 2. Diskusikan kemampuan yang dapat dimiliki adalah prasarat untuk
menetapkan jadwal kegiatan dilanjutkan di rumah sakit berubah.Pengertian tentang
harian sesuai kemampuan yang 3. Minta klien untuk memilih satu kemampuan yang masih dimiliki
dimiliki kegiatan yang mau dilakukan di klien memotivasi untuk tetap
rumah sakit mempertahankan
Setelah dilakukan asuhan 4. Bantu klien melakukannya jika perlu penggunaannya.
keperawatan selama 1x beri contoh
pertemuan, klien diharapkan 5. Beri pujian atas keberhasilan klien
dapat: Menilai kemampuan yang 6. Diskusikan jadwal kegiatan harian
dapat digunakan di RS, klien atas kegiatan yang telah dilatih
menilai kemampuan yang dapat
digunakan dirumah, dan Klien
memiliki kemampuan yang akan
dilatih, klien mecoba sesuai
jadwal harian.

TUK 5 : 1. Berikan kesempatan klien untuk Reinforcement positif dapat

43
Klien dapat melakukan kegiatan mencoba kegiatan yang telah meningkatkan harga diri kllien
sesuai kondisi sakit dan direncanakan dan memberikan kesempatan
kemampuan yang dimiliki 2. Beri pujian atas keberhasilan klien kepada klien untuk tetap
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan melakukan kegiatan yang biasa
Setelah dilakukan asuhan di rumah. dilakukan
keperawatan selama 1x
pertemuan, klien diharapkan
dapat: Melakukan kegiatan yang
telah dilatih, mampu melakukan
beberapa kegiatan secara
mandiri

TUK 6 : 1. Diskusikan dengan klien dan Penggunaan obat dengan prinsip


Klien dapat memanfaatkan obat keluaraga tentang dosis, frekuensi, 6 benar yaitu (benar obat, pasien
dengan prinsip 6 benar manfaat, serta efek samping obat dosis, waktu pemberian, rute
2. Anjurkan klien minta sendiri obat pemberian, dokumentasi) dapat
Setelah dilakukan asuhan pada perawat dan merasakan membantu proses penyembuhan
keperawatan selama 1x manfaatnya dan pemahaman klien mengenai
pertemuan, klien diharapkan 3. Diskusikan akibat berhenti minum obat yang diminum.

44
dapat: Minum obat sesuai prinsip obat tanpa konsultasi
6 benar (benar obat, pasien 4. Bantu klien menggunakan obat
dosis, waktu pemberian, rute dengan prinsip 6 benar
pemberian, dokumentasi) serta
klien mengetahui manfaat serta
akibat jika tidak minum obat.

45
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

Evaluasi Proses :
Hari,tgl,jam No Implementasi Respon Klien Paraf
Dx
Senin, 19 1 SP 1/TUK 1
Oktober Membina Hubungan Saling Percaya
2021
Pukul 11.00 1. “Selamat Pagi, Pak. Perkenalkan nama saya 1. S : “WS, panggil saja S.”
WITA Kadek Nonik Ariska, panggil saja saya O : Klien menjawab seperlunya dan langsung
Nonik. Hari ini saya dinas dari pukul 08.00 mengalihkan pandangan.
sampai dengan 14.00 WITA. Nama Bapak
siapa? Senang dipanggil siapa?”

2. “Bagaimana perasaan Bapak sekarang? Apa 2. S : “Baik, saya tidak bisa tidur.”
semalam Bapak tidur nyenyak?” O : Klien berpikir sejenak sebelum menjawab.

3. “Bapak, saya bertugas disini untuk merawat 3. S : -

46
Bapak dari hari Senin sampai Sabtu mulai O : Klien tidak menjawab.
dari jam 08.00 sampai dengan 14.00 apabila
dinas pagi, dan juga dari jam 14.00-20.00
WITA apabila dinas sore, saya harap selama
saya merawat Bapak, saya dapat
memberikan pelayanan yang terbaik.”

4. “Baiklah Bapak, di sini kita akan 4. S : -


berbincang-bincang untuk saling O : Klien tenang dan sedikit mengangguk.
mengenal.”

5. “Bapak mau ngobrol-ngobrol berapa lama? 5. S : “Ya.”


Bagaimana kalau 15 menit dari jam 11.00 O : Klien menjawab seperlunya dan lebih sering
sampai 11.15?” diam.

6. “Kita akan ngobrol di mana Bapak? 6. S : “Ya.”


Bagaimana kalau kita ngobrol di sini?” O : Tidak ada kontak mata, pasien lebih sering
menunduk
7. “Bapak, tadi sudah menyebutkan nama

47
Bapak, lalu berapa umur Bapak sekarang?” 7. S : “32.”
O : Klien menjawab singkat tanpa kontak mata.
8. “Bapak sudah berapa lama dirawat disini ?”
8. S : “Baru 5 hari.”
O : Klien menjawab sambil menunduk.
9. “Bapak berasal dari mana ?”
9. S : “Dari Munduktemu, Tabanan.”
O : Klien jarang melihat perawat saat menjawab.
10. “Bapak bersaudara berapa ?”
10. S : “Tiga.”
O : Tidak ada kontak mata saat menjawab.
11. “Siapa saja yang diajak tinggal di rumah?
11. S : “Bibi dan adik paling kecil.”
O : Tidak ada kontak mata dengan perawat.
12. “Bapak masih ingat tidak kapan dibawa ke
sini ?” 12. S : “5 hari yang lalu.”
O : Klien menunduk.
13. “Siapa yang membawa Bapak ke sini ?”
13. S : “Adik saya”

48
14. “Menurut Bapak, dibawa ke sini karena O : Tidak ada kontak mata saat menjawab.
apa?” 14. S : “Tidak tahu”
O : Klien tenang dan menjawab perawat.
15. “Selama dirawat di sini hal apa yang sudah
Bapak lakukan ?” 15. S : “Nyapu, ngepel”
O : Klien menjawab dengan yakin.
16. “Bagaimana perasaan Bapak saat
melakukan kegiatan tersebut?” 16. S : “Biasa saja”
O : Klien menunduk.
17. Boleh saya tahu apa pekerjaan Bapak
sebelum di sini? Bisa diceritakan tentang 17. S : “Saya petani, petani kopi di kebun”
pekerjaannya?” O : Klien lama untuk menjawab pertanyaan.

