Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Surveilans

CDC mendefinisikan Surveilans Kesehatan adalah prosedur sistematik


dalam pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data, yang diikuti
dengan pengaplikasian data tersebut pada program kesehatan masyarakat
dalam rangka meningkatkan aktivitas kesehatan masyarakat.

Surveilans epidemiologi adalah suatu rangkaian proses pengamatan yang


terus menerus sistematik dan berkesinambungan dalam pengumpulan data,
analisis dan interpretasi data kesehatan dalam upaya untuk menguraikan dan
memantau suatu peristiwa kesehatan agar dapat dilakukan untuk menguraikan
dan memantau suatu peristiwa kesehatan agar dapat dilakukan
penanggulangan yang efektif dan efesien terhadap masalah kesehatan
masyarakat tersebut (Depkes,2003:15).

Dengan demikian kata kunci dalam surveilans kesehatan masyarakat


adalah mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, menerapkan, dan
menghubungkan dengan praktik-praktik kesehatan masyarakat.

Hasil dari surveilans intinya adalah tindakan yang berbentuk respon.


Respon terhadap surveilan ada dua tipe yaitu Respon segera (epidemic type
response) dan Respon terencana (management type response).

2.2 Tujuan Surveilans


Tujuan Surveilans menurut Depkes RI (2004a) adalah untuk pencegahan
dan pengendalian penyakit dalam masyarakat, sebagai upaya deteksi dini
terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa (KLB), memperoleh
informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal pencegahan,
penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai tingkat
administrasi.

Sedangkan Komponen kegiatan surveilans menurut antara lain sebagai


berikut :
1. Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang
jelas, tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan.
Tujuan dari pengumpulan data epidemiologi adalah: untuk menentukan
kelompok populasi yang mempunyai resiko terbesar terhadap serangan
penyakit; untuk menentukan reservoir dari infeksi; untuk menentukan jenis
dari penyebab penyakit dan karakteristiknya; untuk memastikan keadaan
yang dapat menyebabkan berlangsungnya transmisi penyakit; untuk
mencatat penyakit secara keseluruhan; untuk memastikan sifat dasar suatu
wabah, sumbernya, cara penularannya dan seberapa jauh penyebarannya.
2. Kompilasi, analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul selanjutnya
dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan Analisa dapat
berupa teks tabel, grafik dan spot map sehingga mudah dibaca dan
merupakan informasi yang akurat. Dari hasil analisis dan interpretasi
selanjutnya dibuat saran bagaimana menentukan tindakan dalam
menghadapi masalah yang baru.
3. Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan
interpretasi data digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna
menentukan tindak lanjut dan disebarluaskan ke unit terkait antara lain
berupa laporan kepada atasan atau kepada lintas sektor yang terkait
sebagai informasi lebih lanjut.

Pada bidang kesehatan masyarakat, menurut McNabb et al., (2002), kegiatan


surveilans mempunyai aktifitas inti sebagai berikut:

1. Pendeteksian kasus (case detection), merupakan proses mengidentifikasi


peristiwa atau keadaan kesehatan. Unit sumber data menyediakan data
yang diperl ukan dalam penyelenggaraan surveilans epidemiologi seperti
rumah sakit, puskesmas, laboratorium, unit penelitian, unit program-sektor
dan unit statistik.
2. Pencatatan kasus (registration), merupakan proses pencatatan kasus hasil
identifikasi peristiwa atau keadaan kesehatan.
3. Konfirmasi (confirmation), merupakan evaluasi dari ukuran-ukuran
epidemiologi sampai pada hasil percobaan laboratorium.
4. Pelaporan (reporting), berupa data, informasi dan rekomendasi sebagai
hasil kegiatan surveilans epidemiologi yang kemudian disampaikan
kepada berbagai pihak yang dapat melakukan tindakan penanggulangan
penyakit atau upaya peningkatan program kesehatan. Juga disampaikan
kepada pusat penelitian dan kajian serta untuk pertukaran data dalam
jejaring surveilans
5. Analisis data (data analysis), merupakan analisis terhadap berbagai data
dan angka sebagai bahan untuk menentukan indikator pada
6. Respon segera/ kesiapsiagaan wabah (epidemic preparedness), merupakan
kesiapsiagaan dalam menghadapi wabah/kejadian luar biasa.
7. Respon terencana (response and control), merupakan sistem pengawasan
kesehatan masyarakat. Respon ini hanya dapat digunakan jika data yang
ada bisa digunakan dalam peringatan dini pada munculnya masalah
kesehatan masyarakat.
8. Umpan balik (feedback), berfungsi penting untuk sistem pengawasan, alur
pesan dan informasi kembali ke tingkat yang lebih rendah dari tingkat
yang lebih tinggi.

2.3 Manfaat Surveilans


1. Memperkirakan besarnya masalah kesehatan yang penting
2. Sebagai gambaran perjalanan alami suatu penyakit
3. Sebagai deteksi KLB, dokumentasi, distribusi, dan penyebaran peristiwa
kesehatan
4. Untuk keperuan evaluasi dan pencegahan
5. Sebagai tool monitoring kegiatan karantina
6. Dapat memperkirakan perubahan dalam praktek kesehatan

2.4 Jenis-Jenis Surveilans

Surveilans Kesehatan Masyarakat terdiri dari 5 jenis (McNab, NA dalam


Crooker, 2014) yaitu:

1) Participatory surveillance
2) Predictive Surveillance (Climate and Ecology)

3) Syndromic surveillance;

4) Event-based surveillance dan

5) Indicator-based surveillance.

Disamping itu menurut intervensinya ke masyarakat, surveilans kesehatan


masyarakat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Active surveillance (surveilans aktif) yaitu pemerintah melalui


petugas kesehatan secara aktif mengumpulkan data kejadian kesehatan
di masyarakat atau komunitas

2. Pasive surveillance (surveilans pasif) yaitu pemerintah melalui biro


kesehatan (dinkes) menerima laporan penyakit secara reguler dari
pelayanan kesehatan sesuai dengan aturan yang berlaku.

2.5 Kegiatan Surveilans


1. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya.
2. Perekaman, pelaporan, dan pengolahan data
3. Analisis dan interpretasi data
4. Status epidemiologi
5. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan
6. Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut
7. Umpan balik
2.6 Komponen Surveilans
1. Pengumpulan data
Data harus jelas, tepat dan ada hubungan nya dengan penyakit ybs.
Sebaiknya data rutin yang dicatat dalam sistem pencatatan pelaporan Jenis
data : primer dan sekunder
Tujuan :
a. Menentukan kelompok risiko tinggi penyakit
b. Menentukan jenis agen dan karakteristiknya
c. Menentukan reservoir dari penyakit infeksi
d. Memastikan keadaan berlangsungnya transmisi
e. Mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan

Dilakukan secara aktif ( data primer)dan pasif (data sekunder)


a) Secara aktif :
(1) Data dikumpulkan oleh petugas
(2) Berupa data kasus baru, data yang ditentukan dan data tambahan
(3) Dilakukan bila :
(a) Ada penyakit baru muncul dalam populasi
(b) Penyakit baru ditemukan insidens meningkat
b) Secara pasif :
(1) Data sekunder
(2) Tergantung : Kecepatan, ketepatan, kebenaran dan
(3) kelengkapan laporan yang dikirimkan.
(4) Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan tujuan surveilans
Sumber data Surveilans ( Lagmuir )
1. Pencatatan kematian
2. Laporan penyakit ( sumber terpenting )
3. Laporan KLB / Wabah
4. Pemeriksaan laboratorium
5. Penyelidikan peristiwa penyakit
6. Penyelidikan wabah
7. Survei penyakit
8. Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir
9. Penggunaan obat-obatan, sera dan vaksin
10. Keterangan tentang penduduk serta lingkungannya
11. RS, praktek umum, absen kerja, sekolah, SKRT.

2. Pengolahan, analisis, interpretasi


a. Pertama dilakukan kompilasi data --- menghindari duplikasi dan menilai
kelengkapan
1) secara manual --- buat master table dengan komputer --- program epi
info
2) Sesuai tujuan sistem surveilans
3) Menurut orang, tempat dan waktu
b. Analisis dan interpretasi
1) Analisis sebaiknya oleh Tim
2) Karakteristik data dan validasi data
3) karakteristik data :
(a) Sumber pelaporan
(b) Tingkat pelapor
(c) Kelengkapan jumlah laporan
(d) Ketepatan waktu
(e) Kualitas
4) Validasi data surveilans
“ seberapa jauh menggambarkan keadaan sebenarny”
Distribusi frekwensi dan tabulasi
5) Analisis secara :
(a) Univariat : deskriptif ( Orang, tempat , waktu )
(b) Proporsi
(c) Bivariat : peta, grafik, tabel
6) Harus dapat :
(a) Memahami kualitas data
(b) Mencari metode terbaik menarik kesimpulan
(c) Menarik kesimpulan berupa
➔ Kecenderungan waktu
➔ Perbandingan kejadian pada populasi berbeda
7) Interpretasi data
a) Limit data :
(1) Underreporting
(2) Definisi kasus tdk konsisten
(3) Laporan kasus tidak terwakili
b) Kegunaan :
(1) Identifikasi epidemiologi
(2) Identifikasi gejala baru
(3) Monitoring trend
(4) Evaluasi kebijakan
(5) Proyeksi kebutuhan mendatang

b. Hasil analisis dan interpretasi data surveilans


Informasi Epidemiologi
1) Identifikasi dan monitoring kecenderungan masalah kesehatan
2) Menentukan strategi pencegahan penyakit
3) Implementasi program pencegahan dan penanggulangan penyakit
4) Mengembangkan perencanaan dan kebijakan
5) Evaluasi efektifitas pelayanan kesehatan
2.7 Kegiatan Manajemen Surveilans Epidemiologi
1. Kegiatan inti
a) Surveilans kesmas : mencakup deteksi, pencatatan, pelaporan,
analisis, konfirmasi (epidemiologi dan lab), umpan balik
b) Tindakan kesmas : Mencakup respon segera (Epidemic type response)
dan respon terencana (Management type response)
2. Kegiatan Pendukung
Pelatihan, supervisi, penyediaan sumberdaya manusia, lab dan manajemen
sumber daya, komunikasi
2.8 Surveilans Maternal Penyakit Menular Seksual
1. Pengertian Surveilans HIV/AIDS
Surveilans HIV/AIDS adalah metode untuk mengetahui tingkat masalah
melalui pengumpulan data yang sistematis dan terus menerus terhadap
distribusi dan kecenderungan infeksi HIVdan penyakit terkait lainnya.
2. Tujuan Surveilans HIV/AIDS
a. Tujuan Umum :
Tujuan surveilans HIV/AIDS adalah untuk memperoleh gambaran
epidemiologi tentang infeksi HIV/AIDS di Indonesia untuk keperluan
perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program.
b. Tujuan Khusus :
1) Mengetahui prevalensi infeksi HIV/AIDS pada kelompok sub
populasi tertentu yaitu pada kelompok berperilaku risiko tinggi dan
perilaku risiko rendah pada lokasi tertentu.
2) Memantau kecenderungan infeksi HIV/AIDS berdasarkan waktu,
tempat dan orang.
3) Penyebaran Infeksi HIV/AIDS pada kelompok–kelompok sub
populasi tertentu berdasarkan waktu perlu dipantau dengan seksama.
4) Memantau dampak program.
5) Menyediakan data untuk proyeksi kasus HIV / AIDS di Indonesia.
6) Menggunakan data prevalensi untuk keperluan advokasi.
7) Menyediakan informasi untuk perencanaan pelayanan kesehatan
3. Manfaat Surveilans HIV/AIDS
a. Melakukan pengamatan dini yaitu Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
HIV/AIDS di Puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya dalam
rangka mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB) HIV/AIDS.
b. Dapat menjelaskan pola penyakit HIV/AIDS yang sedang berlangsung
yang dapat dikaitkan dengan tindakan – tindakan/intervensi kesehatan
masyarakat. Contoh kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Deteksi perubahan akut dari penyakit HIV/AIDS yang terjadi dan
distribusinya.
2) Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit HIV/AIDS.
3) Identifikasi dan faktor resiko dan penyebab lainnya, seperti vektor
yang dapat menyebabkan sakit di kemudian hari.
4) Deteksi perubahan pelayanan kesehatan.
c. Dapat mempelajari riwayat alamiah dan epidemiologi penyakit
HIV/AIDS, khususnya untuk mendeteksi adanya KLB/wabah.
Pemahaman melalui riwayat penyakit, dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1) Membantu menyusun hipotesis untuk dasar pengambilan
keputusan dalam intervensi kesehatan masyarakat.
2)  Membantu untuk mengidentifikasi penyakit untuk keperluan
penelitian epidemiologi.
3)  Mengevaluasi program-program pencegahan dan pengendalian
penyakit HIV/AIDS yang sedang dilaksanakan
4)  Memberikan informasi dan data dasar untuk memproyeksikan
kebutuhan pelayanan kesehatan di masa mendatang.
5) Data dasar penyakit HIV/AIDS sangat penting untuk menyusun
perencanaan dan untuk mengevaluasi hasil akhir intervensi yang
diberikan. Dengan semakin kompleksnya pengambilan keputusan
dalam bidang kesehatan masyarakat, maka diperlukan data yang
cukup handal untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang
sistematis dan dapat dibuktikan dengan data (angka).
d.  Dapat membantu pelaksanaan dan daya guna program pengendalian
khusus dengan membandingkan besarnya masalah kejadian penyakit
HIV/AIDS sebelum dan sesudah pelaksanaan program.
e. Mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut umur, pekerjaan,
tempat tinggal dimana penyakit HIV/AIDS sering terjadi dan variasi
terjadinya dari waktu ke waktu (musiman, dari tahun ke tahun), dan
cara serta dinamika penularan penyakit menular.
f.  Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat yang dapat
disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar penanggulangan
HIV/AIDS yang cepat dan tepat, yaitu melakukan perencanaan yang
sesuai dengan permasalahannya.
DAFTAR PUSTAKA
2004. WHO Comprehensive Assessment of the National Disease surveilans in
Indonesia.
Trisnantoro, L. 2005. Desentralisasi Kesehatan di Indonesia dan Perubahan
Fungsi Pemerintah 2001-2003. Gadjah Mada University Press

Timmreck, C.T. .2005. Epidemiologi: Suatu Pengantar, Edisi 2, terjemahan oleh


Munaya Fauziah, dkk. EGC.

McNabb, S.J., et al., Conceptual Framework of Public Health Survellance and


Action and Its Application in Health Sector Reform. BMC Public Health, 2 (2).

2008. Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics. Disease
Control Priority Project.

Anda mungkin juga menyukai