J
DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG KAKAK TUA RSJ
Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT
Disusun oleh:
KELOMPOK 4
1. Charismatul Fadilah (17640689)
2. Gaspar Nammu Kodu (17640700)
3. Hariati (17640701)
4. Ika Wahyu Nurrochmawati (17640706) 5.
Lia Vidia Oktaviana (17640712)
LEMBAR PENGESAHAN
i
Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik
Mengetahui,
Kepala Ruangan
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
iii
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ............................................................................................. 3
2.2 Faktor Predisposisi Dan Presipitasi....................................................... 3
2.3 Tanda Dan Gejala................................................................................ 4
2.4 Proses Terjadinya Penyakit................................................................... 4
2.5 Rentang Respon ................................................................................. 5
2.6 PenentuanDiagnosa ............................................................................. 9
2.7 Pohon Masalah ..................................................................................... 9
Kesimpulan.................................................................................................. 32
Daftar Pustaka............................................................................................ 33
iv
v
BAB I PENDAHULUAN
apaapa lagi, semua yang telah dikerjakannya salah, merasa dirinya tidak
kepada dirinya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu dapat muncul
1
6. Apa saja masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
harga diri rendah?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah
1.3 Tujuan
`Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan
sebagai berikut
2.1 PENGERTIAN
2
Harga Diri Rendah Kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang
lama (NANDA, 2005).
Harga Diri Rendah Kronis adalah dimana individu cenderung untuk
menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes
RI, 2000)
Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Koliat, BA).
Harga diri bisa di artikan sebagai evaluasi diri dan perasaan diri atau
kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung di
persiapkan.
Harga Diri Rendah Kronis adalah evaluasi diri dan perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negative dan dapat secara lansung atau
tidak lansung di ekspresikan (Towsend, 1998)
Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu yang tidak
afektif, koping merupakan respon pertahanan individu terhadap suatu
masalah. Jika koping individu tidak efektif maka individu tidak bisa
mencapai harga dirinya dalam mencapai suatu perilaku.
5
diri sendiri. Identitas negative, dimana asumsi yang bertentangan dengan
nilai dan haeapan masyarakat. Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang
sering digunakan adalah fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi,
mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain. Terjadinya
gangguan konsep diri harga diri rendah kronis juga dipengaruhi beberapa
faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, dan cultural.
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang
dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan pasien mengalami depresi
dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin
besar karena pasien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negative dan tak
berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus
harga diri rendah kronis adalah:
• System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada pasien
dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan
terus merasa tidak berguna atau gagal terus menerus.
• Hypothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena
melihat kondisi pasien dengan harga diri rendah yang membutuhkan
lebih banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam
melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama
dengan perawat padahal pasien mengatakan bahwa membutuhkan
latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
• Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk
mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan
untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada pasien
harga diri rendah apabila ada kerusakan di thalamus ini maka arus
informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah
sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negative
yang ada selalu mendominasi pikiran dari pasien.
• Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
Adapun alat yang dapat mengetahui gangguan struktur otak yang
dapat digunakan adalah:
6
1. Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.
2. CT Scan, untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.
3. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), melihat
wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan
menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI), suatu teknik radiologi dengan
menggunakan magnet, gelombang radio, dan computer untuk
mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat
mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh
atau otak. Beberapa prosedur menggunakan kontras gadolinium
untuk meningkatkan akurasi gambar.
Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan
ditemukan ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti:
1. Acetylcholine (ACh), untuk pengaturan atensi dan mood, mengalami
penurunan.
2. Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan
orientasi: mengatur “fight-flight” dan proses pembelajaran dan
memori, mengalami penurunan yang mengakibatkan kelemahan dan
depresi.
3. Serotonin, mengatur status mood, mengalami penurunan yang
mengakibatkan pasien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negative
dan tidak berdaya.
4. Glutamat, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi pasien yang
kurang energy, selalu terlihat mengantuk. Selain itu berdasarkana
diagnose medis pasien yaitu skizofrenia yang sering
mengindikasikan adanya penurunan glutamate.
Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang dapat
digunakan adalah:
1. Positron Emission Tomography (PET), mengukur emisi/pancaran
dari bahan kimia radioaktif yang diberi label dan telah disuntik ke
dalam aliran darah untuk menghasilkan gambaran dua atau tiga
dimensi melalui distribusi dari bahan kimia tersebut di dalam tubuh
dan otak. PET dapat memperlihatkan gambaran aliran darah, oxygen,
7
metabolism dlukosa dan konsentrasi obat dalam jaringan otak. Yang
merefleksikan aktivitas otak sehingga dapat dipelajari lebih lanjut
tentang fisiologi dan neuri-kimiawi otak.
2. Transcranial Magnetic Stimulations (TMS) dikombinasikan dengan
MRI, para ahli dapat melihat dan mengetahui fungsi spesifik dari
oatak. TMS dapat menggambarkan proses motorik dan visual dan
dapat menghubungkan antara kimiawi dan struktur otak dengan
perilaku manusia dan hubungannya dengan gangguan jiwa.
8
Gangguan Ide, pikiran Subyektif: Subyektif:
Konsep perasaan yang
− Mengeluh hidup − Mengatakan
Diri:Harga Diri negatif tentang
Rendah tidak bermakna malas
diri
− Tidak memiliki − Putus asa −
kelebihan Ingin mati
apapun Obyektif:
− Merasa jelek
− Tampak
Obyektif:
malasmalasan
9
BAB III
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN
JIWA
I. IDENTITAS
Inisial : Tn. J
Umur : 58 tahun
Alamat : Mojokerto
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Jenis Kelamin : Laki – Laki
No RM : 117xxx
10
Lawang, setelah kondisi tenang, pasien di pindah ke Ruang Kakak Tua pada tanggal 5
Februari 2018.
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)
1) Riwayat Penyakit yang lalu
Pasien mengatakan 3 tahun yang lalu bentrok dengan tetangganya karena
dianggap menipu harta kekayaannya sampai memukul tetangganya. Kemudian
dibawa ke RS oleh anaknya, pasien sempat dipindah ke RSBL di Kras Kediri selama
2 bulan dan kemudian dipulangkan karena sudah sembuh. Setelah 4 bulan di rumah,
pasien mengalami hal yang sama seperti 3 tahun yang lalu, dan MRS lagi sampai
sekarang.
2) Faktor penyebab/pendukung :
a. Riwayat Trauma
- Pasien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik sebagai pelaku, saksi
ataupun korban. Namun menurut data sekunder dari rekam medis, pasien
mengalami aniaya fisik sebagai pelaku yaitu memukul tetangganya pada usia
55 tahun.
- Pasien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya seksual baik sebagai
pelaku, korban maupun saksi.
- Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan baik sebagai pelaku,
korban, maupun saksi
- Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga,
baik sebagai korban, pelaku maupun saksi.
- Pasien mengatakan pernah mengalami tindakan kriminal yaitu ditipu harta
kekayaannya sebagai korban pada usia 55 tahun. Pasien juga mengatakan
takut jika hal ini akan terjadi lagi Diagnosa Keperawatan :
- Respon Paska Trauma
- Resiko Perilaku Kekerasan
b. Pernah melakukan upaya/percobaan/bunuh diri
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri
Diagnosa Keperawatan : -
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan memiliki pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
yaitu peritiwa kegagalan, saat keinginannya menjadi anggota kepolisian tidak
tercapai
Diagnosa keperawatan : -
d. Pernah mengalami penyakit fisik
Pasien mengatakan pernah memiliki sakit fisik yaitu darah tinggi
Diagnosa keperawatan : -
e. Riwayat penggunaan NAPZA
11
Pasien mengatakan tidak pernah minum obat-obatan terlarang
Diagnosa keperawatan : - 3)
Upaya yang telah di lakukan
- Pasien mengatakan pernah di bawa ke RSJ 3 tahun yang lalu
- Pasien mengatakan tidak pernah berobat ke paranormal sebelumnya
4) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti ini
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1) Genogram
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= pasien
58 ─ = cerai
X = meninggal
= serumah
2) Konsep diri
a. Citra diri :
Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak di sukai. Bersyukur
dengan bentuk dan kondisi tubuhnya karena memang sudah takdir dari Allah
SWT.
12
b. Identitas diri :
Pasien mengaku bernama JA, umur 58 tahun, Pasien mengatakan dirinya adalah
laki-laki tulen dan berharap segera pulang bertemu istri, anak, cucu.
c. Peran :
Pasien mengatakan tidak bekerja, saat dirumah pasien lebih suka diam dikamar,
menyendiri dikamar, karena pasien sering mengantuk. Pasien berharap bisa
menjadi kepala keluarga yang dapat bertanggung jawab sebagai kepala keluarga
lagi.
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan saat ini yang menjadi keinginannya adalah bisa di jemput
pulang agar dapat berkumpul dengan keluarganya, dapat bekerja dan dapat
bertanggungjawab sebagai kepala keluarga lagi.
e. Harga diri :
Pasien mengatakan malu pada orang-orang disekitarnya/tetangganya karena
menderita gangguan jiwa atau masuk RSJ.
Pasien juga mengatakan malu karena tidak mempunyai pekerjaan yang pasti,
karena tidak dapat memenuhi tugas nya sebagai kepala keluarga. Diagnosa
keperawatan : Harga diri rendah
3) Hubungan sosial
a. Orang terdekat
Pasien mengatakan orangyang paling dekat dengannya adalah anaknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Saat di rumah pasien mengatakan rutin mengikuti acara dikampungnya,
contohnya pengajian.
Saat di ruang kakak tua pasien terlihat sering diam dan menyendiri, namun saat
ada pekerjaan kelompok diruangan pasien nampa ikut berpartisipasi seperti
menyapu dan mengepel ruangan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan walaupun sering merasa malu dengan orang-orang
disekitarnya tapi dia masih mau bergaul dengan teman-temannya. Diagnosa
keperawatan : Resiko Isolasi Sosial
4) Spiritual
a. Agama
Pasien mengaku beragama islam dan percaya adanya kekuasaan Tuhan, Allah
SWT. Pasien percaya bahwa Tuhan akan membantunya. Pasien mengatakan saat
dirumah rajin sholat di masjid.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
13
Pasien mengatakan menurut agamanya, gangguan jiwa adalah otaknya tidak
normal.
Diagnosa keperawatan : -
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Pasien tampak menyendiri, jarang untuk memulai pembicaraan
dengan teman-teman. Penampilan pasien rapi dan cara berpakaian sesuai.
2. Kesadaran : Composmentis, GCS 4-5-6
3. Tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/m
S : 36,7’C
P : 20x/m
4. Ukur
BB : 55 Kg
TB : 145 Cm
5. Keluhan Fisik : Pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik saat ditanya ada keluhan
fisik atau tidak.
Diagnosa Keperawatan : - VII.
STATUS MENTAL
1) Penampilan
Pasien tampak rapi, baju terpakai tidak terbalik, celana tidak kedodoran, rambut rapi
bersih dan terdapat sedikit ketombe, kuku pendek dan bersih, kulit wajah bersih, gigi
bersih, badan tidak bau.
Diagnosa keperawatan : -
2) Pembicaraan
Pasien enggan berbicara dengan orang lain dalam waktu yang agak lama dan pasien
cenderung tidak bisa memulai pembicaraan dengan orang lain, bicara pasien pelan
dan kadang-kadang kurang jelas, kosakata terbatas, pasien hanya menjawab
pertanyaan perawat seperlunya.
Diagnosa keperawatan :Kerusakan Komunikasi Verbal
3) Aktivitas motorik/psikomotor
Saat diruang kakak tua pasien tampak lemah lesu dan tidak bersemangat, pasien mau
membantu kegiatan teman-temannya tapi harus diarahkan oleh perawat, tetapi reaksi
terhadap lingkungan sangat kurang, gerakan dan aktivitas sangat lambat. Diagnosa
keperawatan : -
4) Emosi dan afek
a. Mood
14
Depresi : pasien merasa sedih dan bingung, setiap kali ditanya pasein sering
menjawab “saya sehat, tidak sakit, kenapa saya di bawa ke RS, saya ingin
pulang”.
b. Afek
Tumpul/dangkal/datar : Afek pasien tumpul terbukti dengan ekspresi wajah
pasien yang datar, ketika diajak bercanda tidak tersenyum sama sekali.
Diagnosa keperawatan :
5) Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang
Selama interaksi pasien kurang kooperatif, kontak mata kurang/minimal sering
memalingkan pandangan dan tidak memperhatikan. Tidak bermusuhan dengan
perawat, pasien duduk dengan sopan. Pasien lebih cenderung diam namun pasien
mampu menjawab pertanyaan yang diberikan. Diagnosa keperawatan :Kerusakan
Interaksi Sosial
6) Persepsi sensorik
Pasien mengatakan tidak pernah mendengar suara-suara / bisikan maupun melihat
sesuatu/bayangan-bayangan yang orang lain tidak dengar/tidak lihat. Diagnosa
keperawatan : -
7) Proses pikir
Pasien mengatakan malu pada orang-orang disekitarnya/tetangganya karena
menderita gangguan jiwa. Klien juga mengatakan malu karena tidak mempunyai
pekerjaan yang pasti, tidak seperti saudara-saudaranya.
a. Arus pikir : blocing dibuktikan dengan saat pasien ditanya oleh perawat, pasien
menjawab namun tiba-tiba diam beberapa saat dan kembali melanjutkan
jawabannya sesuai dengan jawaban awal
b. Isi pikir : Perasaan rendah diri , hal ini dibuktikan dengan ucapan pasien yang
selalu menjawab malu dengan teman-temannya.
c. Bentuk pikir : Dereistik dibuktikan dengan pasien mengatakan bekerja di
kepolisian, namun nyatanya pasien tidak memiliki pekerjaan tetap dan hanya
lulusan SMP.
Diagnosa keperawatan : Perubahan proses pikir ; perasaan rendah diri
8) Kesadaran
a. Orientasi
✓ Waktu : Baik, dibuktikan dengan saat ditanya. pak sekarang pagi atau
malam? pasien menjawab “siang” , pada kenyataannya memang siang.
15
✓ Orang : Baik, dibuktikan dengan saat ditanya. “bapak sekarang berbicara
dengan siapa?” pasien menjawab “ perawat”.
✓ Tempat : Baik, dibuktikan dengan saat ditanya “bapak sekarang
dimana?”
Dan pasien menjawab “di RSJ Lawang”.
Diagosa keperawatan : -
9) Memori
- Memori jangka panjang : “pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka
panajang dibuktikan dengan pasien mengatakan sekolah SMP di Mojokerto.
- Memori jangka pendek : “pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka
pendek dibuktikan dengan pasien mengatakan 1 jam yang lalu mandi dan
mencukur kumisnya”.
- Memori saat ini : “pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka
menengah dibuktikan dengan pasien mengatakan jam 12 siang waktunya
makan siang”.
Diagnosa keperawatan :-
10) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi : Baik, pada saat wawancara pasein nampak konsentrasi dan tidak
mudah beralih.
Berhitung : pasien mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dengan tepat.
Seperti contoh 5+5 pasien spontan menjawab 10. Diagnosa keperawatan : -
11) Kemampuan penilaian
Gangguan Ringan
Pasien mampu mengambil keputusan secara sederhana. Contoh saat pasien ditanya
apa yang dilakukan jika melihat ada perkelahian, pasien mengatakan akan
melerainya dan melaporkan kepada pihak yang berwajib. Diagnosa keperawatan :
-
12) Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Pasien mengatakan tidak sakit jiwa dan tidak tahu mengapa di bawa ke Rumah Sakit
Jiwa.
Diagnosa keperawatan :Gangguan Proses Pikir VIII.
KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan pasien memenuhi kebutuhan
Pasien mengatakan mampu merawat kesehatannya dibantu dengan anaknya,
Transportasi dan tempat tinggal ada pasien tinggal bersama anaknya siti robana. Untuk
keuangan pasien juga mengatakan ada uang dari hasil jerih payahnya sebelum sakit.
16
2. Kegiatan hidup sehari - hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan : Pasien mandi 2 x sehari menggunakan sabun sikat gigi 2x sehari
menggunakan sikat dan pasta gigi keramas 2 hari sekali.
17
Pasien mengatakan dapat mengantisipasi kebutuhan hidupnya dengan
menggunakan uang hasil jerih payah nya dimasa muda dan juga di dukung atau
di biayai oleh anak nya.
✓ Membuat keputusan berdasarkan keputusan
Pasien mengatakan dapat membuat keputusan sendiri.
✓ Mengukur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri
Pasien mengatakan di rumah yang mengatur pemberian obat adalah anaknya
siti robana. Pasien saat akan kontrol ke Rumah Sakit selalu ditemani oleh
anaknya
siti robana dan pasien juga mengatakan dapat memeriksakan/control sendiri ke
puskesmas.
Diagnosa keperawatan :-
e. Sistem pendukung
Pasien mengatakan mendapat dukungan dari anaknya, petugas kesehatan, serta
teman-teman di Ruang Kakak Tua. Terutama Tn.Supriyadi. Diagnosa
keperawatan : -
IX. MEKANISME KOPING
Jelaskan :Pasien mengatakan jika memiliki masalah dia bercerita pada anak dan teman
dekatnya namun hanya sesekali karena pasien mengatakan malu untuk nercerita.
Diagnosa keperawatan : koping individu inefektif
X. MASALAH INDIVIDU DAN LINGKUNGAN
✓ Masalah dengan kelompok, spesifiknya
Jelaskan :Pasien mendapatkan dukungan dari keluarga terutama anaknya,
perawat dan dokter demi kesembuhan.
✓ Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya :
Jelaskan :Pasien mengatakan bosan berada di RSJ.Lawang dan ingin segera
pulang ke rumah.
✓ Masalah dengan pendidikan, spesifiknya :
Jelaskan :Menurut pasien, pasien lulus sekolah SMP
✓ Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan : Pasien mengatakan menjadi kepala keluarga yang tidak
bertanggungjawab karena tidak memiliki pekerjaan.
✓ Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Jelsakan : Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam perumahaan karena
pasein tinggal bersama dengan anaknya.
✓ Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan : Pasien mengatakan masih memiliki tabungan sewaktu muda.
✓ Masalah dengan kesehatan, spesifiknya
18
Jelaskan : Pasien mengatakan kalau sakit biasanya pasien dibawa berobat ke
puskesmas terdekat.
✓ Masalah lainnya
Jelaskan : Pasien mengatakan tidak memiliki masalah lainnya yang bermakna
Diagnosa Keperawatan : -
19
XIII. ANALISA DATA
NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
tetangga / orang-orang
DO :
- Pasien tampak
seringmenyendiri, melamun,
tidakbersemangat
- Pasien tidak pernah menatap
lawan bicara
- Bicara lambat dan seperlunya,
nada suara lemah
DO :
20
2. Resiko Isolasi sosial : Menarik diri
3. Respon pasca trauma
4. Resiko Perilaku Kekerasan
5. Koping Individu inefektif
6. Kerusakan Komunikasi Verbal
7. Defisit Pengetahuan
8. Kerusakan Interaksi Sosial
XV. POHON MASALAH
- Koping individu
inefektif
- Respon pasca trauma
21
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH
Nama Klien : Mr.J DX Medis : F.20.1
22
gejala, penyebab dan - Melatih kegiatan yang 3. Katakan pada pasien bahwa ia adalah
akibat harga diri rendah sudah dipilih sesuai seseorang yang berharga
3. Pasien dapat kemampuan
TUK 2 :
mengidentifikasi - Merenanakan kegiatan
kemampuan dan aspek yang sudah dipilih 1. Diskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki positif yang dimiliki pasien dan beri
4. Pasien dapat menilai pujian atas kemampuan
kemampuan yang dapat mengungkapkan perasaanyan
digunakan 2. Saat bertemu dengan pasien,
5. Pasien dapat hindarkan memberi penilaian
menetapkan dan negative, utamakan memberi pujian
memilih kegiatan sesuai yang realistik
dengan
TUK 3 :
kemampuan
6. Pasien dapat melatih 1. Diskusikan kemampuan pasien yang
kegiatan yang sudah masih dapat digunakan selama sakit
dipilih sesuai 2. Diskusikan juga kemampuan yang
kemampuan dapat dilanjutkan penggunaan d rS dan
7. Pasien dapat rumah nanti
merenanakan kegiatan
yang sudah dipilih
23
24
TUK 4 :
TUK 5 :
25
TUK 6 :
26
DOKUMENTASI HASIL ASUHAN KEPERWATAN
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
mengungkapkan perasaannya
“ Baru 15 hari “
- Mengatakan pada pasien
bahwa ia adalah orang yang Iya, tidak apa-apa”
“ iya”
“jam 9”
O:
- Pasien seringmenyendiri,
melamun
- Tidak bersemangat
27
- Tidak menatap lawan biara saat
diajak biara
A: -
28
DOKUMENTASI HASIL ASUHAN KEPERWATAN
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
mengungkapkan perasaannya
“ Baru 15 hari “
- Mengatakan pada pasien
bahwa ia adalah orang yang Iya, tidak apa-apa”
berguna
“iya mbak”
2. Mengidentifikasi tanda gejala,
penyebab dan akiabat harga diri “Disisni saja mbak”
rendah
“Saya mengantuk, jadi saya mojok”
3. Mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki “pingin pulang”
pasien
“iya bisa”
- Mendiskusikan kemampuan
dan aspek positif yang “iya saya mau bererita”
dimiliki
“iya, saya senang ngibrol sama mbak “
- Memberikan pujian yang
realistik “mbak.. lupa mbak”
“ iya”
“jam 9”
O:
- Pasien seringmenyendiri,
melamun
- Tidak bersemangat
29
- Tidak menatap lawan biara saat
diajak biara
A: -
P : Lanjutkan SP 1 Poin 2
30
DOKUMENTASI HASIL ASUHAN KEPERAWTAN
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
Iya mbak”
“baik mbak”
O:
31
A:
- Pasien mampu
mengidentifikasikan
kemampuan dan aspek positif
tersebut
P : Lanjutkan SP 2
32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri
dan kemampuan diri. Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah : a.
Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan
seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan
perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani
menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada
suara lemah.
33
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa.Jakarta : EGC
http://aanborneo.blogspot.com/2013/04/harga-diri-rendah.html
http://adheayucandra.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-pada-
kliendengan.html
34