Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MUSKULOSKELETAL ( RHEUMATOID ASTHRITIS ) PADA LANSIA

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu : Ns. Anton Surya Prasetya, M.Kep., Sp.Kep.J

Kelompok 4 :

1. Almas Akhyani 1926008 8. Muhammad Farhan 1926066


2. priselia Maharani 1926084 9. Ni Wayan novayulia 1926076
3. Rahmanto 1926090 10. Suci Etikawati 1926108
4. Rona Safitri 1926102 11.Meli Santika 1926064
5. Suci Etikawati 1926108 12. Hani Rahma Yuliska 1926046
6. Deva febriyantika 1926026 13. Taufik saputra 1926110
7. Bela agustina 1926018 14. Vita refina putri 1926116
15.Indah Lestari 1926048

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES PANCA BHAKTI
BANDAR LAMPUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas "Keperawatan Gerontik". Sedikit menyinggung
mengenai makalah ini, makalah ini berisi tentang Muskuloskeletal ( Rheumatoid Asthritis )
pada lansia.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang saya peroleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan Muskuloskeletal ( Rheumatoid Asthritis ) pada
lansia. serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Rheumatoid Asthritis.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, 22 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
b. rumusan masalah...................................................................................................4
c. tujuan.....................................................................................................................4
B. manfaat.................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 definisi rheumatoid asthritis...............................................................................5
2.2 faktor resiko rheumatoid arthritis........................................................................5
2.3 tanda dan gejala rheumatoid arthritis..................................................................5
2.4 patofisiologi rheumatoid arthritis........................................................................6
2.5 pemeriksaan Diagnostik rheumatoid arthritis.....................................................7

BAB III Konsep dasar Keperawatan


a. pengkajian...................................................................................................9
b. diagnosa keperawatan utama.........................................................................17
c. rencana keperawatan.....................................................................................17

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain
yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah
satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut
yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian
penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila
otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan
meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut
tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik
ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan
para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda.
Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu:
nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu:
pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau
sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat dengan
meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994)

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi arthritis rheumatoid ?
2. Apa etiologi/faktor resiko arthritis rheumatoid ?
3. Apa patofisiologi arthritis rheumatoid ?
4. apa tanda dan gejala arthritis rheumatoid ?
5. bagaimana pemeriksaan diagnostik pada arthritis rheumatoid ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada arthritis rheumatoid ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi arthritis rheumatoid
2. Untuk mengetahui etiologi/ faktor resiko arthritis rheumatoid
3. Untuk mengetahui patofisiologi arthritis rheumatoid
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala arthritis rheumatoid
5. untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada arthritis rheumatoid
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada arthritis rheumatoid

MANFAAT
1. Sebagai informasi dasar untuk mengenal arthritis rheumatoid
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai arthritis
rheumatoid .

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan
seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

B. Etiologi/Faktor resiko
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa
menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a.Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan factor
Rematoid
b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik
d. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)

C. Tanda Dan Gejala


Gejala Rheumatoid Arthritis
Ada beberapa keluhan pada sendi yang dirasakan oleh penderita, antara lain:
- Nyeri sendi
- Sendi bengkak
- Sendi kemerahan, terasa hangat atau kaku (terutama pada pagi hari atau setelah lama
tidak digerakkan)

5
Keluhan pada sendi ini biasanya berawal dari sendi di kaki, sehingga dapat menimbulkan
keluhan:
Nyeri pada pergelangan kaki saat berjalan di tanjakan.
Nyeri pada tumit dan tulang kering saat berjalan di atas tanah yang tidak rata.
Perubahan bentuk telapak kaki sehingga sulit memakai sepatu, serta bentuk jari kuku dan
kuku kaki.
Selain gejala pada sendi, penderita rheumatoid arthritis juga dapat merasakan gejala di
bagian tubuh yang lain, yaitu pada mata berupa mata kering, serta pada jantung dan paru-
paru berupa nyeri dada.

D. Patofisiologi

6
Pada penyakit Rheumatoid Arthritis terdapat 3 stadium yaitu :

a. Stadium Sinovisis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan
kekakuan.

b. Stadium Destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan
sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

c. Stadium Deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi secara menetap.

E. Pemeriksaan Diagnostik
• Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
• Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
• Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
• LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu
gejala-gejala meningkat.
• Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
• SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
• Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab
AR.
• Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan

7
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
• Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
• Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi
tulang pada sendi
• Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
• Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
Untuk mendiagnosis penyakit arthritis, ada berbagai jenis pemeriksaan yang bisa
dilakukan, di antaranya:

1.Tes Darah
Setelah menanyakan gejala, dokter akan melanjutkan pemeriksaan dengan tes darah.
Tes ini dilakukan untuk mengetahui penyebab radang sendi. Pasalnya, gangguan sendi
ini bisa disebabkan oleh infeksi atau penyakit autoimun.

2.Pemindaian
Selain tes darah, dokter juga akan melakukan pemindaian untuk mengetahui kondisi
tulang dan sendi. Pemindaian yang bisa dilakukan untuk mendeteksi peradangan
adalah USG, CT scan, Rontgen, dan MRI.

3.Analisis Cairan Sendi


Kondisi sendi juga bisa dicek melalui analisis cairan sendi. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui apakah terjadi peradangan atau infeksi pada sendi.

4. Arthrocentesis
Mendeteksi tanda infeksi pada sendi juga bisa dilakukan dengan pemeriksaan yang
disebut dengan arthrocentesis.

8
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,

tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.

a. Keluhan Utama

Biasanya pasien mengeluh nyeri pada bagian persendian dengan skala antara 3-5

(Nursalam, 2008)

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya pasien mengalami:

Nyeri pada sendi,terkadang saendi sampai mengalami pembengkakan dengan sedikit

kemerahan,nyerinya juga bisa mengakibatkan klien merasa tidak nyaman sampai sulit

tidur dan dapat juga mengakibatkan klien mengalami kesulitan bergerak karena

merasa kaku pada persendian dan timbulnya nyeri .

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya klien mengeluh nyeri pada bagian sendi kaki,merasa kaku pada persendian

terutama pada pagi hari.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Rheumatoid Arthritis biasanya bisa terjadi karena ada salah satu orang tua klien yang

mempunyai riwayat Rheumatoid Arthritis sehingga penyakit tersebut dapat di

turunkan

e. Riwayat Nutrisi

Riwayat pemenuhan nutrisi sebelum sakit, meliputi:

9
1) Klien sering mengkonsumsi makanan gorengan

2) Makan yang di masak dengan suhu tinggi

3) Produk susu

4) Alkohol

5) Garam dan pengawet

6) Daging merah

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : klien biasanya masih sadar penuh (composmentis)

b. Berat badan : berat badan klien biasanya tidak mengalami penurunan,bisa mengalami

penurunan jika klien sampai tidak nafsu makan di karenakan rasa nyeri yang di

rasakan membuat tidak nyaman.

