Anda di halaman 1dari 17

RENCANA STRATEGI RONDE KEPERAWATAN TEKNIK RELAKSASI

GENGGAM JARI

DI RUANGAN RAWAT INAP ASTER PAVILIUN AMBUN PAGI RSUP DR.


M. DJAMIL PADANG

Oleh :

RIMA ANGGRENI

1841313026

PRAKTEK PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
RONDE KEPERAWATAN

A. PENGERTIAN RONDE KEPERAWATAN


Ronde keperawatan terjadi proses interaksi antara perawat dengan perawat, perawat
dengan pasien. Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde keperawatan merupakan
prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi
yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan
kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta mengevaluasi
pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat
dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawata dilakukan oleh teacher nurse atau
head nurse dengan anggota stafnya atau siswa untuk pemahaman yang jelas tentang
penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien (Clement, 2011).

B. KARAKTERISTIK RONDE KEPERAWATAN


Karakteristik ronde keperawatan adalah
1. Klien dilibatkan secara langsung
2. Klien merupakan fokus kegiatan
3. Perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4. Konsule memfasilitasi kreatifitas
5. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer
untu meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.

C. TUJUAN RONDE KEPERAWATAN


1. Tujuan bagi perawat
Menurut Armola et, al (2010) dalam Saleh (2012) tujuan ronde keperawatan bagi
perawat adalah
a. Melihat kemampuan staf dalam memanajemen pasien
b. Mendukung pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan
c. Meningkatkan pengetahuan peraat dengan menyajikan dalam format studi kasus
d. Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan penilaian
keterampilan klinis
e. Membangun kerjasana dan rasa hormat
f. Meningkatkan retensi perawat pengalaman dan mempromosikan kebanggaan
dalam profesi keperawatan.
2. Tujuan bagi pasien
Clement (2011) dalam Saleh (2012) menjelaskan tujuan ronde keperawatan untuk
pasien adalah
a. Mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan dari hari ke hari
b. Mengamati pekerjaan staf
c. Membuat pengamatan khusus pasien dan memberikan laporan ke dokter
mengenai kondisi pasien
d. Memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya
e. Melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien
f. Mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien
g. Memastikan bahwa langkah keamanan yang diberikan pada pasien
h. Memeriksa kondisi pasien sehingga dapat dicegah
i. Membandingkan manifestasi klinis penyakit pada pasien
j. Memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan

D. PERAN PERAWAT DALAM RONDE KEPERAWATAN


1. Peran ketua tim dan anggota tim
a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
b) Menjelaskan masalah keperawatan utama
c) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
d) Menjelaskan tindakan selanjutnya
e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan ditampil
2. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan konsulen
a) Memberikan justifikasi
b) Memberikan reinforcement
c) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang
rasional
d) Mengarahkan dan koreksi
e) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
f)
E. TAHAP RONDE KEPERAWATAN
1. Menurut Ramani (2003) dalam Saleh (2012) tahapan ronde keperawatan adalah
persiapan
a) Penetapan kasus niminal 1 hari sebelum hari pelaksanaan
b) Pemberian inform consent kepada klien

2. Pelaksanaan
a) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan telah dilaksanakan dan
memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b) Diskusikan antara anggota tim tentang kasus tersebut
c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan
tentang masalah klien serta tindakan yang akan dilakukan
d) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan.
3. Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan.
STRATEGI RONDE KEPERAWATAN

Pokok Bahasan : Penurunan tingkat kecemasan dengan teknik relaksasi genggam jari
Sasaran : Pasien Dan Keluaga Pasien
Hari/Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2019
Tempat : Ruang Aster Pavilin Ambun Pagi RSUD. Dr. M. Djamil
Waktu : 20 Menit
Pemberi materi : Mahasiswa Praktik Profesi Manajemen Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas

A. Latar Belakang
Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan
upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa seseorang.
Tindakan operasi yang direncanakan dapat menimbulkan respon fisiologi dan psikologi pada
pasien. Respon psikologi yang biasanya terjadi pada pasien pre operasi yaitu kecemasan (Potter
dan Perry, 2006)
Kecemasan atau ansietas merupakan gejolak emosi pada seseorang yang berhubungan
dengan sesuatu yang ada diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi
permasalahan (Asmadi, 2009). Kecemasan dapat diartikan sebagai suatu kekhawatiran,
kebingungan pada sesuatu yang akan terjadi disertai dengan perasaan tidak menentu dan tidak
berdaya (Suliswati, 2005).
Manifestasi pada kecemasan meliputi adanya perubahan fisiologis seperti berkeringat,
gemetar, nyeri abdomen, detak jantung meningkat, sesak nafas dan perubahan perilaku seperti
bicara cepat, gelisah, reaksi terkejut (Stuart, 2007).Kecemasan dapat menyebabkan perubahan
secara fisik maupun psikologis yang ditandai dengan frekuensi nafas bertambah, detak jantung
meningkat, tekanan darah meningkat, dan secara umum mengurangi tingkat energi pada klien,
sehingga dapat merugikan individu itu sendiri (Purwaningsih, 2012). Selain itu, kecemasan pada
pasien pre operasi dapat menyebabkan tindakan operasi tertunda, lamanya pemulihan,
peningkatanrasa sakit pasca operasi, mengurangi kekebalan terhadap infeksi, peningkatan
penggunaan analgesic setelah operasi, dan bertambahnya waktu untuk rawat inap (Nazari,
2012). Pasien yang mengalami kecemasan sebelum dilakukan operasi sekitar 75%-85% (Mau,
2013).
Menurut Isaacs, 2005 dalam DS et al (2014), kecemasan dapat dilakukan dengan cara
farmakologi dan non farmakologi. Dalam farmakologi digunakan obat anti ansietas terutama
benzodiazepin, digunakan untuk jangka pendek, tidak digunakan untuk jangka panjang karena
pengobatan ini bersifat toleransi dan ketergantungan. Sedangkan cara non farmakologi dapat
dilakukan dengan teknik relaksasi, psikoterapi dengan hipnotis atau hipnoterapi. Teknik
relaksasi merupakan upaya untuk meningkatkan kendali dan percaya diri serta mengurangi stres
yang dirasakan (Stuart, 2007). Salah satu teknik relaksasi yang digunakan adalah teknik
relaksasi genggam jari. Menurut Liana, 2008 dalam Pinandita et al (2012), mengemukakan
bahwa relaksasi genggam jari merupakan sebuah teknik relaksasi yang sangat sederhana dan
mudah dilakukan. Menggenggam jari disertai dengan menarik nafas dalam-dalam dapat
mengurangi ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan titik-titik
masuk dan keluarnya energi pada meridian (saluran energi) yang berhubungan dengan organ-
organ di dalam tubuhyang terletak pada jari tangan. Titik-titik refleksi pada tangan memberikan
rangsangan secara refleks (spontan) pada saat genggaman. Rangsangan tersebut akan
mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik menuju otak kemudian diproses dengan
cepat dan diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga
sumbatan di jalur energi menjadi lancar. Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan dan
mengembalikan emosi yang akan membuat tubuh menjadi rileks. Ketika tubuh dalam keadaan
rileks, maka ketegangan pada otot berkurang yang kemudian akan mengurangi kecemasan
(Yuliastuti, 2015).
B. Tujuan
 Tujuan Umum
Setelah mengikuti ronde keperawatan tentang teknik relaksasi genggam jari pasien dan
keluarga dapat lebih mengerti dan memahami cara mengurangi kecemasan dengan teknik
non farmakologi.
 Tujuan Khusus
1. Setelah mengikuti proses ronde selama 30 menit peserta diharapkan dapat :
a. Menjelaskan definisi teknik relaksasi
b. Mampu menjelaskan defenisi teknik relaksasi genggam jari
c. Mampu menjelaskan manfaat teknik relaksasi genggam jari
d. Mampu menjelaskan bagaimana cara melakukan teknik relaksasi genggam jari.
C. Sasaran
Sasaran ronde adalah pasien, keluarga pasien, dan pengunjung di ruangan Aster

D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

E. Media
1. Leaflet
2. Lembar balik

F. Kegiatan ronde
Tahapan Kegiatan Metode Media
Kegiatan Peserta
dan Waktu Pendidikan
Pembukan 1. Membuka dengan 1. Menjawab Ceramah Lembar balik
(5 menit)
salam salam
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
3. Memperhatikan
diri.
4. Menjawab
3. Menjelaskan maksud
pertanyaan
dan tujuan ronde
4. Melakukan kontrak
waktu.
5. Menanyakan kepada
peserta tentang materi
yang akan di
sampaikan
Penyajian 1. Menjelaskan 1. Mendengarkan Ceramah, Leaflet
(15
definisi teknik Tanya
MENIT)
relaksasi Jawab
2. Menjelaskan
defenisi teknik
relaksasi
genggam jari
3. Menjelaskan
manfaat teknik
relaksasi
genggam jari
4. Menjelaskan cara
melakukan
teknik relaksasi
genggam jari
5. Memberikan
kesempatan
2. memberikan
bertanya
tanggapan dan
pertanyaan
mengenai hal
6. Menjawab
yang kurang di
pertanyaan
mengerti.
3. Memberikan
pemaparan dan
penjelasan
dengan baik.
Penutup 1. Menanyakan 1. Menjawab Ceramah, Leaflet
10
pengetahuan pertanyaan Tanya
(MENIT) 2. Memberikan
pada peserta Jawab
tanggapan baik
setelah
dilakukan ronde
2. Menyimpulkan
hasil kegiatan
ronde
3. Menutup dengan
salam

G. Evaluasi
1. Proses
- Media yang digunakan adalah lembar balik dan leaflet
- Waktu penyuluhan adalah 30 menit
- Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik
- Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan ronde berlangsung
- Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan ronde

2. Hasil
- Setelah mengikuti kegiatan ronde peserta diharapkan mengerti dan memahami
tentang menjelaskan definisi teknik relaksasi, mampu menjelaskan defenisi ,
manfaat dan cara teknik relaksasi genggam jari.
- Setelah mengikuti kegiatan ronde diharapkan ada perubahan perilaku kesehatan,
misalnya bisa menerapkan teknik ini untuk menghilangkan kecemasan dan nyeri.

MATERI TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI

I. Definisi
Relaksasi adalah kebebasan fisik dan mental dari stress dan juga ketegangan
individu, karena menjadikan persepsi kognitif serta motivasi afektif seseorang berubah.
Teknik relaksasi dapat membuat pasien mampu mengontrol diri mereka saat merasa nyeri,
stress fisik dan ketidaknyamanan (Potter & Perry, 2005).
Liana (2008) dalam naskah publikasi Pinandita (2012) Relaksasi genggam jari
adalah sebuah teknik relaksasi yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun
yang berhubungan dengan jari tangan serta aliran energi di dalam tubuh kita. Hill (2011)
Teknik genggam jari disebut juga finger hold. Teknik menggenggam jari adalah salah satu
teknik Jin Shin Jyutsu. Jin Shin Jyutsu merupakan teknik akupresur Jepang. Teknik ini
adalah suatu seni dengan menggunakan pernafasan dan sentuhan tangan yang sederhana
untuk membuat energi yang ada didalam tubuh menjadi seimbang.

II. Tujuan
Terapi relaksasi genggam jari sebagai terapi non farmakologi yang bertujuan untuk
menurukan kecemasan pada pasien pre operasi dan sebagai meningkatkan efek analgesik
sebagai terapi pereda nyeri post operasi. Dilakukan saat mengalami kecemasan dan nyeri
yang di rasakan pasien. (Smelzer, 2001). Teknik relaksasi merupakan upaya untuk
meningkatkan kendali dan percaya diri serta mengurangi stres yang dirasakan (Stuart,
2007). Salah satu teknik relaksasi yang digunakan adalah teknik relaksasi genggam jari.
Menurut Liana, 2008 dalam Pinandita et al (2012), mengemukakan bahwa relaksasi
genggam jari merupakan sebuah teknik relaksasi yang sangat sederhana dan mudah
dilakukan. Menggenggam jari disertai dengan menarik nafas dalam-dalam dapat
mengurangi ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan
titik-titik masuk dan keluarnya energi pada meridian (saluran energi) yang berhubungan
dengan organ-organ di dalam tubuhyang terletak pada jari tangan.

III. Mekanisme
Tangan merupakan alat sederhana dan ampuh untuk menyelaraskan dan membawa
tubuh menjadi seimbang. Setiap jari tangan berhubungan dengan sikap sehari-hari. Ibu jari
berhubungan dengan perasaan khawatir, jari telunjuk berhubungan dengan ketakutan, jari
tengah berhubungan dengan kemarahan, jari manis berhubungan dengan kesedihan, dan
jari kelingking berhubunga dengan rendah diri dan kecil hati. Perasaan yang tidak
seimbang, seperti khawatir, takut, marah, kecemasan, dan kesedihan dapat menghambat
aliran energi yang mengakibatkan rasa nyeri. Relaksasi genggam jari digunakan untuk
memindahkan energi yang terhambat menjadi lancar (Hill, 2011). Pinandita (2012)
perlakuan relaksasi genggam jari akan menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut
saraf aferen non nosiseptor. Serabut saraf non nosiseptor mengakibatkan “pintu gerbang”
tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat atau berkurang. Jenis relaksasi genggam jari
sangat mudah dilakukan oleh siapapun, yang berhubungan dengan jari – jari tangan dan
aliran energi yang ada dalam tubuh kita, apabila individu mempersepsikan tentang
sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, maka akan muncul respon relaksasi (Potter &
Perry, 2005). Menggenggam jari sambil menarik nafas dalam – dalam dapat mengurangi
bahkan menyembuhkan ketegangan fisik atau emosi, teknik relaksasi genggam jari ini
nantinya akan dapat menghangatkan titik – titik keluar dan masuknya energi pada meridian
(jalan energi dalam tubuh) yang terletak pada jari – jari tangan, sehingga nantinya mampu
memberikan sebuah efek rangsangan secara spontan pada saat dilakukan genggaman,
kemudian rangsangan tersebut nantinya akan mengalir menuju ke otak, kemudian
dilanjutkan ke saraf pada organ tubuh yang mengalami gengguan, sehingga diharapkan
sumbatan di jalur energi menjadi lancar (Indrawati, 2017).

IV. Prosedur Menurut Wong (2010),


Tahap Tindakan

Orientasi 1. Jelaskan pada pasien tentang tindakan dan tujuan dari


tindakan yang dilakukan serta menanyakan
kesediaannya.
Tindakan 2. Posisikan pasien pada posisi berbaring, serta anjurkan
pasien untuk mengatur nafas dan merilekskan semua
otot.

3. Perawat duduk di samping pasien, relaksasi dimulai


dengan menggenggam ibu jari pasien dengan tekanan
lembut, genggam sampai nadi pasien terasa berdenyut.

4. Anjurkan pasien untuk mengatur pola nafas dengan


hitungan teratur.

5. Genggam ibu jari kurang lebih selama 3-5 menit


dengan tambahan nafas dalam, kemudian lanjutkan ke
jari – jari yang lain satu persatu dengan durasi yang
sama.

6. Setelah kurang lebih 15 menit, lakukan relaksasi


genggam jari ke jari tangan yang lain.
Terminasi 7. Setelah selesai, tanyakan bagaimana respon pasien
terhadap kecemasan yang dirasakan

8. Rapikan pasien dan tempat tidur kembali


Gambar 2.1 Teknik finger hold relaxation (Henderson,2007)

MATERI KECEMASAN

1. Definisi kecemasan
Kaplan & Sadock (2010) Cemas merupakan suatu keadaan khawatir, gelisah atau reaksi
tidak nyaman yang terkadang di sertai berbagai keluhan fisik. Kecemasan merupakan stresor
yang dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari adrenal sehingga terjadi hiperaktivitas saraf
otonom dan menyebabkan gejala fisik berupa takikardi, nyeri kepala, diare dan palpitasi.
Kecemasan merupakan perwujudan dari tingkah laku seseorang secara psikologis dan berbagai
pola perilaku yang timbul dari perasaan kekhawatiran subjektif dan ketegangan (Ratih, 2012).
Kecemasan merupakan sebuah gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu yang
berada diluar dirinya dan suatu mekanisme diri yang digunakan untuk mengatasi permasalahan
yang ada dalam kehidupannya (Asmadi, 2008). Direja (2011) rasa cemas merupakan suatu
keadaan dimana mental merasa tidak enak berhubungan dengan keadaan yang mengancam atau
yang sedang dibayangkan dengan tanda berupa kekhawatiran, ketidakmampuan memecahkan
masalah, dimana hal ini nanti mampu menimbulkan suatu kecemasan. Kecemasan adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, hal ini berkaitan dengan ketidakpastian perasaan
dan rasa tidak berdaya.
2. Tingkatan kecemasan
Tingkatan kecemasan menurut Stuart & Sundeen (2007), adalah sebagai berikut :
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berpengaruh terhadap ketegangan seseorang dalam
kehidupan sehari – hari, sehingga membuat orang tersebut akan waspada serta
malakukan peningkatan lahan persepsi yang dimilikinya. Kecemasan membuat
seseorang belajar dan merangsang kreativitas untuk mengatasi kecemasan.
b. Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk lebih memusatkan pikiran pada
hal – hal yang dianggapnya penting, sehingga hal tersebut membuat individu
mengesampingkan hal lain yang dianggapnya kurang penting, yang nantinya orang
tersebut akan memperhatikan sesuatu secara selektif namun juga lebih terarah.
c. Kecemasan berat
Kecemasan berat mampu sangat mengurangi lahan persepsi seseorang, jadi
seseorang cenderung akan berpusat pada hal yang terinci, spesifik, dan tidak dapat
berfikir tentang suatu hal lainnya. Orang tersebut membutuhkan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada area lainnya.

Tingkat kecemasan berat menyebabkan seseorang merasa tidak mampu dan hilang
harapan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya meskipun sudah dibantu oleh
orang – orang terdekatnya.

3. Rentang respon kecemasan


Kemampuan individu dalam merespon dan mengatasi suatu ancaman berbeda antara
individu satu dengan individu lainnya. Perbedaan ini berimplikasi terhadap perbedaan tingkat
kecemasan yang dialami individu. Respon individu dalam menghadapi kecemasan sangat
beragam mulai dari kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan panik (Stuart,
2007).
Respon adaptif
Respon
maladaptif

Antisipasi panic
Ringan Sedang Berat

Gambar: Rentang Respon Kecemasan

4. Tanda dan gejala kecemasan


Asmadi (2008) tanda dan gejala kecemasan adalah :

a. Kecemasan ringan
o Kewaspadaan meningkat
o Berhubungan dengan ketegangan dalam hal peristiwa yang dialami sehari – hari
o Respon fisiologis : bernafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, gejala ringan
pada lambung, muka berkerut, dan bibir bergetar.
o Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara
kadang meninggi.
b. Kecemasan sedang
 Respon fisiologis : sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat,
mulut kering, anoreksia, diare / konstipasi, sakit kepala, letih, dan sering berkemih.
 Respon perilaku dan emosi : gerakan tubuh tersentak – sentak, frekuensi bicara banyak
dan bicara lebih cepat, perasaan tidak aman, sulit untuk tidur.
 Respon kognitif : memusatkan perhatian dalam hal yang dianggapnya penting dan
mengabaikan hal – hal yang lain, persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar sulit
diterima.
c. Kecemasan berat
 Individu lebih memikirkan hal – hal yang kecil dan mengabaikan hal yang lainnya.
 Respon fisiologis : nafas menjadi lebih pendek, nadi serta tekanan darah naik,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkabut, dan terlihat tegang.
 Respon perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat serta komunikasi terganggu
(bicara cepat).
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008) Teknik Prosedural Keperawatan ; Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika. Jakarta

Bahsoan, H. (2013) Hubungan Mekanisme Koping Dengan Kecemasan Pada


Pasien Pre Operasi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei
Saboe Kota Gorontalo. Jurnal: Universitas Gorontalo.

Diana, R.K.S., Maliya, A. (2015) Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari


Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sectio
Caesarea, Surakarta

Henderson, Jan. 2007. Acupressure Self-Help: Daily Practices For Balancing


Energy Flow Three practices For Brushing Energy Through The Body.
Dalam http://workingwell.org/Website/ pdf.file/ Acupressure Daily
practices. pdf. (diakses pada tanggal 1 Oktober 2019).

Liana, E. (2008) Teknik Relaksasi : Genggam Jari Untuk Keseimbangan Emosi.

Stuart, Gail W. (2007)Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5, Buku Kedokteran


EGC, Jakarta

Utomo, S. (2016) Pengaruh Relaksasi Dzikir Terhadap Penurunan Kecemasan


Pada Pasien Pre Operasi TURP di RS Roemani Muhammadiyah Semarang.
Semarang.

Videbeck. (2008)Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Wicaksono, A. (2015) Pengaruh Sesi Berdoa Terhadap Penurunan Tingkat


Kecemasan Pasien Pre Operasi di Bangsal Bedah RSU PKU
Muhammadiyah Bantul Yogyakarta, Skripsi, Yogyakarta.

Wong, E.M.L, Chan, S.W.C., Chair, S.Y. (2010). Effectiveness of an Educational


Intervention on Levels of Pain, Anxiety and Self-Efficacy for Patients with
Musculoskeletal Trauma. Journal of Advanced Nursing.
onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365_2648.2010.05273.x/abstract/foo
ter-citing.

Anda mungkin juga menyukai