Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP DIRI:HARGA DIRI

RENDAH SITUASIONAL PADA PASIEN TB PARU


Dosen Pengampu : Ns. Madepan mulia.,Mkep.,Sp.Kep.J

Disusun oleh :

Nama:priselia maharani
Kelas:2b
Nim :1926084

STIKES PANCA BHAKTI BANDAR LAMPUNG


PRODI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “makalah harga diri
endah situasional”,Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk kepentingan
proses belajar, Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala
kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan
untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan di masa mendatang,Semoga dengan adanya
tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................2
1.3 Tujuan Studi Kasus ......................................................................................................2
1.4 Manfaat Studi Kasus ....................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertiani....................................................................................................................3
BAB III TINJAUAN KASUS
2.1 Alasan masuk................................................................................................................8
2.2Faktor predisposisi ........................................................................................................8
2.3 Faktor Presipitasi .........................................................................................................9
2.4. Pemeriksaan fisik........................................................................................................10
2.5 Status mental................................................................................................................12
2.6 Kebutuhan persiapan pulang ......................................................................................12
2.7 Mekanisme kopinh .....................................................................................................13
2.8 Aspek medis ...............................................................................................................13
2.9 Pemeriksaan fisik ........................................................................................................13
2.10.Analisis data .............................................................................................................13
2.11Rencana keperawatan ................................................................................................15
2.12 Implementasi keperawatan .......................................................................................17
2,13 Evaluasi.....................................................................................................................19
BAB 4 SCRIPT
4.1 Roleplay/komunikasi ..................................................................................................20
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................22
5.2 Saran ...........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.2. LATAR BELAKANG

Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan dirinya lebih rendah
dibandingkan orang lain yang berpikir tentang hal negatif diri sendiri sebagai individu yang
gagal, tidak mampu dan tidak berprestasi (Keliat, 2010). Fitria (2009) juga menyebutkan, harga
diri rendah merupakan kondisi seseorang dimana ia merasa bahwa dirinya tidak diterima
dilingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya. Harga diri rendah dapat dibagi
menjadi dua yaitu, harga diri rendah situasional dan harga diri rendah kronik.Harga diri rendah
situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif
mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian.Apabila dari
harga diri rendah situasional tidak ditangani segera, maka lama kelamaan dapat menjadi harga
diri rendah kronik. Semakin rendah harga diri seseorang akan lebih berisiko terkena gangguan
kepribadian. Pada beberapa penelitian mengaitkan rendahnya harga diri dengan adanya
kecemasan social.

Masalah harga diri rendah perlu mendapatkan penanganan yang tepat karena jika tidak hal ini
dapat menyebabkan timbulnya masalah psikologis yang lebih serius.Selain dapat mengalami
masalah psikososial berupa harga diri situasional akibat kondisi kesehatannya yang menurun
juga dapat mengalami masalah kecemasan akibat merasakan ketidaknyamanan, kekhawatiran
atau ketakutan terkait kondisi kesehatannya. Perawat dalam 4 memberikan keperawatan terhadap
masalah harga diri situasional penderita TB paru akan sangat bermanfaat untuk mencegah
terjadinya masalah psikologis yang lebih berat. Hal ini perlu dilakukan rencana dan tindakan
keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kembali harga diri klien sehingga klien dapat
mencapai tingkat aktualisasi diri yang maksimal dan menyadari potensi yang dimilikinya.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis membuat rumusan masalah yaitu
“Bagaimanakah gambaran harga diri rendah situasional pada usia dewasa?

