Anda di halaman 1dari 80

PENGOBATAN PASIEN

TUBERKULOSIS (TB)
di FKTP
Sistematika

1. Deskripsi singkat
2. Tujuan Pembelajaran
3. Pokok bahasan dan Sub pokok bahasan
4. Uraian Materi
5. Referensi
6. Soal dan Latihan
Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran Umum(TPU)


Mampu melakukan pengobatan pasien TB.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus(TPK)


Mampu :
a. Menjelaskan prinsip-prinsip pengobatan TB
b. Melakukan tata laksana pengobatan TB
c. Melakukan Komunikasi Motivasi
d. Melakukan Pencegahan TB bagi populasi rentan
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

1. Prinsip pengobatan TB di fasyankes:


a. Tujuan Pengobatan TB
b. Jenis OAT
c. Dosis OAT
d. Tahapan dan lama pengobatan
e. Persiapan sebelum pengobatan

2. Tata laksana pengobatan TB:


a. Pasien TB Dewasa
b. Pasien TB Anak
c. Pasien dengan keadaan khusus
d. Penetapan PMO
e. Pasien TB dengan efek samping OAT
f. Tatalaksana kasus mangkir
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

3. Komunikasi Motivasi
a. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) untuk
pasien dan keluarga pasienTB

4. Pencegahan TB bagi populasi rentan :


a. Vaksinasi BCG bagi bayi
b. Pengobatan pencegahan bagi anak < 5 tahun
c. Pengobatan Pencegahan (PP INH) bagi ODHA
Prinsip Pengobatan yang Adekuat

 Minimal 4 macam obat


 Dosis yang tepat
 Ditelan teratur dan diawasi PMO (Pengawas Menelan
Obat) sampai selesai pengobatan.
 Pengobatan diberikan dalam dua (2) tahap yaitu
tahap awal dan tahap lanjutan
Prinsip Pengobatan TB

Jenis OAT

1. OAT Lini 1 : Rif, INH, Etb, Prz, Strep, (OAT TB SO)


a. Kategori 1
b. Kategori 2
c. Kategori Anak

2. OAT Lini 2, (OAT TB RO)


OAT Lini Pertama

Dosis direkomendasikan (mg/kg)


Jenis OAT Sifat
Harian 3 x seminggu
Isoniasid 5 10
Bakterisid
(INH, H) (4-6) (8-12)
Rifampisin 10 10
Bakterisid
(Rif, R) (8-12) (8-12)
Pirazinamid 25 35
Bakterisid
(PRZ, Z) (20-30) (30-40)
Streptomisin 15
Bakterisid  
(Strep, S) (12-18)
Etambutol 15 30
Bakteriostatik
(Etb, E) (15-20) (20-35)
OAT Lini Kedua

A Levofloksasin (Lfx) Moksifloksasin (Mfx)


Florokuinolon
Gatifloksasin (Gfx)*

B OAT suntik lini Kanamisin (Km) Amikasin (Am)*


kedua Kapreomisin (Cm) Streptomisin (S)**

C OAT oral lini Etionamid (Eto)/Protionamid (Pto)* Clofazimin (Cfz)


Kedua Sikloserin (Cs) /Terizidon (Trd)* Linezolid (Lzd)

D Pirazinamid (Z) Etambutol (E)


D1 OAT lini pertama
Isoniazid (H) dosis tinggi

Bedaquiline (Bdq) Delamanid (Dlm)*


D2 OAT baru
Pretonamid (PA-824)*
Asam para aminosalisilat (PAS)
Imipenem-silastatin (Ipm)*
D3 OAT tambahan Meropenem (Mpm)*
Amoksilin clavulanat (Amx-Clv)*
Thioasetazon (T)*
Tahapan Pengobatan

1. Pasien dengan OAT Kat 1

Tahap Awal, diberikan setiap hari


Tujuan : menurunkan jumlah kuman dan meminimalisir pengaruh
dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan
Lama : 2 bulan (56 hari atau kali dosis, 1 bl = 28 hari atau dosis)

Tahap Lanjutan, diberikan 3 kali seminggu, selain hari Minggu


Tujuan : membunuh sisa kuman yang masih ada dalam tubuh dan
mencegah terjadinya kekambuhan
Lama pengobatan 4 bulan, (112 hari atau kali dosis)
Tahapan Pengobatan

2. Pasien dengan OAT Kat 2


Fase awal : 3 bl, tiap hari (2 bl awal juga dp Strep)
Fase lanjutan: 5 bl, 3 kali seminggu, selain Minggu

3. Pasien dengan OAT Kat Anak


Fase awal: 2 bl tiap hari
Fase lanjutan: 4 bl tiap hari

4. Pasien dg OAT Lini 2 (Jangka pendek & Individual


/Konvensional)
Pengobatan TB Sensitif Obat Dewasa

Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3

Pasien baru
1. TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis
2. TB Klinis
3. TB Ekstra Paru
Dosis KDT Kat 1

Tahap Awal Tahap Lanjutan


Berat tiap hari, 3 kali seminggu,
Badan 56 dosis 48 dosisi
RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT (min) 2 tablet 2KDT

38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

≥ 71 kg 5 tablet 4KDT (maks) 5 tablet 2KDT


Dosis Kombipak Kat 1
Kategori 1 : 2HRZE/4HR3

Dosis per hari / kali


Jumlah
Tahap Lama INH Rif Prz Etb hari/kali
300 mgr 450 mgr 500 mgr 250 mgr

Awal 2 Bl 1 1 3 3 56

Lanjutan 4 Bl 2 1 - - 48
Pengobatan TB Sensitif Obat Dewasa

Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

Pasien Ulangan
1. kambuh,
2. gagal pada pengobatan Kat 1 sebelumnya,
3. dengan pengobatan setelah putus berobat
Dosis KDT Kategori 2

Tahap Awal Tahap Lanjutan


tiap hari 3 kali seminggu
Berat Badan
RHZE (150/75/400/275) + S RH (150/150) + E(400)

Selama 56 dosis Selama 28 dosis Selama 60 dosisi

2 tab 4KDT (min) 2 tab 2KDT


30- 2 tab 4KDT
+ 500 mg Streptomisin inj. + 2 tab Etambutol
37 kg

3 tab 4KDT 3 tab 2KDT


3 tab 4KDT
+ 750 mg Streptomisin inj. + 3 tab Etambutol
38-54 kg

4 tab 4KDT 4 tab 2KDT


55-70 4 tab 4KDT
+ 1000 mg Streptomisin inj. + 4 tab Etambutol
kg

5 tab 4KDT (maks) 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT


Dosis Kombipak Kat 2

Jml Tablet/
Pengobatan Nama Kadar Suntik per Kali atau Hari
kali
Tahap Awal Rif 450 mg 1
Tablet INH 1
Tiap hari Prz 300 mg 3
84
3 bulan Etb 500 mg 3
250 mg
56
Suntik 2 bulan Strep 1x
750 mg
Thp Lanjutan
Rif 600 mg 1
Tablet
INH 300 mg 2
3 x
Etb 400 mg 2
semggu
Etb 250 mg 1 60
5 bulan
Persiapan Sebelum Pengobatan
• Pernyataan kepastian dignosis oleh dokter
• Persetujuan kesediaan pasien menjalani pengobatan
• Anamnesis ulang menelusuri riwayat OAT, HIV, DM, Hepatitis, alergi dll.
• Alamat lengkap, NIK, nama ibu pasien
• Penimbangan BB, (penetapan dosis)
• Kepastian ketersediaan OAT
• Identifikasi kontak erat. serumah
• Penetapan PMO
• Penyuluhan TB t.u. pengobatan (jadwal, perut kosong dst)
• Pemeriksaan adanya komorbid (HIV, DM)
• Isi TB 01 – 02 di depan pasien
• Persiapan OAT dengan repacking
• Beritahu petugas pembina desa, bides, pustu
• Kolaborasi dengan program lain (Gizi, Kesling, Perkesmas dll)
• Memastikan data dasar pasien terisi benar (TB RO)
• Pemeriksaan baseline penunjang sesuai indikasi
• Pencatatan: lengkapi TB 06, isi 01, 02,03, 01P.
• Persiapan kunjungan rumah, janji waktu dg pasien
• Kunjungan rumah untuk memastikan alamat dan dukungan keluarga
melalui kerjasama jejaring, PHBS
Pesan Penting Menelan OAT
(Bersama PMO, Pendamping)

1. Dosis tunggal, sekali sehari


2. Perut kosong, 2 jam sesudah makan atau 1 jam sebelum makan
3. Kalau sebelum menelan obat, perlu makanan kecil silakan, jangan
bersamaan dengan susu.
4. Efek samping (diberitahu sebelum terjadi)
5. Bisa pagi atau sebelum tidur
6. Istirahat sebentar sesudah menelan obat, kalau-kalau ada efek
samping
7. Upayakan OAT tidak dibelah, digerus
8. Kunjungan ulang
9. Bila mau pindah beritahu
10. Alamat lengkap, NIK
11. Perhatikan penularan, kamar tidur
12. PHBS: gizi seimbang, tidak ada pantangan makan, hentikan-rokok-
bagadang-ngebut, bekerja sesuai kondisi, kesling rumah, etika
batuk, stigma,
Pemantauan Kemajuan Pengobatan

BULAN PENGOBATAN
KATEGORI
1 2 3 4 5 6 7 8

(  
Pasien baru (====) (====) (-------) (-------) -------) (-------)
2(HRZE)/ X (X)   X X
4(HR)ӡ (TB 05) (TB 05) (TB 05) (TB 05)
2 contoh apabila apabila
dahak hasilnya hasilnya
BTA neg = BTA BTA
konversi positif, positif,
BTA positif, dinyatak dinyatak
tidak an gagal an
konversi & * gagal*.
tidak ada
sisipan

Pasien (====) (====) (====) (-------) (-------) (-------) (-------) (-------)


pengobatan X (X) X     X
ulang 2 contoh apabila apabila
2(HRZE)S dahak, BTA hasilnya hasilny
/(HRZE)/ neg = BTA a BTA
5(HR)ӡEӡ konversi, positif, positif,
BTA positif dinyatak dinyata
tidak an kan
konversi gagal* gagal*
dan tidak
Paket Pot
(disiapkan sebelum pasien datang)
Paket OAT
(disiapkan sebelum pasien datang)
Bagaimana Mencegah Lalai ?
Upaya Mencegah Lalai
(Mangkir merupakan akumulasi dari banyak masalah)

1. Konseling memadai pasien, PMO dan pendamping


2. Isi TB 01 di depan pasien
3. Buat bersama perjanjian jadwal kunjungan ulang, isi TB 02
4. Nomor HP kontak person kedua pihak
5. Ada prosedur memastikan kunjungan ulang:
a. Penetapan hari kunjungan TB
b. Catatan kunjungan ulang yad pd kalender dsb
c. Penyiapan paket OAT (mingguan, bulanan) sebelum jadwal
kedatangan pasien
d. dsb
6. Pada fase awal bila tidak datang sebaiknya langsung dilacak
selambatnya besoknya dg segala cara melalui kontak person, PMO,
pesan pd petugas/orang lain, kunjungan rumah dsb.
Tatalaksana Lalai
Upaya yang umum: lacak dan diskusi penyebab

1. Bila lalai 1 hr sp < 1 bulan Masih berhak dg OAT sisa

a. BTA ulang negatif atau TB EP


lanjutkan sisa OAT
b. BTA ulang positif:
2. Bila lalai 1 - < 2 bulan o OAT sebelum lalai < 5 bl
lanjutkan sisa OAT
o OAT sebelum lalai 5 bl /lbh
periksa TCM

Umumnya tidak lagi berhak


3. Bila lalai 2 bl atau lebih
dengan OAT sisanya, dianggap DO
Hasil Akhir Pengobatan

TB Paru dg OAT lengkap


Sembuh (S) Pemeriksaan AP dan minimal salah satu
sebelumnya negatif

Pengobatan Lengkap (PL) OAT lengkap, pemeriksaan ulang AP tidak ada

Pemeriksaan ulang akhir bulan 5 atau lebih


Gagal (G)
(AP) positif atau TCM positif RR

Meninggal Meninggal selama OAT oleh semua sebab

Mangkir Lalai 2 bulan atau lebih berturut (target 4-5%)

Hasil akhir pengobatan tidak diketahui .


Tidak dievaluasi Istilah “Pindah” tidak ada (hasil AP
termasuk dlm mekanisme TB 09 - TB 10)
Bagaimana Proses Pindah ?
Beberapa Item Kegiatan Proses Pindah
• Diskusikan proses pindah dan kelanjutan pengobatan
bersama pasien, PMO & pendamping
• Buat TB 09
• Fotokopi TB 01
• Pastikan TB 02 ada dan terisi lengkap
• Siapkan sisa OAT
• Saling tukar nomor HP
• Pasien memberi informasi bila sudah melapor di tujuan
• Informasikan ke faskes tujuan.
• Pasien tetap terdaftar di faskes yang merujuk (akhir TB
01 difaskes merujuk).
Hasil Akhir Pengobatan Pindah

Hasil akhir sesuai dengan Hasil AP di faskes


tujuan bukan “Pindah”, bila tidak ada informasi
tulis “Tidak Dievaluasi”
Informasi melalui :
1.TB 10
2.Melalui pasien, HP
3.Bertelepon ke faskes tujuan.
4.Dll.
Paduan Pengobatan TB RO

Jangka Paduan
OAT Individual
Pendek (min. 20 bulan)
(9 – 11 bulan)
Cara Pemberian OAT
Pengobatan Jangka Pendek 9 – 11
bulan :
Pengobatan individual
Durasi Pengobatan Individual
Lama Lama Total durasi
Tipe pasien Bulan konversi
tahap awal tahap lanjutan pengobatan

Baru Bulan 0-4 8 bulan 12 bulan 20 bulan

9 – 12 bulan
Bulan 5-8 (tambah 4 bulan
  dari bulan
12 bulan 21–24 bulan
konversi)

 
Pernah
diobati atau Bulan 0-4 12 bulan 12 bulan 24 bulan
TB pre-/XDR

  Bulan 3-4 15-16 bulan 12 bulan 27-28 bulan


Prinsip Pengobatan TB Resistan Obat
1.Pengobatan ditetapkan bila
• Terbukti TB RO berdasarkan pemeriksaan TCM TB atau biakan
• Pddk dg alamat jelas : KTP atau bukti otoritas lain, ada akses ke faskes TB RO
• Bersedia dg informed consent oleh pasien dan keluarga, sesuai jadwal
2. Persiapan awal melalui beberapa pemeriksaan penunjang.
3.Menggunakan paduan standar OAT lini kedua dan pertama, minimal 4 yang masih efektif
4.Penetapan mulai pengobatan diputuskan oleh TAK yang sudah dilatih.
5.Inisiasi pengobatan dimulai di Rumah Sakit maupun Puskesmas yang telah terlatih.
6.Pada pasien TB MDR dengan penyulit yang tidak dapat ditangani di Puskesmas, rujukan ke
RS harus dilakukan
7.Prinsip utama ambulatori, hanya pasien dengan kondisi dan atau komplikasi khusus yang
memerlukan rawat inap di RS
8.Pengawasan menelan obat dilakukan oleh petugas kesehatan di fasyankes
9.Pasien yang memulai pengobatan TB MDR di RS Rujukan dapat melanjutkan
pengobatannya di puskesmas/fasyankes terdekat dengan tempat tinggal pasien dengan
persiapan sebelumnya.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Tindakan suportif pada pasien yang
dihentikan pengobatannya,

• Bila memungkinkan review menyeluruh


mengenai tindakan non medikamentosa untuk
pasien, misalnya tindakan bedah.
• Obat simptomatis sesuai indikasi
• Terapi oksigen sesuai indikasi
• Gizi seimbang
• Kunjungan petugas kesehatan dilakukan teratur.
• Jika diperlukan pasien dirawat inap untuk
perbaikan kondisi klinis
• Pendidikan kesehatan terutama pengendalian
infeksi di lingkungannya
Tatalaksana Pasien Biakan Neg Menjadi Pos atau

Tetap Positif setelah Menjalani Pengobatan

Review TB 01
Diskusi dg pasien, PMO, keluarga, pastikan OAT diminum secara
benar
Ulangi BTA dan biakan sekurangnya dari 2 sampel sebagai konfirmasi
Ulangi pemeriksaan radiologi untuk melihat perkembangan penyakitnya

Bila BTA Pos


Ulang Uji kepekaan M.tuberculosis (FLD dan SLD)
Bila hasil berbeda pola resistensi maka pertimbangkan kemungkinan
reinfeksi, infeksi silang atau transient resistance
Lakukan pemeriksaan strain kuman bila fasilitas tersedia

Bila BTA Negatif:


Kemungkinan kontaminan dan pengobatan dilanjutkan
Hasil Akhir Pengobatan Pasien TB RO
• Sembuh
Pada pengobatan jangka pendek
- OAT lengkap
- kultur negatif 3 bulan berturut (min jarak 30 hari)
Pada pengobatan konvensional
- OAT lengkap
- BTA negatif
- kultur negatif 3 bulan berturut (min jarak 30 hari)
• Pengobatan Lengkap : OAT lengkap, kultur ulang tidak jelas
• Meninggal
• Gagal : tidak konversi (jangka pendek 6 bl, konvensional 8 bl), reversi
fase lanjutan, dihentikan TAK, jadi XDR (resisten kuinolon & injeksi)
• Mangkir (DO): putus berobat 2 bulan berturut-turut
• Tidak Dievaluasi (tidak jelas hasil Akhir Pengobatan, atau hasil Pindah

Catatan: Definisinya dapat dibaca dalam modul


Evaluasi Lanjutan Setelah Pasien Sembuh atau
Pengobatan Lengkap

• Membuat jadual kunjungan untuk evaluasi paska pengobatan.


• Evaluasi setiap 6 bulan sekali selama 2 tahun
• Edukasi pasien mengikuti jadual kunjungan paska pengobatan.
• Pemeriksaan meliputi anamnesis lengkap, pemeriksaan fisis,
pemeriksaan dahak, biakan dan foto toraks.
• Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan terjadinya
kekambuhan.
• Edukasi pasien untuk menjalankan PHBS seperti olah raga
teratur, tidak merokok, konsumsi makanan bergizi, istirahat dan
tidak mengkonsumsi alkohol.
• Pencatatan dalam formulir TB 01 MDR dan TB 03 MDR.
TB Anak
Dosis OAT KDT Anak
Pengobatan TB pd Ibu Hamil, Pengguna Kontrasepsi & Usia Subur
•Kehamilan
Prinsip pengobatan TB kehamilan tidak berbeda dengan terapi umumnya.
Golongan Aminoglikosida seperti streptomisin atau kanamisin dapat menimbulkan
ototoksik.
Piridoksin 50mg/hari pada ibu hamil,
Vitamin K 10mg/hari apabila Rifampisin digunakan pada trimester 3 menjelang
partus.
•Ibu menyusui dan bayinya
Prinsip pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda.
Semua jenis OAT Lini 1 aman untuk ibu menyusui.
PPINH diberikan kepada bayi sesuai dengan berat badannya. Perhatikan PPI
•Pasien TB pengguna kontrasepsi:
Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal dapat menurunkan
efektifitas kontrasepsi.
• Wanita Usia Subur
Jika menggunakan kontrasepsi, Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi
hormonal. Pasien TB sebaiknya menggunakan kontrasepsi non-hormonal Pasien
TB RO usia subur harus melakukan tes kehamilan terlebih dahulu. Pasien
dianjurkan memakai kontrasepsi fisik untuk mencegah kehamilan.
Penetapan Pengawas Menelan Obat (PMO)

Setiap pasien memulai pengobatan harus


didahului penetapan PMO.

a. Persyaratan PMO
•dikenal, dipercaya, disegani dan disetujui, baik
oleh petugas maupun pasien,
•Tinggal dekat dengan pasien,
•Bersedia sukarela,
•Bersedia mendapat penyuluhan bersama
pasien
Peran PMO

•Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur


•Memberi dorongan pasien agar mau berobat teratur,
•Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak
•Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB.
Penetapan Pengawas Menelan Obat TB RO

1.Tahap Awal :
petugas kesehatan di dalam atau di luar
faskes, pasien mendapatkan suntikan tiap hari.

2.Tahap Lanjutan :
petugas kesehatan atau kader kesehatan
yang terlatih TB RO,
bila pasien dianggap disiplin
Tempat Penatalaksanaan Efek Samping

Efek Samping ringan sampai sedang di FKTP.

Efek Samping berat dan tidak menunjukkan perbaikan


setelah penanganan efek samping ringan atau sedang
segera rujuk ke FKRTL.
Efek Samping Ringan OAT
Efek Samping Berat OAT
Penatalaksanaan Efek Samping pada Kulit

• Pasien keluhan gatal tanpa rash dan penyebab


lain, pengobatan anti histamin serta pelembab kulit.
• Pengobatan TB tetap dapat dilanjutkan dengan
pengawasan ketat.
• Bila terjadi rash, semua OAT dihentikan dan
segera rujuk kepada dokter atau fasyankes rujukan
• Mengingat perlunya melanjutkan pengobatan TB
hingga selesai, di fasyankes rujukan dilakukan
upaya mengetahui OAT mana yang menyebabkan
terjadinya reaksi dikulit dengan cara” Drug
Challenging”
Pelacakan Kasus Mangkir dari RS Rujukan TB RO

• Hubungi pasien dalam waktu 24 jam sejak mangkir.


