Anda di halaman 1dari 12

KONSEP TEORI TB MDR

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Khoirul Nuur Majiid (C2017062)

Nur Giyanti (C2017090)

Nurul Khoirunnisa (C2017093)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Illahi Rabbi, atas nikmat dan karuni-


Nyalah sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul
“KONSEP TEORI TB MDR” ini   dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat
dan salam semoga tetap  tercurah atas utusan-Nya Muhammad saw yang
membawa umat manusia dari kegelapan menuju kecahayaan.

Sebagai insan yang dho’if pasti dalam menyelesaikan makalah ini


mengalami berbagai kendala atau tantangan, akan tetapi berkat pertolongan Allah
swt dan bantuan dari berbagai pihak, khususnya pembimbing kami yang
senantiasa memberikan petunjuk dan bimbingan secara terus menerus sehingga
penulis dapat menyelesaikan tulisan ini dengan baik.

Karanganyar,14 September 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................... 
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................................
Tujuan Penulisan  ..........................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
Pengertian TB MDR................................................................................................
Etiologi ...................................................................................................................
Penanggulangan TB MDR....................................................................................
Pengobatan TB MDR...........................................................................................
BAB III : PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................
Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
berbentuk batang yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis
(ahmad, 2010). Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatanya tidak tuntas
dapat menimbulkan kematian. TB diperkirakan ada didunia sejak 5000 tahun
sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit
TB baru dalam 2 abad terakhir. TB MDR (Multi Drug Resitance) adalah salah
satu TB yang resisten dengan OAT dengan resisten terhadap 2 obat anti
tuberculosis yang paling ampuh yaitu rifampicin dan isoniazid. (Pusadatin, 2015)
Pengobatan TB membutuhkan waktu lama, terbatasnya informasi
mengenai TB dan masih adanya stigma tentang TB di masyarakat, efek samping
obat , sehingga ada kemungkinan pasien tidak patuh dalam menelan obat. Untuk
mengatasi masalah tersebut peran keluarga sebagai pengawas menelan obat sangat
penting dalam hal pendampingan di masyarakat untuk menurunkan angka putus
berobat dan meningkatkan kesembuhan serta penemuan kasus TB di wilayahnya
(Depkes RI, 2009). Menurut Murtiwi (2012). Peran Pengawas Menelan Obat
(PMO) yang buruk harus menjadi perhatian utama karena hal ini akan memicu
munculnya penderita TB yang tidak patuh meminum obat namun tidak semua
pasien yang mempunyai PMO diingatkan minum obat atau diingatkan control
kembali ke pusat pelayanan kesehatan. Akibatnya pengobatan TB tidak maksimal
sehingga mempunyai resiko terjadinya TB- MDRSebagian besar pasien yaitu
69,9% menyatakan tidak mempunyai keluarga yang mendampingi sebagai
pengawas minum obat. Pasien yang mempunyai PMO hanya 30,1%. Tidak semua
pasien yang mempunyai PMO diingatkan minum obat atau diingatkan control
kembali ke pusat pelayanan kesehatan. Akibatnya pengobatan TB tidak maksimal
sehingga mempunyai resiko terjadinya TB-MDR.

Tujuan Penulisan
1. Memberikan gambaran mengenai TB MDR
2. Mengetahui cara penanggulangan TB MDR

4
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian

TB MDR adalah TB yang di sebabkan oleh M. tuberculosis (TB MDR)


yang sudah resisten minimal terhadap rifarmasin dan INH dengan atau tanpa
OAT lainya.
Resistansi M.tuberculosis terhadap OAT adalah keadaan di mana bakteri
tersebut sudah tidak dapat lagi dimusnakan dengan OAT. TB resistan OAT pada
dasarnya adalah suatu fenomena buatan manusia, sebagai akibat dari pengobatan
pasien TB yang tidak adekuat maupun penularan dari pasien TB resistan OAT.
Penatalaksanaan TB resistan OAT lebih rumit dan memerlukan perhatian yang
lebih banyak dari pada penatalaksanaan TB yang tidak resistan. Penerapan
Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat menggunakan kerangka
kerja yang sama dengan strategi DOTS dengan beberapa penekanan pada setiap
komponennya (Kemenkes RI, 2013).

Etiologi TB MDR
 Pengobtan TB tidak ade kuat
 Jenis obat
 Dosis OAT
 Lama pengobatan
 Keteraturan ketaatan pasien dalam pengobatan
Tidak sesuai ISTC
“INTERNATIONAL STANDAR FOR TUBERCULOSIS CARE”
 Faktor utama penyebab TB MDR
penatalaksanaan pasien TB tidak sesuai standar (ISTC)
Kesalahan pada <ISTC11>
1. Petugas kesehatan
- Diagnosa tidak tepat serta pengobatan tidak menggunakan panduan yang
tidak tepat
- Dosis,jenis,jumlah obat dan jangka waktu pengobatan tidak adekuat
- Penyuluhan kepada pasien yang tidak adekuat
2. Pasien
- Pasien tidak mematuhi anjuran dokter /dan petugas kesehatan
- Tidak teratur panduan OAT
– Menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktu nya
– Efek samping /gangguan penyerapan obat
3. Program
 ketidakteraturan supply OAT bahan / reagen laboratorium yang tidak
tersedia.

5
 Pemeriksa laboratorium yang tidak standar
 Belum ada regular peredaran OAT di pasar obat
 Survilans TB masih lemah

Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien TB MDR


Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari.
Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa :
 Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja
 Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
 Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R)secara bersamaan
 Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal
salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin
dan Amikasin)
 Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau
tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode
genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional).

Klasifikasi TB MDR (berdasarkan lokasi) :

1. Paru

Apabila kelainan ada di dalam parenkim paru.

2. Ekstra Paru

Apabila kelainan ada di luar parenkim paru.

Penanggulangan TB MDR

• Strategi pengobatan penatalaksanaan TB-MDR


• Pengobatan TB MDR perlu pengobatan lini ke 2 > di setelah medapatkan
persetujuan dari green light
• Pusat penangan
• Pusat pengaman rujukan rumah sakit

6
• UPK pendukung :
pusat pelayan Kesehatan dasar (puskesmas )

Pengobatan Pasien TB MDR

Pada dasarnya strategi pengobatan pasien TB MDR mengacu


kepada strategi DOTS.
a. Semua pasien yang sudah terbukti sebagai TB MDR dipastikan dapat
mengakses pengobatan TB MDR yang baku dan bermutu.
b. Paduan OAT untuk pasien TB MDR adalah paduan standar yang
mengandung OAT lini kedua. Paduan OAT tersebut dapat disesuaikan
bila terjadi perubahan hasil uji kepekaan M.tuberculosis dengan paduan
baru yang ditetapkan oleh TAK.
Bila diagnosis TB MDR telah ditegakkan, maka sebelum memulai
pengobatan harus dilakukan persiapan awal. Pada persiapan awal yang
dilakukan adalah melakukan pemeriksaan penunjang yang bertujuan untuk
mengetahui data awal berbagai fungsi organ (ginjal, hati, jantung dan
elekrolit. Jenis pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah sama
dengan jenis pemeriksaan untuk pemantauan efek samping obat
(Kemenkes RI, 2011A).
Persiapan sebelum pengobatan dimulai adalah:

a. Pemeriksaan fisik

1) Anamnesa ulang untuk memastikan kemungkinan adanya riwayat


dan kecenderungan alergi obat tertentu, riwayat penyakit terdahulu
seperti sakit kuning (hepatitis), diabetes mellitus, gangguan ginjal,
gangguan kejiwaan, kejang, kesemutan sebagai gejala kelainan
saraf tepi (neuropati perifer) dll.
2) Pemeriksaan fisik diagnostik termasuk berat badan, fungsi
penglihatan, pendengaran, tanda-tanda kehamilan. Bila perlu
dibandingkan dengan pemeriksaan sebelumnya saat pasien
berstatus sebagai suspek TB MDR.
b. Pemeriksaan kejiwaan

