Anda di halaman 1dari 27

MULTIDRUG RESISTANT

TUBERCULOSIS
(MDR-TB)

PEMBIMBING :
DR. MARIO STEFANUS, SP. PD

DISUSUN OLEH :
LEONARD CHRISTIANTO SINGJIE (2017-060-10083)
PENDAHULUAN
• Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
• Insiden TB di dunia 10.400.000 (WHO, 2016)
• Insiden TB di Indonesia 1.020.000 (WHO, 2016)
• Insiden MDR-TB di Indonesia 2.8% dari kasus baru
dan 16% dari kasus berulang (WHO, 2017), angka
ini meningkat dari tahun 2012
Penemuan kasus baru TB MDR oleh Ditjen Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, tahun 2009 sampai triwulan
2 tahun 2015
• Pengobatan TB merupakan tantangan disebabkan
tingginya level resistensi M. tuberculosis ditambah
dengan mutasi-mutasi baru
• Pengobatan standar TB dinilai sudah efektif namun
lamanya masa pengobatan menyebabkan tingginya
angka dropout  resitensi
• Resistensi M. tuberculosis mengalami evolusi yang
cepat dimulai dari Mono-drug-resistant, Multiple drug-
resistant, Extensively drug-resistant, dan yang terbaru
Totally drug-resistant
TUBERKULOSIS
• Disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis
• merupakan penyebab kematian
pertama akibat penyakit infeksi
• Dapat menyebabkan masalah ekonomi
dan sosial bagi penderitanya
PATOFISIOLOGI TB
DIAGNOSIS TB
• Dilakukan dengan pemeriksaan bakteriologis:
• Pemeriksaan mikroskopis langsung
• Biakan bakteri
• Tes cepat
• Pemeriksaan dilakukan dengan 3 contoh dahak SPS
(sewaktu – pagi – sewaktu)  positif dengan minimal
1 contoh uji dahak dinyatakan BTA positif
• Bila hasil negatif, lanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang (foto toraks)
• TIDAK DIANJURKAN diagnosis hanya menggunakan
foto toraks ataupun uji tuberkulin
TERAPI TB
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia, dibagi : (rekomendasi
WHO dan ISTC)
• Kategori 1  2(RHZE)/4(HR)3
• Kategori 2  2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
PEMANTAUAN HASIL
TERAPI
Dilakukan dengan pemeriksaan ulang
dahak mikroskopis
Menggunakan 2 contoh uji dahak
(sewaktu dan pagi)
• Positif  minimal 1 uji dahak dinyatakan
BTA +
• Negatif  kedua uji dahak dinyatakan
BTA –
MDR-TB
• Didefinisikan sebagai TB yang tidak
merespon terhadap pengobatan
dengan rifampisin dan isoniazid
• Disebabkan oleh mutasi gen pada
bakteri M. tuberculosis
KLASIFIKASI TB RESISTEN
OBAT
• Monoresistant: Resistensi bakteri terhadap 1 jenis
obat lini pertama OAT, misalnya isoniazid (H)

• Polyresistant: Resistensi bakteri terhadap lebih dari


1 OAT, selain kombinasi rifampisin dan isoniazid
(RH), misalnya isoniazid dan etambutol (HE)

• Multi Drug Resistant (MDR): Resistensi bakteri


terhadap isoniazid dan rifampisin, dengan atau tanpa
OAT lini pertama yang lain, misalnya resistan HR,
HRE, RHZE
• Extensively Drug Resistant (XDR) : MDR-TB disertai
terhadap resistensi terhadap salah satu golongan
florokuinolon (misal levofloxacin) dan salah satu dari
OAT injeksi lini kedua (kapreomisin, kanamisin, dan
amikasin)

• Total Drug Resistant (TDR) : Resistensi bakteri


terhadap OAT lini pertama maupun lini kedua,
sampai saat ini TDR masih belum dapat diobati.

• Rifampisin Resistant (RR) : Resistensi bakteri


terhadap rifampisin, yang terdeteksi menggunakan
metode fenotip atau genotip dengan atau tanpa
resistensi OAT jenis lainnya.
FAKTOR RISIKO MDR-TB
Pengobatan yang tidak berjalan dengan baik, yang dapat
disebabkan:
• Fasilitas kesehatan
• Penggunaan guideline yang buruk
• Edukasi pasienyang kurang baik
• Tidak adanya monitoring
• Penanganan efek samping dari OAT yang buruk
• Program TB yang buruk
• OAT
• Kualitas obat yang buruk
• Salah dosis/ kombinasi OAT
• Pasien
• Kurangnya informasi
• Efek samping
• HIV
• DM
• Malabsorpsi
• Psikiatri
PATOGENESIS MDR-TB
• TB resistensi obat didapat dengan 2
metode: langsung (infeksi MDR-TB) dan
tidak langsung (pengobatan TB yang
buruk)
• Resistensi bakteri dapat terjadi akibat 2
hal: mutasi gen dan transfer gen secara
horizontal, pada TB kebanyakan
disebabkan mutasi gen
Penyebab mutasi gen, seperti:
• Pemberian antibiotik bakterisidal dengan dosis
subletal  radical-induced mutagenesis
• Penggunaan obat prodrug (ex: isoniazid dan
ethionamide) dapat menghasilkan reactive
oxygen dan radikal yang apabila gagal
membunuh sel bakteri dapat menyebabkan
terjadinya mutagenesis seluler
DIAGNOSIS MDR-TB
Dapat dilakukan dengan 2 cara:
• DST Konvensional : dapat medeteksi resistensi
obat, melalui tes secara direk dan indirek (kultur
dan identifikasi).
• DST Molekular : menggunakan metode ampilifkasi
DNA atau RNA dari bakteri.
• Molekular LPA dan Xpert MTB/RIF direkomendasikan
WHO untuk mendeteksi resistensi terhadap rifampisin.
TERAPI MDR-TB
Pengobatan dilakukan selama 20 bulan: 8 bulan fase intensif + 12
bulan fase lanjutan
Obat yang digunakan sesuai dengan hasil pemeriksaan resistensi
Regimen terdiri dari:

OAT OAT
OAT lini
suntik florokuin
pertama
(Gol 2) olon (Gol
(Gol 1)
3)

OAT oral OAT oral


lini lini
kedua kedua
(Gol 4) (Gol 4)

*bila diperlukan dapat ditambahkan 2 atau lebih OAT golongan 5


REGIMEN MDR-TB
DI INDONESIA
Km – Lfx – Eto – Cs – Z – (E) / Lfx – Eto – Cs – Z – (E)

Tahap awal diberikan paling sedikit 6 bulan atau 4 bulan


setelah terjadi konversi biakan.
Lama pengobatan seluruhnya paling sedikit 18 bulans etelah
terjadi konversi biakan (19-24 bulan total)
PENCEGAHAN
Lima prinsip untuk mencegah terjadinya MDR-TB lebih lanjut :
1. Deteksi dini dan kualitas pengobatan TB yang baik :
diagnosis, pengobatan, dan manajemen TB yang baik
menjadi salah satu cara untuk mencegah terjadinya
MDR-TB.
2. Deteksi dini dan kualitas pengobatan MDR-TB yang
baik.
3. Kontrol yang efektif terhadap infeksi : sistem ventilasi
yang baik dan penggunaan masker N95
4. Memperkuat regulasi dan sistem kesehatan
5. Mengurangi faktor resiko MDR-TB
KESIMPULAN
• MDR-TB merupakan penyakit yang disebabkan
mutasi pada bakteri M. tuberculosis yang
diakibatkan oleh pengobatan yang kurang baik
terhadap TB
• Pengobatan MDR-TB berlangsung selama 20
bulan
• Pengobatan ini tidak menutup kemungkinan
akan terjadi pengobatan yang kurang baik
sehingga akan timbul resistensi terhadap obat
lini kedua
• DIBUTUHKAN pengetahuan dan kesadaran yang
baik dari pasien akan pengobatan TB sehingga
kualitas pengobatan dapat ditingkatkan
DAFTAR PUSTAKA
1. Longo DL, editor. Harrison’s principles of internal medicine. 18th ed. New York:
McGraw-Hill; 2012. 2 p.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. 2014.
3. World Health Organization. Global Tuberculosis Report. 2017.
4. Nguyen L. Antibiotic resistance mechanisms in M. tuberculosis: an update. Arch
Toxicol. 2016 Jul;90(7):1585–604.
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Tuberkulosis. INFODATIN; 2016.
6. World Health Organization. Global Tuberculosis Report. 2012.
7. B. Kartasasmita C. Epidemiologi Tuberkulosis. Sari Pediatri. 2009 02;11:124–9.
8. McCance KL, Huether SE. Pathophysiology: The Biologic Basis for Disease in
Adults and Children. Elsevier Health Sciences; 2013. 1908 p.
9. Palomino JC, Martin A. Drug Resistance Mechanisms in Mycobacterium
tuberculosis. Antibiot Basel Switz. 2014 Jul 2;3(3):317–40.
10. Velayati AA, Farnia P, Masjedi MR. The totally drug resistant tuberculosis (TDR-
TB). Int J Clin Exp Med. 2013 Apr 12;6(4):307–9.
11. World Health Organization. Companion handbook to the WHO guidelines for the
programmatic management of drug-resistant tuberculosis. 2014.
12. Gandhi NR, Nunn P, Dheda K, Schaaf HS, Zignol M, van Soolingen D, et al.
Multidrug-resistant and extensively drug-resistant tuberculosis: a threat to global
control of tuberculosis. Lancet Lond Engl. 2010 May 22;375(9728):1830–43.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai