BAB I
mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang
penderita TB di Indonesia sebesar 6,4 juta sementara pada tahun 2018 dan
2019 sebesar 7,0 juta dan 7,1 juta penderita. 3 Beban kasus TB anak di dunia
Gejala TB pada anak tidak khas, adapun gejala pada TB anak seperti
demam, batuk, penurunan berat badan, lemah, letih, dan lesu. Pengobatan TB
1
2
faktor resiko terjadinya TB resisten obat pada anak adalah adanya kontak
dengan pasien dewasa yang terbukti TB MDR serta anak dengan riwayat
pengobatan TB berulang.4
tetapi cakupan pasien yang diobati hanya sekitar 27,36%.4,5 Karena jumlah
kasus MTB yang kian meningkat maka perlu diberikan suatu prophylaxis bagi
anak yang kontak dengam pederita MDR TB. Belum banyak penelitian serta
publikasi terkait prophylaxis MDR TB pada anak, olah karena itu prophylaxis
bagi anak masih menjadi tantangan global. Oleh karena itu, pada penulisan
1.2 Tujuan
BAB II
2
3
TINJAUAN PUSTAKA
sebagai bakteri tahan asam (BTA). Secara umum sifat kuman Mycobacterium
tuberculosis antara lain berbentuk batang warna merah, panjang 1-10 mikron,
lebar 0,2 – 0,6 mikron, peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra
violet, tahan terhadap suhu rendah, serta kuman dapat bersifat dorman.6,7
Indonesia termasuk negara dengan beban TBC tinggi dimana saat ini
HIV.9
3
4
Obat TB utama (first line) saat ini adalah rifampisin (R), isoniazid
(INH), pirazinamid (Z), etambutol (E) dan streptomisin (S). Obat TB lain
sampingnya dapat dilihat pada Tabel1. Efek samping utama OAT adalah
4
5
gastrointestinal
Streptomisin 15 – 40 1000 Ototoksik, nefrotoksik
(Sumber: Rahajoe dkk, 2018)
menjalani pengobatan yang relatif lama dengan jumlah obat yang banyak.
Untuk mengatasi hal tersebut, dibuat suatu sediaan obat kombinasi dengan
dosis yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu KDT. Dosis KDT didasarkan
pada berat badan pasien, untuk dosis KDT dapat dilihat pada Tabel 2. Bila BB
5
6
genetik kuman yang terjadi akibat pengobatan yang tidak adekuat. 13,14 Secara
mendapat pengobatan TB
tidak
pengobatan sebelumnya.
dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain, misalnya resistan HR,
HRE, HRES.
terhadap salah salah satu obat golongan fluorokuinolon dan salah satu
6
7
OAT lainnya.
streptomisin (RES).17
Kejadian MDR terus bertambah dan makin meluas, hal ini disebabkan
oleh tatalaksana TB yang tidak adekuat serta adanya penularan dari satu
oleh penggunaan obat antimikroba serta formula OAT yang tidak efektif
(seperti penggunaan obat tunggal, penyimpanan OAT yang tidak baik atau
protokol selesai.16
dimana pengobatan terbatas dan harganya mahal, sediaan obat tidak selalu
ada, dan munculnya efek samping yang lebih besar. Pada beberapa kasus
7
8
Xpert MTB/RIF.16
terbesar (47% kasus MDR TB) adalah India, China, dan Rusia. 19 Sementara
negara dengan beban TB MDR tertinggi di dunia dengan insidensi pada tahun
8
9
yaitu dari 67,9% pada tahun 2010 menjadi 51,1% pada tahun 2013, dan
(2013).19
kontak MDR TB yang telah diketahui, kontak dengan pasien yang meninggal
bulan
9
10
terhadap antigen M.tuberkulosis tanpa manifestasi klinis TB. Saat ini belum
10
11
tanda atau gejala penyakit TB dan berpotensi menjadi penyakit TB aktif serta
Pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, terutama Orang
penyakit TBC lebih tinggi daripada orang dengan sistem kekebalan tubuh
normal. Risiko penyakit TB pada ODHA, anak kontak serumah dengan pasien
Pada pertemuan tingkat tinggi pertama PBB tentang TB pada tahun 2018,
juta orang yang hidup dengan HIV (ODHA), 4 juta anak < 5 tahun yang
adalah kontak serumah dengan penderita TB, dan 20 juta kontak serumah
lainnya.18
11
12
dengan orang TBC aktif dan 3,3% sampai 5,5% di antaranya akan
mengakhiri TB, seperti yang ditegaskan oleh Pertemuan Tingkat Tinggi PBB
sampai 90%. Selain itu uji coba randomisasi terkontrol yang dilakukan
yang lebih dapat ditoleransi dan memiliki efikasi yang baik sehingga dapat
empat pokok bahasan, yakni: Mengidentifikasi populasi untuk tes ILTB dan
12
13
Pencegahan TB
meningkat di pada anak di bawah usia 5 tahun dan pada kelompok dengan
TB aktif.
2.5.1 Orang dewasa dan remaja dengan HIV yang tidak menderita TB aktif
pengobatan TB sebelumnya. 18
13
14
confidence interval 95% [CI] 0,51; 0,87) di antara 8.578 ODHA. Bagi
Wanita hamil dengan HIV memiliki risiko terinfeksi TB, yang dapat
risiko kematian ibu dan bayi Kelompok ini harus tetap mendapatkan
- Bayi berusia < 12 bulan dengan HIV yang kontak dengan penderita
14
15
TB. 18
15
16
ILTB.
pemberian TPT. Adapun kelompok resiko tersebut antara lain sebagai berikut:
bakteriologis
16
17
Cara pembacaan hasil TST dapat dilihat di tabel 3. Pada ODHA dan kontak
anak usia dibawah 5 tahun pemberian TPT dapat dilakukan dengan skrining
gejala TBC tanpa harus dilakukan pemeriksaan TST atau IGRA maupun
17
18
Staf laboratorium
Pasien dengan
transplantasi organ Mikrobakteriologi
18
19
Keterangan:
1. Jika anak usia < 10 tahun, saat ini ada salah satu gejala seperti batuk
atau demam atau riwayat kontak dengan orang TBC aktif atau
berat badan untuk usia <-2 Z-skor. Bayi usia < 1 tahun tahun tanpa
19
20
gejala dengan HIV hanya diobati untuk ILTB jika mereka kontak
2. Adanya batuk atau demam atau keringat di malam hari atau batuk
darah atau nyeri dada atau sesak napas atau lemah dan lesu atau
penurunan berat badan (misal pada anak usia < 5 tahun tahun tidak
perbaikan gizi tetapi berat badan tetap tidak naik/gagal tumbuh). Lesu
atau anak kurang aktif bermain, keringat malam saja bukan merupakan
gejala spesifik TBC pada anak apabila tidak disertai gejala umum
lainnya.
dengan TST atau IGRA (tanpa harus melihat ada tidaknya gejala
TBC).
20
21
merupakan kontraindikasi.
klinis.
atau agen lini kedua lainnya. Pilihan terapi pencegahan yang dapat digunakan
21
22
pada Tabel 4.
remaja yang dengan HIV atau memiliki tes LTBI yang tidak diketahui
3HP 3HR 6H
22
23
Keterangan:
*) Bila 3HR belum tersedia maka dapat menggunakan pilihan paduan TPT
6H, bila 3HR sudah tersedia maka TPT untuk anak usia < 2 tahun
**) Untuk ODHA yang mendapatkan jenis ARV (dapat melihat pada 4.6
untuk paduan berbasis rifampisin seperti 3HP atau 3HR maka alternatif
95% CI 0,51; 0,87), dan efektivitas pencegahan mencapai 64% untuk orang
dengan TST positif (RR 0,36; 95% CI 0,22; 0,61). Monoterapi isoniazid
selama 6 bulan tidak berbeda secara signifikan dibanding 12 bulan (RR 0,58;
dibandingkan mereka yang diberi plasebo (Odds ratio [OR] 0,65; 95% CI
23
24
hingga 9-10 bulan dan stabil setelahnya, oleh karena itu regimen 9H
pencegahan TB.18
bahwa IPT diatas 6 bulan dapat mengurangi risiko TB aktif sebesar 38%.
Efeknya lebih besar pada orang dengan TST positif (49% untuk TB aktif dan
50% untuk kematian). Pada mereka dengan TST negatif, tidak ada efek yang
dua penelitian yang ditinjau, ART tidak digunakan dan pada penelitian ketiga
cakupan ART dosis rendah pada awal terapi dan ditingkatkan secara
bertahap.18
• Dosis INH usia < 10 tahun 10mg/kg BB/hari (maksimal 300 mg/ hari)
dapat dilihat pada tabel.5 Karakteristik Paduan TPT pada Orang dengan
ILTB.
dapat dilihat pada tabel.5 Karakteristik Paduan TPT pada Orang dengan
ILTB.
• Obat di konsumsi satu kali sehari, sebaiknya pada waktu yang sama (pagi,
siang, sore atau malam) saat perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2
24
25
sebanyak 180 dosis), dengan catatan bila keadaan klinis baik (tidak ada
negatif.
• Pengambilan obat dilakukan pada saat kontrol setiap 1 bulan, dan dapat di
• Pada pasien anak dengan gizi buruk atau infeksi HIV, diberikan vitamin
B6 10mg untuk dosis INH ≤ 200 mg/hari dan 2x10 mg untuk dosis INH
• Pada pasien dewasa dengan infeksi HIV, diberikan dosis INH 300
• Yang berperan sebagai pengawas minum obat adalah orang tua atau
keluarga pasien.
kesehatan setempat). 9
25
26
Bulan
RCT yang dianalisis untuk tiga subkelompok: orang dewasa dengan infeksi
HIV, orang dewasa tanpa infeksi HIV dan anak-anak dan remaja, yang tidak
dapat dikelompokkan menurut HIV status karena studi yang relevan kurang.18
antara peserta yang diberikan 3HP dan 6H atau 9H (RR 0,73, 95% CI 0,23;
2,30). Risiko hepatotoksisitas secara signifikan lebih rendah dengan 3HP pada
ODHA dewasa (RR 0,26, 95% CI 0,12; 0,55) dan kelompok non-HIV (RR
0,16, 95% CI 0,10; 0,27). Regimen 3HP juga dikaitkan dengan tingkat
HIV: RR 1,25, 95% CI 1,01; 1,55; orang dewasa tanpa HIV: RR 1,19, 95% CI
1,16; 1.22; anak-anak dan remaja: RR 1,09, 95% CI 1,03; 1.15). Tingkat
infeksi atau kematian TB lebih rendah pada peserta yang diberi isoniazid
berkelanjutan. Dalam sebuah penelitian 3HP pada 112 wanita hamil, tingkat
aborsi spontan dan cacat lahir serupa dengan populasi umum di Amerika
Serikat.18
26
27
• Dosis INH dan Rifapentine berdasarkan usia dan berat badan (dapat
dilihat pada tabel.6 Karakteristik Paduan TPT pada Orang dengan ILTB).
anak berusia < 2 tahun dan ibu hamil karena hingga saat ini belum adanya
rifapentin.
27
28
• Obat dikonsumsi satu kali seminggu, sebaiknya pada waktu yang sama
(pagi, siang, sore atau malam) saat perut kosong (1 jam sebelum makan
bubur, pudding, yogurt, es krim dan makanan lain yang disukai anak, hal
ini untuk mengatasi rasa pahit rifapentine. Namun rifapentine tidak boleh
sebanyak 12 dosis), dengan catatan bila keadaan klinis baik (tidak ada
negatif.
28
29
• Pengambilan obat dilakukan pada saat kontrol setiap 1 bulan, dan dapat di
• Pada pasien anak dengan gizi buruk atau infeksi HIV, diberikan vitamin
B6 10mg untuk dosis INH ≤ 200 mg/hari dan 2x10 mg untuk dosis INH
• Pada pasien dewasa dengan infeksi HIV, diberikan dosis INH 300
29
30
• Yang berperan sebagai pengawas minum obat adalah orang tua atau
keluarga pasien
kesehatan setempat).9
Oleh karena itu, rifampisin harian plus isoniazid dapat digunakan sebagai
berikut:9
• Dosis INH usia < 10 tahun 10mg/kg BB/hari (maksimal 300 mg/ hari)
dan dosis R usia < 10 tahun 15kg/mg BB/hari (maksimal 600 mg/hari)
dapat dilihat pada tabel.5 Karakteristik Paduan TPT pada Orang dengan
ILTB.
• Dosis INH usia ≥ 10 tahun 5mg/kg BB/hari (maksimal 300 mg/hari) dan
30
31
• Obat dikonsumsi satu kali sehari, sebaiknya pada waktu yang sama (pagi,
siang, sore atau malam) saat perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2
sebanyak 84 dosis), dengan catatan bila keadaan klinis baik (tidak ada
negatif.
• Pengambilan obat dilakukan pada saat kontrol setiap 1 bulan, dan dapat di
• Pada pasien anak dengan gizi buruk atau infeksi HIV, diberikan vitamin
B6 10mg untuk dosis INH ≤ 200 mg/hari dan 2x10 mg untuk dosis INH
• Pada pasien dewasa dengan infeksi HIV, diberikan dosis INH 300
31
32
kesehatan setempat).9
dan keamanan 1HP dengan isoniazid dosis tunggal selama 9 bulan pada
ODHA yang tinggal di daerah dengan prevalensi tuberkulosis tinggi atau yang
kejadian TB (termasuk kematian karena sebab apa pun) antara 1HP dan 9H
(yaitu kelompok 1HP dikurangi kelompok 9H) adalah 0,02 per 100 orang per
tahun (CI 95%, 0,35 ; +0,30); RR untuk pengobatan 1HP dibandinhg INH
selama 9 bulan adalah 1,04 (95% CI, 0,99; 1,10); RR untuk efek samping
adalah 0,86 (95% CI, 0,58; 1,27); hazard ratio kematian dari penyebab apapun
adalah 0,75 pada 1HP (95% CI, 0,42; 1,31); RR munculnya resistensi
terhadap isoniazid dan rifampisin berturut-turut adalah 1,63 (95% CI, 0,17;
32
33
<10 tahun: 10 mg/ 2-14 tahun <10 tahun: INH 10 mg/ INH 300 mg
kg BB kg BB, RIF 15 mg/kg RPT 600 mg
10-15 kg INH BB Untuk semua BB
300mg
RPT
300mg
16-23 kg INH
500mg
RPT
450mg
24-30 kg INH
600mg
RPT
600mg
≥ 31 kg INH
700mg
RPT
750mg
≥ 10 tahun: 5 mg/ >14 thn untuk semua BB ≥10 thn: INH 5 mg/kg
Dosis 900 mg
33
34
Absorbsi obat Paling baik dalam Baik diberikan bersamaan Absorbsi rifampisin Sama dengan 3HP
dengan makanan;
perut kosong; bioavailability sangat cepat tapi
hindari makanan RPT oral sebesar 70% dapat diperlambat
berlemak – atau menurun dengan
konsentrasi dapat konsumsi makanan
berkurang sampai tinggi lemak
50%
bentuk obat: H=300 mg; RIF= 300 mg/150 mg; RPT = 150 mg b. Studi
interaksi antar obat telah dilakukan pada kelompok dewasa saja, belum
34
35
ODHA
35
36
di organ lain.
ODHA
36
37
kelelahan.
2. Efek samping9
37
38
• Steroid
38
39
men-
jalani 3HP
mengalaminya)*
Ruam kulit
Gejala gangguan
pencernaan
seperti mual, muntah, atau
sakit perut
samping.
39
40
kuman TBC. Obat paduan TPT diberikan untuk mencegah sakit TBC.
TBC.01P.9
40
41
Bila saat kontrol tidak ada masalah, maka pemberian TPT dapat
41
42
1HP* Kurang dari 1 Jika lebih dari 80% dosis yang diharapkan dalam
42
43
maksimal 6 minggu.
maksimum 8 minggu.
b. Putus berobat Jika dewasa maupun anak tidak minum obat TPT selama
43
44
pengirim.9
penginduksi kuat enzim sitokrom P450, oleh karena itu dapat mengganggu
P450. Obat-obatan ini termasuk ART dan juga banyak obat lain seperti
percepatan eliminasi obat dalam tubuh, sehingga kadar obat-obatan ini dalam
tubuh cepat berkurang, dan karenanya dapat menjadi tidak efektif. Oleh
untuk ODHA yang memakai ART karena potensi terjadinya interaksi antar
44
45
obat. Regimen ini tidak boleh diberikan kepada orang yang menerima
konsentrasi obat tersebut. ART yang tergolong protease inhibitor antara lain:
tipranavir. 9
mg dua kali sehari bila diberikan bersama dengan rifampisin, dosis ini
ditoleransi dengan baik dan memberikan efikasi yang setara dalam penekanan
raltegravir. Tidak ada interaksi obat yang signifikan antara rifapentine dan
3HP dan DTG pada pasien dewasa dengan HIV. Penelitian ini melaporkan
toleransi obat yang baik, penekanan viral load, tidak terjadinya efek samping
berat (adverse event Grade> 3) yang terkait dengan HP, dan tidak
45
46
laten untuk melindungi dari risiko sakit TBC aktif. Pemantauan rutin
pemeriksaan fungsi hati secara rutin, kecuali ada risiko atau indikasi
hamil.
HIV+, berusia >35 tahun, sedang hamil atau masa postpartum (3 bulan
46
47
pengobatan.
normal disertai gejala awal hepatitis (lemah, lesu, hilang nafsu makan,
47
48
lebih lanjut.9
48
49
RINGKASAN
Kejadian MDR terus bertambah dan makin meluas, hal ini disebabkan
oleh tatalaksana TB yang tidak adekuat serta adanya penularan dari satu
dunia dengan estimasi 6.800 kasus MDR TB/tahun. Indonesia termasuk dalam
49
50
tahun 2017 mencapai 8,8 kasus/ 100.000 penduduk.. Risiko penyakit TB pada
empat pokok bahasan, yakni: Mengidentifikasi populasi untuk tes ILTB dan
pemberian TPT. Adapun kelompok resiko tersebut antara lain: ODHA, kontak
risiko lainnya dengan HIV negatif.9 Pengobatan TPT diberikan pada ODHA
tidak bergejala TB kontak serumah serta kelompok resiko lainnya yang tidak
dosis 10mg/kg BB/hari < 10 tahun, 5mg/kg BB/hari untuk usia ≥ 10 tahun
(maksimal 300 mg/hari). Paduan 3HP hanya dapat digunakan pada usia mulai
50
51
kejadian TB aktif antara peserta yang diberikan 3HP dan 6H atau 9H. Risiko
dewasa dan kelompok non-HIV. Regimen 3HP juga dikaitkan dengan tingkat
Sedangkan rimfamisin dan rifapentin membrikan efek samping berupa flu like
Bila terdapat gejala efek samping seperti di atas, maka obat sementara
menghilang, jika reaksi akibat obat terus muncul lakukan pemeriksaan lebih
lanjut. Jika reaksi obat berat segera diberikan perawatan suportif dan lakukan
rujukan.9
51
52
/DAFTAR PUSTAKA
52
53
12. Ahmed Amina, Feng Pei-jean, Gaensbauer James T., Reves Randall,
Khurana Renuka, Saldeco Katya, et all . Interferon-g Release Assays in
children ,15 Years of Age. Pediatrics. 2020;145:e20191930.
13. Ainiyah S.N, Soedarsono, Umiastuti P. Hubungan Peran Keluarga dan
Kepatuhan Pasien TB MDR di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal
Respirasi (JR), No. 1 Januari 2019: 1-4
14. Caminero JA. Guidelines for Clinical and Operational Management of
Drug-Resistant Tuberculosis, ISBN 979-10- 91287-03-6. International
Union Against Tuberculosis and Lung Disease 2013.
15. Danusantoso H. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. 2nd ed, Jakarta: ECG;
2011.
16. Petunjuk teknis pengobatan pasien TB resisten obat dengan panduan
standar jangka pendek di fayankes TB resisten obat. Pedoman diagnosis
dan penatalaksanaan TB di Indonesia 2016. Hal 43-5.
17. Tuberculosis: Multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). World
Health Organisation, 2018. Diakses dari https://www.who.int/news-
room/q-a-detail/tuberculosis-multidrug-resistant-tuberculosis-(mdr-tb)
18. WHO operational handbook on tuberculosis (Module 1 – Prevention):
Tuberculosis preventive treatment . Geneva, World Health
Organization.
2020. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331525/9789240
002906-eng.pdf
19. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri
Kesehatan no.67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2016.
53