1.3 Tujuan

Tujuan umum Menggambarkan tentang gambaran harga diri situasional pada orang dewasa

1.4 Manfaat

1.Masyarakat Memberikan dukungan kepada penderita harga diri rendah situasional

. 2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan Menambah keluasan ilmu dan
teknologi terapan bidang keperawatan dan mengembangkan keilmuan terkait konsep diri pada
penderita HDR situasional

. 3. Penulis Memperoleh pengalaman, menambah pengetahuan dan wawasan dalam


mengaplikasian riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang konsep diri:harga diri rendah
situasional

2
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian harga diri rendah

Keliat B.A mendefinisikan harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Fajariyah, 2012) Harga diri rendah adalah semua pemikiran, kepercayaan dan
keyakinan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain. Harga diri terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas
dunia (Stuart,2006) Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
( Townsend, 2001 ). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Adanya perasaan

hilang percaya diri, merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal
diri (Keliat, 2001). Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung. Dapat disimpulkan harga diri rendah adalah kurangnya rasa percaya diri
sendiri yang dapat mengakibatkan pada perasaan negatif pada diri sendiri, kemampuan diri dan
orang lain. Yang mengakibatkan kurangnya komunikasi pada orang lain.

2.2 Komponen Konsep Diri

Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan kenyakinan yang diketahui tentang dirinya
dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Fajariyah, 2012). Ciri
konsep diri menurut Fajariyah (2012) terdiri dari konsep diri yang positif, gambaran diri yang
tepat dan positif, ideal diri yang realitis, harga diri yang tinggi, penampilan diri yang
memuaskan, dan identitas yang jelas. Konsep diri terdiri dari citra tubuh (body image), ideal diri

3
(self-ideal), harga diri (self-esteem), peran (self-role), dan identitas diri (self-identity) (Suliswati,
2004)

. a) Citra tubuh Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak
disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi
penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring
dengan persepsi dan pengalamanpengalaman baru. Citra tubuh harus realitis karena semakin
dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu akan lebih bebas dan merasa aman dari
kecemasan. Individu yang menerima tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri tinggi
daripada individu yang tidak menyukai tubuhnya (Suliswati, 2004).

b) Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaiman ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan
standart pribadi. Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri, akan mewujudkan cita-cita atau
penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial dimasyarakat tempat individu tersebut
melahirkan penyesuaian diri (Suliswati, 2004).

c) Harga diri

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa
seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang
berasal dari penerimaan diri sendiri

3. Rentang Respon Konsep Diri Respon adaptif Respon maladaptif Akualisasi konsep Harga diri
Keracunan Depersonalisasi diri diri positif rendah identitas Gambar 1.1 Rentang Respon Konsep
Diri Rendah Sumber : (Fajariyah, 2012) Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu
terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif
(Fajariyah, 2012).

a) Akualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata yang
sukses diterima.

b) Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.

4
c) Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri maladaptif.

d) Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial dan
kepribadian dewasa yang harmonis.

e) Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realitis terhadap diri sendiri yang berhubungan
dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
(Fajariyah, 2012)

2.3 Etiologi

Penyebab terjadi harga diri rendah adalah :

a) Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.

b) Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan
dan tidak diterima.

c) Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau pergaulan

d) Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya. (Yosep, 2009)

2.4 Manifestasi klinis Perilaku yang berhubungan dengan gangguan harga diri rendah didapatkan
dari data subjektif dan objektif yaitu : 1) Mengkritik diri sendiri ataupun orang lain. 2) Merasa
diri tidak mampu dan tidak layak. 3) Merasa bersalah. 4) Mudah marah dan tersinggung 5)
Perasaan negatif terhadap dirinya sendiri. 6) Ketegangan peran. 7) Pandangan hidup psimis. 8)
Keluhan fisik. 9) Pandangan hidup bertentangan. 10) Penolakan terhadap kemampuan pribadi
dekstrutif terhadap diri sendiri. 11) Menarik diri secara sosial dan menarik diri secara realistis.
(Suliswati, 2005)

5
2.5Penatalaksanaan Menurut Eko, 2014 terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :

1) Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat
dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua
(atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,
Thoridazine HCL, dan Haloperridol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone,
Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan Ariprprazole.

2) Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi engan orang lain,
pasien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri lagi karena
jika pasien menarik diri dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama.

3) Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah pengobatan untuk menimbulkan
kejang granmall secara artifical dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi listrik 5-5 joule/ detik.

4) Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia dan kekurangan pasien.
Teknik perilaku menggunakan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan
sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal.Terapi aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi
realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

5) Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri rendah menurut Kaplan & Saddock,
2010 mengatakan, tindakan keperawatan yang dibutuhkan pada pasien dengan harga diri rendah
adalah terapi kognitif, terapi interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi keluarga. Tindakan
keperawatan pada pasien dengan harga diri 25 rendah bisa secara individu, terapi keluarga,
kelompok dan penanganan dikomunikasi baik generalis keperawatan lanjutan. Terapi untuk
pasien dengan harga diri rendah yang efisian untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam

6
berinteraksi dengan orang lain, sosial, dan lingkungannya yaitu dengan menerapkan terapi
kognitif pada pasien dengan harga diri rendah.

2.6 Intervensi keperawatan untuk Harga Diri Rendah Strategi pelaksanaan konsep : Harga Diri Rendah
Tabel 1.1 Intervensi Keperawatan Harga Diri Rend

pasien Keluarga
SPIP SPIK
1.Bina hubungan saling percaya 1.Mendiskusikan masalah yang
2.Mengidentifikasi kemampuan 2.dirasakan keluarga dalam
dan aspek positif yang dimiliki merawat pasien
pasien 3.Menjelaskan pengertian harga
3.Membantu pasien menilai diri rendah, tanda dan gejala,
kemampuan pasien yang masih serta proses terjadinya harga
dapat digunakan diri rendah
4.Membantu pasien memilih 4.Menjelaskan cara merawat
kegiatan yang akan dilatih pasien denga harga diri rendah
sesuai dengan kemampuan
pasien
5.Melatih pasien sesuai
kemampuan yang dipilih
6.Memberikan pujian yang wajar
tehadap keberhasilan pasien
Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal

BAB 3

7
KASUS

Ruang rawat: Dahlia


Tanggal dirawat: 1 Juli 2020
Identitas
Nama : Tn. M
Umur : 57thn
Pendidikan :SMP
Pekerjaan : Tukang kayu
Agama : Islam
Alamat : jln Yos Sudarso
Nomor Register : 340576
DX medis : TB paru

3.1Alasan Masuk
Pasien datang ke RSDS dengan keluhan sesak nafas, lemas batuk disertai dahak 1 Minggu
sebelum masuk rumah sakit
3.2 Faktor Predisposisi
1. Biologis
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi dan
DM, Pasien juga mempunyai riwayat penyakit menular Yaitu TB paru dan pernah
menjalani pengobatan TB dirumah sakit permata Medika, selama 9 bulan dan dinyatakan
sembuh pada tahun 2012, pasien mempunyai riwayat meroko, pasien mengatakan tidak
ada trauma fisik seperti kecelakaan, penganiayaan Atua lainnya, sebelumnya Pasie
pernah dirawat rumah sakit dengan penyakit yang sama yaitu TB paru
2. Psikologis
Pasien dirumah tidak ada gangguan komunikasi dengan keluarga maupun
Tetangga, saat pengkajian pasien terlihat sedih, lesu, cemas ketika sesak dan batuk,

8
pasien Tampak menjawab seperlunya saja, pembicaraan lirih dan pelan, Pasien
mengatakan ia sakit seperti ini karena kecapean bekerja diluar Jawa, selama pasien sakit
tidak bisa bekerja, merasa putus asa dan hanya bisa berbaring di rumah sakit, Pasien juga
merasa bersalah karena dulu sering merokok dan kalau dibilangi berhenti tidak
didengarkan, merasa bahwa penyakit yang dialaminya sangat menggangu dirinya, Pasien
merasa malu jika mempunyai penyakit paru ini yang dapat menular, jika batuk pasien
juga malu jika berinteraksi didepan orang lain karena harus jaga jarak, dilingkungan
keluarga pasien, berperan sebagai kepala rumah tangga dan dapat memberikan nafkah
untuk istri nya, selama sakit pasien merasa tidak bisa melanjutkan perannya akibat situasi
atau kondisi
3. Sosial budaya
Pasien berusia 57 tahun berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan
SMP, biaya untuk berobat pasien dibantu oleh anak-anaknya yang sudah bekerja karena
pasien selama sakit tidak dapat bekerja dan penghasilan kurang mencukupi biaya untuk
berobat, sehingga pasien merasa sangat terganggu dengan kondisi saat ini karena harus
berhenti bekerja, pandangan lingkungan terhadap dirinya yakni agar cepat sembuh,
namun Pasien merasa malu jika berinteraksi dengan orang lain karena harus jaga jarak,
pasien selalu sakit merasa terisolasi, pasien beragam Islam jarang melaksanakan sholat 5
waktu, pasien berperan sebagai masyarakat biasa

3.3. Faktor Presipitasi


Saat pengkajian pasien mengatakan lemas, sesak nafas, batuk, disertai dahak, dahak kadang Sulit
dikeluarkan, demam tidak nafsu makan, dan kepala sering pusing, pasien merasa tidak berdaya,
tidak mampu, dan putus asa, akibat kondisi saat ini, pasien hanya bisa berbaring ditempat tidur
dan merepotkan orang lain, merasa sedih malu terhadap penyakitnya yang menular, pasien
mengatakan selama sakit berat badan menurun dan akibatnya Pasien merasa cepat lelah jika
untuk melakukan aktivitas pasien mengalami gangguan tidur akibat sesak dan batuk paseien
tampak lesu, jika ditnya menjawab seperlunya saja pasien tidak suka jika membicarakan
penyakitnya.

3.4. Pemeriksaan Fisik

9
Keadaan umum pasien seilang kesadaran, composmentis,pasien tampak memakai O²
1. Tanda vital
TD : 158/70 mmHg
N : 98 x/mnt
RR : 28 x/mnt
BB : 62 kg
TB : 165 cm
S :38,3 derajat Celcius

2. Pemeriksaan fisik
Mata : Simestris, konjungtiva anemia, sklera anikterik, jika untuk melihat jarak
jauh terlihat buram
Mulut : bibir kering, gigi agak kuning, lidah pucat, mulut tidak ada lesi/sariawan
Paru-paru : tidak ada luka, terlihat retaksi dinding dada tak sama adanya penurunan
fokal fremitus, terhadap akumulasi cairan dirongga dada sebelah kanan
terdengar koneksi
Ekstremitas : tidak ada edema, terpasang infus Ncl 20 tpm, terlihat ada luka dikaki kiri,
kaki terasa pegal-pegal, akral hangat

4.1.1 Psikososial
Genogram

Keterangan:

10
: Laki-laki : Orang yang terdekat

: Perempuan : Klien

: Meninggal

Pengkajian psikososial
1. Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya, kadang kurang percaya
diri karena mudah lelah/ capek, jika batuknya kambuh merasa tidak berdaya dan
mampu melakukan aktivitas
b. Identitas diri
Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 57 tahun beragam Islam dan bekerja
sebagai tukang kayu, namun sekarang dengan kondisi saat ini merasa sangat
terganggu karena tidak bisa melakukan pekerjaannya pasien mempunyai riwayat
meroko
c. Peran diri
Pasien didalam keluarga menyatakan sebagai kepala keluarga, merasa kurang
sempurna karena sakit sakitan, sehingga tidak bisa menjalankan perannya dengan
baik, dimasyarakat berperan sebagai masyarakat biasa, namun Pasien kadang merasa
malu jika mengobrol dengan orang lain harus jaga jarak karena batuk, sehingga
membuatnya tidak nyaman.
d. Ideal diri
Harapan terhadap kesehatan supaya cepat sembuh, bisa bekerja agar ada
pemasukan buat keluarga, bisa mengikuti kegiatan dilingkungan masyarakat dan
tidak merasa berbeda dengan orang lain karena penyakitnya.
e. Harga diri
Pasien mengatakan ada rasa malu dengan kondisi saat ini mempunyai penyakit
paru yang menular merasa sangat terganggu karena harus berhenti bekerja merasa
tidak bisa menjalankan perannya, merasa tidak mampu tidak berguna, dan putus asa
merasa mudah lelah/capek jika melakukan aktivitasmerasa bersalah karena dulu itu

11
suka merokok dan jika dibilangi tidak mendengarkan jika sesak dan batuk merasa
cemas, merasa malu jika ngobrol dengan orang lain harus jaga jarak karena batuk,
serasa sedih merepotkan orang lain.

2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Menurut klien orang yang sangat berarti dalam hidupnya adalah istri dan anak-
anaknya.
b. Peran serta dalam kelompok atau masyarakat
Klien mengatakan tidak pernah ikut dalam kegiatan kelompok dalam lingkungan
masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan bahwa klien adalah mempunyai penyakit menular jika
mengobrol dengan orang lain harus jaga jarak.
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam dan percaya bahwa Tuhan, surga dan neraka ada.
b. Kegiatan beribadah
Selama sakit, klien tidak pernah menjalankan sholat 5 waktu.

3.5. Status Mental


Pasien terlihat lesu kontak mata kurang saat diajak ngobrol, penampilan rapih, dan berpakaian
sesuai, pasien berbicara lirih, pelan, Pasien merasa lemas tidak berdaya, jika batuk dan sesak
merasa lemas kesadaran composmentis.

3,6. Kebutuhan persiapan pulang


Pasien setelah dirawat dirumah sakit, pasien harus menjalani pengobatan TB Secara rutin dan
menganjurkan pasien minum dan makan obat secara teratur, dirumah pasien bisa berjemur
dibawah sinar matahari agar kuman kuman mati dan aktivitas yang bisa dilakukan yaitu dengan
aktivitas yang tidak menggangu fisik.

12
3..7. Mekanisme koping
Jika ada masalah pasien selalu bercerita dengan keluarga dan jika ada salah satu keluarga yang
tidak sesuai, pasien sebagai kepala keluarga menegurnya, Pasien kadang ngeyel kalau dibilangi
untuk berhenti merokok.

3.8. Aspek medis


Diagnosa medis TB paru
Terapi yang diberikan
-inj ceftriaxone
-inj ronitidine
-infus Nacl- assering 20 tpm
-O2 3LPM
-inj kalnex
-inj paracitamol
Oral : Merformin 3x500mmhg
- abroxol
-obh syr
-curcuma

3..9. Pemeriksaan penunjang


a. Hasil rotgen
Rotgen thorax : hasil: gambaran TB pulmu dextra

3.10 ANALISA DATA


No Data Fokus Masalah Keperawatan etiologi

1. DS : Bersihkan jalan nafas tidak Disfungsi sistem


-pasien mengatakan sesak efektif (D.0001) keluarga
-pasien mengatakan batuk disertai dahak,
dahak sulit dikeluarkan