18. “Wah, kegiatan Bapak bagus sekali.”


18. S : -
O : Klien tetap diam tanpa ekspresi.
19. “Sesuai janji kita tadi, kita sudah mengobrol
15 menit, sekarang sudah pukul 11.15 19. S : “Ya”
WITA, untuk saat ini kita akhiri dulu ya O : Klien menjawab sambil sedikit mengangguk.

49
Pak. Tadi Bapak sudah bagus sekali mau
mendengarkan saya dan menjawab dengan
baik.”

20. “Setelah kita ngobrol tadi, bagaimana


perasaan Bapak?” 20. S : “Biasa saja”
O : Klien menunduk dan diam.
21. “Nah Bapak, sekarang sudah pukul 11.15
WITA, pembicaraan kita cukupkan saja 21. S : “Ya”
dulu sampai disini ya. Sekarang Bapak O : Klien tetap diam dalam posisi duduk, kontak
istirahat dulu. Kalau nanti ada yang mau mata kurang.
diceritakan atau ditanyakan kepada saya,
Bapak bisa sampaikan saat kita bertemu
lagi.”

22. “Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi


membicarakan tentang keluarga, 22. S : “Ya”
kemampuan, serta kelebihan dan O : Klien tampak mengangguk.
kekurangan yang dimiliki?”

50
23. “Jam berapa kita besok bertemu Bapak?
Saya besok dinas sore, bagaimana kalau 23. S : “Iya”
jam 4 sore setelah makan snack, Bapak?” O : Klien tenang dan menjawab perawat.

24. “Bapak mau ngobrol-ngobrolnya dimana?


Bagaimana kalau di sini?” 24. S : “Boleh”
O : Klien menjawab singkat seperlunya.
Selasa, 20 1 SP 2/TUK 2
Oktober Klien dapat mengidentifikasi aspek positif
2021 dan kemampuan yang dimiliki
Pukul 16.00
WITA. 1. “Selamat sore, Pak. Masih ingat dengan 1. S : “Ya, masih”
saya?” O : Klien mau melihat perawat sebentar.

2. “Bagaimana perasaan Bapak saat ini ?” 2. S : “Biasa saja”


O : Klien masih sering menunduk sambil diam.

3. “Kemarin, kita sudah janji bahwa sekarang 3. S : “Iya”

51
jam 4 sore, kita akan berbicara tentang O : Klien tampak tenang dan lebih kooperatif.
keluarga serta kemampuan dan kegiatan
yang pernah Bapak lakukan. Apakah Bapak
bersedia?”

4. “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? 4. S : “Ya”


Bagaimana jika 15 menit, dari jam 4 sampai O : Kontak mata klien mulai ada.
jam 4 lewat 15 menit ?”

5. “Bapak mau berbincang-bincang di mana? 5. S : “Di sana”


Baiklah, mari kita duduk di depan ruangan O : Klien menunjuk ke arah kursi di depan
Bapak” ruangannya.

6. “Bapak, sekarang kita akan berbicara 6. S : “Bibi dan adik di rumah”


tentang keluarga Bapak ya. Apakah Bapak O : Klien menjawab dengan nada lambat.
bisa menyebutkan anggota keluarga
Bapak?”

7. “Nah sekarang kita akan membicarakan 7. S : “Saya suka bekerja apa saja”

52
tentang kemampuan yang Bapak miliki. O : Klien tampak tenang dan menjawab perawat.
Kalau boleh tahu, apa saja kemampuan yang
Bapak miliki?”

8. “Apa pula kegiatan rumah tangga yang 8. S : “Ya saya biasa nyapu, merapikan tempat tidur
biasa Bapak lakukan? Bagaimana dengan sendiri dan mencuci piring. Kadang ngepel dan
merapikan tempat tidur? Menyapu? lap meja makan.”
Mencuci piring?” O : Klien mau bercerita lebih jelas tentang
kegiatan di ruangan.

9. “Wah bagus sekali Bapak bisa menyapu, 9. S : “Ya”


Bapak harus rutin melakukan semua itu ya. O : Klien kooperatif sambil mengangguk.
Pagi setelah bangun tidur harus merapikan
tempat tidur, menyapu dan mencuci piring
setelah makan ya!”

10. “Nah Bapak, sudah 15 menit kita 10. S : “Iya”


mengobrol. Sekarang sudah jam 4 lewat 15 O : Klien dapat berinteraksi dengan baik bersama
menit, jadi kita cukupkan dulu sampai di perawat.

53
sini.”

11. “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita 11. S : “Saya senang”


mengobrol-ngobrol tadi?” O : Klien menjawab sambil tersenyum.

12. “Sekarang Bapak bisa istirahat. Kalau nanti 12. S : “Iya”


ada yang mau diceritakan atau ditanyakan, O : Klien menatap perawat sambil menjawab.
Bapak bisa sampaikan saat bertemu lagi
dengan saya.”

13. “Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi 13. S : “Iya boleh”
untuk membicarakan kegiatan mana yang O : Klien menjawab dengan kontak mata.
Bapak lakukan dan jadwal kegiatan harian
yang ingin Bapak lakukan sesuai
kemampuan yang Bapak miliki?”

14. “Bagaimana kalau kita bertemu besok pukul 14. S : “Iya”


10.00 pagi? Bapak mau mengobrol berapa O : Klien mengangguk pelan.
lama? Bagaimana jika 15 menit?”

54
15. “Bapak mau mengobrol di mana? 15. S : “Iya di sini saja”
Bagaimana jika di sini lagi?” O : Klien menjawab sambil melihat perawat.

Rabu, 21 1 SP 3/TUK 3
Oktober Klien dapat menilai kemampuan yang
2021 dimiliki dan dapat menetapkan jadwal
Pukul 10.00 kegiatan harian sesuai kemampuan yang
WITA dimiliki.

1. “Selamat siang, Bapak. Masih ingat dengan 1. S : “Ya, masih”


saya ?” O : Klien menjawab dengan kontak mata.

2. “Bagaimana perasaan Bapak saat ini?” 2. S : “Saya baik”


O : Klien menjawab dengan tenang.

3. “Kemarin kita berjanji pukul 10 akan 3. S : “Ya bersedia”


membicarakan kegiatan yang masih bisa O : Klien menjawab dengan bersahabat.
Bapak lakukan di rumah sakit. Apakah

55
Bapak bersedia?”

4. “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? 4. S : “Ya boleh”


Bagaimana jika 15 menit, dari pukul 10.00 O : Klien tenang dan menjawab sambil
sampai 10.15?” mengangguk.

5. “Bapak mau berbincang-bincang di mana? 5. S : “Ya.”


Bagaimana jika di sini?” O : Klien menjawab sambil melihat perawat.

6. “Pada pertemuan sebelumnya, kita telah 6. S : “Ya.”


membahas tentang kegiatan/kemampuan O : Klien mengangguk pelan.
yang Bapak kerjakan atau miliki. Bapak bisa
menyapu, namun terkadang Bapak tidak
mau menyapu, namun bapak harus terus
berlatih agar rutin menyapu.”

7. “Nah, selain menyapu apakah ada kegiatan/ 7. S : “Ada. Ngepel, mencuci piring, mengelap
kemampuan lain yang masih dapat meja, mengambil snack dan makan. Tapi lebih
dikerjakan di rumah sakit?” sering jalan-jalan.”

56
O : Klien menjawab dengan tenang dan kontak
mata pada perawat.

8. “Bagus sekali Bapak, apakah setiap pagi 8. S : “Ya, tiap hari saya bersihkan”
Bapak membersihkan tempat tidur?” O : Klien menjawab sambil melihat perawat.

9. “Bapak seharusnya setiap pagi harus mau 9. S : “Ya, saya mau”


menyapu, merapikan tempat tidur dan O : Klien kooperatif.
mencuci piring setelah makan. Apakah
Bapak mau?”

10. “Selain itu apakah Bapak suka mengobrol 10. S : “Tidak, saya jarang mengobrol”
dengan teman atau perawat di sini?” O : Klien menjawab dengan tenang dengan posisi
tetap diam.

11. “Bapak tidak usah malu dan malas untuk 11. S : “Oh iya”
berbicara, kalau Bapak suka mengobrol O : Klien menjawab sambil mengangguk dan
nanti Bapak pasti banyak punya teman dan tertawa.
tentunya bisa cepat dapat jodoh.”

57
12. “Apakah Bapak senang punya banyak 12. S : “Ya, senang”
teman?” O : Klien menjawab dengan tenang dasn
kooperatif.

13. “Bagus sekali kalau Bapak mau mencoba, 13. S : “Iya boleh”
nanti saya kenalkan dengan teman saya. O : Klien menjawab dengan yakin
Apakah Bapak bersedia?”
.
14. “Nah Bapak, sudah 15 menit kita 14. S : “Iya luh”
mengobrol. Sekarang sudah pukul 10.15, O : Klien menjawab sambil menyebut nama
jadi kita cukupkan dulu sampai di sini. Tadi perawat.
Bapak bagus sekali mau bercerita tentang
kemampuan yang masih dapat lakukan saat
ini. Serta jadwal kegiatan harian yaitu
merapikan tempat tidur, menyapu, dan
mencuci piring ya”

15. “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita 15. S : “Sangat senang saya kenal dik Nonik”

58
mengobrol-ngobrol tadi?” O : Klien menjawab dengan yakin sambil melihat
perawat.

16. “Sekarang Bapak bisa istirahat. Kalau nanti 16. S : “Ya terimakasih”
ada yang mau diceritakan atau ditanyakan, O : Klien kooperatif dan kontak mata mulai
Bapak bisa sampaikan saat bertemu lagi membaik.
dengan saya.”

17. ”Bagaimana kalau pada pertemuan 17. S : “Iya, boleh”


berikutnya kita kembali membicarakan O : Klien menjawab dengan semangat.
mengenai kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuan yang dimiliki?”

18. “Besok saya dinas pagi di ruangan ini. 18. S : “Ya baiklah, mau kok”
Bagaimana kalau besok kita ngobrol jam 12 O : Klien kooperatif.
setelah bapak makan siang ya? Jika Bapak
ingin mengobrol lagi, Bapak bisa ngobrol
dengan saya atau teman saya. Nanti teman
saya juga akan kesini. Bapak mau kan

59
berteman juga dengan teman saya?”

19. ”Untuk pertemuan berikutnya, Bapak mau 19. S : “Di sana ya, di dekat pintu”
mengobrol dimana? Apakah di sini lagi?” O : Klien sudah lebih terbiasa berkomunikasi
dengan perawat.