Pastikan kondisi kejiwaan pasien sebelum pengobatan TB MDR


dimulai, hal ini berguna untuk menetapkan strategi konseling yang harus
dilaksanakan sebelum, selama dan setelah pengobatan pasien selesai.
c. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan dahak mikroskopis, biakan dan uji kepekaan


M.tuberculosis

7
2) Pemeriksaan darah tepi lengkap, termasuk kadar hemoglobin (Hb),
jumlah lekosit
3) Pemeriksaan kimia darah; Faal ginjal: ureum, kreatinin, Faal
hati: SGOT, SGPT, Serum kalium, Asam Urat, Gula Darah
4) Pemeriksaan hormon bila diperlukan: Tiroid stimulating hormon
(TSH)
5) Tes kehamilan
6) Foto dada/ toraks
7) Tes pendengaran ( pemeriksanaan audiometri)
8) Pemeriksaan EKG
9) Tes HIV (bila status HIV belum diketahui)
10) PMO untuk pasien TB MDR haruslah seorang petugas kesehatan
terlatih

Tahap Pengobatan TB MDR

1. Tahap awal

Tahap awal adalah tahap pengobatan dengan menggunakan obat


suntikan (kanamisin atau kapreomisin) yang diberikan
sekurangkurangnya selama 6 bulan atau 4 bulan setelah terjadi
konversi biakan.
a. Tahap rawat inap di Rumah Sakit

TAK menetapkan pasien perlu rawat inap atau tidak. Bila memang
diperlukan, rawat inap akan dilaksanakan maksimal 2 minggu
dengan tujuan untuk mengamati efek samping obat dan KIE yang
intensif. Pada pasien yang menjalani rawat inap, TAK
menenentuan kelayakan rawat jalan berdasarkan:
- Tidak ditemukan efek samping pengobatan atau efek samping
yang terjadi dapat ditangani dengan baik.
- Keadaan umum pasien cukup baik.

- Pasien sudah mengetahui cara minum obat dan jadwal


suntikan sesuai dengan pedoman pengobatan TB MDR
sebelum pasien memulai rawat jalan, TAK menetapkan
fasyankes untuk meneruskan pengobatan. Bila rawat jalan
akan dilaksanakan di fasyankes satelit/sub rujukan TB MDR
dan membuat surat pengantar ke fasyankes tujuan.
b. Tahap rawat jalan

8
Selama tahap awal baik obat suntikan dan obat minum diberikan
oleh petugas kesehatan di hadapan Pengawas Menelan Obat (PMO)
kepada pasien. Pada tahap rawat jalan obat oral ditelan dihadapan
petugas kesehatan/ kader kesehatan yang berfungsi sebagai PMO.
1. Pasien mendapat obat oral setiap hari, 7 hari seminggu (Senin
s/d Minggu) Suntikan diberikan 5 hari dalam seminggu (Senin
sd Jumat). Pasien menelan obat di hadapan petugas
kesehatan/PMO.
2. Seminggu sekali pasien diupayakan bertemu dokter di
fasyankes untuk berkonsultasi dan pemeriksaan fisik.
3. Pasien yang diobati di fasyankes satelit akan berkonsultasi
dengan dokter di fasilitas rujukan minimal sekali dalam sebulan
(jadwal kedatangan disesuaikan dengan jadwal pemeriksaan
dahak atau pemeriksaan laboratorium lain).
4. Dokter fasyankes satelit memastikan:

- Pasien dirujuk ke fasyankes rujukan TB MDR untuk


pemeriksaan dahak follow up sekali setiap bulan. Tim Ahli
Klinis fasyankes rujukan TB MDR akan mengirim sampel
dahak ke laboratorium rujukan. Pasien mungkin juga dirujuk
ke laboratorium penunjang untuk pemeriksaan rutin lain
yang diperlukan.
- Upayakan agar spesimen dahak atau pemeriksaan lain
diambil di poli TB MDR untuk lebih mempermudah pasien
dan mengurangi risiko penularan.
- Mencatat perjalanan penyakit pasien dan melaporkan kepada
TAK di fasyankes rujukan TB MDR bila ada
keadaan/kejadian khusus.
2. Tahap lanjutan

1) Tahap lanjutan adalah tahap pengobatan setelah selesai pengobatan


tahap awal dan pemberian suntikan dihentikan.
2) Konsultasi dengan dokter dilakukan minimal sekali setiap bulan.

3) Pasien yang berobat di fasyankes satelit akan mengunjungi


fasyankes Rujukan TB MDR setiap 2 bulan untuk berkonsultasi
dengan dokter (sesuai dengan jadwal pemeriksaan dahak dan
biakan).
4) Obat tetap disimpan fasyankes, pasien minum obat setiap hari di
bawah pengawasan petugas kesehatan yang bertindak sebagai PMO.
5) Indikasi perpanjangan pengobatan sampai dengan 24 bulan
berdasarkan adanya kasus kronik dengan kerusakan paru yang luas.

9
Prinsip dasar pengobtan TB MDR
• Total lama pengobatan sekitar :19 -24 bulan
• Obat suntik di berikan sebagai dosis harian minimal 6 bulan > tahap awal
• Pemberian obat sebagai dosis harian
• Harus dengan penanganan langsung oleh petugas kesehatan pada saat
pasien minum obat
• Memperhatikan pengendalian infeksi

Strategi DOTS

Strategi penanggulangan yang direkomendasikan oleh WHO adalah


Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy).
Strategi DOTS telah dibuktikan dengan berbagai uji coba lapangan dapat
memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Bank Dunia menyatakan Strategi
DOTS merupakan strategi kesehatan yang paling cost effective. Satu studi cost
benefit yang dilakukan oleh WHO di Indonesia menggambarkan bahwa setiap
satu dolar yang digunakan untuk membiayai program penanggulangan TB, akan
menghemat sebesar 55 dolar selama 20 tahun.

Strategi DOTS terdiri dari lima komponen, yaitu:

1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan


dana;
2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung;
3. Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO);
4. Jaminan ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
untuk pasien;
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku untuk memudahkan pemantauan
dan evaluasi program TB.
Untuk menjamin keberhasilan penanggulangan TB, kelima komponen
tersebut di atas harus dilaksanakan secara bersamaan.

10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
TB MDR adalah TB yang di sebabkan oleh M. tuberculosis (TB MDR)
yang sudah resisten minimal terhadap rifarmasin dan INH dengan atau tanpa
OAT lainya.
Penanggulangan TB MDR
• Strategi pengobatan penatalaksanaan TB-MDR
• Pengobatan TB MDR perlu pengobatan lini ke 2 > di setelah medapatkan
persetujuan dari green light
• Pusat penangan
• Pusat pengaman rujukan rumah sakit
• UPK pendukung :
pusat pelayan Kesehatan dasar (puskesmas )
Saran
Beberapa saran yang dapat kelompok sampaikan dalam penulisan makalah ini
adalah :
Bagi Perawat
Lebih berusaha untuk memahami penyakit yang dialami oleh pasien sehingga
terjadi peningkatan pengetahuan dan dapat membantu mencegah kompleksitas
masalah yang mungkin terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap masalah
yang timbul akibat TB MDR
Bagi Institusi Pendidikan
Lebih banyak memberikan masukan yang berguna bagi mahasiswa tentang
konsep teori maupun asuhan keperawatan

11
DAFTAR PUSTAKA

Widoyono,Penyakit Tropis,Epidemiologi,Penularan

pencegahan,dan pemberantasannya,Erlangga,2008

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis,Depkes RI ,2014

12

Anda mungkin juga menyukai