Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah subhanallah Wa ta’ala karena atas
berkatnya makalah batuk rejan ini dapat teraselesaikan dengan lancar. Meskipun banyak
kekurangan baik dari sisi, sistematika maupun cara penyajiannya

Ucapan teimakasih kami ucapkan kepada ibu Anisa Purnama Sari S.KEP.,NS.,M.KEP
selaku dosen pembombing keperawatan anak II ini

Kami berharap makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang
batuk rejan semoga dapat bermamfaat bagi si pembaca khususnya bagi kami sendiri.

Kendari, 3 februari 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar blakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan masakalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Pngertian
B. Etiologi
C. Manefestasi klinis
D. Patofisiologi
E. Diannosa keperawatan
F. Peatalaksanaan
G. Komplikasi
H. Pencegahan

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar belakang

Pertusis atau “batuk rejan” batuk 100 hari merupakan salah satu penyakit
menular saluran pernafasan yang sudah di ketahui adanya sejak tahun 1500-
apenyebab tersering dari pertusis adalah bakteri gram (-) bordetela pertusis
Di seluruh dunia insiden pertusis banyak di dadapatkan pada bayi dan anak
kurang dari 5 tahun. Meskipun anak yang lebih besar dua orang dewasa masih
mungkin terinfeksi oleh B. Pertusis. Insiden terutama di dapatkan pada bayi atau anak
yang belum di imunisasi
Dahulu pertusis adalah penyakit yang sangat epidemic karena menyerang
bukan hanya negara negara berkembang namun juga beberapa bagian dari negara
negara maju. Namun detelah di lakukan vaksinasi untuk pertusis angka kematian
dapat di tekan, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
pertusisdi harapkan tidak di temukan lagi, meskipun ada kasusnya namun tidak
signifikan.
Dengan mendiagnosa secara dini kasus pertusis, dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, manefestasi klinis, foto roentgen, dan pemeriksaan penunjang lainya,
diharapkan para klinis mampu mampu memberikan penanganan yang tepat dan cepat
sehingga derajat penyakit pertusis tidak menimbulkan komplikasi yang lebih lanju.

B. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manefestasi klinis, diagnosis,
penatalaksanaan, pencegahan, dan komplikasi.

C. Mamfaat penulisan
Penulisan makalah ini di harapkan dapat menambah pengetahuan mengenai penyakit
pertusis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Pertusis adalah infeksi pernafasan akut yang di uraikan dengan baik pada tahun 1500.
Prevalensi di seluruh dunia sekarang berkurang hanya karena imunisasi aktif.
Penyakit ini di tandai oleh suatu sondrom yang terdiri dari batuk yang sangat
spasmodik dan paroksimal di sertai nada yang meninggi, karena penderita berupaya
keras untuk menarik nafas sehingga pada akhir batuk sering di sertai bunyi yang khas
( Whoop), sehingga penyakit ini di sebut whoping cough
Pertusis ( batuk rejan ) di sebut juga whping cough, russis quintal, violent cought dan
di cin di sebut batuk seratus hari
Pertusis masih merupakanpenyebab terbesar kesakitan dan kematian pada anak,
terutama di negara berkembang. WHO memperkirakan lebih kurang 600.000
kematian di sebabkan pertusis setiap tahunnya terutam pada bayi yang tidak di
imunisasi. Dengan kemajuan perkembangan antibiotik dan program imunisasi maka
mortalitas dan mordalitas penyakit mulai menurun

B. Etiologi
Penyeban pertusis adalah bordetella pertusis atau haemoephilus pertusis, adenovirus
tipe 1, 2, 3, dan 5 dapat di temukan dalam traktus respiratorius, traktus gastroinetinalis
dan traktur urinarius bordotella pertusis ini mengakibatkn suatu bronchitis akut,
khusus pada bayi dan anak anak kecil yang di tandai dengan batuk paoksimal berulan
dan stridor inspiratori memnjang. “batuk rejan”
Spesis boedella memiliki kesamaan dengan tingkat hemologo DNA yang tinggi pada
gen virulen dan ada kontrovesi apakah cukup ada perbedadaan untuk menjamin
klasifikasi sebagai spesies berbeda. Hanya bordella pertusis yang mengeluarkan
toksin pertusis. ( TP ), protein viruen yang utama. Pertolongan serologis tergantung
pada aglutinogen klabil panas. Dari 14 aglutinogen, 6 adalah apesifik untuk B.
Pertusis.

C. Patofisiologi
Bordetella pertusis setelah di tularkan melalui sekresi udara pernafasan kemudian
melekat pada silia epitel saluran pernafasan. Mekanisme patogenesis infeksi oleh
bordetella pertusis terjadi melalui 4 tingkatan yaitu perlekatan, perlawanan terhadap
mekanisme pertahanan penjamu, kerusakan lokal dan akhirnya timbul penyakit
sistemik.
Toksin terpenting yang dapat menyebabkan penyakit di sebabkan karena pertusis
toksin. Toksin pertusis mempunyai 2 sub unit yaitu A dan B. Toksin sub unit B
selanjutnya berkaitan dengan reseptor sel target kemudian menghasilan subunit A
yang aktif pada daerah akifitas enzim membran sel. EfeK LPF menghambat migrasi
limfosit dan makrofak ke daerah infeksi
D. Manefiestasi klinis
Masa inkubasi pertusis 6-20 hari, rata rata hari, sedangkan perjalanan penyakit ini
berlansung antara 6 – 8 minggu atau lenih. Gejala timbul dalam waktu 7-10 hari
setelah terinfeksi, bakrteri menginfeksi lapisan tenggorokan trakea dan saluran udara
sehingga pembekuan lendir semakin banyak. Pada awalnya lendir encer
tetapikemudian menjadi kental, dan lengket.

E. Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis di nyatakan identitas, keluhan utama serta gejalaklinis lainya,
faktor resiko, riwayat keluarga, rieayat penyakit dahulu, dan riwayat imunisasi
2. Pemeriksaan fisik
Gejala klinis di dapatkan pda pemeriksaan fisik tergabtung dari stadium saat
pasien di periksa
3. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan leokosit 20,000-50,000/ UI dengan
limfosit absolut khas pada akhir stadium kataral selama stadium proksimal

F. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah mambatasi jumblah proksimal untuk mengamati keparhan
batuk, memi bantuan bila perlu, dan memaksimalkan nutrisi, istirahat, dan
penyembuhan tanpa sekude. Tujuan rawat inap spesifik, tebatas adalah untuk
memulai kemajuan penyakit da memungkinkan kejadian mengancam jiwa pada
puncak penyakit, mencegah atau mengobati komplikasi, dan mendidik orang tua pada
riwayat alamiah penyakit dan perawatan yang akan di berikan di rumah. Untuk
kebanyakan bayi yang tanpa komplikasi, keadaan ini di sempurnakan dalam 42-72
jam.

G. Komplikasi
a. Komplikasi yang terjadi terutama pada sistem respirasi dan saraf pusat
b. Pnemonia komplikasi paling sering terjadi pada 90% kematan pada anak anak B,
pertusis sendri tanpa lebih sering karena bakteri.
c. TBC laten dapat juga aktif.
d. Atelektasis dapat timbul sekunder oleh karena adanya sumbatan yang kental.
e. Panas tinggi sering menandakan adanya infeksi sekunder oleh bakteria
f. Sering terjadi otitis medis yang sering di sebabkan S. Pnemonia.

H. Pencegahan
1. Imunisasi aktif dosis 12 unit protektif vaksin pertusis dalam 3 dodis yang
seimbang dengan jarak 8 minggu.
2. Kontak dengan penderita
Eritromisin efektif untuk pencegahan pertusis pada bayi-bayi baru lahir dan ibu
ibu dengan pertusis . eritromisin 50 mg/kg BB/ hari di bagi dalam 4 dosis peroral
selama 14 hari.
BAB III

PENUTUP

Pertusis (Batuk rejan) di sebut juga whoping cough adalah batuk yang sangat berat
atau batuk yang intensif, merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang dapat
menyerang semua orang yang rentan sperti anak anakl yang belu di imunisasi dan orang
dewasa dengan kekebalan menurun

Pertusis meruapakan salah satu penyakit yang paling menular dan dapat menimbulkan
attack rate 80-100% dan lebih dari setemha juta meninggal selama masa prevaksin tahun
1922-1948. Pertusis adalah penyebab utama kematian dari dari penyakit menilar di bawah 14
tahun di amerika serikat. Di laporkan jga bahwa 50 persen adalah bayi kurang dari setahun,75
persen adalah anak kurang dari 5 tahun

Penyebab pertusis adalah Burdella pertusis atauhaemophehilus pertusisadenovirus


tipe 1, 2, 3 dan 5 dapat di temukan dala raktus respiratorius tratus gastrointertinalis dan
traktus urinalis. Bordella pertusis menyebabkan suatu bronchitis akut khususnya pada bayi
dan anak kecilyang di tandai dengan batuk proksimal berulang dan stridor memanjang,
“batuk rejan”.

A. KESIMPULAN

Masa inkubasi pertusis 6-20 hari rata rata 7 hari sedangkan perjalanan penyakit ini
berlansung antara 6-8 minggu atau lebih. Gajala muncul dakam waktu 7-10 hari setelah
terinfeksi. Bakteri mengingfeksi batang tenggorokantrakea dan saluran udara sehingga
pembentukan lendir semakin banyak. Perkembangan penyakit melalui 3 tahapan yaitu
kataral, proksimal, dan konvaleson. Pada tahapan proksimal mulai timbul dalm waktu 10-
14 hari setelah timbulnya gejala awal 5- 15 kali batuk di ikuti dengan menghirup nafas
dalam dengan tinggi.

B. SARAN
Bagi mahasiswa dan perawat di harapkan mengetahui sepenuhnya mengenai
pengertian patofisiologi batuk rejan manefestasi klinis dari batuk rejan batuk rejan
serta pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. S.Long sarah(2000). Pertusisi. Ilmukesehatan anak Nelson voll II jakarta: EGC. 181:
960-965.
2. Garna, harry, pertusis. Zhali M.S dkk (1993. Ilmu kesehatan anak penyakit infeksit
tropik. Bandung indonesia: fk unpad : 80-86
3. Law barbara J. ( 1998) pertusisis kengdig’s Disorder of respiratory tractin children.
WB. Saulders. 6 th edition piladephia , USA chapter 62. H :1018-1023
4. Heininger, U 2010. Update on pertusis in chidren. Ekspert review of anti infertive
therapiy 8 (2) : 163- 73.
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

ANAK KRONIS

OLEH :

NAMA :ARTIKA

NIM : P201701075

KELAS : J2 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2020

Anda mungkin juga menyukai