Anda di halaman 1dari 66

MANAJEMEN TUBERKULOSIS

FKTP
Sistematika

 Deskripsi singkat
 Tujuan Pembelajaran
 Pokok bahasan dan Sub pokok bahasan
 Uraian Materi
 Referensi
 Soal dan Latihan
Diskripsi Singkat

• Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular,


disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
• Penularan melalui udara, sumber penularan adalah
pasien TB yang dahaknya mengandung kuman TB.
• Materi Program Penanggulangan TB berisi : target dan
Strategi Nasional Penanggulangan TB, Elimanasi TB
Tahun 2035 dan Indonesia Bebas TB Tahun 2050.
• Perlu penguatan manajemen program TB, dengan
peningkatan akses yang bermutu,
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):
Peserta latih mampu melakukan manajemen penanggulangan TB di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Peserta latih mampu:
1. Menjelaskan pemetaan wilayah;
2. Melakukan perencanaan program TB;
3. Melakukan sistem informasi;
4. Melakukan pemantauan dan penilaian program Penanggulangan TB;
5. Menjelaskan Jejaring penanggulangan TB;
6. Melakukan kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi TB di
Fasyankes.
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
A. Pemetaan wilayah :
1. Peta wilayah
2. Data demografi
3. Jumlah kasus TB
4. Jumlah kader TB dan sumber daya lain
5. Jarak tempuh dari fasyankes ke wilayah berisiko TB
B. Perencanaan Program Penanggulangan TB :
1. Target
2. Logistik
3. Sarana dan Prasarana
4. Sumber Daya Manusia (SDM)
5. Rencana Kerja (POA)
C. Sistem Informasi
1. Surveilans
2. Pencatatan
3. Pelaporan
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

D. Pemantauan dan penilaian program


1. Jenis dan kegunaan Indikator P2TB
2. Pemantauan
3. Penilaian
4. Tindak lanjut hasil pemantauan dan penilaian
5. Pemantapan Mutu Laboratorium Mikroskopis TB
E. Jejaring program penanggulangan TB meliputi
1. Jejaring penyedia layanan
2. Jejaring layanan
F. PPI TB di fasyankes
1. Pilar-pilar PPI
2. Pelaksanaan PPI
Pemetaan Wilayah

1.Peta wilayah
Gambaran situasi epidemiologi TB di suatu area tertentu,
(wilayah kerja puskesmas atau kabupaten/kota)

Klinik dan RS tidak mempunyai wilayah kerja.


Pemetaan Wilayah

2. Data Demografi
Informasi yang dinamis (data berubah sesuai waktu)
berupa konfigurasi kependudukan:
• jumlah penduduk,
• jenis kelamin,
• kelompok usia,
• pendidikan, dan
• pekerjaan.
Pemetaan Wilayah

3. Jumlah Kasus TB
• TB terkonfirmasi bakteriologis
• TB terdiagnosis secara klinis
• TB ekstraparu
• TB dengan HIV
• TB dengan DM
• TB MDR.
Pemetaan Wilayah

4. Kader TB dan Mitra lain


• Komunitas dari masyarakat dalam wilayah kerja.
Mendapat pelatihan, oleh Puskemas, UKBM, LSM
(Aisyiyah, PPTI, LKNU, dll).
Tugas: perpanjangan tangan puskesmas menemukan
terduga, dan PMO.
• Mitra PPM : DPM, klinik swasta, RS, lapas, lab klinik
swasta, apotek, perusahaan, sekolah, pesantren, dan
mitra PPM lainnya
Pemetaan Wilayah

5. Jarak Tempuh FKTP ke Wilayah Berisiko TB

• Jarak tempuh: jarak untuk melakukan active case finding

• Termasuk untuk kegiatan masif pd kelompok kontak,


DM, HIV, gizi buruk, kumuh dll
Perencanaan Program Penanggulangan

1. Target

• Keberhasilan program penanggulangan TB ditandai


dengan tercapainya sasaran, target

• Target, ditentukan dengan metode modeling secara


nasional, dan dijabarkan sampai ke kabupaten/ kota dan
seterusnya ke puskesmas.
(Insiden Sumbar : 467/100.000 pdd)
Perencanaan Program Penanggulangan TB