Kamis, 22 1 SP 4/TUK 5
Oktober Klien dapat melakukan kegiatan sesuai
2021 kondisi sakit dan kemampuan yang dimiliki
Pukul 12.00
WITA 1. “Selamat siang, Bapak. Masih ingat dengan 1. S : “Masih, Nonik”
saya ?” O : Klien tampak duduk dengan tenang saat
menjawab.

2. “Bagaimana perasaan Bapak saat ini?” 2. S : “Perasaan saya biasa saja”


O : Kontak bagus dan mau berinteraksi.

3. “Kemarin kita sudah berjanji mengobrol 3. S : “Ya saya siap”


mengenai kegiatan sesuai kondisi sakit dan O : Klien kooperatif sambil duduk dengan tenang.

60
kemampuan yang dimiliki, Bapak sudah
siap bercerita?”

4. “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? 4. S : “Iya bisa”


Bagaimana jika 15 menit, dari pukul 12.00 O : Klien menunjukkan ekspresi bersahabat.
sampai 12.15?”

5. “Bapak mau berbincang-bincang di mana? 5. S : “Iya boleh, di sini saja”


Bagaimana jika di sini?” O : Kontak mata klien cukup namun masih sering
menyendiri.

6. “Pada pertemuan kali ini, kita akan 6. S : “Saya masih bisa melakukan semua kegiatan.
mengobrol mengenai kegiatan apa yang bisa Menyapu di dalam kamar masih bisa. Tapi kalau
Bapak lakukan sesuai kondisi sakit dan malas ya saya diam atau jalan-jalan.”
kemampuan yang Bapak miliki. Apa saja O : Klien bercerita dengan pasti dan kooperatif.
kegiatan yang bisa Bapak lakukan saat
bapak kumat?

7. “Oh bagus sekali Pak, dalam kondisi sakit

61
Bapak bisa menyapu di dalam kamar”. 7. S : -
O: Klien mengangguk pelan.
8. “Nah, lakukan kegiatan menyapu itu setiap
pagi hari sesuai jadwal yang kita buat 8. S : “Iya”
kemarin ya Pak”. O : Klien semakin kooperatif dan mau
berkomunikasi.
9. “Baiklah Bapak, sudah 15 menit kita
mengobrol. Sekarang sudah pukul 12.15, 9. S : “Ya terimakasih”
jadi kita cukupkan dulu sampai di sini O : Klien tampak senang dan kontak mata baik.
ngobrolnya. Tadi Bapak bagus sekali mau
bercerita tentang kemampuan yang masih
dapat dilakukan saat ini.”

10. “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita


mengobrol-ngobrol tadi?” 10. S : “Saya senang bisa ngobrol dengan dik Nonik”
O : Klien tampak kooperatif dan senang.
11. “Sekarang Bapak bisa istirahat. Kalau nanti
ada yang mau diceritakan atau ditanyakan, 11. S : “Iya”
Bapak bisa sampaikan saat bertemu lagi O : Klien menjawab sambil mengangguk.

62
dengan saya.”

12. ”Bagaimana kalau pada pertemuan


berikutnya kita membicarakan penggunaan 12. S : “Ya boleh”
obat dengan prinsip 6 benar?” O : Klien menjawab dengan tenang.

13. “Bagaimana kalau besok jam 10 pagi? Kita


ngobrol selama 15 menit ya Pak, sampai 13. S : “Iya saya mau”
jam 10 lewat 15 menit. Bapak mau?” O : Klien terlihat sudah mau terbiasa berbicara.

14. ”Untuk pertemuan berikutnya, Bapak mau


mengobrol dimana? Apakah di tempat ini 14. S : “Iya di sini saja”
lagi?” O : Klien kooperatif dan tenang.

Jumat, 23 1 SP 5/TUK 6
Oktober Klien dapat menggunakan obat dengan
2021 prinsip benar
Pukul 10.00
WITA 1. “Selamat pagi Bapak. Masih ingat dengan 1. S : “Pagi, ya saya masih ingat dengan Nonik”

63
saya?” O : Kontak mata bagus dan interaksi cukup.

2. “Bagaimana perasaan Bapak saat ini?” 2. S : “Perasaan saya biasa saja”


O : Klien menjawab dengan santai dan pasti.

3. “Kemarin kita sudah berjanji hari ini jam 10 3. S : “Iya silakan”


kita akan membicarakan penggunaan obat O : Klien kooperatif dan tampak duduk tenang.
dengan prinsip 6 benar. Apakah Bapak
bersedia?”

4. “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? 4. S : “Iya boleh”


Bagaimana jika 15 menit, dari pukul 10.00 O : Klien kooperatif dan antusias.
sampai 10.15?”

5. “Bapak mau berbincang-bincang di mana? 5. S : “Iya saya mau di sini”


Bagaimana jika di sini?” O : Klien duduk tenang di samping perawat.

6. “Apakah Bapak tau obat apa yang bapak 6. S : “Tidak, saya belum tahu semua itu”
minum? Apa warnanya? Apa manfaatnya? O : Klien tidak mengetahui tentang obatnya.

64
Kapan aturan minumnya? Serta akibat jika
Bapak tidak minum obat?”

7. “Baiklah, kalau Bapak belum tau, akan saya 7. S : “Iya”


jelaskan ya.” O: Klien tampak antusias untuk mendengar
penjelasan perawat.

8. “Bapak mendapat terapi obat Cycozam 8. S : “Iya saya ingin pulang”


tablet 25 mg. Warna obatnya oranye muda. O : Klien terlihat kooperatif dan mau mendengar
Fungsinya sebagai obat penenang. Aturan penjelasan perawat dan mengulang untuk
minumnya setiap pagi dan sore sesudah mengingat.
makan. Pada pagi hari Bapak mendapat obat
1 tablet dan pada sore hari mendapat obat 2
tablet sesuai resep dokter. Jika Bapak tidak
minum, bapak bisa kumat lagi dan akan
membuat Bapak lebih lama di sini. Bapak
ingin cepat pulang kan?”

