Disusun Oleh :
Kelompok 2
DINDA YUNISEL (1911311032)
ROTUA LASTRI MANURUNG (1911311035)
SITI MASITAH (1911311041)
SUCI AJENG SAFITRI (1911311047)
FERAWATI (1911311050)
LUTFIANA FAJRI (1911312002)
AISYAH PURNAMA SARI (1911312008)
MOEDIS CHINTIA RIDANI (1911312011)
Kelas : A2 2019
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Harga Diri Rendah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah keperawatan jiwa II ini.Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu, selaku pembimbing mata
kuliah Keperawatan Jiwa II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................1
1.3 Tujuan penulisan..............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Harga Diri Rendah...............................................................3
2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis....................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................23
3.2 Saran..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan indikator sehat jiwa meliputi sikap yang positif terhadap
diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri,
memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan,
klien gangguan jiwa seringkali tidak produktif dimasyarakat, bahkan cenderung merugikan
masyarakat misalnya (cleptomany), malas (abulia), atau perilaku deviasi sosial lain seperti
pemakaian zat adiktif (Iyus Yosep, 2014)
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respons
terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai
evaluasi diri yang positif (NANDA 2005 dalam Wahyuni 2017). Perkembangan harga diri
dapat mengarah pada harga diri yang tinggi atau rendah. Perkembangan harga diri yang
positif dapat membuat klien memiliki harga diri rendah yang tinggi, sedangkan jika
perkembangan diri yang negatif dapat membuat klien memiliki harga diri yang rendah.
Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut
lebih dari kemampuannya (NANDA, 2015). Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi
bisa beradaptasi dengan lingkungan secara aktif, Sedangkan individu yang memiliki harga
diri rendah akan cenderung untuk mempersepsikan lingkungannya negatif dan sangat
mengancam bagi dirinya (Iyus Yosep, 2016).
Apabila seorang klien memiliki masalah dan tidak dapat menyelesaikannya serta
lingkungan justru menyalahkan maka akan cenderung mengalami harga diri rendah kronis
(Direja, 2011). Apabila dalam situasi ini individu tidak bisa menyelesaikan masalahnya,
maka dampak dari harga diri rendah ini akan mengalami gangguan interaksi sosial,
perubahan persepsi sensori : halusinasi, serta dapat menyebabkan individu berresiko tinggi
perilaku kekerasan.
Harga Diri Rendah sebenarnya dapat dicegah dengan cara sejak kecil diajarkan untuk
berani berkomunikasi. Apabila seseorang telah mengalami harga diri rendah, peningkatan
harga diri rendah dilakukan dengan cara membantu klien menumbuhkan, mengembangkan,
dan menyadari potensil sambil mencari kompensasi ketidakmampuan agar klien mengerti
dirinya secara tepat. Untuk meningkatkan harga diri juga dapat dilakukan dengan cara
membina hubungan saling percaya, memberi kegiatan sesuai dengan kemampuan klien,
meningkatkan
1
kontak dengan orang lain, mendorong klien mengungkapkan pikiran dan perasaanna serta
membantu melihat prestasi, kemampuan, dan harapan klien (NANDA, 2015).
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak
sopan, harapan
4
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai. (Makhripah &
Iskandar, 2012).
b. Kronik Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu
sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini
dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada
pasien gangguan jiwa. (Makhripah & Iskandar, 2012).
Harga diri rendah adalah penilaian subjektif individu terhadap dirinya, perasaan sadar
atau tidak sadar dan persepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh
(kusumawati 2010). Menurut Stuart (2013) harga diri rendah dibedakan menjadi dua
yaitu :
2. Etiologi
Menurut Stuart Gail (2007) :
a) Faktor predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan idealdiri yang tidak realistis
2. Faktor yang mempengaruhi peran
Dimasyarakat umumnya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang
mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang
5
sensitif, kurang hangat, kurang ekspresif dibandimg wanita. Sesuai
dengan
6
standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya
maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial.
Misal: seorang istri yang berperan sebagai kepala rumah tangga atau
seorang suami yang mengerjakan pekerjaan rumah, akan menimbulkan
masalah. Konflik peran dan peran tidak sesuai muncul dari faktor biologis
dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran yang berlebihan
muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah peran
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan
struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan
anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan
dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Kontrol orang tua
yang berat pada anak remaja akan menimbilkan perasaan benci pada
orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada
identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, dan diakui oleh
kelompoknya.
4. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja
hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih
dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
b) Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang
dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stresor
dapat mempengaruhi komponen.
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal:
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan
2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:
Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
7
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat
ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh,
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri
yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.
Harga diri rendah dibagi menjadi 2 yaitu: harga diri rendah situasional dan harga diri
rendah kronik. Menurut (SDKI, 2017) tanda dan gejala harga diri rendah situasional
1.) Subjektif
8
2) Merasa malu atau bersalah
2) Objektif
3) Berjalan menunduk
Menurut (SDKI, 2017) tanda dan gejala harga diri rendah situasional
1) Subjektif
a) Sulit berkosentrasi
2) Objektif
c) Pasif
Menurut (SDKI, 2017) tanda dan gejala harga diri rendah kronis
1) Subjektif
9
d) Meremehkan kemampuanmengatasi masalah
2) Objektif
b) Berjalan menunduk
1) Subjektif
b) Sulit tidur
c) Mengungkapkan keputusaan
2) Objektif
d) Pasif
10
5. Kondisi Pasien Harga Diri Rendah
1) Cedera traumatis
2) Penyakit degeneratif
3) Gangguan prilaku
4) Penyalahgunaan zat
5) Demensia
6) Gangguan mood
7) Gangguan perkembangan
8) Gangguan mental
11) Pengalaman tidak menyenangkan Selain data di atas, dapat juga Mengamati
penampilan seseorang dengan harga diri rendah, terlihat dari kurang
memperhatikan perawatan diri berpakaian tidak rapi, selera makan kurang, tidak
berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan
suara nada lemah.
11
6. Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahan koping jangka pendek atau jangka panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan ( Stuart & Gail, 2007 ).
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis indentitas diri
(misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )
Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya, ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau genk )
Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik,
kontes untuk mendapatkan popularitas )
Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas
diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya, penyalahgunaan
obat )
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi
diri individu.
Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat
7. Sumber koping
Semua orang tanpa memperhatikan gangguan prilakunya, mempunyai
beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi : Aktifitas olah raga dan aktifitas
diluar rumah, hobi dan kerajinan tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan
perwatan diri, pendidikan atau pelatihan, pekerjaan, vokasi atau posisi, bakat
tertentu, kecerdasan, imajinasi dan kreatifitas, hubungan interpersonal. ( Stuart &
Gail,2007 )
8. Penatalaksaan medis
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah
kronis adalah :
12
a. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga diri
rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal
13
terus menerus. Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang dapat
digunakan adalah:
Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan memberikan
informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.
CT Scan, untk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.
Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), melihat wilayah
otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan perubahan-
perubahan aliran darah yang terjadi.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI), suatu tehnik radiologi dengan menggunakan
magnet, gelombang radio dan komputer untuk mendapatkan gambaran struktur tubuh
atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh
atau otak.
Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang dapat digunakan:
Positron Emission Tomography (PET)
Transcranial Magnetic Stimulations (TMS)
14
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal dalam mencapai keinginan(Herman, 2011). Gangguan harga diri dapat dijabarkan
sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, yang menjadikan hilangnya rasa
percaya diri seseorang karena merasa tidak mampu dalam mencapai keinginan (Fitria,
2009).
Menurut Fitria (2009),harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
Etiologi harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
1) Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
15
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
16
sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada
klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam
tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh
kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep, 2007).
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
17
3) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa
rendah diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya
diri.
2. Faktor Prespitasi
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga
merasa rendah diri.
TIDAK EFEKTIF
TRAUMATIK TUMBUH KEMBANG
18
Individu yang kurang mengerti akan arti tujuan hidup akan gagal
menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung
pada orang
19
tua dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari kebebasan
mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi
tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri sendiri, sehingga ideal diri yang
ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah kronis adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti,pola
asuh yang tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan
dengan saudara. Kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak
tercapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka
disfungsional dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping
yang tidak konstruktif atau kopingnya maladaptive. Resiko yang dapat terjadi
pada individu dengan gangguan harga diri rendah adalah isolasi sosial : menarik
diri karena adanya perasaan malu kalau kekurangannya diketahui oleh orang lain.
(Stuart dan Sundeen 2006).
Konsep diri positif merupakan individu yang mempunyai pengalaman
positif dalam beraktivitas diri, tanda dan gejala yang diungkapkan dengan
mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya dan mengungkapkan keinginan
yang tinggi. Tanda-tanda individu yang memilki konsep diri yang positif adalah :
Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang ini mempunyai rasa
percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang
dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri,tidak
sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
mengilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak
20
untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima lingkungannya.
Konsep diri negatif ditandai dengan masalah sosial dan ketidakmampuan
untuk melakukan dengan penyesuaian diri. (Stuart dan Sundeen 2006) .
D. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau
jangka panjang serta penggunaan mekanisme. Pertahanan ego untuk melindungi
diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri sendiri yang menyakitkan.
E. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan
sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi:
1. Psikofarmaka berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang
21
hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat
yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL
(psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati
kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone
(untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik).
2. Psikoterapi Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia
tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama.
3. Terapi Modalitas Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan
untuk skizofrenia yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien.
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
a. Pengkajian
1. Faktor predisposisi
Terjadinya gangguan konsep harga diri rendah kronis juga
dipengaruhibeberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis,
sosial dankultural.
a. Faktor biologis, biasanya karna ada kondisi sakit fisik yang
dapatmempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula
berdampakpada keseimbangan neurotransmiter di otak contoh kadar
22
serotonin yangmenurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi
dan pada pasiendepresi kecendrungan harga diri rendah kronis semakin
besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran pikiran negatif dan tidak
berdaya.
2. Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang
dihadapi individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah.
Situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya.
Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan
kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak tepat
misalnya: terlalu dilarang, dituntut, persaingan dengan saudara, kesalahan dan
kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat di capai, gagal tanggung
jawab terhadap diri sendiri (Stuart dan sundeen,1991).
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal sebagai
berikut:
23
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
24
dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
Ada tigajenistransisiperan:
a. Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai- nilai
serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangny aanggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh perubahan fisik
yang berhubungan tumbuh kembang normal dan prosedur medis dan
keperawatan (Stuart,1998).
b. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehata
klien, kemapuan klien unuk menegelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan
hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainya. Data fokus adalah data
tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatanya serta hal- hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap
klien (Potter & Perry 2005).
engumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menetukan masalah-masalah, serta kebutuhan
keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap
awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data
dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien.
Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, merencanakn asuhan keperawatan, serta tindakan keperwatan untuk
mengatasi masalah-masalah klien. pengumpulan data dimulai sejak pengkajian
ulang untuk menambah/melengkapi data (Prasetyo, 2010).
Tujuan pengumpulan data studi kasus dalam Penulisan Tulisan Ilmiah ini
antra lain sebagai berikut :
25
1. Memperoleh informasi tentang kesehatan klien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan
kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup
persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya.
Misalnya : tentang nyeri, perasaan lemah ketakutan, kecemasan, frustasi,
mual, peasaan malu (Potter dan Perry, 2005).
2. Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur , dapat diperoleh menggunakan pabca
indera (lihat, dengar, cium dan raba) selama pemeriksaa fisik . Misalnya :
Frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan tingkat kesadaraan
(Potter dan Perry, 2005).Sedangkan data yang diperoleh pada pengkajian
yang dilakukan Tn. H sebagai berikut :
a. Data objektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri.
b. Data subjektif
Pasien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh atau tidak tahu
apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri
c. Rumusan Masalah
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
d. Perencanaan
Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanan dimana
26
perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi
masalahnya, perencanaan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan (Yosep,
2009).
1. Tindakan keperawatan untuk klien harga diri rendah yaitu :
a. Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:
1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
b. Tindakan keperawatan
1) Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut perawat dapat :
a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih
dapatdigunakan
b) Bantu klien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan klien
c) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang
aktif.
2. Tindakan keperawatan pada pasien Isolasi sosial yaitu :
a. Membina hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
2) Berkenalan dengan klien. perkenalan nama panggilan yang saudara
sukai, tanyakan nama dan nama panggilan klien
3) Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini
4) Buat kontrak asuhan keperawatan , mencakup hal – hal apa yang
saudara akan lakukan bersama klien, berapa lama akan dikerjakan
dan dimana tempatnya .
b. Menyadari penyebab isolasi sosial
1) Tanyakan siapa saja orang yang satu rumah dengan klien
2) Tanyakan siapa orang yang dekat dengan klien dan apa sebabnya
3) Tanyakan setiap orang yang tidak dekat dengan klien dan apa
sebabnya.
27
c. Mengetahui keuntungan dan kerugiaan berinteraksi dengan orang lain
1) Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain
2) Tanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain
3) Diskusikan pada klien keuntungan bila klien memilki banyak teman
dan tidak bergaul akrab dengan mereka Jelaskan pengaruh isolasi
sosial terhadap kesehatan fisik klien
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil deskripsi asuhan keperawatan mengenai Asuhan keperawatan Harga
diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan seseorang
dengan harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan perawatan diri,
berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara,
lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah
3.2 Saran
Demikian atas ulasan makalah ini, apabila ada kekeliruan atau ketidakjelasan dalam
makalah ini dapat menghubungi penulis, dan apabila ada kekurangan dari materi ini
diharapkan pembaca dapat membantu dalam memperbaiki makalah ini. Terima kasih
29
DAFTAR PUSTAKA
Febriani. (2008). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC Fitria dan
herman. (2009). Buku Ajar : Proses Keperawatan Jiwa. Edisi 4.
Jakarta:EGC
Intan. (2010). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. A (2010). Buku Ajar : Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC. Potter.P.A
dan Perry, A.G, (2005). BukuAjar : Fundamental Keperawatan.
Purba, J. M (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa.
WHO. (2016). Buku Ajar : Proses Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC Yosep. (2007).
Konsep dasar dan Aplikasi Keperawatan Jiwa.
.
30