2. Logistik
Terjaminnya ketersediaan logistik mulai dari
pencegahan, penemuan, pengobatan, dan pemantauan
selesai pengobatan.

a. Logistik OAT : OAT, alat suntik, aquabides.


b. Logistik non OAT: mikroskop, reagen ZN, pot dahak
dan alat bhp lab lainnya
c. Pengobatan Pencegahan INH.
d. Larutan tuberkulin
e. Formulir kartu dan buku register.
Perhitungan Kebutuhan Obat TB SO

Kebutuhan OAT = (Kb x Pp) + Bs – (Ss + Sp)


• Kb = Perkiraan kebutuhan OAT perbulan (satuan paket)
Kb adalah rata rata konsumsi perbulan tahun lalu,
atau target untuk tahun perencanaan.
• Pp = Periode perencanaan (satuan bulan), mulai
saat perencanaan sampai OAT diterima
• Bs = Buffer stok (dalam satuan paket) = ...% x (Kb x Pp)
• Ss = Stok sekarang (satuan paket)
• Sp = Stok dalam pesanan yang sudah pasti (dalam Paket)

Perhitungan kebutuhan obat pasien TB RO (MDR) dihitung oleh


kabupaten/kota.
Perhitungan Kebutuhan Obat Pencegahan

1. Perhitungan Kebutuhan Obat Pencegahan pd Anak (tablet 100 mg);


= Jml pasien TB x 62% x 30% x 1 x 90% x 180 tablet
= Jml pasien TB x 16.74% x 180 tablet
Perkiraan jumlah balita yang memenuhi syarat diberikan PP INH =
jumlah semua pasien TB yang akan diobati x
proporsi BTA positif baru (62%) x
jumlah pasien TB BTA positif baru yang memiliki anak (30%) x
jumlah anak <5 tahun (1 orang) x
jumlah anak <5 tahun yang tidak sakit TB (90%).

2. Perhitungan Kebutuhan Obat Pencegahan pd HIV (tablet INH 300mg)

Jumlah HIV/ AIDS x 180 tablet.


Perencanaan Program Penanggulangan

3. Sarana dan Prasarana


• Sistem ventilasi, tata ruangan sesuai standar PPI
• Ruang tunggu tersendiri (gazebo)
• Tempat mendahak (sputum booth)
• Cuci tangan (hands rub) dengan antiseptik.
• Sistem pembuangan limbah
Perencanaan Program Penanggulangan

4. Sumber Daya Manusia

o Tenaga:
o Dokter
o Paramedis (perawat/ bidan)
o Petugas laboratorium
o Tenaga non kesehatan

Pelatihan, OJT, workshop, pembinaan lain.

FKTP membuat perencanaan pelatihan SDM.

Bisa swadana atau koordinasi dengan puskesmas/dinkes


Rencana Kerja

A. Kegiatan

B. Penanggung jawab

C. Sumber dana

D. Evaluasi dengan menggunakan indikator program

E. Rencana Tindak Lanjut (lihat di Modul)


Kegiatan
1. Aktif Masif (masal)
a. Investigasi Kontak dengan TB terkonfirmasi bakteriologis
b. HIV/AIDS
c. DM
d. Gizi buruk
e. Daerah kumuh
f. Populasi padat (pengungsi, imigran, lapas)
g. Daerah perbatasan.
Model : ketuk pintu
2. Pasif Intensif (promotif aktif)
Program TB terintegrasi (mengintefsifkan kolaborasi) dengan HIV,
PTM, PAL, MTBS yang sifatnya rutin.
Keterlibatan semua: staf, klinisi, unit poli, dalam-luar gedung
3. Kegiatan lain

Membuat jadwal kegiatan:


a. Di dalam gedung
b. Di luar gedung (kunjungan ke desa)
Sistem Informasi

• Seperangkat tatanan : data, informasi, indikator, prosedur,


perangkat, teknologi, sdm & sumber daya lain
• Dikelola terpadu untuk mengarahkan
tindakan dan keputusan yang mendukung
pembangunan
• Informasi kesehatan penanggulangan TB adalah :
informasi dan pengetahuan
sebagai panduan dalam menentukan
strategi, perencanaan, pelaksanaan, monev program.
Sistem Informasi

1.Surveilans TB
•Pemantauan dan analisis
sistematis
terus menerus (cohort) terhadap
data dan informasi (data terolah) tentang
kejadian penyakit TB, masalah kesehatan dan kondisi
yang mempengaruhinya untuk
mengarahkan tindakan penanggulangan yang
efektif dan efisien.

