Anda di halaman 1dari 15

1

PANDUAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS


DENGAN STRATEGI DOTS

A. TUJUAN DAN PRINSIP PENGOBATAN ANTI TUBERKULOSIS (OAT)


Pengobatan TB bertujuan:

 Menyembuhkan pasien,
 Mencegah kematian,
 Mencegah kekambuhan,
 Memutuskan rantai penularan,
 Mencegah terjadinya kekebalan terhadap OAT dan
 Mengurangi dampak sosial dan ekonomi.
Prinsip Pengobatan

Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

 OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosi stepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hindari penggunaan
monoterapi. Pemakaian OAT – Kombinasi Dosis Tetap (KDT) akan lebih
menguntungkan dan dianjurkan.
 Untuk menjamin kepatuhan pasien dalam menelan obat, pengobatan dilakukan
dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO).
 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan.
Tahap awal
o Pada tahap awal pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
o Bila pengobatan tahap awal tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
o Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan.
Tahaplanjutan
O Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit , namun dalam jangka
waktu yang lebih lama.
2

O Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah


terjadinya kekambuhan.
B. JENIS OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
OAT yang digunakan Program Penanggulangan TB saat ini adalah obat lini pertama, yang
terdiri dari:

 Isoniasid / INH (H)


o Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari
pertama pengobatan.
o Obat ini sangat efektif terhadap kuman yang sedang berkembang.
o Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan tahap
lanjutan 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.
 Rifampisin (R)
o Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman persister yang tidak dapat dibunuh
oleh Isoniasid.
o Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun tahap
lanjutan 3 kali seminggu.
 Pirazinamid (Z)
o Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam.
o Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan tahap
lanjutan 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
 Streptomisin (S)
o Bersifat bakterisid.
o Pasien berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 g/hari, sedangkan untuk berumur
60 tahun atau lebih diberikan 0,50 g/hari.
 Etambutol (E)
o Bersifat sebagai bakteriostatik.
o Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan tahap
lanjutan 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg BB.
3

Tabel-1: Jenis, sifat dan dosis OAT


Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan (mg/kg
BB)
Harian 3 x seminggu
Isoniasid (H) Bakterisid 5 10
(4-6) (8-12)
Rifampisin (R) Bakterisid 10 10
(8-12) (8-12)
Pirazinamid (Z) Bakterisid 25 35
(20-30) (30-40)
Streptomisin (S) Bakterisid 15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15 30
(15-20) (20-35)
4

Tabel-2: Dosis Obat Anti Tuberkulosis pada anak


Dosis
Dosis harian
Nama Obat maksimal Efek samping
(mg/kgBB/hari)
(mg per hari)

Isoniazid 5−15* 300 hepatitis, neuritis perifer,


hipersensitivitas

Rifampisin** 10−20 600 gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis,


trombositopenia, peningkatan enzim
hati, cairan tubuh berwarna oranye
kemerahan

Pirazinamid 15−30 2000 toksisitas hati, artralgia,


gastrointestinal

Etambutol 15−20 1250 neuritis optik, ketajaman mata


berkurang, buta warna merah-hijau,
penyempitan lapang pandang,
hipersensitivitas, gastrointestinal

Streptomisin 15−40 1000 ototoksik, nefrotoksik

Catatan:

* Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh melebihi 10


mg/kgBB/hari.

** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat
mengganggu bioavailabilitas rifampisin.

Rifampisin diabsorpsi dengan baik melalui sistem gastrointestinal pada saat perut kosong
(1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan).
5

C. PADUAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS STANDAR


Penulisan Kode Paduan Obat

Masing-masing obat memiliki singkatan seperti ditulis pada tabel diatas. Paduan
pengobatan TB terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap awal dan tahap lanjutan. Paduan pengobatan
TB mempunyai kode standar yang menunjukkan:

 Tahappengobatan,
 Lama pengobatan,
 Jenis OAT,
 Cara pemberian (harianatau 3 x seminggu) dan
 Paduan OAT, misalnya: Kategori 1 KDT: 2 (HRZE)/4 (HR)3
o Garis miring menunjukkan pemisahan tahapan pengobatan
o Angka 2 dan 4 menunjukkan lama tahap dalam bulan.
o Huruf dalam tanda kurung menunjukkan OAT-Kombinasi Dosis Tetap (KDT)
o Jika tanpa tanda kurung berarti OAT lepas atau kombipak.
o Angka setelah huruf atau tanda kurung menunjukkan jumlah dosis obat per
minggu.
o Jika tidak ada angka setelah huruf atau tanda kurung menunjukkan pengobatan
dilakukan setiap hari.
6

Tabel 3: Paduanpengobatanstandar yang direkomendasikan WHO (Treatment of


Tuberculosis: Guideline for National Program, WHO, 2003).
Paduan OAT
Tahap
Kategori Tahapawal
Pasien TB lanjutan
Diagnosis TB (harianatau 3 x
(harian atau 3
seminggu)a
x seminggu) a
 TB paru kasus baru
 TB paru BTA negatif
I kasus baru dengan lesi luas 2 HRZE b 4H3R3 atau
 TB berat + HIV atau TB 4 HR c
ekstraparu berat
TB paru BTA positif
denganpengobatanterdahulu :
II  Kasus kambuh 2 HRZES/ 1 HRZE 5 H3R3E3 atau
 Kasus putus berobat 5 HRE

 Kasus gagal d
TB paru BTA negatif kasus 4H3R3 atau
baru (selain kategori 1) 2 HRZE e 4 HR
III
TB ekstraparu ringan atau 6 H3E3
atau 6 HE c
Kasus kronik atau MDR
(BTA masih positif setelah
IV
pengobatan ulang yang
diawasi) f
Catatan:
a. Pemakaian OAT harian pada tahap awal dan 3 x seminggu atau harian pada tahap
lanjutan disesuaikan dengan kebijakan pada masing masing negara.
b. Streptomisin dapat diberikan bersamaan dengan Etambutol. Pada Meningitis TB,
Etambutol diganti dg Streptomisin.
c. Bagi pasien yang gagal dan kambuh setelah pengobatan selama 6 bulan, disarankan
melanjutkan pengobatannya dengan KDT sesuai yg direkomdasikan.
7

d. Jika memungkinkan, dapat dilakukan uji kepekaan obat sebelum memulai pengobatan
Kategori 2 terutama pada kasus gagal, bila hasilnya terbukti MDR TB disarankan pada
pasien tersebut menggunakan pengobatan Katagori 4.
e. Etambutol dapat diabaikan selama pengobatan tahap awal untuk pasien tanpa kavitas,
pasien TB paru BTA negatif yang HIV negatif, pasien TB bukan pasien MDR, dan
anak-anak dengan TB primer.
f. Semua kontak dengan MDR TB dianjurkan untuk melakukan biakan dan uji kepekaan.

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia


 Paduan pengobatan KDT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan TB
di Indonesia:
o Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
o Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
o KategoriAnak* : 2(HRZ)/4(HR)
Di sampingketigakategoriini, adapaduanobatsisipan (HRZE).
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 4 atau 2 jenis obat dalam satu tablet.
Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket
untuk satu pasien.

 PaketKombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu blister harian, yaitu Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini masih disediakan program
untuk mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan
pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai.
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.

Catatan:
*Pada TB anak yang berat, misalnya TB milier, meningitis, spondilitis dan lainnya,
ditambahkan Etambutol dan/atau Streptomisin pada tahap awal. Tahap lanjutan diteruskan
sampai 9-12 bulan.
8

OAT KDT

OAT KDT adalah obat dalam bentuk kaplet dan tablet yang isinya terdiri dari kombinasi
beberapa jenis obat dengan dosis tertentu. Dibandingkan dengan bentuk obat yang tidak
dikombinasi atau bentuk lepas, OAT KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam
pengobatan TB, yaitu:

1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat
dan mengurangi efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan risiko terjadi resistensi obat
ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.
Jenis OAT KDT
Jenis-jenis OAT KDT untuk dewasa:

 Kaplet 4KDT: kaplet yang mengandung 4 macamobat.


Setiap kaplet mengandung:

o 75 mg Isoniasid,
o 150 mg Rifampisin,
o 400 mg Pirazinamiddan
o 275 mg Etambutol.
Kaplet ini digunakan untuk pengobatan setiap hari dalam tahap awal dan untuk
sisipan.

Jumlah kaplet yang digunakan disesuaikan dengan berat badan pasien.

 Tablet 2KDT: tablet yang mengandung 2 macamobat.


Setiap tablet mengandung:

o 150 mg Isoniasid,
o 150 mg Rifampisin.
Tablet inidigunakanuntukpengobatantahaplanjutan yang diberikan 3 kali seminggu
(tidaksesuaiuntukdigunakansebagaidosisharian).Jumlah tablet yang
digunakandisesuaikandenganberatbadanpasienpadaawalpengobatan.
9

Untukpengobatanpaduan OAT Kategori 2, dilengkapidengan:


o Tablet Etambutol 400 mg,
o Streptomisininjeksi vial 1 g dan
o Aquabidestilata.

D. PADUAN OAT DAN PERUNTUKANNYA


1. Kategori-1 KDT: 2(HRZE)/ 4(HR)3
Paduan OAT ini diberikan untuk:

 Pasienbaru TB paru BTA Positif,


 Pasien TB paru BTA negatifdisertaifototoraksdengangambaran proses spesifik dan
 Pasien TB ekstraparu .
Tabel-4:DosisKategori 1KDT

Tahap Awal Tahap Lanjutan

BeratBadan setiap hari 3 kali seminggu

(56 dosis) Selama 16 minggu (48 dosis)

30 – 37 kg 2 kaplet 4KDT 2 tablet 2KDT

38 – 54 kg 3 kaplet 4KDT 3 tablet 2KDT

55 – 70 kg 4 kaplet 4KDT 4 tablet 2KDT

≥ 71 kg 5 kaplet 4KDT 5 tablet 2KDT

2. Kategori 2 KDT: 2(HRZE)S/ (HRZE)/ 5(HR)3E3


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:

 Pasienkambuh,
 Pasiengagaldan
 Pasiendenganpengobatansetelahdefault (terputus).
10

Tabel-5:DosisKategori 2 KDT

TahapAwal Tahap Lanjutan


BeratBada 3 kali seminggu
Setiaphari
n selama 20 minggu
56 dosis 28 dosis (60 dosis)

30–37 kg 2 kaplet 4KDT 2 kaplet 4KDT 2 tab 2KDT

+ 500 mg Streptomisin inj. + 2 tab Etambutol

38–54 kg 3 kaplet 4KDT 3 kaplet 4KDT 3 tab 2KDT

+ 750 mg Streptomisin inj. + 3 tab Etambutol

55–70 kg 4 kaplet 4KDT 4 kaplet 4KDT 4 tab 2KDT

+ 1000 mg Streptomisin inj. + 4 tab Etambutol

≥ 71 kg 5 kaplet 4KDT 5 kaplet 4KDT 5 tab 2KDT

+ 1000mg Streptomisin inj. + 5 tab Etambutol

Catatan:

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin
adalah 500mg.

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest


sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg)

3. OAT Sisipan KDT (HRZE)


Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap awal kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari).
11

Tabel-6:Dosis Sisipan KDT

BeratBadan Pemberian setiap hari selama 28 hari (28 dosis)

30 – 37 kg 2 kaplet 4KDT

38 – 54 kg 3 kaplet 4KDT

55 – 70 kg 4 kaplet 4KDT

≥ 71 kg 5 kaplet 4KDT

Penggunaan OAT lini kedua misalnya golongan Amikasin (misalnya Kanamisin) dan
golongan fluorokinolon tidak dianjurkan kepada pasien baru tanpa indikasi yang jelas
karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lini pertama. Di samping
itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lini kedua.

4. Kategori Anak (2RHZ/ 4RH)


Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam
waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap awal maupun
tahap lanjutan dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak.

Tabel-7: Dosis Anak Kombipak

BB BB BB
Jenis Obat
< 10 kg 10 - 19 kg 20 - 33 kg

Isoniasid 50 mg 100 mg 200 mg

Rifampicin 75 mg 150 mg 300 mg

Pirasinamid 150 mg 300 mg 600 mg


12

Tabel-8: Dosis Anak KDT

2 bulan tiap hari 4 bulan tiap hari


Berat Badan (kg)
RHZ (75/50/150 mg) RH (75/50 mg)

5-9 1 tablet 1 tablet

10-14 2 tablet 2 tablet

15-19 3 tablet 3 tablet

20-32 4 tablet 4 tablet

Catatan
 Bila BB >33 kg, dosis disesuaikan dengan Tabel-2 di atas (perhatikan dosis
maksimal).
 Bila BB <5 kg, tidak menggunakan OAT KDT Anak, tetapi menggunakan obat
lepas dengan dosis dihitung berdasarkan BB.
 OAT Anak KDT tidak boleh diberikan setengah dosis tablet.
 Perhitungan pemberian tablet di atas sudah memperhatikan kesesuaian dosis per
kg BB.
13

ALUR TATALAKSANA PASIEN TB ANAK

Diagnosis TB dengan pemeriksaan selengkap mungkin


(Skor ≥6 sebagai entry point)

Beri OAT2 bulanterapi,

dievaluasi

Ada perbaikan klinis Tidak ada perbaikan klinis

Terapi TB diteruskan Untuk RS fasilitas


sambil mencari terbatas, rujuk ke RS
Terapi TB diteruskan
penyebabnya dengan fasilitas lebih
sampai 6 bulan lengkap

Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dihentikan dengan melakukan evaluasi baik
klinis maupun pemeriksaan penunjang lain. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata
walaupun gambaran radiologis tidak menunjukkan perubahan yang berarti, maka pengobatan
dihentikan.

E. PENGOBATAN PENCEGAHAN UNTUK ANAK (Kemoprofilaksis)


Sekitar 50-60% balita yang tinggal serumah dengan pasien TB Paru BTA positif, akan
terinfeksi TB. Kira-kira 10% dari yang terinfeksi tersebut akan sakit TB. Infeksi TB pada
balita berisiko tinggi menjadi TB berat (misalnya TB meningitis atau TB milier) sehingga
diperlukan pemberian kemoprofilaksis untuk mencegah sakit TB.
14

Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat dengan pasien
TB BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan:

 Bila anak mempunyai gejala-gejala seperti TB harus dilakukan pemeriksaan lebih


lanjut sesuai dengan alur deteksi dini TB anak.
 Bila anak balita tidak mempunyai gejala-gejala seperti TB (sehat), dan balita tersebut
mendapat nilai <5 pada sistem pembobotan, harus diberikan pengobatan pencegahan
dengan Isoniasid (INH) dengan dosis 5-10 mg per kg berat badan per hari selama 6
bulan.
 Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, perlu diberi BCG setelah
pengobatan pencegahan dengan INH selesai.
15

Ciamis, November 2016

DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN CIAMIS

ACENG SOLAHUDIN AHMAD

Anda mungkin juga menyukai