Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH

OLEH :

KELOMPOK 5

1. FEBRIANTY KADRIAN P201701073


2. YUNI FINARIA P201701077
3. YUNI ASRI LESTARI P201701067
4. ARTIKA P201701075
5. WA ODE FITRI NAITA P201701089

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA

KENDARI

2019

ii
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penyusun panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan karunia-Nya jualah penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang
berjudul “Harga Diri Rendah” guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 2.

Penyusun sangat menyadari, bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan
maupun masalah, untuk itu kepada para pembaca harap memaklumi mengingat penyusunlah
yang masih banyak kekurangan. Dalam kesempatan ini pula penyusun mengharapkan
kesediaan pembaca untuk memberikan saran yang bersifat membangun yang dapat
menyempurnakan makalah ini dan dapat bermanfaat dimasa yang akan datang.

Ucapan terima kasih kami hanturkan kepada dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa 2
dan teman-teman yang telah nerkontribusi dalam pembuatan makalah ini, semoga atas
kebaikannya dapat diberi Rahmat oleh Allah SWT, Amin.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi wawasan, khususnya bagi para
penyusun dan umumnya bagi para pembaca.

Kendari, 19 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................1

C. Tujuan Makalah .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................3

KONSEP MEDIS...............................................................................................................3

A. Definisi ....................................................................................................................3

B. Etiologi ....................................................................................................................3

C. Manifestasi Klinis ....................................................................................................5


D. Komplikasi ..............................................................................................................5

ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................................................... 6

A. Pengkajian ...............................................................................................................6
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................................ 8

C. Rencana Tindakan Keperawatan .............................................................................11

D. Implementasi ...........................................................................................................15

E. Evaluasi ...................................................................................................................16

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................17

A. Kesimpulan ..............................................................................................................17

B. Saran ........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik,
mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Menurut UU
Kesehatan RI No. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis .
sakit adalah ketidak seimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah
sistem biologis dan kondisi penyesuaian. Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat
emosional psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang
memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan
emosional (Videbeck, 2008). Gangguan jiwa didefinisikan sebagai suatu sindrom atau
perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan
adanya distres (misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih
area fungsi yang penting) (Videbeck, 2008).
Di zaman modern ini, globalisasi terjadi di berbagai bidang. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Selain berbagai kemudahan, pada zaman
modern ini juga memberikan banyak stresor bagi masayarakat. Stresor dapat
memengaruhi keadaan jiwa seseorang salah satunya harga diri rendah. Harga diri
rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan
diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).
Harga diri seseorang sangat dipengaruhi oleh individu itu sendiri, lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat dan beberapa pengalaman individu. Seseorang yang
memiliki koping yang baik, maka ia akan mampu mempertahankan atau meningkatkan
harga dirinya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalh dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi tentang harga diri rendah ?

ii
2. Apa saja etiologi dari harga diri rendah ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari harga diri rendah ?
4. Apa komplikasi dari harga diri rendah ?
5. Bagaimana pengkjian tentang harga diri rendah ?
6. Apa saja diagnosa keperawatan tentang harga diri rendah ?
7. Bagaimana rencana tindakan keperawatan tentang harga diri rendah ?
8. Bagaimana implementasi pada harga diri rendah ?
9. Bagaimana evaluasi pada harga diri rendah ?

C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan makalah berdasarkan rumusan masalah antara lain sebagai
berikut :
1. Mengetahui definisi tentang harga diri rendah
2. Mengetahui etiologi dari harga diri rendah
3. Mengetahui manifestasi klinis dari harga diri rendah
4. Mengetahui komplikasi dari harga diri rendah
5. Mengetahui pengkajian tentang harga diri rendah
6. Mengetahui diagnosa keperawatan tentang harga diri rendah
7. Mengetahui rencana tindakan keperawatan tentang harga diri rendah
8. Mengetahui implementasi pada harga diri rendah
9. Mengetahui evaluasi pada harga diri rendah

ii
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 1998).
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart & Sudeen, 1998).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
(Keliat, 2006).
Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai
hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan
dengan realitas dunia (Stuart & Gail, 2006). Harga diri rendah adalah penilaian
individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai
perilaku dirinya dengan ideal diri. (Gail. W. Stuart, 2007)
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis,
tidak ada harapan dan putus asa (Depkes RI, 2000).

B. Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya sistem pendukung,
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi
sistem keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, 2005).
Menurut Yosep, 2009 penyebab terjadi harga diri rendah adalah :
1. Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberikan pujian atas
keberhasilannya.
2. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak
diberi kesempatan dan tidak diterima.
ii
3. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau pergaulan
4. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan
menuntut lebih dari kemampuannya.
Penyebab terjadinya harga diri rendah antara lain :
1. Faktor predisposisi (Stuart & Sudden, 1998)
a. Penolakan orang tua
b. Harapan orang tua yang tidak realistis
c. Kegagalan yang berulang kali
d. Kurang mempunyai tanggung jawab personal
e. Ketergantungan pada orang lain
f. Ideal diri tidak realistis
2. Faktor presipitasi (Stuart & Sudeen, 1998)
a. Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor
dari luar individu (eksternal or internal sources)
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami frustasi. Ada 3 jenis transisi
peran :
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk penyesuaian diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
angota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh
kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan
fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.
c. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan.

ii
C. Manifestasi Klinis
Menurut Keliat (1999) tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien harga
diri rendah adalah :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan kurang percaya
diri.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, individu yang selalu gagal dalam meraih
sesuatu.
3. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada dibawah orang
lain.
4. Gangguan berhubungan sosial seperti menarik diri, lebih suka menyendiri dan
tidak ingin bertemu orang lain.
5. Rasa percaya diri kurang, merasa tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki.
6. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu dalam memilih
sesuatu.
7. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan.
8. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
9. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
10. Ketegangan peran yang dirasakan.
11. Pandangan hidup pesimis.
12. Keluhan fisik.
13. Penolakan terhadap kemampuan personal.
14. Destruktif terhadap diri sendiri.
15. Menarik diri secara sosial.
16. Penyalahgunaan zat.
17. Menarik diri dari realitas.
18. Khawatir.

D. Komplikasi
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial. Isolasi sosial
merupakan gangguan kepribadian yang tidak flexible pada tingkah laku yang
maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.

ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH

A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian
terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data
yang dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi
Ana, 1998 : 3 )
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa,
nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No
RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk rumah sakit
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah
sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah ini.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan
fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan
criminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami
gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh
b. Gambaran diri

ii
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,
reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang
disukai.
c. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status
dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan
yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
d. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang
terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat
perubahan tersebut.
e. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan
klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya.
f. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien
dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai
harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan,
penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan orang lain.
g. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang
biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok /
masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam
berinteraksi dengan orang lain.
h. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan.

ii
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan pasien
yang mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang
menunjang. (Stuart & Sundeen, 1998 : 41)
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko
tinggi. (Marilyn E. Doenges, 1999 : 8 )
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan adalah
suatu cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien
serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi mencakup respon adaptif
maupun maladaptif serta stresor yang menunjang.
Diagnosa keperawatan yang mungkin untuk masalah gangguan konsep diri :
harga diri rendah adalah :
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Definisi
Suatu kondisi dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif
mengalami perasan negatif mengenai dirinya dalam berespon.
b. Batasan karakteristik
1) Mayor
a) Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon
terhadap kejadian kehidupan pada seorang individu dengan evaluasi
diri positif sebelumnya.
b) Pengungkapan perasaan negatif, mengenai diri ( ketidak berdayaan,
kegunaan )
2) Minor
a) Pengungkapan diri yang negatif
b) Ekpresi malu
c) Evaluasi diri sebagai tidak mampu menangani situasi-situasi /
kejadian
d) Kesukaran mengambil keputusan Gelisah
e) Pengabaian diri

ii
2. Isolasi diri : menarik diri
a. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya (Keliat, 2011).
b. Batasan karakteristik
1) Mayor
Kejadian yang berulang atau berkala dari penilaian diri yang negatif
dalam berespon terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara positif
menyatakan perasaan negatif tentang dirinya (putus asa, tidak
berguna).
2) Minor
a) Pernyataan negatif atas dirinya
b) Mengekspresikan rasa malu, bersalah.
c) Penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa / situasi
d) Kesulitan membuat keputusan
e) Mengabaikan diri (tidak peduli pada diri sendiri)
f) Mengisolasi diri

3. Gangguan citra tubuh


a. Definisi
Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko untuk menglami
gangguan dalam cara penerapan citra diri seseorang.
b. Batasan karakteristik
1) Mayor
Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktual atau
dalam struktur dan / atau fungsi (misal malu, keadaan yang
memalukan, bersalah, reaksi mendadak)
2) Minor
a) Tidak terlihat pada bagian tubuh
b) Tidak menyentuh bgian tubuh
c) Bersembunyi atau memanjakan bagian tubuhsecara berlebihan

ii
d) Perubahan dalam keterlibatan sosial
e) Perasaan terhadap bagian tubuh, perasaan ketidak berdayaan,
keputusasaan, tidak ada kekuatan, kerentanan
f) Larut dalam perubahan atau kehilangan
g) Penolakan untuk membuktikan perubahan aktual
h) Depersonalisasi bagian tubuh atau kehilangan
i) Tingkah laku merusak diri (misal mutilasi, usahah bunuh diri,
makan berlebihan, kurang makan)
( Carpenito. L.J, 2001:348)

ii
C. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan
DX keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
1. Isolasi sosial : TUM : Setelah ... kali pertemuan / lebih a. Beri salam atau panggil nama sebutkan
menarik diri Klien dapat berhubungan hubungan saling percaya dapat dibina nama perawat sambil berjabat tangan
berhubungan dengan orang lain secara : b. Jelaskan maksud hubungan interaksi
dengan (b.d) optimal a. Ekspresi wajah yang bersahabat c. Jelaskan kontrak yang harus dibuat
harga diri TUK 1 : b. Hubungan terapeutik dapat d. Beri rasa aman dan sikap empati
rendah Klien dapat membina terealisasi dengan menunjukan e. Lakukan kontak singkat tapi sering
hubungan saling percaya rasa senang
c. Ada kontak mata
d. klien mau berjabat tangan
e. Klien mau menjawab salam
f. Klien mau mengungkapkan
perasaannya.
g. Klien mau bercerita mengenai
masalah yang dihadapinya.
TUK 2 : Setelah ... kali pertemuan, klien dapat a. Diskusikan kemampuan dan aspek
Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif positif yang dimiliki klien

ii
mengidentifikasi klien, keluarga dan kemampuan yang b. Hindari memberi penilaian negatif,
kemampuan dan aspek dimiliki klien utamakan memberi pujian yang realistis
positif yang dimiliki
TUK 3 : Setelah ... kali pertemuan, klien a. Diskusikan dengan klien kemampuan
Klien dapat menilai menilai kemampuan yang digunakan yang digunakan
kemampuan yang minimal 3 kemampuan / kegiatan. b. Diskusikan kemampuan yang dapat
digunakan dilanjutkan.
TUK 4 : Setelah ... kali pertemuan, klien a. Rencana bersama klien aktivitas yang
Klien dapat menetapkan membuat rencana kegiatan dapat dilakukan setiap hari sesuai
(merencanakan) kegiatan kemampuan
sesuai dengan b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki toleransi
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan
yang dapat dilakukan sesuai kemampuan
TUK 5 : Setelah 1 kali pertemuan, klien a. Beri kesempatan untuk melakukan
Klien dapat melaku-kan melakukan sesuai kondisi sakit dan kegiatan sesuai rencana
kegiatan sesuai dengan kemampuanya b. Beri pujian atas keberhasilan klien
kondisi sakit dan melakukan tindakan
kemampuannya c. Diskusikan kemampuan pelaksanaan
kegiatan di rumah
TUK 6 Setelah dua kali interaksi klien a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga

ii
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang tantang cara merawat lien dengan harga
memanfaatkan sistem ada di keluarga diri rendah
pendukung yang ada. b. Bantu keluarga memberikan dukungan
selama klien di rumah
2. Kurang TUM : Setelah ... kali interaksi klien Bina hubungan saling percaya dengan
motivasi Klien dapat mearawat menunjukkan tanda-tanda percaya menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
perawatan diri dirinya sendiri kepada perawat : :
b.d defisit TUK 1 : a. Ekspresi wajah bersahabat a. Sapa klien dengan ramah baik verbal
perawtan diri Klien dapat membina b. Ada kontak mata maupun non verbal
hubungan saling percaya c. Mau menyebutkan nama b. Perkenalkan nama, nama panggilan dan
d. Mau menjawab salam tujuan perawat berkenalan
e. Mau duduk berdampingan dengan c. Tanyakan nama lengkap dan
perawat namapanggilan yang disukai klien
f. Bersedia mengungkapkan masalah d. Buat kontrak yang jelas
yang dihadapi e. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji
setiap kali interaksi
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima
apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
h. Tanyakan perasaan klien dan masalah

ii
yang dihadapi klien
i. Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
TUK 2 : Dalam tiga kali pertemuan klien dapat Diskusikan dengan klien:
Klien mengetahui menyebutkan: a. Penyebab klien tidak merawat diri
pentingnya perawatan diri a. Penyebab tidak merawat diri b. Manfaat menjaga pearawatan diri untuk
b. Manfaat menjaga pearawatan diri keadaan fisik, mental, dan sosial
c. Tanda-tanda bersih dan rapih c. Tanda-tanda perawatan diri yang baik
d. Gangguan yang dialami jika d. Penyait atau gangguan keseahatan yang
perawatan diri tidak diperhatikan dialami oleh klien jika perawatan diri tidak
adekuat

ii
D. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan
klien. Petunjuk dalam implementasi :
1. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana.
2. Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan
efisien dalam situasi yang tepat.
3. Dokumentasi intrvensi dan respon klien.
(Keliat, Budi Anna. 1998 : 15)
Dalam pelaksanaan implementasi, penulis menggunakan langkah-langkah komunikasi
terapeutik yang terdiri dari :
1. Fase Pra Interaksi
Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat
mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan
kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung
jawabkan.
2. Fase Perkenalan
Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal yang perlu dikaji
adalah alasan klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya
rasa percaya antara perawat dengan klien.
3. Fase Orientasi
a) Memberi salam terapeutik
b) Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung
diagnosa keperawatan.
c) Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan tempat dan serta
mengingatkan kontrak sebelumnya.
4. Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan
pelaksanaan perencanaan yang sudah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Pada fase ini perawat mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong
perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan
dan perbuatan klien.

ii
5. Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim
terapeutik yang sudah terbina dan berada dalam tingkat optimal. Fase terminasi
terbagi menjadi :
a) Terminasi sementara
Adalah terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan klien.
b) Terminasi akhir
 Mengevaluasi respon klien setelah tindakan keperawatan.
 Merencanakan tindak lanjut.
 Mengeksplorasi perasaan klien.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari
perencanaan tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui
hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil
tindakan yang telah dilakukan.
2. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan
tujuan yang dilakukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A: Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah tetap
atau muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien.

ii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).
Dalam melakukan perawatan jiwa sangat penting sekali membina hubungan
saling percaya dan juga membutuhkan kolaborasi yang baik dengan tenaga medis
(dokter dan perawat), keluarga dan juga lingkungan (tenaga dan masyarakat)
terapeutik, agar semua maksud dan tujuan klien dirawat maupun perawat yang
merawat tercapai.

B. Saran
Dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan, pengetahuan dan
pemahaman tentang asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar
harga diri rendah, penulis menekankan pentingnya mengatasi atau mengurangi
masalah harga diri rendah yang bisa terjadi pada klien dapat terpenuhi dengan baik.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2001. Diagnosa Keperawatan; Buku Saku. Edisi 6. Alih Bahasa : Monica,

Ester. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan RI. 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan

Keperawatan.Jakarta: Depkes RI

Keliat, B. A. 998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, B. A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna, Wiyono, Akemat Pawiro dan Susanti, Herni. 2011. Manajemen Kasus

Gangguan Jiwa CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC

Keliat, B. A. 2006. Proses Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Stuart, GW & Sudeen, SJ. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Stuart, Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Alih Bahasa Akhir Yani S.

Jakarta: EGC

Towsend, B.A. 2005. Keperawatan dengan Gangguan Harga Diri. Trans Info Medika

Towsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri.

Edisi 3. Jakarta: EGC

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

ii
ii

Anda mungkin juga menyukai