Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

“Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Harga Diri Rendah”

Disusun Oleh :
Kelompok 2
DINDA YUNISEL (1911311032)
ROTUA LASTRI MANURUNG (1911311035)
SITI MASITAH (1911311041)
SUCI AJENG SAFITRI (1911311047)
FERAWATI (1911311050)
LUTFIANA FAJRI (1911312002)
AISYAH PURNAMA SARI (1911312008)
MOEDIS CHINTIA RIDANI (1911312011)
Kelas : A2 2019

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Harga Diri Rendah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas  pada mata kuliah keperawatan jiwa II ini.Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu, selaku pembimbing mata
kuliah Keperawatan Jiwa II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 17 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................1
1.3 Tujuan penulisan..............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Harga Diri Rendah...............................................................3
2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis....................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................23
3.2 Saran..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan indikator sehat jiwa meliputi sikap yang positif terhadap
diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri,
memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan,
klien gangguan jiwa seringkali tidak produktif dimasyarakat, bahkan cenderung merugikan
masyarakat misalnya (cleptomany), malas (abulia), atau perilaku deviasi sosial lain seperti
pemakaian zat adiktif (Iyus Yosep, 2014)
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respons
terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai
evaluasi diri yang positif (NANDA 2005 dalam Wahyuni 2017). Perkembangan harga diri
dapat mengarah pada harga diri yang tinggi atau rendah. Perkembangan harga diri yang
positif dapat membuat klien memiliki harga diri rendah yang tinggi, sedangkan jika
perkembangan diri yang negatif dapat membuat klien memiliki harga diri yang rendah.
Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut
lebih dari kemampuannya (NANDA, 2015). Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi
bisa beradaptasi dengan lingkungan secara aktif, Sedangkan individu yang memiliki harga
diri rendah akan cenderung untuk mempersepsikan lingkungannya negatif dan sangat
mengancam bagi dirinya (Iyus Yosep, 2016).
Apabila seorang klien memiliki masalah dan tidak dapat menyelesaikannya serta
lingkungan justru menyalahkan maka akan cenderung mengalami harga diri rendah kronis
(Direja, 2011). Apabila dalam situasi ini individu tidak bisa menyelesaikan masalahnya,
maka dampak dari harga diri rendah ini akan mengalami gangguan interaksi sosial,
perubahan persepsi sensori : halusinasi, serta dapat menyebabkan individu berresiko tinggi
perilaku kekerasan.
Harga Diri Rendah sebenarnya dapat dicegah dengan cara sejak kecil diajarkan untuk
berani berkomunikasi. Apabila seseorang telah mengalami harga diri rendah, peningkatan
harga diri rendah dilakukan dengan cara membantu klien menumbuhkan, mengembangkan,
dan menyadari potensil sambil mencari kompensasi ketidakmampuan agar klien mengerti
dirinya secara tepat. Untuk meningkatkan harga diri juga dapat dilakukan dengan cara
membina hubungan saling percaya, memberi kegiatan sesuai dengan kemampuan klien,
meningkatkan

1
kontak dengan orang lain, mendorong klien mengungkapkan pikiran dan perasaanna serta
membantu melihat prestasi, kemampuan, dan harapan klien (NANDA, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Harga Diri Rendah?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami harga diri rendah?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui apa itu Harga Diri Rendah
2. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami harga diri
rendah

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Penulis
Studi kasus ini dapat menggambarkan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
serta kemampuan penulis, disamping itu dapat memberikan pengalaman dalam asuhan
keperawatan pada klien dengan isolasi sosial
2. Bagi Institusi Pendidikan
Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan wawasan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien dengan harga diri rendah

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep dasar Harga Diri Rendah


1. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah menurut Keliat (2010) adalah kondisi seseorang yang
menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir
adalah hal negatif diri sendiri sebagai individu yanggagal, tidak mampu, dan tidak
berprestasi. Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti,dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri.Gangguan harga diri dapat di jabarkan sebagai perasaan yang
negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, serta merasa gagal mencapai
keinginan (Farida,2011).
Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang mengalami trauma yang
terjadi secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, cerai, putus sekolah,
putus hubungan kerja,perasaan malu karena sesuatu telah terjadi,misalnya
pemerkosaan, dituduh KKN, dipenjara secara tiba-tiba (Fitria, 2013). Menurut
Keliat (2007), harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri dan dirinya gagal mencapai keinginan. Selain itu juga harga
diri rendah adalah evaluasi dari kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan
dalam waktu yang lama (Nanda,2005 dalam Direja 2011).Harga diri rendah adalah
perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima dilingkungan dan gambaran-
gambaran negarif tentang dirinya (Barry 2009).
Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan
harga diri rendah adalah gangguan konsep diri dimana harga diri merasa gagal
mencapai keinginan, perasaan tentang diri yang negatif dan merasa dirinya lebih
rendah dibandingkan orang lain. Gangguan harga diri rendah merupakan masalah
bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang
sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri
sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi
secara :
a. Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien
yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang

3
diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak
sopan, harapan

4
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai. (Makhripah &
Iskandar, 2012).
b. Kronik Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu
sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini
dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada
pasien gangguan jiwa. (Makhripah & Iskandar, 2012).

Harga diri rendah adalah penilaian subjektif individu terhadap dirinya, perasaan sadar
atau tidak sadar dan persepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh
(kusumawati 2010). Menurut Stuart (2013) harga diri rendah dibedakan menjadi dua
yaitu :

a. Harga diri rendah situsional adalah keadaan dimana individu yang


sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai dalam berespon terhadap suatu kejadian ( kehilangan &
perubahan).

b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami


evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu
lama.

2. Etiologi
Menurut Stuart Gail (2007) :
a) Faktor predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan idealdiri yang tidak realistis
2. Faktor yang mempengaruhi peran
Dimasyarakat umumnya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang
mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang

5
sensitif, kurang hangat, kurang ekspresif dibandimg wanita. Sesuai
dengan

6
standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya
maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial.
Misal: seorang istri yang berperan sebagai kepala rumah tangga atau
seorang suami yang mengerjakan pekerjaan rumah, akan menimbulkan
masalah. Konflik peran dan peran tidak sesuai muncul dari faktor biologis
dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran yang berlebihan
muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah peran
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan
struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan
anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan
dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Kontrol orang tua
yang berat pada anak remaja akan menimbilkan perasaan benci pada
orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada
identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, dan diakui oleh
kelompoknya.
4. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja
hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih
dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
b) Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang
dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stresor
dapat mempengaruhi komponen.
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal:
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan
2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:
 Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
7
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
 Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
 Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat
ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh,
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri
yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.

3. Proses Terjadinya Masalah


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu
tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya
bahkan mungkin kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif
untuk mendorong individu menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah kronis
disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh
dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas
sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan
fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan
menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika
lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan
terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri

4. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah

Harga diri rendah dibagi menjadi 2 yaitu: harga diri rendah situasional dan harga diri
rendah kronik. Menurut (SDKI, 2017) tanda dan gejala harga diri rendah situasional

a. Tanda dan gejala mayor

1.) Subjektif

1) Menilai diri negatif (misalnya tidak berguna, tidak tertolong)

8
2) Merasa malu atau bersalah

3) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri

4) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

2) Objektif

1) Berbicara pelan dan lirih

2) Menolak berinteraksi dengan orang lain

3) Berjalan menunduk

4) Postur tubuh menunduk

Menurut (SDKI, 2017) tanda dan gejala harga diri rendah situasional

a. Tanda dan gejala minor

1) Subjektif

a) Sulit berkosentrasi

2) Objektif

a) Kontak mata kurang

b) Lesu dan tidak bergairah

c) Pasif

d) Tidak mampu membuat keputusan

Menurut (SDKI, 2017) tanda dan gejala harga diri rendah kronis

a. Tanda dan gejala mayor

1) Subjektif

a) Menilai diri negatif (misalnya tidak berguna, tidak tertolong)

b) Merasa malu atau bersalah

c) Merasa tidak mampu melakukan apapun

9
d) Meremehkan kemampuanmengatasi masalah

e) Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif

f) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri

g) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

2) Objektif

a) Enggan mencoba hal baru

b) Berjalan menunduk

c) Postur tubuh menunduk

b. Tanda dan gejala minor

1) Subjektif

a) Merasa sulit kosentrasi

b) Sulit tidur

c) Mengungkapkan keputusaan

2) Objektif

a) Kontak mata kurang

b) Lesu dan tidak bergairah

c) Berbicara pelan dan lirih

d) Pasif

e) Perilaku tidak asertif

f) Mencari penguatan secara berlebihan

g) Bergantung pada pendapat orang lain

h) Sulit membuat keputusan

10
5. Kondisi Pasien Harga Diri Rendah

Pasien dengan masalah harga diri rendah:

Menurut Damaiyanti (2012)

1) Mengkritik diri sediri

2) Perasaan tidak mampu

3) Pandangan hidup yang pesimis

4) Penurunan produksi produktivitas

5) Penolakan terhadap kemampuan diri

Menurut (SDKI PPNI, 2017)

1) Cedera traumatis

2) Penyakit degeneratif

3) Gangguan prilaku

4) Penyalahgunaan zat

5) Demensia

6) Gangguan mood

7) Gangguan perkembangan

8) Gangguan mental

9) Kehilangan fungsi tubuh

10) Penyakit kronis

11) Pengalaman tidak menyenangkan Selain data di atas, dapat juga Mengamati
penampilan seseorang dengan harga diri rendah, terlihat dari kurang
memperhatikan perawatan diri berpakaian tidak rapi, selera makan kurang, tidak
berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan
suara nada lemah.

11
6. Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahan koping jangka pendek atau jangka panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan ( Stuart & Gail, 2007 ).
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
 Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis indentitas diri
(misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )
 Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya, ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau genk )
 Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik,
kontes untuk mendapatkan popularitas )
 Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas
diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya, penyalahgunaan
obat )
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
 Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi
diri individu.
 Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat
7. Sumber koping
Semua orang tanpa memperhatikan gangguan prilakunya, mempunyai
beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi : Aktifitas olah raga dan aktifitas
diluar rumah, hobi dan kerajinan tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan
perwatan diri, pendidikan atau pelatihan, pekerjaan, vokasi atau posisi, bakat
tertentu, kecerdasan, imajinasi dan kreatifitas, hubungan interpersonal. ( Stuart &
Gail,2007 )
8. Penatalaksaan medis

Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah
kronis adalah :

12
a. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga diri
rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal

13
terus menerus. Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang dapat
digunakan adalah:
 Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan memberikan
informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.
 CT Scan, untk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.
 Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), melihat wilayah
otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan perubahan-
perubahan aliran darah yang terjadi.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI), suatu tehnik radiologi dengan menggunakan
magnet, gelombang radio dan komputer untuk mendapatkan gambaran struktur tubuh
atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh
atau otak.
Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang dapat digunakan:
 Positron Emission Tomography (PET)
 Transcranial Magnetic Stimulations (TMS)

14
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Defenisi Harga Diri Rendah

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal dalam mencapai keinginan(Herman, 2011). Gangguan harga diri dapat dijabarkan
sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, yang menjadikan hilangnya rasa
percaya diri seseorang karena merasa tidak mampu dalam mencapai keinginan (Fitria,
2009).
Menurut Fitria (2009),harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
Etiologi harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
1) Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :

a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang


sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.

c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya


berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan
tanpa persetujuan.
2) Kronik

15
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum

16
sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada
klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam
tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh
kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep, 2007).

B. Definisi Harga Diri Rendah Kronis


Harga rendah kronis merupakan perasaan over negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang di ekspresikan secara
langsung maupun secara tidak langsung melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai
berat (Stuart dan Sundeen,2002).
Menurut Carpenito, L.J (2010), tanda dan gejala harga diri rendah kronis adalah:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.

3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

C. Faktor Penyebab Harga Diri Rendah


1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan individu yang meliputi :
1) Adanya penolakan dari orang tua.
2) Kurang pujian dan kurangnya pengakuan dari orang tua.

17
3) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa
rendah diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya
diri.
2. Faktor Prespitasi
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga
merasa rendah diri.

b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan


psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan,
penganiayaan fisik, kecelakaan, bencana alam dan perampokan.

RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN


PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK: HALUSINASI

HARGA DIRI RENDAH


KOPING INDIVIDU

TIDAK EFEKTIF
TRAUMATIK TUMBUH KEMBANG

Gambar 2.1. Pohon Masalah

Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronis

18
Individu yang kurang mengerti akan arti tujuan hidup akan gagal
menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung
pada orang

19
tua dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari kebebasan
mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi
tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri sendiri, sehingga ideal diri yang
ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah kronis adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti,pola
asuh yang tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan
dengan saudara. Kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak
tercapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka
disfungsional dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping
yang tidak konstruktif atau kopingnya maladaptive. Resiko yang dapat terjadi
pada individu dengan gangguan harga diri rendah adalah isolasi sosial : menarik
diri karena adanya perasaan malu kalau kekurangannya diketahui oleh orang lain.
(Stuart dan Sundeen 2006).
Konsep diri positif merupakan individu yang mempunyai pengalaman
positif dalam beraktivitas diri, tanda dan gejala yang diungkapkan dengan
mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya dan mengungkapkan keinginan
yang tinggi. Tanda-tanda individu yang memilki konsep diri yang positif adalah :
Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang ini mempunyai rasa
percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang
dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri,tidak
sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
mengilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak

membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. Menyadari bahwa setiap


orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak
seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain
sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui
oleh masyarakat. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk
menginstropeksi dirinya sendiri sebelum menginstropekesi orang lain dan mampu

20
untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima lingkungannya.
Konsep diri negatif ditandai dengan masalah sosial dan ketidakmampuan
untuk melakukan dengan penyesuaian diri. (Stuart dan Sundeen 2006) .

D. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau
jangka panjang serta penggunaan mekanisme. Pertahanan ego untuk melindungi
diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri sendiri yang menyakitkan.

Pertahanan jangka pendek meliputi:


1. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis misalnya:
menonton konser musik, menonton televisi secara obsesif.
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut
dalam klub sosial, agama, kelompok, gerakan.
3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasan diri yang
tidak menentu, misalnya : olah raga yang kompetitif, prestasi akademis,
kontes untuk mendapatkan popularitas.
4. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas di
luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini, misal: penyalahgunaan obat.

Pertahanan jangka panjang mencakup:

1. Penutupan identitas–adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang


terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2. Identitas negativ-asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat (Stuart, 2006).

E. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan
sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi:
1. Psikofarmaka berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang

21
hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat
yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL
(psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati
kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone
(untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik).
2. Psikoterapi Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia
tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama.
3. Terapi Modalitas Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan
untuk skizofrenia yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien.
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan


latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi
skizofrenia biasnya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan
kehidupan yang nyata.
4. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi) ECT adalah pengobatan
untuk menimbulkan kejang granmal secara artifisial dengan melewatkan
aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Terapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.

a. Pengkajian
1. Faktor predisposisi
Terjadinya gangguan konsep harga diri rendah kronis juga
dipengaruhibeberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis,
sosial dankultural.
a. Faktor biologis, biasanya karna ada kondisi sakit fisik yang
dapatmempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula
berdampakpada keseimbangan neurotransmiter di otak contoh kadar

22
serotonin yangmenurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi
dan pada pasiendepresi kecendrungan harga diri rendah kronis semakin
besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran pikiran negatif dan tidak
berdaya.

b. Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah kronis sangat


berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan
peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami
harga diri rendah kronis meliputi orang tua yang penolakkan orang,
harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya
terhadap anaknya, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan
jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan.
c. Faktor sosial sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses
terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal
didaerah kumuh dan rawan, kultur sosial yang berubah misal ukuran
keberhasilan individu.
d. Faktor kultural: tunutunan peran sosial kebudayaan sering meningkatkan
kejadian harga diri rendah kronis antara lain: wanita sudah harus menikah
jika umur mencapai dua puluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup
individualisme.

2. Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang
dihadapi individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah.
Situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya.
Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan
kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak tepat
misalnya: terlalu dilarang, dituntut, persaingan dengan saudara, kesalahan dan
kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat di capai, gagal tanggung
jawab terhadap diri sendiri (Stuart dan sundeen,1991).
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal sebagai
berikut:

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan


peristiwa yang mengancam kehidupan

23
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan

24
dan individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tigajenistransisiperan:
a. Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai- nilai
serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangny aanggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh perubahan fisik
yang berhubungan tumbuh kembang normal dan prosedur medis dan
keperawatan (Stuart,1998).

b. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehata
klien, kemapuan klien unuk menegelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan
hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainya. Data fokus adalah data
tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatanya serta hal- hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap
klien (Potter & Perry 2005).
engumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menetukan masalah-masalah, serta kebutuhan
keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap
awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data
dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien.
Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, merencanakn asuhan keperawatan, serta tindakan keperwatan untuk
mengatasi masalah-masalah klien. pengumpulan data dimulai sejak pengkajian
ulang untuk menambah/melengkapi data (Prasetyo, 2010).
Tujuan pengumpulan data studi kasus dalam Penulisan Tulisan Ilmiah ini
antra lain sebagai berikut :

25
1. Memperoleh informasi tentang kesehatan klien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien

4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah – langkah


berikutnya
Data yang perlu dikaji ada dua tipe sebagai berikut :

1. Data Subjektif

Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan
kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup
persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya.
Misalnya : tentang nyeri, perasaan lemah ketakutan, kecemasan, frustasi,
mual, peasaan malu (Potter dan Perry, 2005).
2. Data Objektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur , dapat diperoleh menggunakan pabca
indera (lihat, dengar, cium dan raba) selama pemeriksaa fisik . Misalnya :
Frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan tingkat kesadaraan
(Potter dan Perry, 2005).Sedangkan data yang diperoleh pada pengkajian
yang dilakukan Tn. H sebagai berikut :
a. Data objektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri.
b. Data subjektif
Pasien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh atau tidak tahu
apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri
c. Rumusan Masalah
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
d. Perencanaan
Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanan dimana

26
perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi
masalahnya, perencanaan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan (Yosep,
2009).
1. Tindakan keperawatan untuk klien harga diri rendah yaitu :
a. Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:
1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.

2) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.


3) Klien mengikuti program pengobatan secara optimal

b. Tindakan keperawatan
1) Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut perawat dapat :
a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih
dapatdigunakan
b) Bantu klien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan klien
c) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang
aktif.
2. Tindakan keperawatan pada pasien Isolasi sosial yaitu :
a. Membina hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
2) Berkenalan dengan klien. perkenalan nama panggilan yang saudara
sukai, tanyakan nama dan nama panggilan klien
3) Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini
4) Buat kontrak asuhan keperawatan , mencakup hal – hal apa yang
saudara akan lakukan bersama klien, berapa lama akan dikerjakan
dan dimana tempatnya .
b. Menyadari penyebab isolasi sosial
1) Tanyakan siapa saja orang yang satu rumah dengan klien
2) Tanyakan siapa orang yang dekat dengan klien dan apa sebabnya

3) Tanyakan setiap orang yang tidak dekat dengan klien dan apa
sebabnya.

27
c. Mengetahui keuntungan dan kerugiaan berinteraksi dengan orang lain
1) Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain
2) Tanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain
3) Diskusikan pada klien keuntungan bila klien memilki banyak teman
dan tidak bergaul akrab dengan mereka Jelaskan pengaruh isolasi
sosial terhadap kesehatan fisik klien

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil deskripsi asuhan keperawatan mengenai Asuhan keperawatan Harga
diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
a.    Mengkritik diri sendiri
b.    Perasaan tidak mampu
c.    Pandangan hidup yang pesimis
d.   Penurunan produktivitas
e.    Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan seseorang
dengan harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan perawatan diri,
berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara,
lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah

3.2 Saran
Demikian atas ulasan makalah ini, apabila ada kekeliruan atau ketidakjelasan dalam
makalah ini dapat menghubungi penulis, dan apabila ada kekurangan dari materi ini
diharapkan pembaca dapat membantu dalam memperbaiki makalah ini. Terima kasih

29
DAFTAR PUSTAKA

Arianto. (2009). Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan Aktualisasi Diri.

Carpenito , L.J. (2010). Konsep Dasar Harga Diri Rendah Kronis.

Direja. (2011). Konsep dan Aplikasi Keperawatan jiwa.

Febriani. (2008). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC Fitria dan
herman. (2009). Buku Ajar : Proses Keperawatan Jiwa. Edisi 4.

Jakarta:EGC
Intan. (2010). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. A (2010). Buku Ajar : Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC. Potter.P.A
dan Perry, A.G, (2005). BukuAjar : Fundamental Keperawatan.

Potter.P.A dan Perry, A.G, (2006). BukuAjar : Fundamental Keperawatan.

Prabowo. E (2016). Konsep dan Aplikasi Keperawatan Jiwa.

Purba, J. M (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa.

Stuart dan Sundeen (2006). Asuhan Keperawatan Jiwa :Graha Ilmu.

WHO. (2016). Buku Ajar : Proses Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC Yosep. (2007).
Konsep dasar dan Aplikasi Keperawatan Jiwa.
.

30

Anda mungkin juga menyukai