Anda di halaman 1dari 31

PENCATATAN DAN PELAPORAN

SURVEILANS

NURMALA HAYATI SIHOMBING, SKM,M.Kes


Surveilans (WHO 2004)
Proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data secara sistematik dan terus
menerus serta penyebaran informasi kepada unit
yang membutuhkan untuk dapat mengambil
tindakan.
Tujuan surveilens:
Mendeteksi KLB, letusan, wadah (epidemi)
Memonitor kecenderungan penyakit endemik
Evaluasi /intervensi
Memonitor kinerja program
Memperkirakan dampak dari penyakit
Komponen surveilens

1. Pengumpulan data = data epidemiologi yang jelas, tepat dan


ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan.
Tujuan:
1. Untuk menentukan kelompok populasi resti terhadap penyakit
2. Reservoir dan infeksi
3. Jenis dan penyebab penyakit dan karakteristiknya
4. Memastikan keadaan yang dapat menyebabkan berlangsungnya
5. transmisi penyakit
6. Mencatat penyakit untuk memastikan wabah, sumber, cara penularan
dan penyebab
Sumber data yang dikumpulkan berkaitan untuk tiap jenis
penyakit. Sumber data surveilans terdiri 10 elemen:

• Pencatatan kematian
• Laporan penyakit (elemen terpenting)
• Data yang diperlukan: nama penderita,umur, suku, jenis kelamin,
alamat, diagnosis dan tanggal mulai sakit
• Laporan KLB / wabah
• Hasil pemeriksaan laboratorium
• Penyelidikan peristiwa penyakit menular
• Penyelidikan KLB / wabah
• Survey
• Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir pada hewan
• Data penggunaan obat-obatan, serum dan vaksin
• Data kependudukan dan lingkungan
2. Pengolahan, analisis dan interpretasi data

Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah,


dianalisis berdasarkan orang, tempat dan
waktu. Analisis data dapat berupa teks, tabel,
grafik, spot map sehingga mudah dibaca dan
merupakan informasi yang akurat. Hasil
analisis dan interpretasi dibuat saran
bagaimana menentukan tindakan dalam
menghadapi masalah yang baru.
3. Penyebaran hasil analisis dan interpretasi
data

Penyebaran ke unit-unit kesehatan setempat


guna menentukan tindak lanjut dan
disebarkan keunit terkait berupa laporan
kepada atasan/linsek sebagai informasi
lanjut komponen-komponen dalam
pelaksanaan sistem surveilans.
Aktivitas inti surveilans
 Pendeteksian kasus ( case detection) : proses identifikasi
peristiwa/keadaan, teks. Unit sebar data di RS,
puskesmas, lab, unit penelitian, unit program dan unit
lainnya
 Pencatatan kasus (registration) : proses pencatatan kasus
hasil identifikasi peristiwa/keadaan kesehatan
 Konfirmasi (confirmation) : evaluasi dari ukuran ukuran
epid sampai pada hasil laboratorium
 Pelaporan (reporting) : disampaikan kepada pihak pihak
yang dapat melakukan tindakan penanggulangan
penyakit atau upaya peningkatan program kesehatan,
pusat penelitian dan pusat kajian serta pertukaran data
dalam jejaring surveilans epid. Pengumpulan data dari
tingkat yang lebih rendah - tinggi
• Respon segera/kesiapsiagaan wabah (epidemic preparedness)
• Analisis data (data analysis) : analisis terhadap data data, angka
angka, dan menentukan indicator terhadap tindakan
• Respon terencana (respons and control) : sistem pengawasan
kesehatan masyarakat hanya dapat digunakan jika data yang
ada bisa digunakan dalam peringatan dini dan munculnya
masalah dalam kesehatan masyarakat
• Umpan balik (feedback) : berfungsi penting dalam sistem
pengawasan unit tinggi - rendah.
Kegunaan surveilans epid (WHO)
• Mengidentifikasi adanya KLB, epidemi dan untuk
memastikan tindakan pengendalian secara berhasil guna
yang dapat dilaksanakan
• Memantau pelaksanaan dan daya guna program
pengendalian. dengan memperbandingkan besarnya masalah
sebelum dan sesudah pelaksanaan program
• Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas.
• Mengidentifikasi kelompok resti menurut umur, pekerjaan,
tempat tinggal dimana masalah kesehatan sering terjadi dan
variasinya dari waktu ke waktu, menambah pemahaman
mengenai vektor penyakit, reservoir, cara penularan, dan
dinamika penyakit menular.
Syarat-syarat surveilans yang baik

1. Kesederhanaan (simplicity)
Besar dan jenis informasi yang diperlukan untuk menunjang diagnosis, sumber pelapor, cara
pengiriman data, organisasi yang menerima laporan, kebutuhan pelatihan sebagai
pengolahan dan analisa dirancang agar tidak membutuhkan sumber daya yang tidak terlalu
besar dan tidak rumit

2. Fleksibilitas (flexibility)
Sistem surveilans dapat menyesuaikan diri dalam mengatasi perubahan perubahan
informasi yang dibutuhkan atau kondisi operasional tanpa memerlukan peningkatan yang
berarti akan kebutuhan biaya, waktu dan tenaga.