9. “Nah Bapak, sudah 15 menit kita 9. S : “Iya terimakasih”

65
mengobrol. Sekarang sudah pukul 10.15, O : Klien terlihat senang sambil sesekali
jadi kita cukupkan dulu sampai di sini. Tadi tersenyum pada perawat.
Bapak bagus sekali sudah bisa
menyampaikan jenis obat yang Bapak
minum, warna obat, manfaat, aturan minum
obat dan akibat jika tidak minum obat.”

10. “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita 10. S : “Perasaan saya senang”
mengobrol-ngobrol tadi?” O : Klien tersenyum saat menjawab perawat.

11. “Sekarang Bapak bisa istirahat. Kalau nanti 11. S : “Iya sama-sama”
ada yang mau diceritakan atau ditanyakan, O : Klien terlihat senang dan mau berinteraksi
Bapak bisa mencari saya di Nurse Station dengan baik.
ya, kita bisa mengobrol lagi dan
menceritakan keluhan yang Bapak alami.
Saya tinggal ya Pak, terimakasih atas
waktunya.”

66
Evaluasi Hasil :

Hari/tanggal/jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi


Senin, 19 Oktober Gangguan Konsep Diri S:
2021 Harga Diri Rendah Klien mengatakan namanya “WS”, biasa dipanggil “S”. Sekarang berumur
Pukul. 11.15 WITA 32 tahun, berasal dari Munduktemu Tabanan. Klien mengatakan tinggal
bersama bibi dan adiknya. Klien mengatakan ia bekerja sebagai petani kopi.
O:
Klien sering terlihat menyendiri dan jarang bergaul. Namun klien kooperatif
dan mau menjawab pertanyaan perawat.
A:
TUK 1 tercapai.
P:
Pertahankan kondisi klien dan lanjutkan TUK 2.

Selasa, 20 Oktober Gangguan Konsep Diri S:


2021 Harga Diri Rendah Klien mengatakan ia biasa merapikan tempat tidur, menyapu, dan mencuci
Pukul. 16.15 WITA piring. Ia mengatakan sering melakukan kegiatan tersebut.
O:

67
Klien tampak tenang, mau menjawab pertanyaan yang diberikan, klien mau
menatap perawat saat berbicara namun kontak mata masih terbatas.
A:
TUK 2 tercapai.
P:
Pertahankan kondisi klien dan lanjutkan TUK 3.
Rabu, 21 Oktober Gangguan Konsep Diri S:
2021 Harga Diri Rendah Klien mengatakan ia biasa melakukan kegiatan seperti merapikan tempat
Pukul. 10.15 WITA tidur, menyapu dan mencuci piring. Klien mengatakan lebih sering jalan-
jalan dan mengambil snack.
O:
Klien tampak tenang, mau menjawab pertanyaan yang diberikan, klien mau
menatap perawat saat berbicara sambil sesekali tersenyum.
A:
TUK 3 tercapai.
P:
Pertahankan kondisi klien dan lanjutkan TUK 5.
Kamis, 22 Oktober Gangguan Konsep Diri S:
2021 Harga Diri Rendah Klien mengatakan dalam kondisi sakit ia masih bisa menyapu, namun jika

68
Pukul. 12.15 WITA malas, ia memilih diam kadang berjalan-jalan.
O:
Klien masih sering terlihat menyendiri dan interaksi dengan klien lain dan
perawat sudah membaik.
A:
TUK 5 tercapai sebagian.
P:
Ulangi TUK 5 dan lanjutkan TUK 6.
Jumat, 23 Oktober Gangguan Konsep Diri S:
2021 Harga Diri Rendah Klien mengatakan ia mengobrol dengan temannya saat sedang sakit dan
Pukul 10.15 WITA tetap berusaha melaksanakan kegiatannya sesuai jadwal. Klien mengatakan
ia minum obat 2x sehari, pagi 1 dan sore 2. Ia mengatakan minum satu jenis
obat untuk penenang. Ia mengatakan tujuan minum obat adalah agar cepat
sembuh dan bisa pulang.
O:
Klien menjawab dengan pelan dan terstruktur. Kontak mata bagus dan klien
berinteraksi dengan baik.
A:
TUK 4 dan 5 tercapai.

69
P:
Pertahankan kondisi klien, ingatkan agar melaksanakan kegiatan sesuai
jadwal setiap hari dan agar meningkatkan interaksi dengan klien lain
maupun dengan petugas kesehatan.

70
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang


diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. tanda dan gejala apabila seseorang memiliki harga diri
rendah: Mengkritik diri sendiri dan orang lain, Penurunan
produktivitas,Destruktif yang diarahkan pada orang lain, Gangguan dalam
berhubungan, Rasa diri pentinng yang berlebihan, Perasaan tidak mampu,
Rasa bersalah. Penatalaksanaan medis dengan psikofarmaka, psikoterapi,
Therapy kejang listrik, Konsep askep dengan pengkajian dan anamnesa.
Diagnosa yang dapat diambil koping individu tidak efektif, harga diri rendah,
isolasi social .

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada maka kami dapat memberikan saran


yang kiranya dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis sendiri yaitu
agar lebih memahami mengenai konsep keperawatan jiwa khususnya pada
makalah ini yaitu mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan harga diri rendah.

71
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2013.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.


Jakarta: EG
Dermawan & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
Jakarta: EGC
Isaacs, Ann. (2009). Keperawatan Kesehatan Jiwa Dan Psikiatrik (Edisi 3).
Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna dkk. 2006.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press
Stuart, G. W. dan Sundeen, S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi
3. Jakarta : EGC
Townsend, Mary C. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada
Keperawatan Psikiatri: Pedoman Untuk Pembuatan Rencana
Keperawatan. Jakarta: EGC
Tim Pengembangan MPKP RSJ PROVINSI BALI. 2009. Pedoman
Manajemen Asuhan Keperawatan (7 Masalah Utama Keperawatan
Jiwa)

72
Lampiran

STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI
(HARGA DIRI RENDAH)

Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)


Pertemuan : Ke 1 (satu)
Hari, tanggal : Senin, 19 Oktober 2021
SP 1/TUK 1 : Tindakan Keperawatan Bina Hubungan Saling Percaya

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien selalu terlihat menyendiri dan tidak mau bergaul.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
3. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
4. Tindakan Keperawatan
1.1 Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal
1.2 Perkenalkan diri dengan sopan
1.3 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
1.4 Jelaskan tujuan pertemuan
1.5 Jujur dan menepati janji
1.6 Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
1.7 Berikan perhatian kepada klien

B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN


1. ORIENTASI
a. Salam Terapeutik

73
“Selamat Pagi, Pak. Perkenalkan nama saya Luh Putu Retikawati,
panggil saja saya Iluh. Hari ini saya dinas dari pukul 08.00 sampai
dengan 14.00 WITA. Nama Bapak siapa? Senang dipanggil siapa?”

b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Bapak sekarang? Apa semalam Bapak tidur
nyenyak?”
c. Kontrak
“Bapak, saya bertugas disini untuk merawat Bapak dari hari Senin
sampai Sabtu mulai dari jam 08.00 sampai dengan 14.00 apabila dinas
pagi, dan juga dari jam 14.00-20.00 WITA apabila dinas sore, saya
harap selama saya merawat Bapak, saya dapat memberikan pelayanan
yang terbaik.”
Topik : “Baiklah Bapak, di sini kita akan berbincang-bincang
untuk saling mengenal.”
Waktu : “Bapak mau ngobrol- ngobrol berapa lama ? Bagaimana
kalau 15 menit dari jam 11.00 sampai 11.15?”
Tempat : “Kita akan ngobrol dimana Bapak? Bagaimana kalau kita
ngobrol disini?”

2. FASE KERJA
a. “Bapak, tadi sudah menyebutkan nama Bapak, lalu berapa umur Bapak
sekarang?”
b. “Bapak sudah berapa lama dirawat disini ?”
c. “Bapak berasal dari mana ?”
d. “Bapak bersaudara berapa ?”
e. “Siapa saja yang diajak tinggal dirumah?
f. “Bapak masih ingat tidak kapan dibawa kesini ?”
g. “Siapa yang membawa Bapak kesini ?”
h. “Menurut Bapak, dibawa kesini karena apa ?”
i. “Selama dirawat disini hal apa yang sudah Bapak lakukan ?”
j. “Bagaimana perasaan Bapak saat melakukan kegiatan tersebut?”

74
k. Boleh saya tahu apa pekerjaan Bapak sebelum disini? Bisa diceritakan
tentang pekerjaannya?”
l. “Wah, kegiatan Bapak bagus sekali”.

3. TERMINASI
a. Mengakhiri kontrak
“Sesuai janji kita tadi, kita sudah mengobrol 15 menit, sekarang sudah
pukul 11.15 WITA, untuk saat ini kita akhiri dulu ya Pak. Tadi Bapak
sudah bagus sekali mau mendengarkan saya dan menjawab dengan
baik.”
b. Evaluasi
(Subyektif) : “Setelah kita ngobrol tadi, bagaimana perasaan Bapak?”
( Obyektif ) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan sesekali
melihat perawat.
c. Rencana Tindak Lanjut
“Nah Bapak, sekarang sudah pukul 11.15 WITA, pembicaraan kita
cukupkan saja dulu sampai disini ya. Sekarang Bapak istirahat dulu.
Kalau nanti ada yang mau diceritakan atau ditanyakan kepada saya,
Bapak bisa sampaikan saat kita bertemu lagi.”
d. Kontrak yang akan datang
Topik : “Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi membicarakan
tentang keluarga, kemampuan, serta kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki?”
Waktu : “Jam berapa kita besok bertemu Bapak? Saya besok dinas
sore, bagaimana kalau jam 4 sore setelah makan snack, Bapak?”
Tempat : “Bapak mau ngobrol-ngobrolnya dimana? Bagaimana
kalau disini?”

75
STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI
(HARGA DIRI RENDAH)

Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)


Pertemuan : Ke 2 (dua)
Hari, tanggal : Selasa, 20 Oktober 2021
SP 2/TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan
kemampuan yang dimiliki

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tampak duduk sendiri di depan nurse station, klien sedang
menunduk.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.
4. Tindakan Keperawatan
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.2 Bersama klien buat daftar tentang aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki
2.3 Berikan pujian yang realistik dan hindarkan memberi penilaian yang
negatif

.
B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1. ORIENTASI
a. Salam terapeutik
“Selamat sore, Pak. Masih ingat dengan saya ?”