13
-pasien mengatakan kalau batuk dada terasa
nyeri
-pasien mengatakan pernah menjalani
pengobatan 9 bulan pada tahun 2012
DO :
-TTV : TD:158/70mmhg, N:98x/m,
RR:28x/m, S:38,3 derajat Celcius
-pasien tampak batuk akral hangat
-auskultasi terdengar roncki
-nafas terlihat dangkal terpasang O2 3lpm
-pemerikasaan rotgen terdapat gambaran TB
pulmo Dextra
2. DS : Harga diri rendah Perubahan peran
-pasien mengatakan ada rasa malu dengan situasional (D.0087) sosial
kondisi saat ini mempunyai penyakit paru
yang menular
-pasien mengatakan merasa malu jika
berkomunikasi dengan orang lain harus jaga
jarak, karena batuk, sehingga tidak nyaman
-merasa sedih tidak mampu dan tidak
berdaya dan putus asa karena harus berhenti
bekerja selalu merepotkan orang lain
- merasa bersalah dulu itu suka merokok
-jika sesak pasien merasa lemas
DO :
- pasien tampak menjawab seperlunya saja
-banyak diam cenderung menyembunyikan
tentang penyakitnya dan memilih untuk
menyelamatkan penyakit lainnya, kontak
Mata mudah beralih terlihat bicara pelan
tampak lesu, lemas
-TTV: TD:158/70mmhg, N:98x/m,
S:38,3 derajat Celcius, RR:28x/m

14
A. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Tidak efektif bersihkan jalan nafas
2. Harga diri rendah Situasional

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Difungsi sistem keluarga
- Berubahan peran sosial
3.11. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. M
No. RM :0

No Diagnosa Perencanaan
No
Dx. Keperawatan Tujuan Tindakan
Ketidak efektifan Setelah dilakukan 1. Poisiskan pasien semi
1 1 bersihkan jalan tindakan keperawatan Fowler atau setengah duduk
nafas 3x8jam masalah 2.adanya bunyi nafas
ketidak efektifan tambahan
bersihan jalan nafas 3.ajarakan pasien pengontrol
dapat teratasi dengan batuk efektif
k.h: 4.monitor ttv
1. Batuk berdahak 5.bantu latihan nafas perut
berkurang akan hilang 6.berikan alat bantu nafas
2.irama nafas normal jika perlu
3.frekuensi pernafasan
normal
4.bebas dari suara nafas
tambahan
2 Harga diri rendah Setelah dilakukan 1.Berhubungan saling
Situasional tindakan keperawatan percaya
3x8jam masalah hdrs 2. Mengindentifikasi atau
dapat teratasi dengan mengukur tanda dan gejala

15
Tujuan umum: pasien
•individu/pasien 3. Mendiskusikan
memiliki konsep dari kemampuan positif yang
positif atau harga diri dimiliki dan bisa dilakukan
pasien meningkat Dirs
Rijuan khusus: 4.beri pujian atas
1.pasien dapat keberhasilan dalam
membenci hubungan melakukan kegiatan positif
saling percaya dengan 5. Berikan kesempatan
perawat pasien untuk mencoba
2.pasien dapat kegiatan yang telah
mengindentifikasi tanda ditetapkan
dan gejala hdrs serta 6.beri pendidikan kesehatan
kemampuan positif pada pasien keluarga
yang dimiliki terhadap penyakit yang
3.pasien dapat diderita nya
melakukan kegiatan
sesuai kondisi dan
kemampuan yang
dimiliki
4.pasien dapat
memanfaatkan sistem
pendukung yang ada

3.12
. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn.M
No. RM :0

Tgl/ No
Implementasi Keperawatan Respon
jam Dx

16
06/06/2 1 -Melakukan bina hubungan saling S : Pasien mengatakan merasa
0 percaya lemas
11.00 -melakukan pengkajian dan O: tampak lemas lesu
memeriksa fisik S: pasien mengatakan sesak batuk
-memposiskan semi Fowler disertai dahak sulit dikeluarkan
merasa malu dengan kondisi saat
ini mempunyai penyakit paru
yang menular merasa sedih tidak
berdaya tidak mampu dan putus
asa pasien mengatakan
mempunyai riwayat pengobatan
selama 9bln pada tahun 2012
O: pasien tampak lemas, Ku:
sedang ttv: td: 158/70mmhg
s:38,3derajat Celcius, n:98x/m,
rr:28x/m auskultasi ronchki,
Tampak akral hangat, demam
batuk