3. Pemeriksaan khusus

a. Kulit

- Warna : warna kulit pasien normal

- Tekstur : lembut

- Turgor : turgor kulit pasien kasar

- Sianosis : tidak ada sianosis pada

pasien

- Kebersihan : kulit pasien bersih

b. Kepala

- Bentuk : lonjong dan simetris antara

kanan dan kiri

- Rambut : rambut pasien baik dan normal

10
- Kulit kepala : kulit kepala pasien bersih

- Keluhan kepada kepala : tidak ada keluhan pada

kepala

c. Muka

- Bentuk : bentuk muka pasien simetris

- Keluhan pada muka : tidak ada keluhan-keluhan

di wajah

- Ekspresi pada wajah : wajah pasien tampak

Seperti menahan sakit

d. mata

- Bentuk : bentuk mata pasien bulat

dan simetris antara kanan dan kiri

- Palpebra :palpebra pasien normal,

tidak ada edema

- Konjungtiva :konjungtiva pasien anemis atau ananemis

- Kornea : normal, simetris antara

kakan dan kiri

- Pupil : normal, mengecil saat

terkena cahaya

- Lensa : lensa pasien tampak normal,

jernih

- ketajaman penglihatan : ketajaman penglihatan

11
normal

- Lapangan pandang : lapang pandang pasien luas

- Sklera : sklera pasien tampak

Normal

2) Hidung

- Seputum : tidak terdapat sputum

- Mukosa : mukosa pada hidung pasien

lembab

- Koncha : koncha hidung normal,

tidak dada pembesaran

- Kebersihan : tidak terdapat sputum

- Pengeluaran : tidak ada pengeluaran sputum

- Penciuman : normal

- Pernafasan cuping hidung : tidak ada pernafasan pada

cuping hidung

3) Telinga

- Buntuk : bentuk telinga pasien

simetris antara kanan dan kiri

- Keadaan liang : liang telinga pasien bersih

- Pengeluaran : tidak ada pengeluaran dari

telinga

- Ketajaman pendengaran : ketajaman pendenagran baik

12
4) Mulut dan tenggorokan

- Bentuk bibir :bentuk bibir pasien simetris

antara bawah dan atas

- Mukosa : mukosa pasien normal dan

lembab

- Gusi : gusi pasien normal, tidak

ada edema

- Lidah : lidah pasien bersih, tidak

ada sariawan

- Platum : palatum pasien bersih

normal

- Gigi : gigi pasien normal, tidak

ada bolongan

- Rongaga pharing : rongga pharing pasien

normal

- Tonsil : tidak ada pembesaran tonsil

pada pasien

- Batuk / pengeluaran : tidak ada

5) Leher

- Bentuk : bentuk leher pasien simetris

atau normal

- Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid

13
- Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada pembesaran

kelenjar limfe

- Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk

- Tekanan vena jugularis : tekanan vena jugularis

pasien normal

6) Thorax

- Bentuk dada : bentuk dada pasien simetris

antara kanan dan kiri, tidak ada benjolan

- Payudara : payudara pasien simetris

antara kanan dan kiri

- Taktil fremitus : getran simetris antara kanan

dan kiri

- Suara nafas : suara napas ronkhi

- Irama pernafasan : irama nafas tidak beraturan .

berubah

- Keluhan dengan dada : tidak keluhan

- Bunyi jantung : bunyi terdengar S1 dan S2

7) Abdomen

- Bentuk : normal, tidak ada benjolan

- Ascites : abdomen pasien tidak

ascites

- Meteorimus : pasien tidak mengalami

meteorimus

14
- Spider ngevi :pasien normal

- Turgor : turgor kulit pasien elasrtis

- Pembesaran limfe/hati : tiadak ada pembesaran pada

hati

- Benjolan : tidak ada benjolan pada

abdomen

- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada

abdomen

- Nyeri lepas : tidak ada nyeri lepas pada

abdomen

- Suara bising usus : suara bising usus pasien 12

x/menit

8) Bagian belakang tubuh

- Bentuk tulang belakang : bentuk tulang belakang

pasien normal

- Kelainan tulang belakang : tidak ada keluahn pada

tulang belakang

- Perkusi ginjal : pasien tidak merasa sakit

saat di ketuk

9) Ingual, genetalia, anus

- Masa/ benjolan : tidak ada benjolan pada

pasien

- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan

15
- Pemasangan kateter : pasien tidak terpasang kateter

- Keluhan pada genetalia : tidak terasa nyeri saat BAK

- Batu pada skotum : tidak di temukan batu pada

skotum

- Hemoroid : pasien tidak mengalami

hemoroid

- Astesia ani : pasien tidak mengalami

antesia ani

10) Ekstermitas ( atas, bawah, kiri, kanan.)

- Udem : mengalami udem pada bagian persendian

pasien

- Sianosis : tidak ada sianosis pada

pasien

- CRT : crt kurang dari 2 detik

- Tremor : tidak tremor pada

ekstermitas

- Clubbing finger : pasien tidak clubbing finger

- Uji kekuatan otot :5555 555

5555 5555

- Nyeri pergerakan : mengalami nyeri pada bagian yang terkena

rheumathoid artritis

- Refleks : replek gerak pasien baik

- Penggunaan alat : tidak menggunakan alat bantu jalan

16
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada lansia dengan muskuloskeletal


( rheumatoid asthritis menurut Standar Diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) , adalah
sebagai berikut:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan Kondisi Muskuloskeletal kronis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan gejala penyakit

C. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


.

1. Nyeri kronis Setelah di lakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238)


berhubungan dengan keperawatan di harapkan tingkat
kondisi nyeri klien dapat berkurang Tindakan :
muskuloskeletal dengan kriteria hasil :
kronis. 1. keluhan nyeri menurun 5 1. identifikasi skla nyeri
2. ketegangan otot menurun 5
3. gelisah menurun 5 2.identifikasi lokasi,
4. kesulitan tidur menurun 5 karakteristik,durasi,frekuensi,
5. kemampuan menuntaskan kualitas, intensitas nyeri.
aktivitas meningkat 5
3. berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

4. fasilitasi istirahat dan tidur


5. anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
6. ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.

17
2. Manajemen Energi ( I.05178)
Intoleransi Aktivitas Setelah di lakukan asuhan
berhubungan dengan keperawatan di harapkan Tindakan :
kelemahan keluhan lelah klien dapat 1. identifikasi gangguan fungsi
teratasi dengan kriteria hasil : tubuh yang mengakibatkan
1. kemudahan dalam melakukan kelelahan.
aktivitas sehari hari meningkat 2. monitor kelelahan fisik dan
5 emosional
2. kecepatan berjalan meningkat 3. fasilitasi duduk di sisi
5 tempat tidur jika tidak dapat
3. kekuatan tubuh bagian atas berpindah atau berjalan
meningkat 5 4. anjurkan strategi koping
4. kekuatan tubuh bagian bawah untuk mengurangi
meningkat 5 kelelahan.
5. keluhan lelah menurun 5 5. monitor lokasi dan ketidak
6. warna kulit membaik 5 nyamanan selama
7. perasaan lemah menurun 5 melakukan aktivitas.

3.

18
Terapi Relaksasi ( I.09326)
Gangguan rasa nyaman Setelah di lakukan asuhan
berhubungan dengan keperawatan di harapkan rasa Tindakan :
gejala penyakit. nyaman klien dapat membaik
dengan kriteria hasil : 1. periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan
1. kesejahteraan fisik meningkat darah, dan suhu.
5
2. identifikasi teknik relaksasi
2. keluhan tidak nyaman yang pernah efektif
menurun 5 digunakan.

3. gelisah menurun 5 3. gunakan pakaian longgar.

4. lelah menurun 5 4. anjurkan rileks dan


merasakan sensasi relaksasi.
5. merintih menurun 5
5. anjurkan mengambil posisi
6. postur tubuh membaik 5 nyaman.

7. pola tidur membaik 5

19
BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,
deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban.
Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis pada lutut dan sendi, sedang pria
lebih sering terkena osteoartritis pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada pria
dan wanita, tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak wanita dari
pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/155333079/makalah-atritis-reumatoid-pada-lansia
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,
Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.
Standar diagnosis keperawatan indonesia (SDKI)
Standar intervensi keperawatan indonesia ( SIKI)
Standar luaran keperawatan indonesia ( SLKI)

21

Anda mungkin juga menyukai