76
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini ?”
c. Kontrak
a. Topik : “Kemarin, kita sudah janji bahwa sekarang jam 4 sore,
kita akan berbicara tentang keluarga serta kemampuan dan
kegiatan yang pernah Bapak lakukan. Apakah Bapak
bersedia?”
b. Waktu : “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? Bagaimana
jika 15 menit, dari jam 4 sampai jam 4 lewat 15 menit ?”
c. Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang di mana? Baiklah,
mari kita duduk di depan ruangan Bapak”

2. FASE KERJA
a. “Bapak, sekarang kita akan berbicara tentang keluarga Bapak ya.
Apakah Bapak bisa menyebutkan anggota keluarga Bapak?”
b. “Nah sekarang kita akan membicarakan tentang kemampuan yang
Bapak miliki. Kalau boleh tahu, apa saja kemampuan yang Bapak
miliki?”
c. “Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Bapak lakukan?
Bagaimana dengan merapikan tempat tidur? Menyapu? Mencuci piring
?”
d. “Wah bagus sekali Bapak bisa menyapu, Bapak harus rutin melakukan
semua itu ya. Pagi setelah bangun tidur harus merapikan tempat tidur,
menyapu dan mencuci piring setelah makan ya!”
3. TERMINASI
a. Mengakhiri kontrak
“Nah Bapak, sudah 15 menit kita mengobrol. Sekarang sudah jam 4
lewat 15 menit, jadi kita cukupkan dulu sampai di sini.”
a. Evaluasi
(Subyektif) : “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita mengobrol-
ngobrol tadi?”

77
(Obyektif) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan kontak
mata sudah mulai bagus.
b. Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang Bapak bisa istirahat. Kalau nanti ada yang mau diceritakan
atau ditanyakan, Bapak bisa sampaikan saat bertemu lagi dengan
saya.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk
membicarakan kegiatan mana yang Bapak lakukan
dan jadwal kegiatan harian yang ingin Bapak lakukan
sesuai kemampuan yang Bapak miliki?”
Waktu : “Bagaimana kalau kita bertemu besok pukul 10.00
pagi? Bapak mau mengobrol berapa lama?
Bagaimana jika 15 menit?”
Tempat : “Bapak mau mengobrol di mana? Bagaimana jika di
sini lagi?”

78
STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI
(HARGA DIRI RENDAH)

Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)


Pertemuan : Ke 3 (tiga)
Hari, tanggal : Rabu, 21 Oktober 2021
SP 3/TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki dan
dapat menetapkan jadwal kegiatan harian sesuai
kemampuan yang dimiliki.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tenang, duduk menyendiri di depan nurse station sambil sesekali
melihat orang yang sedang berbicara di sampingnya.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
3. Tujuan Khusus
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dimilki dan dapat menetapkan
jadwal kegiatan harian sesuai kemampuan yang dimiliki.
4. Tindakan Keperawatan
3.1 Diskusikan kemampuan yang dapat digunakan selama sakit
3.2 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan di rumah
3.3 Meminta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di
rumah sakit
3.4 Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh
3.5 Beri pujian atas keberhasilan klien
3.6 Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih

79
B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1. ORIENTASI
a. Salam terapeutik
“Selamat siang, Bapak. Masih ingat dengan saya ?”
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini?”
c. Kontrak
Topik : “Kemarin kita berjanji pukul 10 akan membicarakan
kegiatan yang masih bisa Bapak lakukan di rumah sakit.
Apakah Bapak bersedia?”
Waktu : “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? Bagaimana jika
15 menit, dari pukul 10.00 sampai 10.15?”
Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang di mana? Bagaimana
jika di sini?”

2. FASE KERJA
a. “Pada pertemuan sebelumnya, kita telah membahas tentang
kegiatan/kemampuan yang Bapak kerjakan atau miliki. Bapak bisa
menyapu, namun terkadang Bapak tidak mau menyapu, namun bapak
harus terus berlatih agar rutin menyapu”.
b. Nah, selain menyapu apakah ada kegiatan/ kemampuan lain yang
masih dapat dikerjakan di rumah sakit?”
c. “Bagus sekali Bapak, apakah setiap pagi Bapak membersihkan tempat
tidur?”
d. Bapak seharusnya setiap pagi harus mau menyapu, merapikan tempat
tidur dan mencuci piring setelah makan. Apakah Bapak mau?”
e. “Selain itu apakah Bapak suka mengobrol dengan teman atau perawat
di sini?”
f. “Bapak tidak usah malu dan malas untuk berbicara, kalau Bapak suka
mengobrol nanti Bapak pasti banyak punya teman dan tentunya bisa
cepat dapat jodoh”.
g. “Apakah Bapak senang punya banyak teman?”

80
h. “Bagus sekali kalau Bapak mau mencoba, nanti saya kenalkan dengan
teman saya. Apakah Bapak bersedia?”

3. TERMINASI
a. Mengakhiri kontrak
“Nah Bapak, sudah 15 menit kita mengobrol. Sekarang sudah pukul
10.15, jadi kita cukupkan dulu sampai di sini. Tadi Bapak bagus sekali
mau bercerita tentang kemampuan yang masih dapat lakukan saat ini.
Serta jadwal kegiatan harian yaitu merapikan tempat tidur, menyapu,
dan mencuci piring ya”
b. Evaluasi
(Subyektif) : “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita mengobrol-
ngobrol tadi?”
(Obyektif) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan kontak
mata mulai bagus. Klien juga mau berbicara dengan
perawat serta temannya namun masih bicara sedikit.
c. Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang Bapak bisa istirahat. Kalau nanti ada yang mau diceritakan
atau ditanyakan, Bapak bisa sampaikan saat bertemu lagi dengan
saya.”
d. Kontrak yang akan datang
Topik : ”Bagaimana kalau pada pertemuan berikutnya kita
kembali membicarakan mengenai kegiatan sesuai kondisi
sakit dan kemampuan yang dimiliki?”
Waktu : “Besok saya dinas pagi di ruangan ini. Bagaimana kalau
besok kita ngobrol jam 12 setelah bapak makan siang ya?
Jika Bapak ingin mengobrol lagi, Bapak bisa ngobrol
dengan saya atau teman saya. Nanti teman saya juga akan
kesini. Bapak mau kan berteman juga dengan teman
saya?”
Tempat : ”Untuk pertemuan berikutnya, Bapak mau mengobrol
dimana? Apakah di sini lagi ?”

81
STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI
(HARGA DIRI RENDAH)

Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)


Pertemuan : Ke 4 (empat)
Hari, tanggal : Kamis, 22 Oktober 2021
SP 4/TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit
dan kemampuan yang dimiliki

A.PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tenang, duduk bersama temannya di dapur namun interaksi dengan
teman masih kurang. Klien tampak mendengar temannya berbicara dengan
teman lain, sambil klien sesekali melihat mereka berbicara.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
3. Tujuan Khusus
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan yang
dimiliki
4. Tindakan Keperawatan
5.1 Berikan kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
5.2 Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN


1. ORIENTASI
a. Salam terapeutik
“Selamat siang, Bapak. Masih ingat dengan saya ?”
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini?”

82
c. Kontrak
Topik : “Kemarin kita sudah berjanji mengobrol mengenai
kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan yang dimiliki, Bapak
sudah siap bercerita?”
Waktu : “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? Bagaimana jika
15 menit, dari pukul 12.00 sampai 12.15?”
Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang di mana? Bagaimana
jika di sini?”

2. FASE KERJA
a. “Pada pertemuan kali ini, kita akan mengobrol mengenai kegiatan apa
yang bisa Bapak lakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuan yang
Bapak miliki. Apa saja kegiatan yang bisa Bapak lakukan saat bapak
kumat?
b. “Oh bagus sekali Pak, dalam kondisi sakit Bapak bisa menyapu di
dalam kamar”.
c. “Nah, lakukan kegiatan menyapu itu setiap pagi hari sesuai jadwal
yang kita buat kemarin ya Pak”.

3. TERMINASI
a. Mengakhiri kontrak
“Baiklah Bapak, sudah 15 menit kita mengobrol. Sekarang sudah
pukul 12.15, jadi kita cukupkan dulu sampai di sini ngobrolnya. Tadi
Bapak bagus sekali mau bercerita tentang kemampuan yang masih
dapat dilakukan saat ini.”
b. Evaluasi
(Subyektif) : “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita mengobrol-
ngobrol tadi?”
(Obyektif) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan kontak
mata bagus. Klien juga sesekali mau bertanya
dengan perawat, namun klien masih terlihat malu.

83
c. Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang Bapak bisa istirahat. Kalau nanti ada yang mau diceritakan
atau ditanyakan, Bapak bisa sampaikan saat bertemu lagi dengan
saya.”
a. Kontrak yang akan datang
Topik : ”Bagaimana kalau pada pertemuan berikutnya kita
membicarakan penggunaan obat dengan prinsip 6 benar?”
Waktu : “Bagaimana kalau besok jam 10 pagi? Kita ngobrol
selama 15 menit ya Pak, sampai jam 10 lewat 15 menit.
Bapak mau?”
Tempat : ”Untuk pertemuan berikutnya, Bapak mau mengobrol
dimana? Apakah di tempat ini lagi?”

84
STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI
(HARGA DIRI RENDAH)

Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)


Pertemuan : Ke 5 (lima)
Hari, tanggal : Jumat, 23 Oktober 2021
SP 5/TUK 6 : Klien dapat menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tenang, duduk bersama temannya di meja makan setelah makan
snack. Klien sesekali berbicara dengan temannya sambil tersenyum.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
3. Tujuan Khusus
Klien dapat menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
4. Tindakan Keperawatan
4.1 Diskusikan dengan klien dan keluaraga tentang dosis, frekuensi,
manfaat, serta efek samping obat
4.2 Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
4.3 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
4.4 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar

B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN


a. ORIENTASI
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Bapak. Masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini?”
c. Kontrak

85
a) Topik : “Kemarin kita sudah berjanji hari ini jam 10 kita akan
membicarakan penggunaan obat dengan prinsip 6 benar. Apakah
Bapak bersedia?”
b) Waktu : “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? Bagaimana jika
15 menit, dari pukul 10.00 sampai 10.15?”
c) Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang di mana? Bagaimana
jika di sini?”

b. FASE KERJA
a. “Apakah Bapak tau obat apa yang bapak minum? Apa warnanya? Apa
manfaatnya? Kapan aturan minumnya? Serta akibat jika Bapak tidak
minum obat?”
b. “Baiklah, kalau Bapak belum tau, akan saya jelaskan ya.”
c. “Bapak mendapat terapi obat Cycozam tablet 25 mg. Warna obatnya
oranye muda. Fungsinya sebagai obat penenang. Aturan minumnya
setiap pagi dan sore sesudah makan. Pada pagi hari Bapak mendapat
obat 1 tablet dan pada sore hari mendapat obat 2 tablet sesuai resep
dokter. Jika Bapak tidak minum, Bapak bisa kumat lagi dan akan
membuat Bapak lebih lama di sini. Bapak ingin cepat pulang kan?”

c. TERMINASI
b. Mengakhiri kontrak
“Nah Bapak, sudah 15 menit kita mengobrol. Sekarang sudah pukul
10.15, jadi kita cukupkan dulu sampai di sini. Tadi Bapak bagus sekali
sudah bisa menyampaikan jenis obat yang Bapak minum, warna obat,
manfaat, aturan minum obat dan akibat jika tidak minum obat”.
c. Evaluasi
(Subyektif) : “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita mengobrol-
ngobrol tadi?”
(Obyektif) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan kontak
mata bagus. Klien juga mau berbicara dengan

86
perawat serta klien lain namun masih bicara
seperlunya
d. Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang Bapak bisa istirahat. Kalau nanti ada yang mau diceritakan
atau ditanyakan, Bapak bisa mencari saya di Nurse Station ya, kita bisa
mengobrol lagi dan menceritakan keluhan yang Bapak alami. Saya
tinggal ya Pak, terimakasih atas waktunya.”

87

Anda mungkin juga menyukai