• Cari tahu alasan pasien mangkir dan tawarkan solusi
• Jika pasien tidak memiliki nomor telepon yang dapat
dihubungi atau tidak terlacak, minta bantuan Puskesmas
• Hasil pelacakan pasien mangkir diberikan oleh
Puskesmas wilayah tempat tinggal pasien dalam waktu
24 jam sejak laporan tersebut
Pelacakan Kasus Mangkir dari RS Rujukan TB RO
Puskesmas perlu mengambil langkah segera :
•Mencatat semua informasi yang diberikan oleh petugas Poli
TB MDR RS Rujukan.
•Merencanakan dan melakukan kunjungan rumah.
•Jika pasien dapat ditemui, tanyakan penyebab dari
mangkirnya pasien. Pastikan ketika berbicara kita berada
didalam rumah, untuk menjaga kerahasiaan pasien.
•Jika pasien tidak ada di rumah, tanyakan kemana pasien
pergi dan mengapa pasien tidak datang untuk minum obat
pada hari itu. Berhati-hatilah untuk tetap menjaga
kerahasiaan pasien saat bertanya dengan tetangga.
•Jika perlu, hubungi atau kunjungi orang lain yang dapat
dihubungi, tercantum pada kartu TB.01 MDR.
Berhati-hatilah mengenai kerahasiaan pasien.
Pelacakan Pasien Mangkir dari Faskes Satelit TB MDR
• Jika tidak terlacak, lakukan penelusuran terus-menerus hingga pasien TB
RO mangkir dapat ditemukan.
• Setelah terlacak, cari permasalahan dan memberikan solusi.
• Apabila pasien TB RO tetap mangkir dan tidak memenuhi perjanjian untuk
melanjutkan pengobatan, maka pasien didatangi kembali dan didampingi
untuk dirujuk ke RS Rujukan/ Sub Rujukan TB MDR.
• Bila tidak juga ditemukan dan petugas telah merasa tidak ada harapan
dalam menemukan pasien TB RO mangkir tersebut, maka petugas segera
menginformasikan ke RS Rujukan/ Sub Rujukan TB MDR.
• Setiap upaya yang dilakukan oleh RS Rujukan/ Sub Rujukan TB MDR
atau Fasyankes Satelit TB MDR yang berkaitan dengan penelusuran
pasien mangkir harus terdokumentasi, seperti kapan menghubungi
melalui telepon, SMS, kunjungan rumah, diskusi dengan pasien, keluarga,
dan lain-lain.
KIE pada Pasien

Tahap Awal
• Apa itu TB
• TB dapat disembuhkan
• Kesediaan menjalankan pengobatan
• Bagaimana mencegah penularan TB
• Pemeriksaan kontak serumah
• Perlunya PMO
• Menjelaskan paduan pengobatan
• Pemeriksaan lanjutan pada akhir tahap awal
• Kemungkinan yang terjadi dan tindakan lanjut, penjelasan
efek samping sebelum terjadi
• PHBS pasien TB
Poster Etiket Batuk

5
6
KIE kepada Pasien

Tahap Lanjutan

 Efek samping obat


 Jenis, warna kemasan, jumlah dan frekuensi obat.
 Pentingnya kepatuhan pasien.
 Resiko pasien hanya menelan sebagian obat atau
berhenti menelan obat,
 Pentingnya pemeriksaan dahak, frekuensi dan arti hasil
pemeriksaan.
 PHBS
KIE pada Keluarga

Peran Keluarga

Memotivasi pasien untuk menjalani pengobatan


sampai sembuh
Mendampingi dan memberikan dukungan moral
Mengingatkan pasien datang ke Faskes untuk
mendapatkan obat dan periksa ulang dahak sesuai
jadual (koord. PMO)
 Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek
samping obat dan merujuk ke Faskes.
KIE pada Keluarga

Kunjungan Pertama Setelah Didiagnosis TB

 Apa itu TB (penyebab TB dan gejala)


 TB dapat disembuhkan
 Pengobatan TB
 Keteraturan menelan obat sampai tuntas sesuai
anjuran dokter.
 Efek samping obat dan kapan dan ke mana harus
mencari pertolongan.
 Pentingnya pengawasan keteraturan menelan obat
 Penularan TB
KIE kepada Keluarga

Pencegahan Penularan TB

• Etika Batuk, masker, (PPI TB)


• Pentingnya pemeriksaan dahak ulang secara teratur
• Pentingnya PHBS bagi pasien dan keluarganya
• Sop merokok dan minuman keras pada pasien.
• Membersihkan rumah atau lingkungan-secara teratur.
• Olahraga bagi pasien.
• Konseling dan perbaikan gizi pasien
• Tidak diperlukan diet khusus, mensterilisasi atau
memisahkan peralatan makan minum.
KIE pd Kunjungan Berikutnya Selama Pengobatan

 Ulangi pesan seperti pada kunjungan awal


 Jangan berikan terlalu banyak informasi pada satu
kunjungan).
 Yakinkan keluarga tentang pentingnya pengobatan
sampai selesai.
 Sebagai sumber informasi ttg masalah pasien dan
bersama mencari solusi.
KIE pada Pengawas Menelan Obat (PMO)

(PMO: TB SO bisa keluarga, TB RO harus petugas)

 Mengawasi pasien agar teratur menelan obat


 Memberikan motivasi
 Mengingatkan pasien kapan harus kembali
kontrol, mengambil obat, dan pemeriksaan lab.
 Memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien
Pesan Kepada Keluarga Untuk TB-RO

Sama dengan TB Sensitif. Penekanan tertentu al:


 Selalu memakai masker
 Etika batuk dg menyediakan tempat berdahak
 Hindari bersama pasien dalam ruangan tertutup tanpa
ventilasi selama masih menular, hasil biakan masih
positif
 Konseling dan perbaikan gizi pasien.
KIE pd Petugas Kesehatan & Lingkungan Sekitarnya

 Pasien TB RO jangan dikucilkan.


 TB RO menular, namun pencegahan dapat dilakukan
dengan etika batuk dan pengobatan sedini mungkin.
 Pasien TB RO butuh dukungan psikologis dan sosial
untuk mendukung keberhasilan pengobatan.
 Kesembuhan pasien TB RO penting untuk memutus
rantai penularan.
 Lamanya pengobatan, beratnya efek samping serta
dampak sosial yang timbul, membuat pasien TB RO
sangat butuh dukungan lingkungan sekitarnya.
Catatan :
Penyampaikan informasi tentang penyakit TB RO ke
lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja
pasien, perlu persetujuan tertulis dari pasien
Pencegahan TB bagi Populasi Rentan

1. Vaksinasi BCG pd Bayi


2. Pengobatan Pencegahan pd Anak <= 5 Tahun
dan ODHA Anak
3. Pengobatan Pencegahan (PP INH) pd
ODHA Dewasa
Vaksinasi BCG pd Bayi

 BCG (Bacille Calmette-Guérin,vaksin hidup yang


dilemahkan)
 Diberikan pada bayi 0-2 bulan, sesuai program
 Usia > 2 bulan harus uji tuberkulin.
 Efektif mencegah TB berat.
 BCG ulang tidak direkomendasikan
Bayi dari Ibu dg TB Terkonfirmasi Bakteriologis

• Trimester3 kehamilan berisiko tertular melalui plasenta,


cairan amnion maupun hematogen.

• Selama masa neonatal berisiko tertular melalui percik


renik.

Pada kedua kondisi tersebut bayi sebaiknya dirujuk.


Pengobatan Pencegahan pd
Anak <= 5 Tahun dan ODHA Anak

Hasil
Umur HIV Tata laksana
pemeriksan
Balita (+)/(-) ILTB PPINH
Balita (+)/(-) Terpajan PPINH
> 5 th (+) ILTB PPINH
> 5 th (+) Terpajan PPINH
> 5 th (-) ILTB Observasi
> 5 th (-) Terpajan Observasi
Pengobatan Pencegahan (PP INH) pd ODHA Dewasa

Tujuan: mencegah TB aktif sehingga dapat


menurunkan beban TB pada ODHA.
Sasaran: ODHA tidak terbukti TB aktif dan
tidak ada kontraindikasi,
Dosis: INH 300 mg/hari dan B6 dengan dosis
25mg/hari selama 6 bulan (180 dosis)
Komunikasi Motivasi
Teknik komunikasi

• mengarahkan,
• berpusat pada pasien
• untuk perubahan perilaku dg
• membantu pasien menggali dan mengatasi sikap mendua
(ambivalensi) dalam membuat keputusan

• Mengarahkan percakapan agar pasien dapat mengungkapkan


perasaan, pengetahuan serta keinginannya secara terbuka

• Perugas menempatkkan diri sejajar dengan pasien.


Seolah pengetahuan petugas sederajat dg pasien, tidak menggurui
pasien.
Komunikasi Motivasi
• Memahami perasaan pasien (empati)
Fikiran saya buntu, saya diberhentikan dari pekerjaan,
Jadi bapak bingung bagaimana membiayai keluarga.
• Hindari perdebatan,
Pasien cenderung bertahan, cari tahu alasan mengapa dia bertahan, dan gali
pilihan-pilihan yang baik
Pasien menyetop pengobatan, lebih baik cari penyebab ketimbang berkutat pd
pentingnya pengobatan
• Memberikan gambaran dua situasi berbeda
Bapak tidak mau melanjutkan pengobatan namun bapak takut kalau
menularkan pada keluarga
• Memampukan pasien membuat keputusannya sendiri, bukan lahir dari
petugas
Saat ini bapak minta untuk mikir dulu, silahkan bapak datang lagi, kapan-kapan
secepatnya bapak bisa.
Keterampilan Kunci
1. Refleksi
pernyataan (bukan harus bertanya) yg mengharuskan petugas mendengar, mengamati,
menginterpretasi, menanggapi apa yang disampaikan pasien
• Refleksi sederhana, mengulang tanpa menambah makna,
“Saya tahu perlu ambil dahak, tapi saya malu ketahuan”
“Bapak tahu perlu dahak untuk mengetahui penyakit tetapi malu diketahui orang lain.”
• Refleksi kompleks, mengulang, menambah arti, penekanan, menduga ungkapan pasien
selanjutnya
o Parafrase, mengulang dengan menyimpulkan.
“Yaa, bukan main rasanya, obat membuat saya sangat pusing.”
“Bapak bersyukur sudah mulai merasa sehat.”
o Refleksi Perasaan, memperkuat aspek perasaan pernyataan pasien
“Orang mempergunjingkan saya, tapi saya acuhkan saja”
“Kelihatannya ibu puas.”
o Refleksi Dua Arah, dua sisi bertentangan.
“Bapak mengatakan punya tanggung jawab besar thd keluarga namun bapak enggan
menjalani pengobatan”
o Merangkum, merangkum semua pernyataan pasien
“Bapak tahu perlu mengambil dahak, namun bapak malu ketahuan orang lain. Bapak
punya tanggung jawab keluarga disamping bapak harus menjalani pengpobatan. Bapak
minta waktu untuk mikir dulu.”
,
Keterampilan Kunci

2. Peneguhan (afirmasi)
Melihat, menghargai sisi positif, setiap
orang ada sisi positif.nya
Tidak dibuat-buat,
“Walaupun bapak bilang sulit meninggalkan pekerjaan namun
tetap datang hari ini, bapak punya keinginan untuk sembuh”

Hindari memuji, karena cenderung melebihi yg sebenarnya,


dikira pasien basa basi.
“Ibu terus berusaha untuk patuh, walaupun ada efek samping
obat, kesembuhan merupakan keinginan utama ibu.”
“Ibu sungguh hebat menjalani pengobatan.” (pujian).
Hindari memakai kata “saya, dan mengevaluasi.
Keterampilan Kunci

3. Pertanyaan Terbuka (Terbuka, Tertutup, Mengarahkan)


4. Bertanya-Beritahu-Bertanya
Memberi informasi dan saran seizin pasien.
Dimulai dg upaya untuk mendapatkan informasi
pengetahuan pasien, menghindari pengulangan yg sudah
diketahui pasien. Diikuti minta persetujuan pasien untuk
pemberian informasi selanjutnya, sebagai penghormatan pd
pasien. Tetap berfokus pd keputusan
sendiri dari pasien, namun tawaran pilihan-pilihan dpt
diberikan. “Apa bapak mau mendapatkan informasi cara
pencegahan lain?.”
Kemudian petugas perlu menilai kembali pemahaman pasien.
Durasi Pengobatan Individual
Lama Lama Total durasi
Tipe pasien Bulan konversi
tahap awal tahap lanjutan pengobatan

Baru Bulan 0-4 8 bulan 12 bulan 20 bulan

9 – 12 bulan
Bulan 5-8 (tambah 4 bulan
  dari bulan
12 bulan 21–24 bulan
konversi)

 
Pernah
diobati atau Bulan 0-4 12 bulan 12 bulan 24 bulan
TB pre-/XDR

  Bulan 3-4 15-16 bulan 12 bulan 27-28 bulan

Anda mungkin juga menyukai