Makalah disusun sebagai syarat menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan Profesi Ners Stase
Keperawatan Komunitas dan Keluarga
DISUSUN OLEH :
LIZA RAHMAWATI
NIM 20149011117
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
a. Duvall dan Logan ( 1986 ) :
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga.
b. Bailon dan Maglaya ( 1978 ) :
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
c. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
d. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
2. Struktur Keluarga
a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing.
3) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang
lain untuk merubah perilaku.
c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
d) Nilai dan norma keluarga
Meliputi data tentang nilai-nilai, norma yang dianut keluarga, misalnya
keluarga menerapkan aturan agar setiap anggota keluarga sudah berada dirumah
sebelum magrib.
4) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Gambarananggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
b) Fungsi sosialis
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi keperawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.Sejauhmana pengetahuan
keluarga mengenai konsep sehat-sakit. Kesanggupan keluarga di dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambilkeputusan untuk melakukan tindakan, melakukan
perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang terdapat dilingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi keluarga berapa jumlah anak, bagaimana keluarga
merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga
dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan,
sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga.
5) Stres dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
- Stressor jangka pendek yaitu stressor yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu ± 6 bulan.
- Stressor jangka panjang yaitu stressor yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Hal yang eprlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi/stressor.
c) Strategi koping
Strategi apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga apabila menghadapi permasalahan.
6) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan
pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
7) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
8) Dasar data pengkajian pasien asma berdasarkan Doenges (2000)yaitu :
a)Aktivitas dan istirahat
Gejala : Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur.
b) Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja, perubahan pada tekanan
darah (hipotensi)
c) Integritas ego
Gejala : Faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan
dalam penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah
d) Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinarius
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen
e) Makanan dan cairan
Gejala : Kebiasaan Diet buruk, anoreksia, intoleransi aktivitas, perubahan pada
berat badan
Tanda : Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit, edema
f) Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope
g) Nyeri dan kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi
h) Pernapasan
Gejala : Merokok
i) Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
j) Seksualitas
Gejala : Masalah seksual, pasangan seks multiple
k) Interaksi sosial
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan
l) Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, riwayat pengobatan
b. Analisa data
Bailon dan Maglay (1989) dalam bukunya Perawatan Kesehatan
Keluarga menyatakan tiga norma perkembangan kesehatan, yaitu :
1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga
2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan
3) Karateristik keluarga
2. Diagnosis Keperawatan
Menurut Sprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan Keluarga,
perumusan diagnosis keperawatan menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri
dari :
a. Masalah (P) adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan klien
secara jelas dan sesingkat mungkin.
b. Penyebab (E) atau etiologi adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah
status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah.
c. Tanda atau gejala (S) adalah data-data subjektif dan objektif yang ditemukan
sebagai komponen pandukung terhadap diagnosis keperawatan actual dan risiko.
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :
1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
2) Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
3) Jumlahkan skor untuk semua criteriaskor tertinggi adalah 5.
b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan proritas
1) Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tidak atau kurang sehat
diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan
yang segera dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga.
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kemungkinan
masalah dapat diperbaiki adalah :
a) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani masalah
b) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam bentuk fisik, keuangan
atau tenaga
c) Sumber-sumber dari perawatan, misal dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan,
dan waktu
d) Sumber-sumber di masyarakat, dan dukungan sosial masyarakat
3) Potensi masalah dapat dicegah
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kriteria potensi
masalah bisa dicegah adalah sebagai berikut :
a) Kepelikan dari masalah, berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah,
prognosis penyakit atau kemungkinan mengubah masalah. Umumnya makin
berat masalah tersebut makin sedikit kemungkinan untuk mengubah atau
mencegah sehingga makin kecil potensi masalah yang akan timbul
b) Lamanya masalah, hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah
tersebut. Biasanya lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan
potensi masalah bisa dicegah
c) Kelompok risiko, adanya kelompok risiko tinggi atau kelompok yang peka atau
rawan, hal ini menambah masalah bisa dicegah
4) Menonjolnya masalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah
mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal ini yang
perlu diperhatikan dalam memeberikan skor pada cerita ini, perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga tersebut menilai masalah dan perlu untuk
menangani segera, maka harus diberi skor tinggi.
