Anda di halaman 1dari 148

PENGOBATAN PASIEN

TUBERKULOSIS (TB) di FKTP


Deskripsi Singkat Pengobatan

• TB sensitif & TB Resistan Obat (RO).


• Prinsip pengobatan TB di FKTP = FKRTL.
Tidak dapat ditangani di FKTP → FKRTL.
• Tahap awal dan tahap lanjutan.
• Harus dijalani teratur & benar → sembuh
• Memperkecil risiko TB Multi Drug Resistant (MDR)
atau Extensively Drug Resistant (XDR).
Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Umum(TPU)


Setelah menyelesaikan materi, peserta mampu
melakukan pengobatan pasien TB.

Tujuan Pembelajaran Khusus(TPK)


Setelah mempelajari materi lnti 2 ini peserta latih
mampu :
Menjelaskan prinsip-prinsip pengobatan TB
Melakukan tata laksana pengobatan TB
Melakukan Komunikasi Motivasi
Melakukan Pencegahan TB bagi populasi rentan
Pokok bahasan dan Sub pokok
bahasan
1. Prinsip pengobatan TB di fasyankes:
✕ Tujuan Pengobatan TB
✕ Jenis OAT
✕ Dosis OAT
✕ Tahapan dan lama pengobatan
✕ Persiapan sebelum pengobatan

2. Tata laksana pengobatan TB:


✕ Pasien TB Dewasa
✕ Pasien TB Anak
✕ Pasien dengan keadaan khusus
✕ Penetapan PMO
✕ Pasien TB dengan efek samping OAT
✕ Tatalaksana kasus mangkir
Pokok bahasan dan Sub pokok bahasan (lanjutan)

3. Komunikasi Motivasi pada


✕ Komunikasi Motivasi Untuk Pasien TB
✕ Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Untuk Pasien dan
Keluarga PasienTB

4. Pencegahan TB bagi populasi rentan :


✕ Vaksinasi BCG bagi bayi
✕ Pengobatan pencegahan bagi anak bawah 5 tahun
✕ Pengobatan Pencegahan (PP INH) bagi ODHA
Uraian Materi

Pokok bahasan 1 : Prinsip Pengobatan TB di Fasyankes

Pokok bahasan 2 : Tatalaksana Pengobatan TB

Pokok bahasan 3 : Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)

Pokok bahasan 4 : Pencegahan bagi Populasi Rentan


Prinsip Pengobatan

Jangka panjang
Multi Drugs

Single dose
Tujuan Pengobatan

➢Menyembuhkan pasien, memperbaiki produktivitas &


kualitas hidup.
➢Mencegah kematian TB atau dampak buruk selanjutnya.
➢Mencegah kekambuhan TB
➢Menurunkan risiko penularan TB
➢Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat.
Jenis OAT
1. OAT lini pertama
2. OAT lini kedua

Dosis OAT
1. Dosis rekomendasi OAT lini pertama → dewasa
• Perhitungan dosis OAT Resistan Obat
Jenis OAT
OAT lini pertama

Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)


Jenis OAT Sifat
Harian 3 x seminggu

Isoniasid (H) Bakterisid 5 (4-6) 10 (8-12)

Rifampisin (R) Bakterisid 10 (8-12) 10 (8-12)

Pirazinamid (Z) Bakterisid 25 (20-30) 35 (30-40)

Streptomisin (S) Bakterisid 15 (12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15 (15-20) 30 (20-35)


OAT lini kedua
Grup Golongan Jenis Obat

A Florokuinolon Levofloksasin (Lfx), Moksifloksasin (Mfx) , Gatifloksasin (Gfx)*

OAT suntik lini Kanamisin (Km), Amikasin (Am)*, Kapreomisin (Cm),


B
kedua Streptomisin (S)**

OAT oral lini Etionamid (Eto)/Protionamid (Pto)*, Sikloserin (Cs) /Terizidon (Trd)*,
C
Kedua Clofazimin (Cfz), Linezolid (Lzd)

OAT lini
D1 Pirazinamid (Z), Etambutol (E), Isoniazid (H) dosis tinggi
pertama
Bedaquiline (Bdq), Delamanid (Dlm)*, Pretonamid (PA-
D2 OAT baru
D 824)*
Asam para aminosalisilat (PAS), Imipenem-silastatin
OAT
D3 (Ipm)*, Meropenem (Mpm)*, Amoksilin clavulanat (Amx-
tambahan
Clv)*, Thioasetazon (T)*
Dosis OAT
Dosis rekomendasi OAT Lini pertama untuk dewasa
Dosis rekomendasi
Harian 3 kali per minggu
Obat
Dosis (mg/ Dosis (mg/
Maksimum (mg) Maksimum (mg)
kgBB) kgBB)
Isoniazid (H) 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
10
Rifampisin (R) 600 10 (8-12) 600
(8-12)
25
Pirazinamid (Z) 35 (30-40)
(20-30)
15
Etambutol (E) 30 (25-35)
(15-20)
15 15
Streptomisin (S)*
(12-18) (12-18)
Dosis OAT Resistan Obat
Berat Badan (BB)> 30 kg
OAT Dosis Harian
30-35 kg 36-45 kg 46-55 kg 56-70 kg >70 kg

Kanamisin 15-20 mg/kg/hari 500 mg 625-750 mg 875-1000 mg 1000 mg 1000 mg

Kapreomisin 15-20 mg/kg/hari 500 mg 600-750 mg 750-800 mg 1000 mg 1000 mg

Pirazinamid 20-30 mg/kg/hari 800 mg 1000 mg 1200 mg 1600 mg 2000 mg

Etambutol 15-25 mg/kg/hari 600 mg 800 mg 1000 mg 1200 mg 1200 mg

Isoniasid 4-6 mg/kg/hari 150 mg 200 mg 300 mg 300 mg 300 mg

Levofloksasin (dosis
750 mg/ hari 750 mg 750 mg 750 mg 750-1000 mg 1000mg
standar)
Levofloksasin (dosis
1000 mg/ hari 1000 mg 1000 mg 1000 mg 1000 mg 1000 mg
tinggi)

Moksifloksasin 400 mg/ hari 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg

Sikloserina 500-750 mg/ hari. 500 mg 500 mg 750 mg 750 mg 1000mg

Etionamida 500-750 mg/ hari. 500 mg 500 mg 750 mg 750 mg 1000 mg

Asam PASa 8 g/ hari. 8g 8g 8g 8g 8g

Sodium PASb 8 g/ hari. 8g 8g 8g 8g 8g

Bedaquilinc 400 mg/ hari 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg

Linezolid 600 mg/ hari 600 mg 600 mg 600 mg 600 mg 600 mg

Klofazimind 200–300 mg/ hari 200 mg 200 mg 200 mg 300 mg 300mg

Delamanid
Tahapan Pengobatan
Tahap Awal,
+ diberikan setiap hari
+ menurunkan jumlah kuman & meminimalisir pengaruh
sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan

Tahap lanjutan
+ membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam
tubuh & mencegah terjadinya kekambuhan

Lama pengobatan pasien TB tergantung kriteria pasien


TB
Persiapan pengobatan

• Anamnesis ulang
• Timbang berat badan
• Identifikasi kontak erat (serumah)
• Data dasar pasien benar
• Penetapan PMO
• Pemeriksaan penyakit komorbid (HIV, DM)
• Kunjungan rumah oleh petugas jika di perlukan
• Pemeriksaan base line penunjang
Pengobatan TB Dewasa
Kategori 1 (TB Sensitif Obat)
+ Memakai OAT lini pertama
+ 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR)
+ diberikan pada pasien:
1. TB paru baru terkonfirmasi bakteriologis,
2. TB paru baru terkonfirmasi klinis,
3. TB ekstra paru
Dosis paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3

Tahap Awal Tahap Lanjutan


Berat Badan tiap hari (56 hari ) 3 x /minggu (16 minggu)
RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT

38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT


Dosis paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2 HRZE / 4H3R3

Dosis per hari / kali


Tahap Lama
Tablet Kaplet Tablet Tablet Jumlah hari/kali
PengobPengob
Isoniasid @ Rifampisin @ Pirazinamid Etambutol menelan obat
atan atan
300 mgr 450 mgr @ 500 mgr @ 250 mgr

Awal 2 Bulan 1 1 3 3 56

Lanjuta
4 Bulan 2 1 - - 48
n
Pengobatan TB Dewasa
Kategori 2 (TB Sensitif Obat)

+ Pengobatan TB Sensitif obat


+ Memakai OAT lini pertama:
+ 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 or 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E
+ diberikan pada
1. kambuh
2. gagal pada pengobatan Kategori I
3. dengan pengobatan setelah putus berobat (loss
to follow-up)
Dosis paduan OAT KDT Kategori 2 : 2(HRZE)S / (HRZE)
/5(HR)3E3
Tahap Awal Tahap Lanjutan
Berat tiap hari 3 kali seminggu
Badan RHZE (150/75/400/275) + S RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
2 tab 4KDT
2 tab 2KDT
30-37 kg + 500 mg Streptomisin 2 tab 4KDT
+ 2 tab Etambutol
inj.
3 tab 4KDT
3 tab 2KDT
38-54 kg + 750 mg Streptomisin 3 tab 4KDT
+ 3 tab Etambutol
inj.
4 tab 4KDT
4 tab 2KDT
55-70 kg + 1000 mg Streptomisin 4 tab 4KDT
+ 4 tab Etambutol
inj.
5 tab 4KDT
Dosis paduan OAT Kombipak Kat 2: 2HRZES / HRZE /
5H3R3E3

Etambutol
Kaplet Tablet Jumlah
Tahap Lama Tablet Strepto
Rifampisi Pirazinam Tablet Tablet hari/kali
Pengobata Pengob Isoniasid @ misin
n @ 450 id @ 500 @ 250 @ 400 menelan
n atan 300 mgr injeksi
mgr mgr mgr mgr obat

Tahap
Awal 2 bulan 1 1 3 3 - 0,75 gr 56
(dosis 1 bulan 1 1 3 3 - - 28
harian)
Tahap
Lanjutan
5 bulan 2 1 - 1 2 - 60
(dosis 3x
semggu)
Pemeriksaan BTA untuk pemantauan hasil pengobatan:
KATEGORI BULAN PENGOBATAN
PENGOBAT
1 2 3 4 5 6 7 8
AN
(====)
(-------) (-------)
X
Pasien baru X X
bila hasil (-------) (--)
2(HRZE)/4(H (=) bila hasil bila hasil
BTA positif = (X)
R)ӡ BTA positif = BTA positif =
tidak
gagal * gagal*.
konversi*.

Pasien (-------)
(====) (-------)
pengobatan X
X X
ulang (--) (-------) (--) bila hasil
(=) (====) bila hasil BTA bila hasil
2(HRZE)S (X) BTA
positif, = tidak BTA positif,
/(HRZE)/ positif =
konversi*. gagal*
5(HR)ӡEӡ gagal*
Tatalaksana pasien berobat tidak teratur
Tatalaksana pasien berobat tidak teratur
(lanjutan : Loss to Follow Up)
Hasil Pengobatan Pasien TB

Hasil
1 2 3 4 5 6
Pengobatan

Sembuh Neg/(+) Neg Neg

Pe’obatan
Neg/(+) Neg ?
Lengkap

Neg/(+) (+)
Gagal
Laboratorium RO (+)

Meninggal Meninggal oleh sebab apapun dan kapanpun

Putus Obat Tidak memulai p’obatan, atau putus ≥ 2 bulan berturut

Tidak di
Tidak diketahui hasil akhirnya (Transfer tanpa konfirmasi)
evaluasi
Let’s TOSS to End TB
Pengobatan TB Dewasa
TB Resisten Obat
Pengobatan TB Dewasa
TB Resisten Obat (Prinsip Pengobatan)
1. TB RO → TCM TB atau biakan konvensional → pengobatan TB RO
baku & bermutu.
2. Persiapan awal: pemeriksaan penunjang.
3. Menggunakan paduan standar OAT lini II & lini I
4. Penetapan pengobatan: TAK sudah dilatih.
5. Inisiasi pengobatan: di RS/Puskesmas terlatih.
6. Penyulit di Puskesmas → RS
7. Prinsip ambulatory (kondisi/komplikasi khusus : rawat inap)
8. PMO: petugas kesehatan di fktp
9. Pasien mulai pengobatan TB MDR di RS Rujukan → di Puskesmas/
fasyankes terdekat→ persiapan sebelumnya.
Dasar- dasar pengobatan TB RO
1. Paduan OAT TB RO: paduan OAT standar & OAT
individual.
2. Rekomendasi WHO 2016, ± 5 (lima) jenis OAT tahap awal,
yaitu:
• 4 (empat) OAT inti lini II: masih efektif/ belum pernah
digunakan:
• salah satu OAT grup A (golongan flurokuinolon)
• salah satu OAT grup B ( golongan OAT suntik lini II)
• 2 OAT grup C (golongan OAT oral lini II)
• 1 (satu) OAT lini I: Pirazinamid (grup D1), masuk bagian dr
5 obat yang harus diberikan tapi tidak dihitung obat inti.
• Tidak dihitung bagian dr 5 (lima) OAT TB RO yang
dipersyaratkan di atas adalah OAT dari grup D1 yang bisa
ditambahkan untuk memperkuat efikasi paduan. Pasien TB
RR dan TB MDR akan mendapatkan Isoniazid dosis tinggi
dan atau Etambutol.
Dasar- dasar pengobatan TB RO

• OAT dari grup D2 dan D3: untuk paduan OAT


individual sebagai pengganti OAT inti dari grup A,B,C
agar syarat 4 (empat) OAT inti dapat dipenuhi.

3. Paduan OAT standar: pasien TB RR & TB MDR di


Fasyankes Rujukan TB RO dan Fasyankes TB RO.
Berdasarkan durasi pengobatan, dibedakan menjadi:
• Paduan OAT standar jangka pendek (9-11 bulan)
• Paduan OAT standar konvensional (20-26 bulan)
Dasar- dasar pengobatan TB RO

4. Paduan OAT individual: pasien TB pre XDR &TB XDR.


Kombinasi OAT lini pertama, lini kedua & OAT jenis baru.
Dilaksanakan di Fasyankes Rujukan TB RO. Durasi
pengobatan minimal 24 bulan

5. Paduan OAT standar → disesuaikan → perubahan hasil uji


kepekaan M.Tb → paduan individual → ditetapkan dokter
terlatih di Fasyankes Rujukan TB RO.

6. Paduan OAT individual: Pasien yang perlu OAT jenis baru


karena ES berat → OAT lini II gol fluorokuinolon (grup A)/ OAT
suntik lini II (grup B) → dikhawatirkan mengurangi efek paduan
OAT yang diberikan.
Dosis OAT RO untuk Dewasa
Jenis OAT Dosis Berat Badan (BB) > 30 kg
Harian 30-35 kg 36-45 kg 46-55 kg 56-70 kg >70 kg

Levofloksasin 750-1000 mg/ hr 750 mg 750 mg 1000 mg 1000 mg 1000 mg


Moksifloksasin 400 mg/ hr 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg
Kanamisin 15-20 mg/kg/hr 500 mg 625-750 mg 875-1000 mg 1000 mg 1000 mg

Kapreomisin 15-20 mg/kg/hr 500 mg 600-750 mg 750-800 mg 1000 mg 1000 mg

Streptomisin 12-18 mg/kg/hr 500 mg 600-700 mg 800 mg 1000 mg 1000 mg

Sikloserin 500-750 mg/ hr 500 mg 500 mg 750 mg 750 mg 1000 mg


Etionamid 500-750 mg/ hr. 500 mg 500 mg 750 mg 750 mg 1000 mg
Linezolid 600 mg/ hr 600 mg 600 mg 600 mg 600 mg 600 mg
Klofazimin 200–300 mg/ hr 200 mg 200 mg 200 mg 300 mg 300mg
Pirazinamid 20-30 mg/kg/hr 800 mg 1000 mg 1200 mg 1600 mg 2000 mg
Etambutol 15-25 mg/kg/hr 600 mg 800 mg 1000 mg 1200 mg 1200 mg
Isoniasid 15-20 mg/kg/hr 150 mg 200 mg 300 mg 300 mg 300 mg
Bedaquilin 400 mg/ hari 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg
Asam PAS 8 g/ hari. 8g 8g 8g 8g 8g
Sodium PAS 8 g/ hari. 8g 8g 8g 8g 8g
Tatalaksana inisiasi TB RO
Penetapan paduan dan dosis OAT TB RO

Paduan OAT standar


Pengobatan OAT standar jangka pendek (9-11 bulan)
4-6 Km - Mfx - Eto - Cfz – Z – H dosis tinggi – E / 5 Mfx - Eto - Cfz - Z - E

Pengobatan OAT standar konvensional (20-26 bulan)

8-12 Km - Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H


Penetapan paduan dan dosis OAT TB RO

• Kontraindikasi Paduan OAT standar jangka pendek:


• Resistan/ tidak efektif terhadap salah satu obat paduan
OAT standar jangka pendek (kecuali INH).
• Pernah menggunakan OAT lini II >1 bulan.
• Intoleransi terhadap > 1 OAT standar jangka pendek.
• Kehamilan.
• TB ekstraparu.
• paduan OAT standar jangka pendek tidak tersedia.
Penetapan paduan dan dosis OAT TB RO
Ketentuan penggunaan Paduan OAT standar jangka pendek:

Memenuhi kriteria pasien TB RR atau TB RO


Tidak ada kontraindikasi OAT standar jangka pendek
Pasien dengan paduan OAT standar jangka pendek terjadi:
pengobatan gagal (pasien tidak konversi akhir bulan ke-6),
intoleransi obat, putus berobat > 2 bulan & munculnya salah satu KI →
penggantian paduan → pengobatan OAT konvensional/ individual.
Penggunaan fluorokuinolon & obat suntik lini II selain jenis yang
digunakan dalam paduan OAT standar jangka pendek → diperkirakan →
resistensi silang → obat yang dipakai → kriteria ekslusi tambahan.
bisa diberikan pada pasien TB RO anak dan ODHA.
Ketentuan penggunaan Paduan OAT standar jangka pendek
(lanjutan):

Pemilihan jenis paduan OAT standar → dokter terlatih, TAK di


Fasyankes Rujukan, dan di Fasyankes TB.

Dosis atau frekuensi pemberian OAT dapat disesuaikan:


terjadi perubahan berat badan.
terjadi ES berat & obat pengganti tidak tersedia.

Piridoksin (vit. B6) →pasien yang dapat sikloserin → dosis 50 mg/


sikloserin 250 mg

gangguan penglihatan:Etambutol → dihentikan.

Kem Kes RI → persiapan peralihan penggunaan paduan OAT


standar jangka pendek secara bertahap.
Paduan OAT Individual,

TB pre-XDR atau TB XDR sejak awal, atau terjadi resistensi


tambahan terhadap OAT lini II gol fluorokuinolon & obat suntik
lini II selama pengobatan OAT standar. Lama pengobatan
minimal 24 bulan.

Pasien TB RO yang mengalami ES berat terhadap OAT lini II


gol fluorokuinolon & obat suntik lini II. Lama pengobatan (20-26
bulan) sesuai dengan respon terhadap pengobatan yang
diberikan.

Penetapan paduan dan dosis OAT RO: TAK atau dokter terlatih di
Fasyankes Rujukan TB RO atau Fasyankes TB RO.
Paduan OAT Individual
Paduan OAT Individual: pasien TB MDR yang resistan/ alergi
fluoroquinolon tapi sensitif thd OAT suntik lini II (Pre-XDR):
Paduan OAT Individual

• Paduan OAT individual untuk pasien TB MDR yang


resistan atau alergi terhadap OAT suntik lini kedua
tetapi sensitif terhadap fluorokuinolon (Pre-XDR) :
Paduan OAT Individual

Paduan OAT Individual untuk pasien TB XDR:


Paduan OAT Individual

Paduan OAT individual → pasien alergi/ ES berat thd OAT oral lini II (Grup C)
sedangkan OAT suntik lini II & gol fluorokuinolon bisa dipakai, maka OAT
penggantinya:
salah satu OAT Grup C (Cfz atau Lnz) atau
D2 (Bdq) atau
D3 (PAS) yang tersedia: tetap memenuhi standar minimal 4 OAT inti lini II

Contoh:
Pasien mengalami gangguan kejiwaan berat, diduga disebabkan penggunaan
Sikloserin, PAS merupakan OAT paling mudah diperoleh. Maka paduannya
adalah:

8-12 Km - Lfx - Eto - PAS - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Eto - PAS - Z - (E) - H
Paduan OAT Individual

Alternatif lain:
Tahapan Pengobatan TB RO
a. Lama pengobatan, tergantung kepada:
• Riwayat pengobatan TB RO:
1. Pasien baru/ belum pernah diobati dgn pengobatan TB RR/ TB MDR:
OAT standar jangka pendek:
• Lama pengobatan dihitung : hasil pem dahak bulan ke 4 &/ pem dahak
bulan ke 6
• Lama pengobatan min 9 bulan dan maks 11 bulan.

2. Pasien baru/ belum pernah diobati dgn pengobatan TB RR/ TB MDR:


paduan OAT standar konvensional:
• Lama pengobatan:18 bulan setelah konversi biakan
• Lama pengobatan minimal 20 bulan.

3. Pasien sudah pernah diobati TB RR/ MDR atau pasien TB XDR,


paduan OAT individual:
• Lama pengobatan 22 bulan setelah konversi biakan.
• Lama pengobatan minimal 24 bulan.
Tahapan Pengobatan TB RO
b. Durasi pengobatan
Tipe pasien Bulan konversi Lama tahap awal Lama pengobatan Lama tahap
(a) (b) lanjutan (b-a)

Baru 1 Bulan 0-2 8 bulan 20 bulan 12 bulan

Bulan 3-4 8 bulan 21 – 22 bulan 13 – 14 bulan


Bulan 5-8 9 – 12 bulan 23 – 26 bulan 14 bulan
Baru diobati OAT Bulan 4 4 bulan 9 bulan 5 bulan
standar jangka Bulan 6 6 bulan 11 bulan 5 bulan
pendek

Pernah diobati2 atau Bulan 0-2 12 bulan 24 bulan 12 bulan


TB XDR Bulan 3-4 13 – 14 bulan 25 – 26 bulan 12 bulan

Bulan 5-8 15 – 18 bulan 27 – 30 bulan 12 bulan


Tahapan Pengobatan TB RO
c. Cara pemberian obat
Tahap awal:
Suntikan: 5 kali seminggu (Senin-Jumat),
Obat per-oral: 7 kali seminggu (Senin-Minggu).
OAT standar jangka pendek, obat oral: minimal 112 dosis&
suntikan minimal 80 dosis.
OAT standar konvensional, obat oral: minimal 224 dosis &
suntikan minimal 160 dosis.

✕Tahap lanjutan:
Obat per oral: 7 kali seminggu (Senin-Minggu)
Obat suntikan tidak diberikan
OAT standar jangka pendek, obat oral: minimal 140 dosis
OAT standar konvensional, obat oral: minimal 336 dosis
Tahapan Pengobatan TB RO
• Dosis Bertahap untuk memulai kembali pengobatan
OAT RO
Hari pertama (beri obat dalam Hari ke-
Hari Nama obat Hari ke- tiga
dosis terpisah pagi & sore) dua

Hari ke 1-3 Sikloserin 250 mg 500mg Dosis penuh


(125 mg + 125 mg)

Hari ke 4-6 Levofloksasin 200 mg 400 mg Dosis penuh


(100 mg + 100 mg)

Hari ke 7-9 Kanamisin 250 mg 500 mg Dosis penuh


(125 mg + 125 mg)

Hari ke Etionamid 250 mg 500 mg Dosis penuh


10-12 (125 mg + 125 mg)

Hari ke 13-15 Pirazinamid 400 mg 800 mg Dosis penuh


(200 mg + 200 mg)
ALUR TATALAKSANA PENGOBATAN TB RO
(RAWAT JALAN TAHAP AWAL)
ALUR TATALAKSANA PENGOBATAN TB
RO (RAWAT JALAN TAHAP AWAL)
ALUR TATALAKSANA PENGOBATAN TB RO
(RAWAT JALAN TAHAP LANJUTAN)
Pemantauan Pengobatan TB RO OAT
Standar Jangka Pendek
Pemantauan Pengobatan TB RO OAT
Standar Jangka Konvensional dan
Individual
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Tatalaksana pasien TB RO yang berobat setelah
mangkir
Tatalaksana pasien TB RO yang berobat setelah
mangkir
Tatalaksana pasien TB RO yang berobat setelah
mangkir
Tatalaksana pasien TB RO yang berobat setelah
mangkir
Tatalaksana Kasus Gagal Pengobatan
• Pasien dengan risiko gagal pengobatan
• Penghentian Pengobatan sebelum waktu

Pertimbangan untuk menghentikan


pengobatan

• Pertimbangan klinis
• Pertimbangan kesehatan masyarakat (public health)
Tindakan suportif pada pasien yang
dihentikan pengobatannya,

• Bila memungkinkan review menyeluruh mengenai tindakan non


medikamentosa untuk pasien, misalnya tindakan bedah.
• Obat simptomatis sesuai indikasi
• Terapi oksigen sesuai indikasi
• Gizi seimbang
• Kunjungan petugas kesehatan dilakukan teratur.
• Jika diperlukan pasien dirawat inap untuk perbaikan kondisi
klinis
• Pendidikan kesehatan terutama pengendalian infeksi di
lingkungannya
Tatalaksana Pasien biakan negatif
menjadi positif
EVALUASI :
-Melakukan review kartu pengobatan pasien
-Evaluasi DOT untuk memastikan OAT diminum secara benar

TINDAKAN :
-Ulangi pemeriksaan BTA dan biakan sekurangnya dari 2 sampel sebagai konfirmasi
-Ulangi pemeriksaan radiologi untuk melihat perkembangan penyakitnya

Hasil Pemeriksaan Biakan


POSITIF
NEGATIF

- Ulang Uji kepekaan M.tuberculosis (FLD dan SLD) Kemungkinan kontaminan dan
- Bila hasil berbeda pola resistensi maka pertimbangkan kemungkinan pengobatan dilanjutkan
reinfeksi, infeksi silang atau transient resistance
- Lakukan pemeriksaan strain kuman bila fasilitas tersedia

Sesuaikan paduan OAT dengan pola resistansi baru


Hasil AKHIR Pengobatan Pasien TB RO
• Sembuh
Pada pengobatan jangka pendek
Pada pengobatan konvensional
• Pengobatan lengkap
• Meninggal
• Gagal
• Loss to follow-up (putus berobat)
• Tidak dievaluasi

Catatan: Definisinya dapat dibaca dalam modul


Evaluasi Lanjutan Setelah Pasien
Sembuh atau Pengobatan Lengkap
• Membuat jadual kunjungan: evaluasi paska pengobatan.
• Evaluasi tiap 6 bulan sekali selama 2 tahun
• Edukasi pasien: jadual kunjungan paska pengobatan.
• Pemeriksaan: anamnesis lengkap, pemeriksaan fisis,
pemeriksaan dahak, biakan dan foto toraks.
• Pemeriksaan memastikan terjadinya kekambuhan.
• Edukasi pasien: PHBS seperti olah raga teratur, tidak
merokok, konsumsi makanan bergizi, istirahat dan tidak
mengkonsumsi alkohol.
• Pencatatan dalam formulir TB 01 MDR dan TB 03 MDR.
PENGOBATAN TB ANAK
Prinsip : multi drug, dosis tepat, diminum teratur,
pemberian/ perbaikan gizi

OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada fase awal maupun lanjutan

dosis 1 tablet OAT KDT


dosis OAT untuk anak

dewasa anak
HRZ 300/ 450/ 500 HRZ 50/ 75/ 150

nama obat Dosis harian Dosis maksimal


(mg/kgBB/hari) (mg/hari)
H 10 (7-15) 300
R 15 (10-20) 600
Z 35 (30-40) -
E 20 (15-25) -
PENGOBATAN TB ANAK

1. TB Sensitif
Paduan OAT dan lama pengobatan TB pada anak
PENGOBATAN TB ANAK

Dosis OAT KDT pada TB anak


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengobatan TB anak:
1. Bayi <5kg, OAT terpisah, bukan KDT & dirujuk ke RS
2. BB naik, dosis disesuaikan
3. Bila ada obesitas, dosis berdasarkan BB ideal (sesuai umur)
4. OAT KDT diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah/digerus
5. Obat diberikan utuh, dikulum atau dimasukkan air dalam sendok
6. Obat diberikan saat perut kosong atau 1 jam pc
7. Bila H dikombinasi R, dosis H <10/kgBB/hari
8. Bila OAT lepas berupa puyer, obat diberikan sendiri/ tidak campur
PENGOBATAN TB ANAK
PENGOBATAN TB ANAK
Pemantauan dan evaluasi pengobatan TB anak
- pastikan obat diminum teratur (dicatat pada kartu pemantauan
pengobatan)

- fase awal : tiap 2mgg


fase lanjutan : tiap bulan

- evaluasi : respon pengobatan, kepatuhan, toleransi dan mungkin


efek samping obat

- Respon baik : klinis membaik (demam- batuk<<)


nafsu makan & BB naik

- Respon tidak membaik : lanjutkan obat


rujuk
Hasil Pengobatan Pasien TB Anak

Hasil
1 2 3 4 5 6
Pengobatan

Sembuh Neg/(+) Neg Neg

Pe’obatan
Neg/(+) Neg ?
Lengkap

Neg/(+) (+)
Gagal
Laboratorium RO (+)

Meninggal Meninggal oleh sebab apapun dan kapanpun

Putus Obat Tidak memulai p’obatan, atau putus ≥ 2 bulan berturut

Tidak di
Tidak diketahui hasil akhirnya (Transfer tanpa konfirmasi)
evaluasi
1. Ketidakpatuhan minum OAT → pasien TB: penyebab
kegagalan terapi dan meningkatkan risiko terjadinya TB resistan
obat.
2. Jika anak tidak minum obat >2 minggu di fase intensif atau > 2
bulan di fase lanjutan DAN menunjukkan gejala TB, ulangi
pengobatan dari awal.
3. Jika anak tidak minum obat <2 minggu di fase intensif atau <2
bulan di fase lanjutan DAN menunjukkan gejala TB, lanjutkan
sisa pengobatan sampai selesai.
TB Resistan Obat Pada Anak
Prinsip dasar :

•Hampir sama dengan pengobatan dewasa


Ketentuan khusus :
1.Paduan OAT untuk TB RO ditetapkan secara empiris mengikuti
paduan OAT yang diberikan kepada index case nya.
2.Paduan OAT RO Anak :
• 4 obat lini kedua yang masih sensitif, terdiri dari satu
OAT grup A (fluorokuinolon),
• Satu OAT grup B (OAT suntik lini kedua),
• Dua OAT grup C (OAT oral lini kedua).
• Pirazinamid.
• Etambutol dan Isoniazid diberikan untuk memperkuat paduan.
3.Gunakan dosis tinggi (high-end dosing) bila memungkinkan.
4.Pemberian setiap hari, harus dalam pengawasan PMO.
5.Durasi sesuai dengan kriteria pasien dan jenis paduan diberikan.
6.Pemantauan pengobatan TB RO pada anak sesuai dengan alur
pemantauan pengobatan pada pasien dewasa.
7.Paduan OAT individual juga bisa diberikan pada pasien TB RO
kelompok anak. Paduan menggunakan Bedaquilin belum
direkomendasikan untuk diberikan pada pasien anak < 14 tahun.
Dosis OAT TB RO Anak
Jenis OAT Dosis Harian Anak Keterangan

Levofloksasin 15 - 20 mg/ kg/dosis terbagi untuk Untuk anak diatas 5 tahun dosis
anak < 5 tahun tunggal, 10-15 mg/kg/hari
Moksifloksasin 7,5 - 10 mg/ kg/hari

Kanamisin 15-30 mg/kg/hari Dosis harian maksimal 1000mg

Kapreomisin 15-30 mg/kg/hari Dosis harian maksimal 1000mg

Streptomisin 20-40 mg/kg/hari Dosis harian maksimal 1000mg

Sikloserin 10-20 mg/kg/hari. Kapsul bisa dibuka dan dilarutkan


dalam 10ml air. Bisa dosis terbagi

Etionamid 15-20 mg/kg/hari Dapat diberikan dalam dosis


terbagi
Linezolid 10 mg/ kg/ dosis terbagi 3 kali Dosis maksimum 600mg, Vit B6
sehari harus diberikan
Dosis OAT TB RO Anak (lanjutan)

Jenis OAT Dosis Harian Anak Keterangan

Klofazimin 1 mg/kg/ hari Dosis maksimal 200mg

Pirazinamid 30-40 mg/kg/hari Dosis maksimal 2000mg

Etambutol 15-25 mg/kg/hari Dosis maksimal 1200mg

Isoniasid 7-15 mg/kg/hari Dosis maksimal 300mg

Bedaquilin Belum ada Dosis terbagi pagi sore

Asam PAS 200-300mg/ hari. Dosis terbagi pagi sore

Sodium PAS 200-300mg/ hari.


Pengobatan Pasien TB Dengan
Keadaan Khusus

a. Pengobatan TB pada ODHA


Prinsip :
1. Pengobatan TB pada ODHA dan inisiasi ART secara dini
2. Pemberian pengobatan pencegahan dengan Kotrimoksasol
(PPK)
3. Perawatan, Dukungan Dan Pengobatan HIV.
Prinsip pengobatan TB pada ODHA

• Kategori pengobatan TB tidak dipengaruhi oleh status HIV pasien TB.


• Pengobatan TB pada pasien dengan HIV positif adalah sama seperti
pasien TB lainnya. Kategori-1 diberikan kepada semua pasien baru dan
kategori-2 diberikan kepada semua pasien pengobatan ulang.
Pengobatan TB pada ODHA (2)
• Pengobatan TB pada ODHA dan inisiasi ART secara dini
• Pengobatan ARV dimulai segera dalam waktu 2- 8 minggu pertama
setelah dimulainya pengobatan TB dan dapat ditoleransi baik .
• Perhatikan apakah pasien sedang dalam pengobatan ARV/ tidak. (ya >
OAT dari FKTRL)
• bila pasien TB - HIV Positif, unit DOTS → pasien ke unit HIV atau RS
rujukan ARV untuk mempersiapkan dimulainya pengobatan ARV.
• Sebelum merujuk pasien ke unit HIV, Lakukan persiapan agar pasien
patuh selama mendapat pengobatan ARV.
Pengobatan TB pada ODHA (2)
• Pengobatan ARV harus diberikan di layanan PDP yang mampu
memberikan tatalaksana komplikasi yang terkait HIV, yaitu di RS
rujukan ARV atau satelitnya.
• Ketika pasien telah dalam kondisi stabil, misalnya sudah tidak lagi
dijumpai reaksi atau efek samping obat, tidak ada interaksi obat maka
pasien dapat dirujuk kembali ke Puskesmas/unit RS DOTS untuk
meneruskan OAT sedangkan untuk ARV tetap diberikan oleh unit HIV.
• Kerjasama yang erat dengan Fasyankes yang memberikan pelayanan
pengobatan ARV sangat diperlukan.
Contoh pengobatan bersama TB pada ODHA
Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan Khusus
Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan Khusus
Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan Khusus

3. Hepatitis Kronis
Pemeriksaan fungsi hati harus dilakukan sebelum pengobatan.
Hasil fungsi hati >3 x normal sebelum memulai pengobatan,
paduan
OAT berikut ini dapat dipertimbangkan:
•2 obat yang hepatotoksik
2 HRSE / 6 HR
9 HRE
•1 obat yang hepatotoksik
2 HES / 10 HE
•Tanpa obat yang hepatotoksik
18-24 SE + salah satu gol fluorokuinolon (ciprofloxasin tidak
direkomendasikan karena potensinya sangat lemah).
Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)
d. Pengobatan TB pada ibu hamil, pengguna kontrasepsi dan wanita usia subur

•Kehamilan
Prinsip pengobatan TB kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB pada
umumnya. Golongan Aminoglikosida seperti streptomisin atau kanamisin dapat
menimbulkan ototoksik.
Piridoksin 50mg/hari pada ibu hamil dalam pengobatan TB,
vitamin K 10mg/hari apabila Rifampisin digunakan pada trimester 3 menjelang partus.

•Ibu menyusui dan bayinya


Prinsip pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda.
Semua jenis OAT Lini 1 aman untuk ibu menyusui.
PPINH diberikan kepada bayi sesuai dengan berat badannya.

•Pasien TB pengguna kontrasepsi:


Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal dapat menurunkan efektifitas
kontrasepsi.
Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan Khusus

e. Pengobatan TB pada perempuan usia subur


•Jika menggunakan kontrasepsi, Rifampisin berinteraksi dengan
kontrasepsi hormonal. Pasien TB sebaiknya menggunakan
kontrasepsi non-hormonal
•Pasien TB RO usia subur harus melakukan tes kehamilan terlebih
dahulu.
•Pasien dianjurkan memakai kontrasepsi fisik untuk mencegah
kehamilan.
Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan Khusus
(lanjutan)
Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)
Penetapan Pengawas Menelan Obat (PMO)

Setiap pasien memulai pengobatan harus didahului menentukan


satu orang untuk menjadi PMO.

a. Persyaratan PMO
•dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien, harus disegani dan dihormati oleh pasien,
•Tinggal dekat dengan pasien,
•Bersedia sukarela,
•Bersedia dilatih dan/ penyuluhan bersama pasien
Penetapan Pengawas Menelan Obat (PMO)

b. Peran seorang PMO


•Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur
•Memberi dorongan pasien agar mau berobat teratur,
•Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak
•Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB.
Penetapan Pengawas Menelan Obat (PMO)
c. Pengetahuan PMO
Minimal PMO memahami informasi penting tentang TB untuk
disampaikan kepada pasien dan keluarganya antara lain:
•TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau
kutukan
•TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
•Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan
cara pencegahannya
•Cara pemberian pengobatan pasien (tahap awal dan tahap
lanjutan)
•Pentingnya pengawasan, supaya pasien berobat secara
teratur
•Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya
segera meminta pertolongan ke faskes.
Penetapan Pengawas Menelan Obat
(PMO)

PMO pada TB RO :
Pemilihan PMO :
1.tahap awal : petugas kesehatan baik di dalam atau di luar
Fasyankes, mengingat pada tahap ini pasien harus mendapatkan
suntikan setiap hari.

2. tahap lanjutan : dilakukan oleh petugas kesehatan atau kader


kesehatan yang terlatih TB RO.
Penatalaksanaan pasien TB dengan
efek samping OAT

Prinsip tatalaksana efek samping :


•PAHAMI
•TATALAKSANA
•CATAT
Penatalaksanaan pasien TB dengan
efek samping OAT (lanjutan)

Tempat penatalaksanaan efek samping :


• tergantung pada berat atau ringannya gejala:
◆Efek Samping ringan sampai sedang ditangani di
FKTP.
◆Efek Samping berat dan tidak menunjukkan perbaikan
setelah penanganan efek samping ringan atau sedang
segera rujuk ke FKRTL.
◆Alur rujukan tata laksana efek samping mengikuti alur
jejaring yang telah disepakati antara pengelola program
TB, penyedia layanan dan mekanisme pembayaran
layanan kesehatan yang dimiliki oleh pasien TB.
Efek samping ringan OAT
Efek samping berat OAT
Penatalaksanaan pasien efek samping
pada kulit
• Pasien keluhan gatal tanpa rash dan penyebab lain, pengobatan
anti histamin serta pelembab kulit.
• Pengobatan TB tetap dapat dilanjutkan dengan pengawasan
ketat.
• Bila terjadi rash, semua OAT dihentikan dan segera rujuk kepada
dokter atau fasyankes rujukan
• Mengingat perlunya melanjutkan pengobatan TB hingga selesai,
di fasyankes rujukan dilakukan upaya mengetahui OAT mana
yang menyebabkan terjadinya reaksi dikulit dengan cara” Drug
Challenging”
Efek Samping OAT Lini 2
Efek Samping Ringan dan Sedang Yang Sering Muncul

No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab

1 Reaksi kulit alergi ringan Z, E, Eto, PAS, Km, Cm,

Reaksi kulit alergi sedang dengan/ Z, E, Eto, PAS, Km, Cm


tanpa demam

2 Neuropati perifer H, Cs, Km, Eto, Lfx

3 Mual muntah ringan Eto, PAS, Cfz, H, Z, E, Lfx, R

Mual muntah berat Eto, PAS, Cfz, H, Z, E, Lfx.


Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
Efek Samping Ringan dan Sedang Yang Sering Muncul

No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab

4 Anoreksia Z, Eto, Lfx

5 Diare PAS

6 Nyeri kepala Eto, Cs

7 Vertigo Km, Cm, Eto

8 Artralgia Z, Lfx

9 Gangguan Tidur Lfx, Moxi

10 Gangguan elektrolit ringan: Km, Cm


Hipokalemi
Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
Efek Samping Ringan dan Sedang Yang Sering Muncul

No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab

11 Depresi Cs, Lfx, Eto, H

12 Perubahan perilaku Cs, H

13 Gastritis PAS, Eto,Z

14 Nyeri di tempat suntikan Km, Cm

15 Metalic taste Eto

16 Gatal Cfz

17 Penuaan warna kulit Cfz


Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
Efek Samping Berat Yang Sering Muncul
No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab

1 Kelainan fungsi hati Z, H, Eto, PAS, E, Lfx, Mfx

2 Kelainan fungsi ginjal Km, Cm

3 Perdarahan lambung PAS, Eto, H,Z

4 Gangguan Elektrolit berat (Bartter like Cm, Km


syndrome)

5 Gangguan pendengaran Km, Cm

6 Gangguan penglihatan E
Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
Efek Samping Berat Yang Sering Muncul
No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab

7 Gangguan psikotik (Suicidal tendency) Cs

8 Kejang Cs, Lfx

9 Tendinitis Lfx, Mfx

10 Syok Anafilaktik Km, Cm

11 Reaksi alergi toksik menyeluruh dan Semua OAT yang digunakan


SJS

12 Hipotiroid PAS, Eto


Pelaporan Kejadian Efek Samping
Pelaporan Kejadian Efek Samping
(Lanjutan)

Dalam penerapannya terdapat 3 tingkatan aDSM yaitu :


•Core package : Monitoring dan pelaporan hanya untuk Serious
Adverse Event (SAEs) atau Kejadian Tidak Diinginkan Serius (KTD
serius).
•Intermediate package: Monitoring dan pelaporan SAEs dan
adverse event yang diinginkan.
•Advanced package : Monitoring dan pelaporan semua Adverse
Events
Pelaporan Kejadian Efek Samping
(Lanjutan)
Istilah dan definisi dalam Farmakovigilans (PV) untuk
Paduan OAT RO
Istilah Definisi
Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) Setiap kejadian medis yang tak diinginkan yang terjadi pada pasien atau subjek
uji klinis yang mendapatkan pengobatan, termasuk kejadian yang belum tentu
disebabkan oleh atau berhubungan dengan produk tersebut.
Adverse Reaction (AR) Setiap kejadian yang tak diinginkan dan respon yang tidak diinginkan untuk
produk obat yang diteliti terkait dengan setiap dosis yang diberikan.
Unexpected Adverse Reaction Reaksi efek samping obat, yang sifat atau keparahannya tidak konsisten dengan
(UAR) informasi tentang produk obat yang bersangkutan yang telah terdapat dalam
ringkasan karakteristik produk (atau brosur) untuk produk tersebut.
KTD Serius atau Serious Adverse Secara berurutan; setiap peristiwa yang merugikan, reaksi yang merugikan atau
Reaction (SAR) atau Suspected reaksi yang merugikan tak terduga yang menyebabkan :
Unexpected Serious Adverse Kematian
Reaction (SUSAR) Mengancam kehidupan
Memerlukan rawat inap atau perpanjangan rawat inap yang ada
Cacat persisten atau signifikan atau menyebabkan ketidakmampuan
Bawaan anomali atau cacat lahir
Pelaporan Kejadian Efek Samping
(Lanjutan)
Klasifikasi hubungan kausal paduan OAT RO
Hubungan Deskripsi
Unassessable Tidak terdapat cukup data untuk membuat penilaian

Unclassifiable Tidak terdapat cukup data untuk membangun/menentukan suatu hubungan

Unlikely Terdapat (hanya) sedikit bukti yang menunjukkan ada hubungan sebab-akibat
(misalnya peristiwa itu tidak terjadi dalam waktu yang wajar setelah pemberian obat
percobaan). Terdapat penjelasan lain yang masuk akal untuk kejadian tersebut
(misalnya kondisi klinis pasien, pengobatan lain yang bersamaan).
Possible Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan hubungan sebab akibat (misalnya
karena peristiwa itu terjadi dalam waktu yang wajar setelah pemberian obat
percobaan). Namun, pengaruh faktor lain mungkin berkontribusi pada event
(misalnya kondisi klinis pasien, pengobatan lain yang bersamaan).
Probable Terdapat bukti yang menunjukkan hubungan sebab akibat dan pengaruh faktor-
faktor lain tidak mungkin.
Certain Terdapat bukti jelas yang menunjukkan hubungan sebab akibat dan kontribusi
faktor lain yang mungkin dapat dikesampingkan.
TATALAKSANA
PASIEN MANGKIR
Dibagi 3 kelompok :
1.Putus berobat < 1 bulan
2.Putus berobat 1 – 2 bulan
3.Putus berobat ≥ 2 bulan ( loss
to follow up)

Prinsip :
-Pelacakan
-Diskusikan penyebab putus
berobat
Putus berobat
< 1 bulan lanjutkan*

Putus berobat 1-2


bulan
BTA neg
TB ekstra paru
Pengobatan sebelumnya
< 5 bulan
Periksa dahak
BTA pos
Pengobatan sebelumnya
≥ 5 bulan

TATALAKSANA Kategori 1 Kategori 2


PASIEN MANGKIR -TCM
-Kat 2 awal**
-TCM
-rujuk***
Putus berobat ≥ 2 bulan ( loss to follow up)

BTA neg Ada perbaikan Stop dan observasi


TB ekstra paru
Belum ada
lanjutkan*
perbaikan

Kat 1
Kat 1 Mulai awal
Pengobatan < 1 bulan
BTA (+) Kat 1
Cek BTA/ TCM tanpa Pengobatan > 1 bulan
resistensi Kat 2 mulai awal
Kat 2
Pengobatan < 1 bulan
Kat 2
Pengobatan > 1 bulan

BTA (+) resisten rujuk


A. Pelacakan Kasus Mangkir dari RS
Rujukan TB RO
• Hubungi pasien dalam waktu 24 jam sejak mangkir.
• Cari tahu alasan pasien mangkir dan tawarkan solusi
• Jika pasien tidak memiliki nomor telepon yang dapat dihubungi
atau tidak terlacak, maka mintalah bantuan dari Puskesmas
yang terdekat.
• Hasil pelacakan pasien mangkir diberikan oleh Puskesmas
wilayah tempat tinggal pasien dalam waktu 24 jam sejak
laporan tersebut
A. Pelacakan Kasus Mangkir dari RS Rujukan TB RO
(Lanjutan)
Puskesmas perlu mengambil langkah segera :
•Mencatat semua informasi yang diberikan oleh petugas Poli
TB MDR RS Rujukan.
•Merencanakan dan melakukan kunjungan rumah.
•jika pasien dapat ditemui, tanyakan penyebab dari
mangkirnya pasien. Pastikan ketika berbicara kita berada
didalam rumah, untuk menjaga kerahasiaan pasien.
•Jika pasien tidak ada di rumah, tanyakan kemana pasien
pergi dan mengapa pasien tidak datang untuk minum obat
pada hari itu. Berhati-hatilah untuk tetap menjaga
kerahasiaan pasien saat bertanya dengan tetangga.
•Jika perlu, hubungi atau kunjungi orang lain yang dapat
dihubungi, tercantum pada kartu TB.01 MDR. Berhati-hatilah
mengenai kerahasiaan pasien.
B. Pelacakan Pasien Mangkir dari Fasyankes Satelit
TB MDR
• Jika tidak terlacak, lakukan penelusuran terus-menerus hingga
pasien TB Resistan Obat mangkir dapat ditemukan.
• Setelah terlacak, cari permasalahan dan memberikan solusi.
• Apabila pasien TB Resistan Obat tetap mangkir dan tidak
memenuhi perjanjian untuk melanjutkan pengobatan, maka pasien
didatangi kembali dan didampingi untuk dirujuk ke RS Rujukan/ Sub
Rujukan TB MDR.
• Bila tidak juga ditemukan dan petugas telah merasa tidak ada
harapan dalam menemukan pasien TB Resistan Obat mangkir
tersebut, maka petugas segera menginformasikan ke RS Rujukan/
Sub Rujukan TB MDR.
• Setiap upaya yang dilakukan oleh RS Rujukan/ Sub Rujukan TB
MDR atau Fasyankes Satelit TB MDR yang berkaitan dengan
penelusuran pasien mangkir harus terdokumentasi, seperti kapan
menghubungi melalui telepon, SMS, kunjungan rumah, diskusi
dengan pasien, keluarga, dan lain-lain.
POKOK BAHASAN 3
3. KIE dan Komunikasi Motivasi pada
Pengobatan TB
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
b.KM pada Pasien TB

POKOK BAHASAN 4
4. Pencegahan TB bagi populasi rentan :
-Vaksinasi BCG bagi bayi
-Pengobatan pencegahan bagi anak
bawah 5 tahunPengobatan
-Pencegahan (PP INH) bagi ODHA
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien

KIE kepada Pasien


Pesan yang perlu dikomunikasikan
- Tahap awal
-Apa itu TB
-TB dapat disembuhkan
-Kesediaan menjalankan pengobatan
-Bagaimana mencegah penularan TB
-Pemeriksaan kontak serumah
-Perlunya PMO
-Menjelaskan paduan pengobatan
-Pemeriksaan lanjutan pada akhir tahap awal
-Kemungkinan yang terjadi selama pengobatan
dan tindakan yang harus dilakukan
-PHBS pasien TB
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)

KIE kepada Pasien (lanjutan)


Tahap lanjutan:
-Efek samping obat
-Jenis, warna kemasan, jumlah dan frekuensi obat.
-Pentingnya kepatuhan pasien.
-Apabila pasien hanya menelan sebagian obat atau
berhenti menelan obat,
-Pentingnya pemeriksaan dahak, frekuensi dan arti hasil
pemeriksaan.
-PHBS
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)

2.KIE kepada keluarga

A. Peran keluarga:
-Memotivasi pasien untuk menjalani pengobatan
sampai sembuh
-Mendampingi dan memberikan dukungan moral
-Mengingatkan pasien datang ke Faskes untuk
mendapatkan obat dan periksa ulang dahak sesuai
jadual (koord. PMO)
-Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek
samping obat dan merujuk ke Faskes.
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
KIE kepada keluarga (lanjutan.....)
B. Pesan yang harus disampaikan kepada keluarga
a. Kunjungan pertama setelah pasien didiagnosis TB
-Apa itu TB (penyebab TB dan gejala)
-TB dapat disembuhkan
-Pengobatan TB
-Keteraturan menelan obat sampai tuntas sesuai anjuran dokter.
-Efek samping obat dan kapan dan ke mana harus mencari pertolongan.
-Pentingnya pengawasan keteraturan menelan obat
-Penularan TB
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
KIE kepada keluarga (lanjutan.....)
-Pencegahan penularan TB
-Etika Batuk
-Pentingnya pemeriksaan dahak ulang secara teratur
-Pentingnya PHBS bagi pasien dan keluarganya
-Sop merokok dan minuman keras pada pasien.
-Mmembersihkan rumah atau lingkungan-secara teratur.
-Olahraga bagi pasien.
-Konseling dan perbaikan gizi pasien
-Tidak diperlukan diet khusus, mensterilisasi atau memisahkan peralatan makan
minum.
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)

b. Kunjungan berikutnya selama masa pengobatan :


-ulangi pesan seperti pada kunjungan awal
(Jangan berikan terlalu banyak informasi pada satu
kunjungan).
-yakinkan keluarga tentang pentingnya pengobatan
sampai selesai.
-sebagai sumber informasi ttg masalah pasien dan
bersama mencari solusi.
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)

c. Pengawas Menelan Obat (PMO)


(TB sensitif bisa keluarga, pada TB RO harus
paramedis)

-Mengawasi pasien agar teratur menelan obat


-Memberikan motivasi
-Mengingatkan pasien kapan harus kembali kontrol,
mengambil obat , dan pemeriksaan lab.
-Memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)

C. Pesan kepada keluarga untuk TB-RO :


Sama dengan TB Sensitif. Penekanan tertentu al:
- Selalu memakai masker
- Etika batuk dengan menyediakan tempat
berdahak
- hindari bersama pasien dalam ruangan tertutup
tanpa ventilasi selama masih menular (hasil biakan masih
positif
- Konseling dan perbaikan gizi pasien.
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
E. Petugas kesehatan dan lingkungan sekitarnya

-Pasien TB RO jangan dikucilkan.


-TB RO menular, namun pencegahan dapat dilakukan
dengan etika batuk dan pengobatan sedini mungkin.
-Pasien TB RO butuh dukungan psikologis dan sosial
untuk mendukung keberhasilan pengobatan.
-Kesembuhan pasien TB RO penting untuk memutus
rantai penularan.
-Lamanya pengobatan, beratnya efek samping serta
dampak sosial yang timbul, membuat pasien TB RO
sangat butuh dukungan lingkungan sekitarnya.
Catatan :
Penyampaikan informasi tentang penyakit TB RO ke
lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja pasien,
perlu persetujuan tertulis dari pasien
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
Pokok bahasan 4
D. Pencegahan TB Bagi Populasi Rentan.

1. Vaksinasi BCG bagi bayi


2. Pengobatan Pencegahan bagi Anak di bawah 5 tahun
dan ODHA anak
3. Pengobatan Pencegahan (PP INH) bagi ODHA
dewasa
D. Pencegahan TB bagi Populasi Rentan

1. Vaksinasi BCG bagi bayi


a. Pemberian Kekebalan dengan Vaksinasi BCG
- BCG (Bacille Calmette-Guérin,vaksin hidup yang
dilemahkan)
-diberikan pada bayi 0-2 bulan, sesuai program
-usia > 2 bulan harus uji tuberkulin.
-efektif mencegah TB berat.
-BCG ulang tidak direkomendasikan
1. Vaksinasi BCG bagi Bayi (Lanjutan)

b. Perhatian khusus pada pemberian BCG :


Bayi terlahir dari ibu pasien TB terkonfirmasi
bakteriologis :
-pada trimester 3 kehamilan berisiko tertular melalui
plasenta, cairan amnion maupun hematogen.
-selama masa neonatal berisiko tertular melalui percik
renik.

Pada kedua kondisi tersebut bayi sebaiknya dirujuk.


1. Vaksinasi BCG bagi Bayi (Lanjutan)
.
b. Perhatian khusus pada pemberian BCG :
Bayi terlahir dari ibu pasien infeksi HIV/AIDS:

- BCG tidak boleh diberikan pada bayi yang terinfeksi


HIV karena meningkatkan risiko BCG diseminata
- Di daerah yang endemis TB/HIV, bayi yang terlahir dari
ibu dengan HIV positif namun tidak memiliki gejala HIV
boleh diberikan vaksinasi BCG.
- Bila pemeriksaan HIV dapat dilakukan, maka vaksinasi
BCG ditunda sampai status HIVnya diketahui
1. Vaksinasi BCG bagi Bayi (Lanjutan)

b. Perhatian khusus pada pemberian BCG :


Komplikasi BCG
Sejumlah kecil anak-anak (1-2%) mengalami komplikasi
setelah vaksinasi BCG.
Komplikasi paling sering :
-abses lokal,
-infeksi bakteri sekunder,
-adenitis supuratif dan pembentukan keloid lokal.

Kebanyakan reaksi akan sembuh selama beberapa bulan.


Pada beberapa kasus dengan reaksi lokal persisten atau pada
kasus imunodefisiensi dipertimbangkan untuk dirujuk.
1. Vaksinasi BCG bagi Bayi (Lanjutan)

b. Perhatian khusus pada pemberian BCG :


Limfadenitis BCG

- pembengkakan kgb pada satu sisi, post vaks. BCG.


- komplikasi BCG yang paling sering.
- 2 mg- 24 bln (sering 2-4 bln) post BCG
- non supuratif atau supuratif.
- non supuratif : hilang dalam bb mg
- supuratif : tanda radang dan fluktuasi
aspirasi jarum jika diperlukan
- lokasi : supraklavikula, servikal, aksila, 1-2
kelenjar yang membesar.
- D/ ditegakkan : pembesaran KGB sisi yang sama
dengan penyuntikan BCG tanpa ada penyebab lain
D. Pencegahan TB bagi Populasi Rentan
(Lanjutan)
2. Pengobatan Pencegahan bagi Anak di bawah 5 Tahun
dan ODHA anak
D. Pencegahan TB bagi Populasi Rentan
(Lanjutan)

3.Pengobatan Pencegahan (PP INH) bagi ODHA


dewasa
Tujuan: -mencegah TB aktif sehingga dapat
menurunkan beban TB pada ODHA.
Sasaran:-ODHA tidak terbukti TB aktif dan tidak ada
kontraindikasi,
Dosis : INH 300 mg/hari dan B6 dengan dosis
25mg/hari selama 6 bulan (180 dosis)
Evaluasi
1.Tujuan pengobatan pasien TB adalah :
a.Menghentikan batuk berdahak
b.Mencegah terjadinya kematian disebabkan TB & dampak buruk selanjutnya
c.Mengurangi dampak sosial dan ekonomi
d.Mencegah PHK bagi karyawan/i
e.Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap kuman TB

2.Prinsip pengobatan pasien TB adalah :


a.Setiap pasien mengambil obat sendiri ke Fasyankes
b.Dalam bentuk kombinasi dan ditelan sekaligus minimal 6 bulan
c.Setiap pasien didampingi oleh keluarga
d.Pengobatan sampai selesai
e.Perlu pemantauan pengobatan 2x selama masa pengobatan
3.Jadwal/waktu pemantauan pengobatan pasien TB adalah :
a.Pada akhir tahap awal dan setelah pemberian obat sisipan
b.Pada tahap awal dan sisipan
c.Pada akhir sisipan dan Akhir pengobatan
d.Pada bulan kedua dan pada akhir pengobatan
e.Pada akhir tahap awal, akhir bulan ke 5 dan pada AP.

4.Paduan Obat Anti Tuberkulosis Program yang berlaku saat ini yaitu :
a.Kemasan dalam bentuk KDT/ FDC
b.Kemasan dalam bentuk kombipak
c.Kategori 1 dan 3
d.Kategori 1 dan 2
e.Kategori 1, Kategori 2, Kat. Anak dan Sisipan
5.Pasien disebut sembuh apabila:
a.Hasil pemeriksaan ulang akhir tahap awal dan sebulan sebelum AP hasilnya negatif
b.Hasil pemeriksaan setelah sisipan masih posititf dan pada AP negatif
c.Hasil pemeriksaan ulang dahak negatif pada akhir tahap awal dan AP
d.Hasil pemeriksaan ulang dahak negatif setelah sisipan dan sebulan sebelum AP negatif
e.Hasil pemeriksaan ulang dahak negatif pada tahap awal, akhir bulan ke 5 dan AP

6.Kasus I : Bapak Melaz, usia 45 tahun didiagnosis sebagai pasien TB paru BTA positif.
Setahun yang lalu pernah dinyatakan sembuh dari penyakit TB oleh dokter. Menurut saudara
Bapak Melaz menderita apa?
a.Tuberkulosis paru BTA positif kambuh.
b.Tuberkulosis paru BTA positif gagal.
c.Tuberkulosis paru BTA positif lalai berobat.
d.Tuberkulosis paru BTA positif default.
e.Tuberkulosis paru BTA positif lain-lain

7.Sebagai petugas kesehatan, pengobatan paduan OAT mana yang akan saudara berikan
kepada Bapak Melaz ?
a.Kategori Anak. d. Kategori 3
b.Kategori 2. e. INH
8.KASUS-2 Ny. Bunga Raflesia, hamil 3 bulan dan didiagnosis sebagai pasien baru
Tuberkulosis paru BTA positif. Sebagai petugas kesehatan tindakan apa yang akan
saudara lakukan?
a.Tidak perlu diobati, tunggu sampai melahirkan
b.Menunggu bayi lahir baru mulai pengobatan tuberkulosis.
c.Segera pengobatan tuberkulosis dengan paduan OAT kategori 1.
d.Segera pengobatan dengan kategori 2.
e.Segera pengobatan dengan kategori Anak.

10.KASUS-3 Bapak Bayu Nestopo , telah didiagnosis sebagai pasien baru tuberkulosis paru
BTA positif, telah mendapat pengobatan di Rumah Sakit PKU. Selama pengobatan Bapak
Bayu Nestopo telah menelan OAT dalam tahap awal sebanyak 32 dosis harian. Kemudian
Bapak Bayu Nestopo harus pergi ke Bogor untuk mengikuti pelatihan selama 12 hari,
tanpa membawa bekal obat. Setelah kembali dari Bogor, Bapak Bayu Nestopo datang
kembali ke RS PKU anda. Sebagai petugas RS PKU apa tindakan saudara?
a.Langsung meneruskan pengobatan Bapak Bayu Nestopo dengan kategori 1
b.Hentikan pengobatan sambil menunggu hasil pemeriksaan dahak.
c.Hentikan pengobatan
d.Mulai lagi Kategori 1 dari awal.
e.Berikan sisipan selama 1 bulan setelah akhir tahap awal.
10.KASUS-4 Ny.Fatin Bahar, usia 33 tahun didiagnosis sebagai
pasien tuberkulosis BTA positif kambuh, mendapat pengobatan
dengan kategori 2 di RS Pirngadi Kota Medan. Ny. Fatin Bahar telah
menelan OAT selama kurang lebih 4 bulan. Tanpa memberitahu RS,
Ny. Fatin Bahar pergi ke Singapura, untuk berdagang. Ny.Fatin
Bahar kembali ke Medan tiga bulan kemudian, karena timbul
keluhan batuk berkepanjangan. Mertua Ny Fatin Bahar
menyarankan untuk kembali berobat ke RS Pirngadi Kota Medan.
Sebagai pengelola TB RS, apa tindakan saudara?
a.Langsung meneruskan pengobatan Ny. Fatin Bahar.
b.Hentikan pengobatan sambil menunggu hasil pemeriksaan dahak.
c. Menunda pengobatan selanjutnya sampai ada hasil pemeriksaan
röntgen.
d.Berikan obat sisipan selama 1 bulan.
e.Lanjutkan pengobatannya.

Anda mungkin juga menyukai