•Untuk mendapatkan data epidemiologi


Jenis Surveilans TB

1. Surveilans Berbasis Indikator


1) Dilaksanakan dengan menggunakan data layanan rutin
2) Merupakan sistem yang mudah, murah, bisa dipercaya .
3) Perlu divalidasi secara periodik atau surveilans sentinel.
Data yang dikumpulkan harus memenuhi standar:
1) Lengkap, tepat waktu dan akurat.
2) Data sesuai dengan indikator program.
Data diperoleh dari sistem pencatatan-pelaporan TB.
Pencatatan menggunakan formulir baku.
Pencatatan dan pelaporan dimulai secara manual dan
bertahap ke arah elektronik (SITT-eTB), sesuai dengan
ketersediaan sumber daya.
Jenis Surveilans TB
2. Surveilans Berbasis Kejadian
a. Surveilans Berbasis Kejadian Khusus
• Melalui kegiatan survei baik
secara periodik
maupun sentinel yang bertujuan untuk
mendapatkan data yang tidak diperoleh dari
pengumpulan data rutin.
• Kegiatan ini dilakukan secara cross-sectional pada kelompok pasien TB yang
dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu.
b. Surveilans Berbasis Kejadian Luar Biasa
• Surveilans untuk kasus-kasus TB lintas Negara terutama bagi WNI yang
berangkat dan kembali ke Indonesia (haji dan TKI).
• Pasien TB calon haji atau TKI yang akan berangkat keluar negeri/ kembali ke
Indonesia memerlukan sistem surveilans yang tepat.
Pencatatan
1. TB 01 : Kartu Pengobatan Pasien
2. TB 01P : Kartu Pencegahan TB
3. TB 02 : Kartu Identitas Pasien
4. TB 03 : Register Pengobatan Pasien
5. TB 04 : Register Laboratorium TB
6. TB 05 : Formulir Permohonan Pemeriksaan Bakteriogis
7. TB 06 : Register Terduga TB
8. TB 09 : Formulir Pindah Pengobatan
9. TB 10 : Formulir Hasil Akhir Pengobatan Pasien Pindahan
10. TB 12 : Formulir Triw ulan Uji Silang
11. TB 14 : Formulir Pengembangan Ketenagaan
12. TB 15 : Formulir Pelacakan Kontak Anak
13. TB 16 : Register Kontak TB

TB MDR ada tambahan:


1. Formulir Rujukan Terduga
2. Buku Register Rujukan Terduga
3. Data Dasar Pasien
4. Persetujuan TAK
5. Persetujuan Terduga, Persetujuan Pasien
6. Formulir Pindah Pengobatan
7. Beberapa formulir lain
Pemantauan dan Penilaian Program TB

1. Jenis dan Kegunaan Indikator P2TB


 Mempermudah analisis data diperlukan indikator sebagai
alat ukur kinerja dan kemajuan program
 Menilai kemajuan atau keberhasilan program
berdasarkan Permenkes no 67 tahun 2016 digunakan
indikator dampak, indikator utama, dan indikator
operasional, baik di ditingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota.

Indikator untuk FKTP dapat dilihat pada

Modul Manajemen TB
Pemantauan dan Penilaian Program

2. Monitoring dan Evaluasi


 Salah satu fungsi manajemen
untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program
 Dilakukan secara rutin dan berkala.
 Mendeteksi awal bila ada
masalah dalam pelaksanaan kegiatan,
sehingga dapat segera dilakukan perbaikan.
.
 Monitoring, pemantauan proses dapat dilakukan dengan
membaca dan menilai laporan rutin dan tidak rutin, kunjungan
lapangan.