11.30 - Melakukan pengukuran tanda dan S: pasien mengatakan adanya


gejala hdrs cobaan yaitu diberi sakit merasa
tidak bisa menjalankan peran
akibat sakit merasa sedih tidak
berdaya putus asa sering
memikirkan penyakit, pasien
mengatakan mengalami gangguan
tidur akibat sesak dan batuk
sering merasa pusing
O: tampak lesu menjawab
seperlunya saja lelah bnyk diam
dan tampak menyembunyikan
penyakit yang dideritanya

12.00 -memotivasi pasien untuk menggali S: pasien mengatakan tidak


kemampuan dan aspek positif yang mampu melakukan pekerjaan

17
dimiliki dan dapat dilakukan Karana kondisi saat ini pasien
dirumah sakit mengatakan bisa menjahit dan
dirmh sempat buka jahitan
O: tampak pesimis mengkritik
negatif diri sendiri
07/06/2 - memposisikan pasien semi Fowler S: pasien mengatakan merasa
02 lebih nyaman
08.00 O: tampak setengah duduk

09.30 -mengajarkan teknik relaksasi dan S: pasien mengatakan mau


kegiatan aspek positif berzikir serta diajarkan teknik relaksasi
berfikir positif nebulizer
-memberikan terapi nebulizer O: tampak koperatif
S:-
O: tampak sesak
11.00 - mengevaluasi perubahan tanda S:
dan gejala hdrs dan mengukur ttv O: tampak lebih rilek sedikit
cemas pembicaraan terbuka, ttv:
td:158/70mmhg, s:38,3derajat
Celcius, rr:28x/m, n:98x/m
08/06/2 - menanyakan perasaan dan kondisi S: pasien mengatakan sudah tidak
0 saat ini sabar ingin cepat pulang pasien
08.00 mengatakan selalu bersyukur atas
kondisi apapun
O: pasien tampak lebih rileks
sikap lebih terbuka
- memberikan injk IV bolus S :-
09.30 - memvalidasi ke aspek positif yang O: obat injk masuk
tidak diajarkan S: pasien mengatakan kadang
- memotivasi keluarga untuk melakukan
mendukung kegiatan pasien selama O: tampak bisa melakukan secara
dirmh mandiri mampu memperaktikkan
kembali
S: keluarga mengatakan akan
menjaga dan membatasi

18
pekerjaan yang terlalu
mengganggu kondisinya
O: tampak koperatif

3.13. Evaluasi
Diagnosa
Harga diri rendah situasional
Evaluasi
S: pasien mengatakan sudah tidak sabar ingin cepat pulang pasien mengatakan tidak apa apa
orang lain tau bahwa saya punya penyakit paru yang penting saya sembuh selalu bersyukur atas
kondisi yang diberikan Allah SWT pasien mengatakan siap menjalani pengobatan TB dan
minum obat secara rutin
O: pasien tampak lebih rileks sudah tidak lesu sikap lebih terbuka mampu mengenal hdrs mampu
melakukan kegiatan yang telah diajarkan tampak koperatif terjadi penurunan tanda dan gejala
hdrs
A: masalah hdrs teratasi
P:-
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
Evaluasi
S: Pasien mengatakan masih sedikit batik namun tidak disertai dahak tidak sesak
O: tampak lebih tenang
A: masalah ketidak efektifan bersihan jalan nafas teratasi
P:-

BAB 4
ROLEPLAY/ KOMUNIKASI
A. Strategi komunikasi
Orientasi
Salam terapeutik:

19
" Assalamu'alaikum pak/Bu perkenalkan saya .... Senang dipanggil .... Saya adalah mahasiswa
stiker panca Bhakti yang bertugas untuk merawat bapak/ibu pada siang hari ini, nama bapak/ibu
siapa? Suka dipanggil apa?
Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak/ibu siang hari ini? Oh bapak/ibu merasa tidak nyaman, malu, merasa
tidak berdaya, lemas?
Kontrak:
" Bagaimana kalau sekarang kita bercakap cakap tentang apa yang bapak/ibu rasakan
sehubungan dengan kondisi bapak/ibu sekaligus cara mengatasi nya? Tidak lama kok, kira kira
waktunya 20menit, tempatnya disini saja ya?
Kerja:
"Apa yang bapak/ibu rasakan sekarang?Ada hal yang bapak/ibu pikirkan terkait kondisi yang
sedang dihadapi?Apakah ada perasaan khawatir? Oh jadi bapak/ibu merasa sering gelisah, sulit
tidur, batuk terus menerus, lemas, merasa malu dengan kondisi bapak/ibu Sekarang, merasa
dijaukan oleh orang orang karena penyakitnya, menurut apa bapak/ibu yakini tentang kondisi
yang Sekarang? "Bagaimana dukungan keluarga atau org terdekat dengan bapak/ibu terkait
dengan kondisi bapak/ibu sekarang? "Bagaimana dengan pembiayaan rumah sakit?Apa
bapak/ibu pernah mengalami perasaan seperti ini sebelumnya? Bagaimana prestasi ibu saat
sekolah?Adakah orang yang sangat berarti buat ibu saat ini?"Suami"?" Keluarga" yg lain?
Bagaimana hubungan ibu dengan teman?Kerabat dekat?Tetangga?
"Apa yg biasanya ibu lakukan kalau perasaan minder itu mulai muncul?Apakah ibu pernah
menyampaikan masalah ini ke orang orang terdekat ibu?Kalau pernah kepada siapa ibu
menceritakan masalah ini?"
"Baiklah ibu, mari kita buat catatan tentang aspek positif yang ibu miliki, bagaimana kalau kita
optimalkan aspek positif yang ibu miliki itu ya bagus Bu, ibu mau mengisi kegiatan dengan
berzikir, kita masukan kegiatan kedalam jadwal ibu yah?

Terminasi
Evaluasi

20
" Gak terasa sudah 20menit kita berbincang ya Bu bagaimana perasaan ibu setelah kita
berbincang bincang? Apakah bermanfaatbagi ibu? Bagus,, coba ibu ceritakan lagi apa yang
sudah kita obrolkan hari ini, ya bagus sekali,,,,"
Tindak lanjut
"Tadi kita sudah memasukkan kegiatan dengan berzikir kedalam jadwal harian ibu "
Kontrak
" Besok kita akan bertemu lagi. Dan kita akan berlatih lagi mengoptimalkan aspek positif yang
lain yang ibu miliki, bagaimana? Kita bertemu pagi hari disini?baiklah saya akan pamit dulu
Sampai ketemu besok pagi ya Bu,,, assalamualaikum"

BAB 5

PENUTUP

5.1 kesimpulan

21
Tuberculosis atau TBC merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Murwani, 2012).Tuberculosis masih menjadi
masalah kesehatan global utama.Hal ini menyebabkan kesehatan yang buruk diantara
jutaan orang setiap tahun dan peringkat kedua penyebab utama kematian dari penyakit
menular diseluruh dunia setelah Human Immunolodeficiency Virus.
5.2 saran
Makalah ini disusun dengan menggunakan pedoman dari berbagai sumber dengan harapan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Makalah dapat bermanfaat lebih baik
apabila pembaca juga menggunakan referensi yang lain sehingga pembaca mengetahui
kelemahan dan kelebihan dari makalah ini dan makalah tersebut dapat menjadi salah satu acuan
untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien krisis dan kecemasan.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/504/1/HAQWA%20BUDI%20MELIANA%20NIM.
%20A01401897.pdf

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358596-TA-Fathra%20Annis%20Nauli.pdf

http://digilib.ukh.ac.id/download.php?id=2262

http://eprints.umpo.ac.id/5092/3/03.%20BAB%202.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=18941

http://eprints.umpo.ac.id/5092/3/03.%20BAB%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai