Anda di halaman 1dari 27

HALUSINASI

KELOMPOK 2

AISYAH PURNAMA (1911312008)


FERAWATI (1911311050)
DINDA YUNISEL (1911311032)
LUTFIANA FAJRI (1911312002)
MOEDIS CHINTIA RIDANI (1911312011)
ROTUA LASTRI (1911311035)
SITI MASITAH (1911311041)
SUCI AJENG SAFITRI (1911311047)

SEPTEMBER
Defenisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori
.
tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran
yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan ( Dalami, dkk, 2014).

SEPTEMBER
PROSES TERJADINYA
HALUSINASI
1. Biologis, 1. Biologis
Adanya factor herediter mengalami gangguan jiwa, Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik
adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau otak, yang mengatur proses informasi serta
trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
2. Psikologis otak 2. Stress Lingkungan

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. terhadap stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
3. Sosial budaya
3. Sumber Koping
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan
orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial Sumber koping mempengaruhi respon individu
budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan dalam menanggapi stressor.
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

Faktor Faktor
Predisposisi Presipitasi
Mekanisme Koping
Halusinasi
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan
dengan respon neurobiology termasuk (Dalami, dkk, 2014 ) :

1 Regresi
menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti pada perilaku perkembangan anak atau
berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.

2 Proyeksi
keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri
(sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi).

3 Menarik Diri
reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari
menghindar sumber stressor,
Halusinasi Berkembang Melalui 4 Fase
Kusumawati , 2014

Fase Pertama Fase Ketiga


. Disebut juga dengan fase comforting
yaitu fase menyenangkan. Pada tahap Disebut dengan fase controlling atau
ini masuk dalam golongan ansietas berat yaitu pengalamansensori
nonpsikotik. menjadi berkuasa. Termasuk dalam
gangguan psikotik.

Fase Kedua Fase Keempat


Disebut. dengan fase condemming
Adalah conquering atau panik yaitu
atau ansietas berat yaitu halusinasi klien lebur dengan halusinasinya.
menjadi menjijikkan. Termasuk Termasuk dalam psikotik berat.
dalam psikotik ringan.
Tanda dan Gejala Halusinasi
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati sebagai
berikut ( Dalami, dkk, 2014 ) :

Halusinasi
Penglihatan

1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa saja yang sedang
dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak berbicara atau pada
benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak.
4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara.
Halusinasi
Pendengaran

1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain, benda mati atau stimulus
yang tidak tampak.
2) Tiba-tiba berlari keruangan lain

Halusinasi
Penciuman
1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
2) Mencium bau tubuh
3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang memadamkan api.
Halusinasi
Pengecapan

1) Meludahkan makanan atau minuman.


2) Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.

Halusinasi
Perabaan

Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan adalah Tampak menggaruk-
garuk permukaan kulit. Menurut Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari
hasil observasi terhadap klien serta ungkapan klien.
Asuhan Keperawatan Teoritis
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Pengkajian dapat dilakukan dengan cara observasi dan wawancara pada klien dan
keluarga pasien (O’brien, 2014). Pengkajian awal mencakup :
1. Keluhan atau masalah utama
2. Status kesehatan fisik, mental, dan emosional
3. Riwayat pribadi dan keluarga
4. Sistem dukungan dalam keluarga, kelompok sosial, atau komunitas
5. Kegiatan sehari-hari
6. Kebiasaan dan keyakinan kesehatan
7. Pemakaian obat yang diresepkan
8. Pola koping
9. Keyakinan dan nilai spiritual

SEPTEMBER
Menurut Videbeck dalam Yosep (2014) data pengkajian terhadap klien halusinasi yaitu:
Data Subjektif
1. Mendengar suara menyuruh
2. Mendengar suara mengajak bercakap-cakap
3. Melihat bayangan, hantu, atau sesuatu yang menakutkan
4. Mencium bau darah, feses, masakan dan parfum yang
menyenangkan
5. Merasakan sesuatu dipermukaan kulit, merasakan sangat panas atau
dingin
6. Merasakan makanan tertentu, rasa tertentu, atau mengunyah
sesuatu
Data Objektif
1. Mengarahkan telinga pada sumber suara
2. Bicara atau tertawa sendiri
3. Marah-marah tanpa sebab
4. Tatapan mata pada tempat tertentu
5. Menunjuk-nujuk arah tertentu
6. Mengusap atau meraba-raba permukaan kulit tertentu
Selanjutnya dalam pengkajian memerlukan data berkaitan dengan pengkajian wawancara menurut (Yosep,
2014) yaitu :
 Jenis Halusinasi
Data yang dikaji ini didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk mengetahui jenis dari halusinasi
yang diderita oleh klien.
 Isi Halusinasi
Data yang didapatkan dari wawacara ditujukan untuk mengetahui halusinasi yang dialami klien.
 Waktu Halusinasi
Data yang dikaji ini didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk mengetahui kapan saja halusinasi itu
mncul
 Frekuensi Halusinasi
Data yang dikaji ini didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk mengetahui berapasering halusinasi
itu muncul pada klien.
 Situasi Munculnya Halusinasi
Data yang dikaji ini didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk mengetahui klien ketika munculnya
halusinasi itu.
 Respon terhadap Halusinasi
Data yang didapatan melalui wawancara ini ditujukan untuk mengetahui respon halusinasi dari klien dan
dampa dari halusinasi itu.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan
halusinasi menurut (Yosep, 2014) yaitu:
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Perubahan persepsi sensori halusinasi
3. Isolasi Sosial
Intervensi
Keperawatan
Dalam buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018),
tindakan yang dapat dilakukan pada klien dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi antara lain:

Observasi
1. Monitor perilaku yang
mengindikasi halusinasi
2. Monitor sesuai aktivitas sehari-
hari
3. Monitor isi, frekuensi, waktu
halusinasi
Teraupetik
1. Ciptakan lingkungan yang aman
2. Diskusikan respons terhadap munculnya
halusinasi
3. Hindarkan perdebatan tentang halusinasi
4. Bantu klien membuat jadwal aktivitas
Edukasi
1. Berikan informasi tentang halusinasi
2. Anjurkan memonitor sendiri terjadinya halusinasi
3. Anjurkan bercakap-cakap dengan orang lain yang
dipercaya
4. Ajarkan klien mengontrol halusinasi
5. Jelaskan tentang aktivitas terjadwal
6. Anjurkan melakukan aktivitas terjadwal
7. Berikan dukungan dan umpan balik korektif
terhadap halusinasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan anti
ansietas
2. Libatkan keluarga dalam mengontrol halusinasi
klien
3. Libatkan keluarga dalam membuat aktivitas
terjadwal
 
Implementasi
Membina hubungan saling percaya
Menciptakan lingkungan yang aman
Memonitor isi, frekuensi, waktu halusinasi yang dialaminya
Mendiskusikan respon klien terhadap halusinasi
Mengajarkan klien mengontrol halusinasi
Menganjurkan klien mengontrol halusinasi dengan menerapkan aktifitas
terjadwal
Menjelaskan tentang aktivitas terjadwal
Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi
Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
Membantu klien membuat jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih.
Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan dan memberikan
penguatan terhadap perilaku pasien yang positif
Menjelaskan klien menggunakan obat secara teratur
Melibatkan keluarga dalam mengontrol halusinasi klien
Melibatkan keluarga dalam membuat aktivitas terjadwal klien
Melibatkan keluarga dalam memantau pelaksanaan aktivitas
terjadwal
Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada klien
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien mampu mempertahankan lingkungan yang aman
3. Klien mampu mengenal isi, halusinasinya
4. Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan melakukan
aktivitas terjadwal dengan baik
5. Klien mampu menerapkan aktivitas terjadwal yang sudah
disusun dengan baik
6. Klien mampu menggunakan obat secara rutin
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada keluarga
1. Keluarga klien mampu mengontrol halusinasi klien
2. Keluarga klien mampu membantu membuat jadwal
aktivitas klien
3. Keluarga klien mampu memantau dan memberi
penguatan terhadap perilaku positif
Daftar Pustaka

Agustina, M. (2016). Penelitian Tentang Pasien Halusinasi. Dipetik Mei 24, 2019.
Dari website Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia:
http://journals.stikim.ac.id/ojs_new/index.php/jiiki/article/view/74

Damaiyanti, I. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa (Cetakan kedua ed.). Bandung:


PT Refika Adimata.
Thanks
GAN XIE GUAN KAN

xxxxx

SEPTEMBER

Anda mungkin juga menyukai