 Evaluasi hasil untuk menilai


pencapaian tujuan, indikator, target,
biasanya setiap 6 bulan - 1 tahun.
Pemantauan dan Penilaian Program

3. Analisis Indikator
Secara rutin (triwulan dan tahunan)

Contoh:
a) Cakupan pengobatan semua kasus: case detection rate

CDR = Jumlah semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan


Perkiraan jumlah semua kasus TB (insiden)
Analisis Indikator

CDR =
Jumlah semua kasus diobati & dilaporkan x 100%
Perkiraan jumlah semua kasus TB

Contoh:
Perkiraan insiden di suatu wilayah 300 per 100.000 pdd
Jumlah penduduk 20.000 orang,
Perkiraan jumlah semua kasus TB adalah
(300/100.000) x 20.000 = 60 kasus.
Analisi indikator lain pelajari dalam Modul Manajemen.
Indikator Program
Indikator Utama
1. Angka Penemuan Kasus (CDR),
2. Angka Notifikasi Kasus,
3. Angka Keberhasilan Pengobatan,
4. Cakupan Penemuan TB MDR
5. Angka Keberhasilan Pengobatan TB MDR
6. Angka Pasien Mengetahui Status HIV.

Indikator Operasional
1. Pemeriksaan TCM terduga MDR, 100%
2. Pasien TB MDR menjalani pengobatan, 100%
3. TB HIV dapat ARV, 100%
4. Faskes ikut uji silang
5. Hasil uji silang baik
6. Penemuan TB Anak, 49%
7. Anak dg PP INH, 30%
8. Penemuan di kelompok khusus (lapas, dll)
9. Penemuan masyarakat, 12%
Pemantauan dan Penilaian Program

4. Pemantapan Mutu Laboratorium Mikroskopis


Menjamin kualitas mikroskopis TB

Harus dilakukan pada semua FKTP-RM dan RS


Pemantapan Mutu Eksternal (PME),
berupa uji silang
rutin 4 kali setahun.
Pemantauan dan Penilaian Program

Jejaring laboratorium mikroskopis:


a. Laboratorium mikroskopis faskes
b. Laboratorium Rujukan Uji Silang Pertama, RUS1
kabupaten, kota (Lab Intermediate)
c. Laboratorium Rujukan Uji Silang Kedua, RUS2
provinsi (Lab Rujukan Pertama)
d. Laboratorium Rujukan TB Nasional.

RUS Sumbar
RUS2: BLK Propinsi
RUS1: RSK Paru, BLK Kab. Solok, BLK Kab. Pes Selatan, Pusk Bkt
Pemantauan dan Penilaian Program

• Dengan makin lengkapnya mikroskopis & tenaga lab FKTP

 KPP (Kelompok Puskesmas Pelaksana): PRM, PS, PPM


tidak ada lagi
 Secara bertahap menjadi FKTP Mikroskopis.
 Pelatihan untuk tenaga lab direncanakan dinas kab kota
Jejaring Penanggulangan TB

Jejaring untuk koordinasi, serta kemitraan antara


instansi pemerintah, swasta, masyarakat (mitra)
di pusat, provinsi, kab kota serta di tingkat fasyankes.

o melakukan penemuan kasus;


o melakukan pengobatan TB;
o melakukan pengendalian faktor risiko;
o meningkatkan kemampuan SDM, usulan pelatihan, melatih kader
bersama LSM;
o melakukan KIE;
o mengintegrasikan penanggulangan TB;
o melakukan rujukan.
o melakukan manajemen uji silang sediaan.
Jenis Jejaring

1. Jejaring Penyedia Layanan


Menuju Akses Universal dan “TOSS TB”
a. Jejaring kasus
1) Penemuan & diagnosis terduga TB, investigasi kontak.
2) Kesinambungan pengobatan pasien TB: rujukan, pindah,
pelacakan pasien TB yang mangkir.
b. Jejaring Laboratorium
Jejaring rujukan diagnosis (spesimen) dan
rujukan teknis (pemantapan mutu)

c. Jejaring Logistik,
1) Dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan distribusi OAT/ non
OAT ke puskesmas dan RS.
2) Puskesmas mendistribusikan OAT, formulir pencatatan ke DPM/
Klinik Pratama, dll PPM.
Jenis jejaring

d. Jejaring Pencatatan dan Pelaporan TB


Manual dan elektronik: SITT TB dan e-TB Manager
penanggung jawab Kepala Puskesmas.

e. Jejaring Pembinaan
Dinas kesehatan kab/ kota membina seluruh faskes,
Puskesmas membina penyedia pelayanan:
DPM, LSM, klinik pratama (swasta dan pemerintah)

f. Jejaring lain seperti pendanaan


Jejaring Layanan
Hubungan kerja timbal balik, dalam & luar faskes untuk
mendapatkan kemudahan akses pelayanan dengan
strategi DOTS yang berkualitas.

a. Penemuan pasien TB
• Anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
bakteriologis dan foto toraks melalui rujukan.
• Tidak dibenarkan diagnosis TB hanya berdasarkan foto
toraks saja juga tidak dengan serologis saja.
Faskes punyai TCM
 Diagnosis TB dilakukan dengan TCM.
 Bila TCM melampaui kapasitas, rusak, dll, maka diagnosis
dengan mikroskop.
 Terduga TB RO dan terduga TB dengan HIV, tetap
diupayakan diagnosis dengan TCM.
 Diperlukan sebanyak 2 buah contoh uji
 Kalau hasil TCM M.TB negatif, rujuk untuk pemeriksaan foto
toraks.

Faskes tidak punya, atau akses sulit mencapai TCM


• Diagnosis ditegakkan tetap dengan mikroskop.
• Contoh uji dahak untuk pemeriksaan mikroskop diperlukan
sebanyak 2 buah, kualitas bagus.
• Contoh uji dapat dari SP atau SS.
Pemeriksaan bakteriologis negatif:
o rujuk ke fasyankes yang punya fasilitas foto toraks.
o tidak memilki akses rujukan ronsen, berikan antibiotika
spektrum luas (Non OAT dan Non kuinolon) selama 1-
2 minggu.
o setelah pemberian antibiotik tidak ada perbaikan klinis,
perlu dikaji faktor risiko TB:
• Ada kontak ?
• Ada HIV, DM?
• Tinggal di wilayah berisiko TB: lapas/rutan,
pengungsian,

kupas, kumis dll.


Pengobatan pasien TB
• Pasien TB SO maupun TB RO segera mulai pengobatan
• Sebelum memulai pengobatan dilakukan persiapan awal,
pemeriksaan penunjang.
• Penetapan untuk mulai pengobatan pada pasien TB MDR serta
perubahan dosis dan frekuensi pemberian OAT MDR diputuskan
dokter dan atau TAK terlatih.
• Inisiasi pengobatan TB RO dapat dimulai di Puskesmas terlatih.
• Pasien TB SO atau TB RO dengan penyulit yang tidak dapat
ditatalaksana di Puskesmas, harus dirujuk.
• Untuk menjamin keberlangsungan pengobatan diperlukan PMO,
sebaiknya petugas kesehatan baik untuk TB sensitif maupun TB RO.
• Proses pemindahan pasien pasien TB RO dari FKRTL ke faskes
satelit setelah dilakukan persiapan sebelumnya bersama dinas
kesehatan, puskesmas.
 
Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi (PPI) TB

Mencegah penularan TB pada semua orang yang


terlibat dalam pemberian pelayanan.

Semua faskes yang memberi layanan TB harus


menerapkan PPI TB untuk memastikan berlangsungnya
deteksi segera,
tindakan pencegahan dan
pengobatan yang dicurigai atau menderita TB.
Pilar PPI (4 pilar)
1. Pengendalian Manajerial
Komitmen, kepemimpinan dan dukungan
manajemen berupa aturan tertulis, SPO, pendanaan
dst.
2. Pengendalian Administratif
Upaya yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi
penularan pada petugas kesehatan, pasien,
pengunjung dan lingkungan sekitarnya dengan
menyediakan, menyebarluaskan dan memantau
pelaksanaan prosedur baku serta alur pelayanan,
dapat berupa :
 triase deteksi terduga, penyuluhan, etika batuk,
penyediaan tisu, masker, poster selebaran dst.
Tempo (Temukan secepatnya -Pisahkan dg aman -
Obati dg tepat)
Good luck
Best Regards,
Fainal W
Technical officer for TB IC
KNCV Jakarta

Poster Etiket Batuk

42
3. Pengendalian Lingkungan
Upaya meningkatkan dan mengatur aliran udara, ventilasi dengan
menggunakan teknologi sederhana untuk mencegah penyebaran
kuman dan menurunkan kadar percikan dahak di udara.
 Penataan ruangan, ruangan pelayanan, pemisahan ruang tunggu,
tempat pasien berdahak
Ventilasi:
a. Alamiah
b. Mekanik
c. Campuran.
Perhatian pd arah angin:
angin masuk  petugas  pasien  angin keluar
Kalau perlu pakai kipas angin dari arah belakang
petugas.
SPUTUM BOOTH
SPUTUM
BOOTH
Tempat
semua pasien
membuang
dahak
RS Yos Sudarso
RSUD Solok
RSK Paru
Tempat pasien membuang dahak
Terhubung dengan septik teng
Ada kran air bersih
Ada dinding sebatas kepala - lutut
Terbuka atas bawah
Sebaiknya pakai atap
RSUD Dr. Achmad Mochtar
RSUD Sungai Dareh
(Proses pembangunan gazebo)
RSUP Dr. M. Djamil
5
Doctor

Doctor
Patient Patient
Jendela harus
dapat dilewati
udara maksimal.

Jendela ini
sebisanya dibuka
leboh maksimal
lagi.
Tempat
tunggu
pendafta
ran
pasien di
luar dan
sangat
terbuka

6
4. Pemanfaatan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan alat pelindung diri bagi petugas kesehatan
yang sedang melayani.
 Respirator, N95, masker khusus dengan efisiensi tinggi
untuk melindungi seseorang dari partikel berukuran <5 mikrn

Sebelum memakai respirator ini, petugas kesehatan


perlu melakukan fit test.
Masker:
1. Bagi pasien untuk mencegah percikan dahak  pakai masker bedah
2. Bagi petugas untuk mencegah kuman terhirup, pakai masker N95.
Perhatian khusus pelaksanaan PPI TB dilakukan pada:
Rutan/lapas, rumah penampungan sementara, barak-
barak militer, tempat-tempat pengungsi, asrama dan
sebagainya.
Di rutan, lapas dilakukan Skrining TB pada saat WB:
o baru masuk,
o konsultasi kesehatan dan
o kontak sekamar,
o skrining berkala 1- 2 x pertahun
Strategi Penerapan PPI
a.Implementasi kebijakan pelaksanaan PPI TB.
b.Tersedianya Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang
alur semua pasien batuk, alur pelaporan, dan surveilans.
c. Berfungsinya tim DOTS sebagai tim PPI.
d.Aplikasi program PPI secara komprehensif berupa
menyediakan dan memberikan tisu dan masker bedah
kepada terduga dan pasien TB, masker N95 untuk petugas
kesehatan yang melayani pasien TB RO, serta pembuangan
limbah yang sesuai PPI
e.Mengusulkan perbaikan dan menyempurnakan desain dan
pemanfaatan bangunan sesuai PPI TB kepada instansi terkait
f. Pemeliharaan sarana dan prasaran terkait PPI TB.
g.Diseminasi informasi bagi semua tenaga terkait pelayanan
pasien TB
Pelaksanaan PPI
h.Melakukan kajian di unit terkait penularan TB.
i.Melaksanakan promosi pelibatan masyarakat dan organisasi
masyarakat terkait PPI TB dalam bentuk poster, spanduk, dan
bahan untuk KIE.
j.Melaksanakan Strategi Temukan pasien secepatnya, Pisahkan
secara aman, Obati secara tepat (TemPO) di semua ruangan
pelayanan.
k.Memberikan penyuluhan pasien mengenai etika batuk serta
melakukan demonstrasi menggunakan APD.
l.Menyediakan tempat mendahak (sputum booth).
m.Melakukan skrining bagi petugas yang kontak dengan pasien
TBdengan pemeriksaan contoh uji dahak dan foto toraks secara
berkala.
SELAMAT BERDISKUSI
DAN MENGERJAKAN TUGAS DI
KELOMPOK

Anda mungkin juga menyukai