3. Dapat diterima (Acceptibility)


Penerimaan terhadap sistem surveilans dilihat dari tingkat partisipasi individu,
organisasi/lembaga kesehatan. Beberapa indikator penerimaan terhadap sistem surveilans
adalah jumlah proporsi para pelapor, kelengkapan pengisian formulir pelaporan dan
ketepatan waktu pelaporan
Syarat syarat surveilans yan baik

4. Sensitivitas (sensitivity)
Sensitivitas suatu surveilans dapat dilihat dari kemampuan mendeteksi
kejadian kasus kasus penyakit atau kondisi kesehatan yang dipantau dan
kemampuan mengidentifikasi KLB
Faktor yang berpengaruh adalah :
 Proporsi penderita yang berobat ke yankes
 Kemampuan mendiagnosa secara benar, dan kasus terdiagnosa yang
dilaporkan
 Keakuratan data yang dilaporkan
5. Nilai prediktif positif (positive predictive value) adalah proporsi dari yang
diidentifikasi sebagai kasus yang kenyataanya menderita penyakit atau
kondisi sasaran surveilans . Nilai positif menggambarkan sensitivitas dan
spesifitas serta prevelensi/ insiden atau masalah kesehaan di masyrakat.
Syarat syarat surveilans yan baik

6. reprensentatif ( representative)
Sistem survilans yang reprensetative mampu mendeskripsikan secara akurat
distribusi kejadin penyakit menurut karakteristik orang, waktu dan tempat.

7. tepat waktu
Ketepatan waktu dipengaruhi oleh ketepatan dan kecepatan mulai dari
proses pengumpuan data, pengolahan, analisis, dan interpretasi serta
penyebarluasan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Pelaporan penyakit-penyakit tertentu perlu dilakukan dengan cepat dan
tepat agar dapt di kendalikan secara efektif atau tidak meluas sehingga
membahayakan masyarakat, serta ketersediaan informasi untuk
pengendalian penyakit baik yang sifatnya segera maupun untuk
perencanaan program dalam jangka panjang.
PENGERTIAN SISTEM
PENCATATAN DAN PELAPORAN.
 Pencatatan: kegiatan/ proses pendokumentasian suatu
aktifitas dalam bentuk tulisan. Bentuk catatan dapat
berupa tulisan, grafik, gambar dan suara. Selanjutnya
untuk melengkapi pencatatan setiap kegiatan yang
dilakukan diakhiri dengan membuat laporan.

• Pelaporan : catatan yang memberikan informasi


tentang kegiatan tersebut dan hasilnya disampaikan
kepihak yang berwenang berkaitan dengan kegiatan
tersebut.
 Pencatatan ( recording/dan pelaporan
(reporting)) berpedoman kepada sistem
pencatatan dan pelaporan terpadu
puskesmas (SP2TP)
 SP2TP: kegiatan pencatatan dan pelaporan
data umum, sarana, tenanga dan upaya
yankes di puskesmas termasuk puskesmas
pembantu.
SP2TP:
 Didalam gedung puskesmas : semua data yang
diperoleh dari pencatatan kegiatan harian program
yang dilakukan dalam gedung puskesmas seperti
tekanan darah, lab, KB,dalam catpor menggunakan:
family foldel, kartu indeks penyakit, register dll.
 Di luar gedung: data yang diperoleh di luar gedung
puskesmas seperti di posyandu, kesling, UKS, catpor
menggunakan kartu register dan kartu murid.
 Pencatatan harian masing-masing program
puskesmas dikombinasi menjadi laporan terpadu
puskesmas yang disebut SP2TP, yang dikirim ke
dinkes kabupaten/kota setiap awal bulan
kemudian dinkes mengolah dan mengirim umpan
balik ke dinkes provinsi dan kemenkes umpan
balik: puskesmas yang bersangkutan.
Manfaat catpor
O Memudahkan dalam mengelola informasi
kegiatan di tingkat pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota.
O Memudahkan dalam memperoleh data untuk
perencanaan dalam rangka pengembangan
nakes.
O Memudahkan dalam melakukan pembinaan
nakes.
O Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil.
Jenis pencatatan.
Ada beberapa jenis laporan yang di buat puskesmas,
antara lain:
 Laporan harian: untuk melaporkan kejadian
penyakit/KLB.
 Laporan mingguan: untuk melaporkan kegiatan
penyakit yang sedang di tanggulangi.
Laporan bulanan: untuk melakukan
kegiatan rutin program.
• LB 1: berisi data kesakitan
• LB 2: Berisi data kematian
• LB 3: berisi data program gizi,KIA, KB, dll.
• LB 4: Berisi data obat-obatan.
Bentuk formulir laporan:
1. Formulir LB : untuk data kesakitan dan obat
2. Formullir LT : untuk data kegiatan
3. Formulir LS : untuk data sarana,kegiatan dan
kematian.
LB 1: data penyakit:
1. kasus data lama.
2. Kasus baru
LB 2: laporan data kematian.
 LB 3: gizi, KB, imunisasi, KIA, pengamatan penyakit menular
seperti diare, malaria, DBD, TB paru, kusta, filaria, ISPA, rabies.
 LB 4:

1. Kunjungan puskesmas.
2. Kesehatan olah raga
3. Kesehatan sekolah
4. Rawat tinggal
 LT: Laporan kegiatan puskesmas ( tribulan)
 LT 1:

1. Kegiatan sarana puskesmas


2. Dasar UKS
3. Kesling
4. Kesehatan jiwa
5. Program diklat
5. Pemberantasan penyakit dan gizi
LT 2: ( Kepegawaian)
di puskesmas dan puskesmas pembantu.
LT 3: ( peralatan)
1. Linen
2. Peralatan lab
3. Peralatan penyuluhan
4. Peralatan tindakan medis dan tindakan non
medis
Prosedur pengisian catpor SP2TP:
Formulir SP2TP mengacu pada cetakan thn 2006 baik
bulanan maupun tahunan
Diisi untuk masing-masing penanggung jawab
program
Penanggung jawab bertanggungan jawab penuh
terhadap kebenaran data yang ada.
Hasil akhir pengisian data diketahui oleh kapus.
Dalam pengentrian data: pengelola program/staf
Semua data di isi berdasarkan kegiatan yang
dilakukan puskesmas.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai