Dosen Pembimbing
Triyoso, S.Kep., Ns., M.Kes
Disusun Oleh :
Kelompok V
1. Ulan dari (21320060)
2. Ayu puspita sari (21320068)
3. Dyah Intan Kusumaningrum (21320090)
4. Julia tri utami (21320078)
5. Fragestha Erwan (21320075)
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULIAN..................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
A. Tinjauan Teori .................................................................................
2.1 Pengertian Harga Diri Rendah........................................................
2.2 Klasifikasi dan Rentang Respon ....................................................
2.3 Etiologi/ Proses Terjadinya Masalah .............................................
2.4 Penilaian Stressor............................................................................
2.5 Sumber Koping ..............................................................................
2.6 Mekanisme Koping ........................................................................
2.7 Pohon Masalah................................................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah ..........................
C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien HDR
BAB III PENUTUP..........................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harga diri adalah penilaian terhadap diri dengan menganalisa seberapa sesuai
perilaku memenuhi ideal diri (Stuart, 2013). Harga diri terbentuk melalui
pengalaman-pegalaman yang menyenangkan maupun kurang menyenangkan
Pengalaman-pengalaman itu selanjutnya menimbulkan perasaan positif
maupun perasaan negatif terhadap diri individu (Coopersmith, 1967).
Jadi, harga diri rendah merupakan hasil dari pengalaman kurang
menyenangkan yaitu kegagalan individu dalam menyelesaikan masalah
menyesuaikan diri dengan perubahan dan cara merespon sesuatu yang
menyebabkan individu memiliki anggapan negatif terhadap diri dan
kemampuan diri individu itu sendiri.
Harga diri rendah adalah salah satu gangguan jiwa yang banyak terjadi di
masyarakat yang disebabkan oleh beberapa faktor maka dari itu perlu kita
ketahui lebih dalam tentang apa itu gangguan jiwa pada harga diri rendah dan
bagaimana penanganannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari harga diri rendah?
2. Apa tanda gejala harga diri rendah?
3. Apa faktor predisposisi harga diri rendah?
4. Apa faktor presipitasi harga diri rendah?
5. Bagaimana proses keperawatan harga diri rendah?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami apa itu harga diri rendah
2. Mahasiswa dapat memahami tanda gejala harga diri rendah
3. Mahasiswa dapat memahami faktor predisposisi harga diri rendah
4. Mahasiswa dapat memahami faktor presipitasi harga diri rendah
5. Mahasiswa dapat memahami proses keperawatan harga diri rendah
BAB II
PEMBAHASAN
b. Rentang Respon
a. Respon adaptif
Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima.
Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya.
b. Respon maladaptif
Adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana individu
tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon maladaftifnya
adalah :
Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan
Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan sengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan
orang lain
2) Faktor Presipitasi
Trauma : penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
Ketegangan peran : berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi
1) Transisi peran perkembangan : perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan.
2) Transisi peran situasi : terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit : dapat dicetuskan oleh kehilangan
bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi
tubuh; perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
normal; prosedur medis dan keperawatan.
2.4 Penilaian Stressor
Meliputi penentuan arti dan pemahaman terhadap pengaruh situasi yang
penuh dengan stress bagi individu. Penilaian terhadap stressor meliputi
respon kognitif, efektif, fisiologis, perilaku, dan respon social.Penilaian
adalah dihubungkan dengan evaluasi terhadap pentingnya suatu kejadian
yang berhubungan dengan kondisi sehat.
Respon kognitif merupakan bagian kritis dari model ini. Faktor
kognitif memainkan peran sentral dalam adaptif. Mencatata kejadian
yang menekan memilih pola koping yang digunakan, serta
emosional, fisiologis, perilaku, dan reaksi social seseorang
Respon afektif merupakan membangun perasaan penilaian terhadap
stressor respon afektif utama adalah reaksi tidak spesifik atau
umumnya reaksi kecemasan yang diekspresikan dalam bentuk
emosi.
Respon fisiologi merefleksikan interaksi beberapa neurin dokrin
yang meliputi hormone adrenokortikotropik, insulin,fasopresin,
oksitosin, epineprin, dan neurotransmitter.
Respon perilaku merupakan hasil dari emosional dan fisiologis.
.
2.5 Sumber Koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman terhadap
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien antara lain: Aktifitas
olahraga dan aktifitas diluar, hobi dan kerajinan tangan, seni yang
ekspresif, kesehatan dan perawatan diri, pendidikan dan pelatihan,
pekerjaan, vokasi atau posisi, bakat tertentu, kecerdasan, imajinasi dan
kreatifitas serta hubungan interpersonal.
2.Psikososial
- Genogram : menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh
- Konsep diri
- Gambaran diri : tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang
disukai.
e) Identitas diri : status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan
klien terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki
atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis
kelaminnya dan posisinya.
g) Ideal diri : harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi,
tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana
jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
h) Harga diri : Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi,
dampak pada klien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan,
identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan,
ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap pandangan /
penghargaan orang lain.
i) Hubungan sosial : tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup
klien, tanyakan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah,
tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat,
keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat,
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam
berinteraksi dengan orang lain.
k) Status mental
- Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki
apakah ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai,
cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien dalam
berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik /
berpakaian terhadap status psikologis klien.
- Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru,
gagap, sering terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu,
menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan.
- Aktivitas motorik seperti Lesu, tegang, gelisah, Agitasi : gerakan motorik
yang menunjukan kegelisahan, Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang
tidak terkontrol, Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak
terkontrol klien, Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan
tangan dan merentangkan jari-jari, Kompulsif : kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang
- Alam perasaan seperti Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan, Ketakutan :
objek yang ditakuti sudah jelas, Khawatir : objeknya belum jelas
- Afek
a. Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan.
b. Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
c. Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
d. Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
- Interaksi selama wawancara
a. Kooperatif : berespon dengan baik terhadap pewawancara
b. Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan
pewawancara dengan spontan
c. Mudah tersinggung
d. Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak
bersahabat atau tidak ramah
e. Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
f. Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada
pewawancara atau orang lain.
s) Tingkat konsentrasi
a. Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke
objek lainnya.
b. Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar
pertanyaan diulang karena tidak menangkap apa yang ditanyakan
atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
c. Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan
atau pengurangan pada benda-benda yang nyata
D. Diagnosa Keperawatan
1) Harga Diri Rendah
2) Isolasi Sosial
3) Koping Individu Tidak Efektif
E. Rencana Tindakan Keperawatan
Dengan Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
N Perencanaan
Rasional
o Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Pasien Setelah 3x SP 1
Mampu : pertemuan, 1) Identifikasi 1) Membuat
1) Bina pasien dapat : kemampuan pasien
hubungan 1) Membina melakukan menyadari
saling hubungan kegiatan dan aspek positif
percaya saling percaya bantu aspek yang dimiliki
2) Dapat 2) Mengindetifik positif (buat sehingga
mengidenti asi aspek daftar meningkatkan
fikasi positif yang kegiatan) harga diri
aspek dimiliki 2) Bantu pasien pasien
positif 3) Menilai menilai 2) Membantu
3) Dapat kemampuan kegiatan yang pasien dalam
menilai yang dimiliki dapat menyusun
kegiatan untuk dilakukan saat jadwal kegiatan
yang dapat dilaksanakan ini (pilih dari 3) Mengetahui
dilakukan 4) Merencakan daftar kegiatan yang
saat ini kegiatan kegiatan) lalu dapat dilakukan
4) Dapat sesuai dengan buat daftar pasien hingga
memilih kemampuan kegiatan yang saat ini
salah satu dan jadwal dapat 4) Memberikan
kegiatan yang telah dilakukan saat latihan praktik
yang dapat ditetapkan ini langsung untuk
dilakukan 5) Melakukan 3) Bantu pasien meningkatkan
5) Dapat kegiatan memilih salah kemampuan
melakukan sesuai dengan satu kegiatan pasien
kegiatan rencana yang dapat 5) Mengontrol
secara secara dilatih saat ini kegiatan apa
4) Latih kegiatan saja yang
mandiri mandiri yang dipilih dilakukan
(alat dan cara pasien
melakukannya
)
5) Masukkan
pada jadwal
kegiatan untuk
latihan sesuai
kesepakatan
dengan pasien
SP 2
1) Evaluasi 1) Membandingka
kegiatan n hasil dan
pertama harapan.
yang telah 2) Memberikan
dilatih dan latihan praktik
berikan langsung untuk
pujian meningkatkan
2) Latih kemampuan
kegiatan pasien.
kedua (cara 3) Mengontrol
dan alat) kegiatan yang
sesuai dilakukan
dengan pasien
jadwal
kegiatan
yang telah
disepakati
bersama
pasien
3) Masukkan
dalam
xix
jadwal
kegiatan
untuk latihan
..../hari
SP 3
1) Evaluasi 1) Membandingka
kegiatan n hasil dan
yang lalu harapan.
(SP 1 dan SP 2) Memberikan
2) latihan praktik
2) Latih langsung untuk
kegiatan ke meningkatkan
tiga (cara kemampuan
dan motorik pasien.
alat)sesuai 3) Mengontrol
dengan kegiatan yang
jadwal dilakukan
kegiatan pasien
yang telah
disepakati
bersama
pasien
3) Masukkan
pada jadwal
kegiatan
untuk latihan
..../hari
SP 4
1) Evaluasi 1) Membandingka
kemampuan n hasil dan
pasien yang harapan.
lalu (SP 1, 2) Memberikan
xx
SP 2 dan SP latihan praktik
3) langsung untuk
2) Latih meningkatkan
kegiatan ke kemampuanpas
empat (cara ien.
dan alat) 3) Mengontrol
3) Masukkan kegiatan pasien
pada jadwal 4) Membandingka
kegiatan n hasil dan
harian membantu
...../hari meningkatkan
4) Evaluasi harga diri
kegiatan pasien
latihan dan 5) Meingkatkan
berikan kemampuan
pujian pasien
5) Latih 6) Mengetahui
kegiatan seberapa jauh
dilanjutkan kemampuan
sampai tak pasien
terhingga
6) Nilai
kemampuan
yang telah
mandiri
Keluarga Setelah 4x SP 1
mampu pertemuan 1) Diskusikan 1) Mencari tahu
merawat keluarga mampu masalah atau menggali
anggota meneruskan yang apa saja aspek
keluarga yang melatih pasien dirasakan yang akan di
mengalami dan mendukung dalam tingkatkan pada
masalah harga agar kemampuan merawat diri pasien
xxi
diri rendah dalam melakukan pasien 2) Memberi
kegiatan dapat 2) Jeaskan pengetahuan
menigkat. pengertian, 3) Memberi
tanda gejala, pengetahuan
dan proses 4) Memberikan
terjadinya latihan praktik
harga diri langsung dalam
rendah melakukan
3) Jelaskan perawatan.
cara Mengontrol apa
merawat apa saja yang
harga diri pasien lakukan
rendah untuk latihannya.
terutama
memberikan
pujian
semau hal
positif pada
pasien
4) Latih
keluarga
memberi
tanggung
jawab
kegiatan
pertama
yang dipilih
pasien,
bimbing dan
beri pujian
Anjurkan
membantu
xxii
pasien sesuai
jadwal dan
memberikan
pujian
SP 2
1) Evaluasi SP 1) Membandingka
1 n hasil dan
2) Bersama harapan.
keluarga 2) Memberikan
melatih latihan praktik
pasien dalam langsung dalam
melalukan melakukan
kegiatan perawatan.
kedua yang 3) Mengontrol apa
dipilih apa saja yang
pasien pasien lakukan
3) Anjurkan untuk
membantu latihannya.
pasien sesuai
dengan
jadwal dan
memberi
pujian
SP 3
1) Evaluasi 1) Membandingka
kemampuan n hasil dan
SP 2 harapan.
2) Bersama 2) Memberikan
keluarga latihan praktik
melatih langsung dalam
pasien dalam melakukan
melakukan perawatan.
xxiii
kegiatan 3) Mengontrol apa
yang dipilih apa saja yang
pasien pasien lakukan
3) Anjurkan untuk
membantu latihannya.
pasien sesuai
jadwal dan
memberi
pujian
SP 4
1) Evaluasi 1) Membandingka
kemampuan n hasil dan
SP 3 harapan.
2) Evaluasi 2) Membandingka
kemampuan n hasil dan
keluarga. harapan.
3) Rencana 3) Mengontrol
tindak lanjut 4) Dorongan/
keluarga. motivasi untuk
4) Follow up mampu
5) Rujukan 5) Untuk
meningkatkan
perkembangan
xxiv
RM No :
2. Psikososial
a. Genogram
Klien mempunyai ayah satu dan ibu satu, serta mempunyai kakak satu,
abang satu, satu, klien adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara, klien
mengalami gangguan jiwa dan keluarga dalam keadaan sehat fisik dan
psikologis serta tidak mengalami gangguan jiwa (sehat jiwa).
Keterangan: :
perempuan :
laki-laki 20 :
xxv
Tn. L :
garis keturunan :
garis perkawinan :
tinggal serumah dengan klien
X : meninggal
b. Konsep Diri
- Gambaran diri : Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada yang cacat
- Identitas : Klien anak ke 3 dari 3 bersaudara
- Peran : Klien berperan sebagai anak
- Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh
- Harga diri : Klien merasa tidak berarti lagi dalam keluarganya
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
3. Hubungan Sosial
- Orang yang berarti : orang yang berarti dalam kehidupan pasien adalah
mamanya dikarenakan mamanya yang menjaga dan merawat pasien tersebut
- Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: Pasien tidak pernah
mengikuti kegiatan kelompok lingkungan rumah
- Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : klien tidak mudah akrab/
berhubungan dengan orang lain yang dia tidak kenal
4. Spiritual
- Nilai dan Keyakinan : Klien beragama kristen dan yakin kepada Tuhan Yesus
- Kegiatan Ibadah : Klien jarang ibadah
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
5. Status Mental
a. Penampilan : Klien tampak kurang rapi dalam berpakaian
b. Pembicaraan : Klien masih mampu menjawab pertanyaan perawat
dengan lambat dan tidak jelas namun dapat dipahami
xxvi
c. Aktivitas Motorik : Klien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari
– hari.
d. Suasana perasaan Klien sedih karena tinggal di rumah sendiri,
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
e. Afek : wajah sesuai dengan topic pembicaraan
f. Interaksi : selama wawancara Klien kooperatif saat wawancara
g. Persepsi : Klien mengatakan bahwa ia tidak dapat memproses cepat
setiap orang berbicara atau bertanya padanya
h. Proses Pikir : Klien mampu menjawab apa yang ditanya dengan baik.
i. Isi pikir : Klien dapat mengontrol isi pikirnya,klien tidak mengalami
gangguan isi pikir dan tidak ada waham. Klien tidak mengalami fobia,
obsesi ataupun depersonalisasi.
j. Tingkat kesadaran : Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien
mengenali waktu, orang dan tempat.
k. Memori : Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang
pernah klein alami
l. Tingkat konsentrasi berhitung : Klien sulit berkonsentrasi dalam
perhitungan sederhana tanpa dan harus di bantu orang lain.
m. Kemampuan penilaian : Klien dapat membedakan hal yang baik dan
yang buruk (mampu melakukan penilaian).
n. Daya tilik diri Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, klien
mengetahui bahwa dia sedang sakit
6. Mekanisme Koping
Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien dapat berbicara
cukup baik dengan orang lain.
7. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mengatakan sulit berteman dengan orang lain karena klien dan tidak
sempat untuk melakukan kumpul-kumpul bersama masyarakat sekitar.
8. Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa
Klien tidak mengetahui tentang penyakit gangguan jiwa dan klien tidak
tahu obat apa yang harus diminum untuk mengatasi gangguan jiwanya.
xxvii
9. Analisa Data
No. Analisa Data Masalah Keperawatan
1 DS : Keluarga mengatakan klien Gangguan konsep diri :
- sering termenung sendiri Harga Diri Rendah
- merasa dirinya tidak berguna dan sering
sendiri sambil berfikir hal-hal yang negative
pada dirinya
- Klien mengatakan dirinya tidak berguna dan
tidak bisa apa-apa
DO :
- Klien tampak termenung
- Klien kurang jelas berbicara dan terkadang
tidak nyambung saat ditanya
2 DS : Isolasi Sosial : Menarik
- Klien sering menyendiri, Diri
- bicara sendiri, bingung, sulit tidur, tidak mau
makan,
- jarang sekali bergaul dengan lingkungan,
karena klien merasa malu
DO :
- klien sering terlihat melamun
- klien tampak bingung dan bicara sendiri,
klien kurang kooperatif, menundukan
kepala saat wawancara, dan pendiam dan
suka menyendiri
- Klien tampak menghindari interaksi, terlihat
sedih, pendangan menunduk kebawah dan
klien tidak mempunyai teman.
xxviii
Harga Diri Rendah
xxix
- Melatih bercakap-cakap sambil melakukan
kegiatan harian.
- Sp 4 :
- Melatih berbicara sosial meminta seuatu,
belanja dan sebagainya
xxx
P : Latihan membersikan tempat
tidur
Sp 3 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2 S : klien mengatakan merasa
Senang dan antusias
O : Klien mampu melatih kegiatan
sesuai kemampuan yaitu
memebereskan tempat tidur
A : Harga Diri Rendah (+)
P:
- Berdoa,
- Mengikuti ibadah
- Membereskan tempat makan
- Membereskan tempat tidur
Sp 4 : evaluasi kegiatan sp 1- sp 3 S : klien mengatakan merasa
Senang dan antusias dan bisa
melakukan kegiatan2 tersebut
O : Klien mampu melatih kegiatan
sesuai kemampuan
A : Harga Diri Rendah (+)
P:
- Berdoa,
- Mengikuti ibadah
- Membereskan tempat makan
- Membereskan tempat tidur
Hari/ Implementasi Evaluasi
tanggal
Sp 1: S:
- Menjelaskan keuntungan dan kerugian mempunyai teman - pasien mengatakan malas
berbicara
RTL: - Pasien mengatakan lebih baik
Sp 2 : sendiri
- Melatih klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih O:
xxxi
- Mengidentifikasi isolasi sosialnya ; tanda dan gejala, - Pasien mampu mengenali
penyebab dan akibat dari isolasi sosial masalah isolasi sosial dengan
- Pasien belum mampu menjelaskan keuntungan memiliki mandiri.
teman dan kerugian memiliki teman dengan mandiri. - Pasien tampak suka menyendiri
- Klien tidak punya teman
- A : Isolasi Sosial (+)
- P : Latihan berkenalan dengan
1 orang
SP 2 : S:
- Melatih klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih - pasien mengatakan sudah
- Mengidentifikasi isolasi sosialnya ; tanda dan gejala, mengobrol dengan temannya 1
penyebab dan akibat dari isolasi sosial - Pasien mengatakan sudah
berkenalan dengan 2 orang
O:
- Pasien tampak ngobrol dengan
teannya
- Pasien tampak masih suka
menyendiri
- Klien tampak punya teman 1
xxxii
A : Isolasi Sosial (+)
P:
- Mendemostrasikan cara
berkenalan
- Latih klien berkenalan dengan
satu orang, dua orang, tiga
orang atau lebih 3x/hari
Sp 4 : evaluasi kegiatan sp 1- sp 3 S : klien mengatakan merasa
Senang dan antusias dan bisa
mengenal teman-temannya
O : Klien tampak senang
Klien tampak berbaur dengan
teman-temannya
A : isolasi sosial (+)
P:
- Mendemostrasikan cara
berkenalan
- Latih klien berkenalan dengan
satu orang, dua orang, tiga
orang atau lebih 3x/hari
BAB III
PENUTUP
xxxiii
3.1 Kesimpulan
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Penentuan harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain
(dicintai, dihormati, dan dihargai) yang timbul sejak kecil dan berkembang
sesuai dengan meningkatnya usia. harga diri rendah dibedakan menjadi 2,
yaitu: Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan). Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan
dalam waktu lama.
3.2 Saran
Sebagai seorang perawat kita harus bisa melakukan intervensi keperawatan
pada pasien dengan berbagai kondisi, baik pasien dengan permasalahan
fisiologis, psikis, dan lain-lain.
xxxiv
4 DAFTAR PUSTAKA
xxxv
MAKALAH KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
ISOLASI SOSIAL
“ Asuhan Keperawatan Pasien Isolasi Sosial ”
Dosen Pembimbing
Triyoso,S.Kep.,Ns.,M.Kes
Disusun Oleh :
Kel V
6. Ulan dari (21320060)
7. Ayi puspita sari ( 21320068 )
8. Dyah Intan Kusumaningrum (21320090)
9. Julia tri utami (21320078)
10. Fragestha Erwan (21320075)
xxxvi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami sebagai penyusun makalah ini
berterimakasih kepada pembimbing kami selaku dosen bapak
Triyoso,S.Kep.,Ns.,M.Kes
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
xxxvii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULIAN..................................................................................3
1.1 Latar Belakang................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................6
2.1 Tinjauan Teori ...............................................................................6
2.1 Pengertian Isolasi Sosial ................................................................6
2.2 Rentang Respon .............................................................................7
2.3 Etiologi ..........................................................................................8
2.4 Tanda Dan Gejala...........................................................................9
2.5 Mekanisme Koping ........................................................................10
2.6sumber Koping ................................................................................11
2.7komplikasi .......................................................................................12
2.8 Penatalaksana .................................................................................12
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi Sosia ...................................14
xxxviii
BAB IV PENUTUP..........................................................................................45
3.1 Kesimpulan.....................................................................................45
3.2 Saran...............................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................46
xxxix
BAB 1
PENDAHULUAN
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian utuh dari kualitas
Kesehatan jiwa mempunyai rentang sehat – sakit jiwa yaitu sehat jiwa, masalah
emosi. Pasien skizofrenia sering mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih
medis lainnya. Penderita skizofrenia biasanya timbul pada usia sekitar 18-45
tahun, dan
berusia 11-12 tahun menderita skizofrenia (Damanik, Pardede & Manalu. 2020).
menderita skizofrenia di Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk. Hasil survey
awal yang dilakukan di poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Medan di
temukan sebanyak 13.899 pasien yang rawat jalan dibawa oleh keluarganya untuk
1
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan
Manusia merupaka makhluk social yang tak lepas dari sebuah keadaan yang
bernama interaksi dan senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh tibal balik
bertujuan untuk melatih klien melakukan interaksi social sehingga klien merasa
nyaman ketika berhubungan dengan orang lain. Salah satu tindakan keperawatan
tersebut yang termasuk kelompok terapi psikososial adalah social skills training
isolasi untuk melatih keterampilan dalam menjalin hubungan dengan orang lain
1.3 Tujuan
- TUJUAN UMUM
-TUJUAN KHUSUS.
Untuk menegakkan Diagnosa pada pasien isolasi sosial sesudah dilakukan penerapan
Untuk melakukan Intervensi pada pasien Isolasi Sosial terhadap kemampua berinteraksi
(2010) adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang
Rusdi, 2013).
maupun cara menarik diri secara fisik maupun psikis. Isolasi sosial adalah
sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
Adaptif maladaptif
Otonomi Depedensi
ketergantungan
Interdependen curiga
Berikut ini dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi social
Respon Adaptif
dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Berikut ini adalah sikap yang
yang
Lain
Respon Maladaptif
Respons yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan disuatu tempat.
percaya diri.
sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada oran lain, orang
2.3 Etiologi
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan
yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
diri kurang dan juga dapat menciderai diri sendiri (Carpenito-Moyet, 2006)
a. Faktor Predisposisi
bahwa individu yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak
2. Faktor Biologik
lebih lanjut.
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak
2006).
b. Faktor Pencetus
berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stresor pencetus dapat
dinilai
a. Data subjektif
1. Perasaan sepi
4. Ketidakmampuan berkonsentrasi
5. Perasan ditolak
b. Data objektif
1. Banyak diam
3. Menyendiri
5. Tampak sedih
7. Muka datar
dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (gall,W Stuart 2006).
lain proyeksi, spliting dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan
isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyektif.
yang
tulisan.
2.6 Sumber Koping
menurut
2.7 Komplikasi
tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut
2.8 Penatalaksanaan
a. terapi medis
1. Clorpromazine (CPZ)
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan
tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental: waham,
halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau,
tidak terkendali,
3. Haloperidol (HLD)
Electro convulsif therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan elektroshock
adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi shock listrik dalam
jiwa yang tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya. ECT
pertama kali diperkenalkan oleh 2 orang neurologist Italia Ugo Cerlitti dan
2. Pengkajian
faktor
Setiap
isi
pengkajian meliputi :
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
c. Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
3. Faktor predisposisi
korban perkosaan ,
dan keluhan
5. Aspek Psikososial
Konsep diri
a. Citra tubuh :
mengungkapkan ketakutan.
b. Identitas diri
c. Peran
d. Ideal diri
e. Harga diri
6. Status Mental
hidup.
pakaian.
8. Mekanisme Koping
9. Aspek Medik
ECT,
psikososial
dengan
keluarga atau masyarakat karena merasa takut, tidak berguna dll.
a. Isolasi Sosial
c. Halusinasi
a. Isolasi sosial
dan keluarga.
(latih 2 kegiatan)
orang
pada
keluarga
kegiatan harian.
klien.
pasien
isolasi social
melatih berkenalan
tangga
up
isolasi social
pasien
LAPORAN KASUS
3.1. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur :30 tahun
Informan : keluarga
diajak kenalan dengan orang lain dan tidak tau mulai dari
1. Pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu :
( ) ya,
( ) tidak
2. Pengobatan sebelumnya :
( ) berhasil ( ) kurang berhasil ( ) tidak berhasil
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? ( ) ya ( )
tidak
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
(perceraian/perpisahan/konflik dsb)
Tidak pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan
PEMERIKSAAN FISIK
IV. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Ket:
;laki-laki
:perempuan
: klien
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri : klien mengeluh kakinya sakit dan sulit untuk
bersosialisasi
rumah
tetangga
3. Hubungan Sosial
lingkungan klien
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien mengatakan jika dia beraga islam, dan
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan : ( ) tidak rapi
( ) penggunaan pakaian tidak sesuai
( ) cara berpakaian tidak seperti biasanya
( ) gelisah ( ) agitasi
( ) Tik ()
grimasen ( ) tremor (
) kompulsif
Jelaskan Klien tampak lesu :
pada saat diajak
bicara, namun
kadang tampak
tegang jika
menyinggung
masa lalunya
Jelaskan
7. Persepsi
( ) Pendengaran ( ) Penglihatan ( )
( ) pikiran magis
( ) Bingung ()
Fobia
( ) Hipokondria
Disorientasi : ( ) Waktu ( ) Tempat ( ) Orang
Jelaskan
jelaskan
konsentrasi dan
berhitung :
( ) Mudah beralih
( ) Tidak
mampu
berkonsentrasi
( ) Tidak mamapu
berhitung
sederhana
3. Kemampuan Penilaian : ( ) Gangguan ringan
( ) Gangguan Bermakna
Jelaskan:
4. Pemeliharaan Kesehatan :
Perawatan lanjut : ( ) ya ( ) tidak Perawatan
pendukung ( ) ya
( ) tidak
5. Kegiatan didalam rumah :
Mal adaptif
( ) Minum alkohol
( ) Reaksi lambat/ berlebihan ( ) Bekerja
berlebihan ( ) Menghindari
Jelaskan; jika diajak berdiskusi atau meminta sesuatu reaksi klien
sangat lambat :
orang lain, dan juga merasa malu untuk bertemu dengan orang lain.
menggunakan narkoba.
ttiga tahun merantau klien pulang, karena sudah ada tanda dan
gejala dari
gangguan jiwa, dimana klien sering marah marah dan berkelahi
semenjak dari sana klien mengeluh kakinya sakit, karena ada latihan
fisik. Dan jika klien marah marah makan kaki klien dipasung,
ASPEK MEDIS
Diagnosa medic :skyzoprenia
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
Keluarga mengatakan
mengajak klien untuk
berinteraksi dengan
tetangga sekitar, tetapi
klien tetap tidak mau dan
mengatakan ia merasa
malu bertemu dengan
orang.
Keluarga mengatakan
sering dikamar sendiri
dan melamun, ia malas
melakukan kegiatan yang
ada dirumahnya.
DO:
POHON MASALAH
Efek
. DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Isolasasi Sosial
1. Isolasi Sosial
INTERVENSI KEPERAWATAN
SP 2 Pasien
1. Evaluasi kegiatan meminta tolong
jika menginginkan sesuatu
2. Latih cara berbicara saat
melakukan kegiatan (latih 2
kegiatan)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk meminta tolong dalam
melakukan pekerjaan rumah
terhadap anggota keluarga
Sp 3 pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan meminta
tolong kepada anggota keluarga
dan Beri pujian
2. Latih cara berbicara saat
melakukan kegiatan harian
3. Masukkan kedalam jadwal
kegiatan harian untuk latihan
memberikan pujian kepada
keluarga yang sudah memberikan
pertolongan
Sp 4 pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan meminta
tolong Beri pujian
2. Latih memuji: memberikan pujian
kepada anggota keluarag yang
sudah memberikan pertolongan
3. Masukkan kedalam jadwal
kegiatan harian memberkan pujian
setelah diberikan pertolongan
Sp keluarga
Sp 1 keluarga
1. Diskusikan masalah yang
dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian tanda dan
gejala dan proses terjadinya
isolasi social
3. Jelaskan cara merawat isolasi
social
4. Latih 2 cara merawat dengan
berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian
5. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberi pujian
Sp 2 keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat atau melatih klien
berbicara dan meminta tolong
jika ingin melakukan sesuatu dan
Beri pujian
2. Jelaskan kegiatan rumah tangga
yang dapat melibatkan klien
berbicara (makan, sholat
bersama)
3. Latih cara membimbing klien
berbicara
4. Anjurkan membantu klien
mengatur jadwal
Sp 3 keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat klien dengan cara
meminta tolong dan berbicara
saat melakukan kegiatan harian
dan rumah tangga.
2. Jelaskan cara melatih klien untuk
memberikan pujian kepada
anggota keluarga yangsudah
memberikan pertolongan
3. Latih keluarga mengajak klien
mengikuti kegiatan social seperti
belanja
4. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan beri pujian
Sp 4 keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat klien dengan cara
berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian,
meminta tolonng dan
memebrikan pujian kepada
keluarga yang sudah
memberikan pertolongan
2. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwaldan beri pujian.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
A. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Purba, dkk, 2008).
B. Saran
Sebagai seorang perawat kita harus bisa melakukan intervensi pada pasien ODGJ dengan berbagai masalahnya dengan intervensi yang
tepat.Begitu juga dengan permasalahan fisiologis, kita juga harus melakukan intervensi atau terapi pada pasien ODGJ
DAFAR
PUSTAKA
Pustaka
Ratumbuysang Manado
Medan.