Diagnosis keperawatan menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan
Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik dapat dibedakan menjadi 5 kategori yaitu
:
a. Aktual yaitu menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik
yang ditemukan.
b. Risiko yaitu menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak
dilakukan intervensi.
c. Potensial yaitu menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan
masalah keperawatan kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor
pendukung belum ada tapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah.
d. Diagnosis keperawatan (Wellness) adalah keputusan klinis tentang keadaan individu,
keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera yang lebih tinggi.
e. Diagnosis keperawatan (Syndrome) adalah diagnosis yang terdiri dari kelompok
diagnosis keperawatan aktual dan risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul atau
timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
Menurut Suprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan Keluarga menyatakan
bahwa tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memperlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
b. Diagnosis risiko atau risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi,
tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat
apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.
c. Daiagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang
kesehatan.
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menurut Suprajitno (2004) menggunakaan
aturan yang telah disepakati, terdiri dari :
a. Masalah (P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.
b. Penyebab adalah (E) suatu pernyataaan yang dapat menyebabkan masalah dengan
mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan
yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan
fasilitas pelayanaan kesehatan.
c. Tanda atau gejalan (S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan
penyebab.
Menurut Bailon dan Maglaya (1978), etiologi pada diagnosis keperawatan keluarga
menggunakan lima sekala ketidak kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan dan keperawatan, yaitu :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan karena :
1) Kurang pengetahuan atau ketidaktahuan fakta
2) Rasa takut akibat maslah yang diketahui
3) Sikap dan falsafah hidup
a. Dokumentasi pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari klien, membuat data dasar tentang
klien,dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien.
Jenis dokumentasi pengkajian :
1) Pengkajian awal (Initial Assesment)
Pengkajian awal dilakukan ketika pasien masuk ke rumah sakit.
2) Pengkajian kontinue (Ongoing Assesment)
Pengkajian kontinue merupakan pengembangan data dasar. Informasi yang
diperoleh dari pasien selama pengkajian awal dan informasi tambahan (berupa
tes diagnostic dan sumber lain) diperlukan untuk menegakan diagnosis.
3) Pengkajian ulang
Data pengkajian ulang merupakan pengkajian yang didapat dari informasi
selama evaluasi.
b. Dokumentasi diagnosis keperawatan
Dalam melakukan pencatatan diagnosis keperawatan digunakan pedoman yaitu :
1) Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk masalah risiko.
2) Catat diagnosis keperawatan risiko dan risiko tinggi ke dalam masalah atau
format diagnosis keperawatan.
3) Gunakan istilah diagnosis keperawatan yang dibuat dari sumber- sumber
diagnosis keperawatan.
4) Gunakan diagnosis keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian,
perencanaan, intervensi, dan evaluasi.
c. Dokumentasi rencana keperawatan
Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan keperawatan tentang
penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Secara umum
pedoman untuk rencana keperawatan yang efektif adalah sebagai berikut :
1) Sebelum menulis, cek sumber informasi data.
2) Buat rencana keperawatan yang mudah dimengerti.
3) Tulisan harus jelas, spesifik, dapat diukur, dan kriteria hasil sesuai dengan
identifikasi masalah.
4) Memulai instruksikan perawatan harus menggunakan kata kerja seperti catat,
informasikan dan lain- lain.
5) Gunakan pena tinta dalam menulis untuk mencegah penghapusan tulisan atau tidak
jelasnya tulisan.
d. Dokumentasi implementasi
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan oleh
perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan rencana perawatan,
pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri dan tindakan
kolaboratif. Beberapa pedoman yang dipakai dalam pencatatan intervensi
keperawatan adalah:
1) Gunakan deskripsi tindakan untuk menentukan apa yang telah dikerjakan.
2) Berikan keamanan, kenyamanan, dan perhatikan faktor lingkungan pasien
dalam memberikan intervensi keperawatan.
3) Catat waktu dan orang yang bertanggung jawab dalam memberikan intervensi.
4) Catat prosedur yang tepat.
e. Dokumentasi evaluasi
Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien terhadap
tujuan yang dicapai.Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan
untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan.
1) Pendokumentasian dengan menggunakan DAR
Semua masalah klien diidentifikasi dalam catatan keperawatan dan terlihat
pada rencana keperawatan. Kolom focus dapat berisi :
D : (data)masalah klien
A : (action)tindakan
R : respon klien
Merupakan system dokumentasi dengan konstruksi data tindakan dan evaluasi
dimana setiap diagnose keperawatan diidentifikasi dalam catatan perawatan,
terkait pada rencana keprawatan atau setiap daftar masalah dari setiap catatan
perawat dengan suau diagnose keperawatan.
2) Pendokumentasian dengan menggunakan SOAPIE :
S : Subjektif adalah informasi yang didapat dipasien
O : Objektif adalah informasi yang didapat dari pengamatan
A : Assement adalah analisa masaklah klien
P : Planning of action adalah rencana tindakan
I : Implementasi adalah pelaksanaan tindakan
E : Evaluasi adalah penilaian dari pelaksanaan tindakan
BAB II
ASAS ETIK LEGAL TERKAIT ASKEP KELUARGA
Profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh
melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalammelakukan
tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat. Sikap yang terlihat
pada profesionalisme adalah profesional yang bertanggung bertanggung jawab dalam arti
sikap dan pelaku yang akuntabel akuntabel kepada masyarakat, baik masyarakat profesi
maupun masyarakat luas. Beberapa ciri profesionalisme profesionalisme tersebut tersebut
merupakan merupakan ciri profesi profesi itu sendiri, sendiri, seperti seperti kompetensi
dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan
ditambah dengan sikap altruis (rela berkorban). Kemampuan atau kompetensi, diperoleh
seorang profesional dari pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan diperoleh
dari penguasa atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian izin. Aspek
legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan praktik
profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni kewenangan material dan kewenangan
formal. Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan
kemudian teregistrasi (registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP. Aspek
legal Keperawatan pada kewenangan formal adalah izin yang memberikan yang
memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat
yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik
Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorang atau berkelompok. Kewenangan itu, hanya
diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak
berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang,
kewenangan yang diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan berarti
kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang
harus yang harus dilampaui. Dalam profesi profesi kesehatan kesehatan hanya
kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai
penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu,
kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu
diserahkan kepada profesi
BAB III
A. PENGERTIAN
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor
risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi
bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan
ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia,
tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang
dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel
dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran
napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa
berat, batuk terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan
dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel
dengan atau tanpa pengobatan (Boushey, 2005; Bousquet, 2008)
Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma
(GINA) (2006) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan
banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang
rentan inflamasi ini menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan
batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan
penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian bersifat reversibel
baik secara spontan maupun dengan pengobatan, inflamasi ini juga berhubungan dengan
hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan.
Asma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh keadaan saluran nafas yang
sangat peka terhadap berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun luar tubuh. Akibat dari
kepekaan yang berlebihan ini terjadilah penyempitan saluran nafas secara menyeluruh
(Abidin, 2002).
B. ETIOLOGI
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang yang
menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus
penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi.
1. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:
(Smeltzer & Bare, 2002).
a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau
alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti
common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan
lingkungan dapat mencetuskan serangan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik
2. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus
asma:
a. Pemicu Asma (Trigger)
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran
pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Trigger
dianggap menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum berarti asma,
tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung
timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi
dalam waktu singkat. Namun, saluran pernapasan akan bereaksi lebih cepat
terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya
pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu
udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi,
dan olahraga yang berlebihan.
b. Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan sekaligus
hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernapasan. Inducer
dianggap sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik.
Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung
lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah
alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk ke tubuh
melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau
mulut), dan alergen yang didapat melalui kontak dengan kulit ( VitaHealth,
2006).
3. Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik.
Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:
a. Faktor predisposisi
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma
Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas
saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan
dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan
(seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan,
logam dan jam tangan
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas
merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau
bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast
sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat
mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin
dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma.
2) Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi
oleh adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai Exercise
Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi beberapa saat setelah
latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik tangga
dan dikarakteristikkan oleh adanya bronkospasme, nafas pendek, batuk
dan wheezing. Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan selama
2-3 menit sebelum latihan.
3) Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan
eksaserbasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada
sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena
itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial.
4) Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan
motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
5) Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya
rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan
inflamasi membran mukus.
6) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan Asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan
musim, seperti musim hujan, musim kemarau.
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi
(whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk
kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan
berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
1. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau
keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan
muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi
bronchial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada
kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran
pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
3. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik
dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa
tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu
dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin
banyak antara lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
5. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa
serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang
lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi
apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal
D. PATOFISIOLOGI
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh limfosit
T dan B. Asma diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE yang
berikatan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang menimbulkan asma bersifat
airbone. Alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak dalam periode waktu
tertentu agar mampu menimbulkan gejala asma. Namun, pada lain kasus terdapat pasien
yang sangat responsif, sehingga sejumlah kecil alergen masuk ke dalam tubuh sudah
dapat mengakibatkan eksaserbasi penyakit yang jelas. Obat yang sering berhubungan
dengan induksi fase akut asma adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis
beta-adrenergik dan bahan sulfat. Sindrom khusus pada sistem pernafasan yang sensitif
terhadap aspirin terjadi pada orang dewasa, namun dapat pula dilihat dari masa kanak-
kanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor perennial lalu menjadi
rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal akhirnya diikuti oleh munculnya asma
progresif. Pasien yang sensitif terhadap aspirin dapat dikurangi gejalanya dengan
pemberian obat setiap hari. Setelah pasien yang sensitif terhadap aspirin dapat
dikurangi gejalanya dengan pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk terapi
ini, toleransi silang akan terbentuk terhadap agen anti inflamasi nonsteroid. Mekanisme
terjadinya bronkuspasme oleh aspirin ataupun obat lainnya belum diketahui, tetapi
mungkin berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi secara khusus oleh
aspirin. Antagonis delta-agrenergik merupakan hal yang biasanya menyebabkan
obstruksi jalan nafas pada pasien asma, demikian juga dengan pasien lain dengan
peningkatan reaktifitas jalan nafas. Oleh karena itu, antagonis beta-agrenergik harus
dihindarkan oleh pasien tersebut. Senyawa sulfat yang secara luas digunakan sebagai
agen sanitasi dan pengawet dalam industri makanan dan farmasi juga dapat
menimbulkan obstruksi jalan nafas akut pada pasien yang sensitif. Senyawa sulfat
tersebut adalah kalium metabisulfit, kalium dan natrium bisulfit, natrium sulfit dan
sulfat klorida. Pada umumnya tubuh akan terpapar setelah menelan makanan atau
cairan yang mengandung senyawa tersebut seperti salad, buah segar, kentang, kerang
dan anggur. Faktor penyebab yang telah disebutkan di atas ditambah dengan sebab
internal pasien akan mengakibatkan reaksi antigen dan antibodi. Reaksi tersebut
mengakibatkan dikeluarkannya substansi pereda alergi yang merupakan mekanisme
tubuh dalam menghadapi serangan, yaitu dikeluarkannya histamin, bradikinin, dan
anafilatoksin. Sekresi zat-zat tersebut menimbulkan gejala seperti berkontraksinya otot
polos, peningkatan permeabilitas kapiler dan peningkatan sekresi mukus.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan
leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
a. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang
buruk
b. Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
c. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
d. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu
seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
e. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan
asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang
bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang
bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada
paru.
4. Pemeriksaan faal paru
a. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan
tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien
menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
b. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada
seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering
terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas
tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
a. Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan
rotasi searah jarum jam
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
c. Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES
atau terjadinya relatif ST depresi.
F. PENATALAKSANAAN MEDIK
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan
pengobatan farmakologik.
1. Penobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor
pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a) Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
A. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
1) Data umum
a) Nama KK, Alamat dan telpon
b) Komposisi keluarga (dilengkapi genogram 3 generasi)
c) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang
terjadi dengan tipe keluarga tersebut.
d) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
e) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
f) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi ditentukan oleh pendapatan baik kepala keluarga
maupun anggota keluarga lainnya.Selain itu status ekonomi keluarga
ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga.
g) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama
untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan
mendengar radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga tertinggi saat ini dicapai oleh keluarga,
misalnya anggota keluarga terdiri dari lansia, remaja, balita, maka tahap
perkembangan keluarga saat ini adalah lansia (bila lansia ikut dengan
keluarga) tetapi bila tidak maka tahapannya adalah keluarga dengan remaja.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, pencegahan penyakit, pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Meliputi data-data tentang riwayat orang tua dari pihak suami maupun isteri.
Lingkungan
e) Karateristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasikan dengan melihat luas rumah, tipe rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan
rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber
air minum yang digunakan serta denah rumah.
f) Karateristik tetangga dan komunitas RT
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat.
g) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah
tempat.
h) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan
masyarakat.
i) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan.Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan
dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat.
3) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain
untuk merubah perilaku.
c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal.
d) Nilai dan norma keluarga
Meliputi data tentang nilai-nilai, norma yang dianut keluarga, misalnya keluarga
menerapkan aturan agar setiap anggota keluarga sudah berada dirumah sebelum
magrib.
4) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Gambarananggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
b) Fungsi sosialis
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi keperawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.Sejauhmana
pengetahuan keluarga mengenai konsep sehat-sakit. Kesanggupan keluarga di
dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu
mengenal masalah kesehatan, mengambilkeputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi keluarga berapa jumlah anak, bagaimana keluarga
merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga
dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan,
sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam
upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
5) Stres dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
- Stressor jangka pendek yaitu stressor yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu ± 6 bulan.
- Stressor jangka panjang yaitu stressor yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi/stressor.
c) Strategi koping
Strategi apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga
apabila menghadapi permasalahan.
6) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di gunakan
pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik klinik yaitu head to
toe, untuk pemeriksaan fisik untuk asma adalah sebagai berikut :
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda - tanda vital. Biasanya pada penderita diabetes didapatkan berat
badan yang diatas normal / obesitas.
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran pada leher,
kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada kelainan pada pendengaran.
Biasanya pada penderita diabetes mellitus ditemui penglihatan yang kabur /
ganda serta diplopia dan lensa mata yang keruh, telinga kadang-kadang
berdenging, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah.
c) Sistem Integumen
Biasanya pada penderita asma akan ditemui turgor kulit menurun, kulit
menjadi kering dan gatal. Jika ada luka atau maka warna sekitar luka akan
memerah
d) Sistem Pernafasan
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya pada penderita
asma mudah terjadi infeksi pada sistem pernafasan.
e) Sistem Kardiovaskuler
Pada penderita asma biasanya akan ditemui perfusi jaringan menurun, nadi
perifer lemah atau berkurang, takikardi / bradikardi, hipertensi / hipotensi,
aritmia, kardiomegalis.
f) Sistem Gastrointestinal
g) Sistem Perkemihan
h) Sistem Muskuluskletal
i) Sistem Neurologis
7) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga yang dikembangkan adalah diagnosis tunggal
yang hampir serupa dengan diagnosis keperawatan klinik. (Sudiharto, 2012).
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada
pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan
etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa
keperawatan mengacu pada rumusan PES (problem, etiologi dan simptom) dimana
untuk problem menggunakan rumusan masalah dari NANDA, sedangkan untuk
etiologi dapat menggunakan pendekatan lima tugas keluarga atau dengan
menggambarkan pohon masalah (Padila, 2012). Diagnosis yang dapat muncul pada
keluarga terkait fungsi perawatan keluarga seperti ketidakefektifan manajemen
kesehatan diri, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diri, ketidakefektifan
penatalaksanaan regimen terapeutik, dll (NANDA, 2015).
Dalam menyusun diagnosa keperawatan keluarga, perawat keluarga harus
mengacu pada tipologi diagnosa keperawatan keluarga (Sudiharto, 2012), yaitu
a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan).
b. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah ada
data yang menunjang namun belum terjadi gangguan
c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu kedaan
dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.
B. Etiologi
Etiologi ini mengacu pada 5 tugas keluarga
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan setiap anggota
keluarga
2. Ketidakmampuan keluarga Mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan yang tepat
3. Ketidakmampuan keluarga Memberikan perawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit
4. Ketidakmampuan keluarga mempertahankan suasana rumah yang
menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota
keluarganya
5. Ketidakmampuan keluarga mempertahankan hubungan timbal balik antara
keluarga dan lembaga kesehatan
Kemudian dilakukan Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan sebagai berikut :
NO Kriteria Skor Bobot
Sifat Masalah 1
Tidak/kurang sehat
Ancaman kesehatan
-Krisis atau keadaan sejahtera
Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Dengan mudah
Hanya sebagian
Tidak dapat
Potensial masalah untuk dicegah 1
Tinggi
Cukup
Rendah
Menonjolkan masalah 1
Masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah, tetapi tidak segera ditangani
Masalah tidak dirasakan