PESERTA PIDI
UPAYA PENCEGAHAN TB-MDR
DI PUSKEMAS MEDAN DENAI
Disusun Oleh :
dr. Audhy Alivia Rambe
dr. M. Hafiz Muflih
dr. Mirfan Ardansyah Siregar
dr. Silvia Octavia Surbakti
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Mini Project ini
dengan judul “Upaya Pencegahan TB-MDR”.
Medan,
November 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
BAB IV KESIMPULAN..............................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang menular, yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosi. Sumber penularan TB adalah
melalui dahak yang mengandung kuman TB. Gejala umum TB paru pada orang
dewasa yaitu batuk yang belangsung terus menerus dan berdahak, selama 3
minggu atau lebih.1 Apabila tidak segera diobati maka penyakit TB dapat
berkembang dan berakibat fatal.2
Menurut WHO (World Healthy Organization) terhadap insidensi MDR‐
TB pada tahun 2006 adalah sebesar 489.139 atau sekitar 4,8% dari jumlah
total estimasi insidens tuberkulosis (TB) di 114 negara pada
tahun 2006 (10.229.315). Dua negara penyumbang kasus terbesar adalah China da
n India, yang diperkirakan menyumbang sekitar 50% dari seluruh kasus
MDR‐TB dan diikuti oleh Rusia sekitar 7%.2
Resistensi obat pada kasus TB adalah masalah yang mendapat
perhatian besar dalam
program penanggulangan TB oleh karena beberapa strain MDR‐TB yang sulit dio
bati. Strain ini mendapat perhatian oleh karena dapat menyebar di seluruh
dunia, menekankan perlunya peningkatan program kontrol, seperti metode
diagnosis baru, obatan yang lebih efektif dan penemuan vaksin yang lebih efektif.
Pasien dengan MDR-TB membutuhkan pengobatan lebih lama dengan obat yang
sebenarnya kurang efektif namun lebih toksik. Oleh karena itu sangat penting
untuk membedakan diagnosis MDR-TB dengan resistensi lain dengan melakukan
kultur mikobakterial dan uji sensitifitas karena implikasi terapi ang berbeda.3,4
Prevalensi resistensi OAT diantara pasien baru merupakan indikator
yang sangat penting dalam program pengendalian TB. Prevalensi resisten
diantara orang yang belum pernah diobati merefleksikan gambaran program
selama periode yang panjang dan mengindikasikan tingkat penularan dalam
masyarakat. Pasien yang menjalani pengobatan kembali merupakan kelompok
heterogen yang terdiri dari pasien kronik yang merupakan kasus gagal
pengobatan, kasus relaps, dan pasien yang kembali setelah putus obat. Dalam
beberapa kasus, dari populasi lebih dari 40% menunjukkan hasil smear positif.
1
Kasus kronik dan pengobatan yang gagal memiliki resiko yang lebih besar
mendapatkan resistensi dan MDR-TB.3
1.2 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.3 MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah dapat
meningkatkan pemahaman dan kemampuan klinis peserta Program Internship
Dokter mengenai kasus TB-MDR (Tubercolosa Multi Drug Resistants) di fasilitas
kesehatan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
pengobatan atau telah mendapat pengobatan OAT kurang dari 1 bulan.
b. Resistensi inisial yaitu bila penderita tidak diketahui secara pasti
apakah sebelumnya sudah pernah mendapat pengobatan OAt atau
belum.
c. Resistensi Sekunder yaitu apabila pasien telah mempunyai riwayat
pengobatan OAT minimal 1 bulan.
2. Pasien
4
Pasien TB menjadi salah satu faktor tata laksana pengobatan yang tidak
dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh beberapa
faktor, sebagai berikut:
1) Tidak mematuhi anjuran dokter/petugas kesehatan
2) Tidak teratur menelan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
3) Menghentikan pengobatan sepihak sebelum waktunya. Gangguan
penyerapan obat
4) Program pengendalian TB
Program pengendalian TB yang tidak adekuat juga dapat menyebabkan
resisten Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Hal tersebut dapat dikarenakan
oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
(1) Persediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang kurang
(2) Kualitas Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang disediakan rendah
(Pharmaco-vigillance)
5
Mutasi Mycobacterium Tuberculosis yang resisten terhadap isoniazid
terjadi secara spontan dengan kecepatan 1 dalam 105-106 organisme.
Mekanisme resistensi isoniazid diperkirakan oleh adanya asam amino yang
berubah gen katalase peroksidase (katG) atau promoter pada lokus 2 gen yang
dikenal sebagai inhA. Mutasi missense atau delesi katG berkaitan dengan
berkurangnya aktivitas katalase dan peroksidase (Wallace, dkk., 2004).
6
aktivitas pyrazinamidase sehingga pyrazinamid tidak banyak yang diubah
menjadi asam pyrazinoat. Kebanyakan kasus resistensi pyrazinamid ini akan
berkaitan dengan mutasi pada gen pncA, yang menjadikan pyrazinamidase
(Wallace, dkk., 2004).
7
(Wallace, dkk., 2004).
8
(g) pasien koinfeksi TB-HIV yang tidak respon terhadap pemberian Obat
Anti Tuberkulosis (OAT). Pemeriksaan uji kepekaan Mycobacterium
tuberculosis untuk Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini kedua atas indikasi
khusus dilakukan apabila setiap pasien yang hasil biakan tetap positif pada
atau setelah bulan ke empat pengobatan menggunakan paduan obat standar
yang digunakan pada pengobatan TBMDR dan pasien yang mengalami
rekonversi biakan menjadi positif kembali setelah pengobatan TB-MDR
bulan ke empat.
4. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis Bakteri Tahan Asam (BTA) dengan
pewarnaan Ziehl Neelsen. Pemeriksaan dahak secara mikroskopis
merupakan : (a) pemeriksaan pendahuluan pada suspek TB-MDR, yang
dilanjutkan dengan biakan dan uji kepekaan Mycobacterium
tuberculosis; (b) pemeriksaan dahak lanjutan (follow-up) dalam waktu-
waktu tertentu selama masa pengobatan, diikuti dengan pemeriksaan
biakan untuk memastikan bahwa Mycobacterium tuberculosis sudah
tidak ada.
9
maupun media cair. Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan
dan kekurangan. Biakan menggunakan media padat relatif lebih murah
dibanding media cair tetapi memerlukan waktu yang lebih lama yaitu 3-8
minggu. Sebaliknya bila menggunakan media cair hasil biakan dapat
diketahui dalam waktu 1-2 minggu tetapi memerlukan biaya yang lebih
mahal. Proses yang tidak mengikuti prosedur tetap seperti pembuatan
media dan pelaksanaan biakan mempengaruhi hasil biakan, misalnya
proses dekontaminasi yang berlebihan atau tidak cukup dan suhu
inkubasi yang tidak tepat.
10
2.5. Pelayanan TB
2.5.1. Pengertian
Pelayanan Kesehatan TB Paru adalah salah satu jenis pelayanan kesehatan di
Puskesmas yang memberikan layanan kesehatan untuk penderita TB Paru.
Salah satu strategi pengobatan yang digunakan dalam penanggunalangan TB
Paru adalah DOTS (Directly Observed Treatment- shortcourse). DOTS adalah
strategi yang komprehensif untuk digunakan oleh petugas kesehatan primer di
seluruh dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB Paru.
Prinsip DOTS adalah menentukan pelayanan pengobatan terhadap penderita
agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan minum obat. Strategi ini
diawasi oleh petugas Puskesmas, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan
pihak lain yang paham tentang program DOTS.
11
b. Membantu menyebarluaskan informasi tentang TB dan PHBS.
12
Menunjukkan persyaratan yang dimiliki
Pasien dikirim ke poli TB Paru
2. Pemeriksaan (pemeriksaan vital sign yaitu penimbangan BB pasien,
TB, TD, HR, RR, Temperatur).
3. Konsultasi/konseling
Pasien disuruh masuk kedalam poli TB untuk dilakukan anamnesa serta
menanyakan gejala-gejala yang dialami oleh pasien, dan dilakukan
pemeriksaan fisik sesuai dengan prosedurnya. Kemudian memberikan
konseling tentang penyakit TB serta pemberian Edukasi.
4. Pemberian OAT (Obat Anti TB)
Petugas memberikan penjelasan tentang dosis dan aturan minum obat,
serta resiko dari pengobatan TB yang tidak taat dan tuntas
Petugas memberikan penjelasan kepada penderita untuk pola hidup
sehat untuk membantu proses penyembuhan, kemudian mencatat form TB
seperti tanggal pengambilan obat, tahap pengobatan, jumlah OAT dan tanggal
harus kembali mengambil obat dihari jumat.
Penderita diminta mengulang apa yang telah disampaikan petugas
Kemudian penyerahan obat kepada pasien.
5. Pasien pulang.
13
BAB III
METODE
3.1. Desain
3.2. Waktu
dan Tempat
Mini project ini dilaksanakan pada dengan kunjungan ke masing- masing rumah
pasien.
No Kegiatan Tanggal
.
1.
2.
3.
3.3. Langkah
14
Peneliti melakukan sesi diskusi dengan dokter pembimbing berkenaan
mengenai pengadaan acara
3.4.
Penyajian Data
Kuesioner yang digunakan pada mini project ini berupa pertanyaan pilihan iya
dan tidak. Data yang didapatkan menggunakan metode total sampling dengan cara
consecutive sampling mengambil semua populasi pasien TB MDR pada Puskesmas
Medan Denai.
3.5. Strategi
Kegiatan
3.6. Media
Kegiatan
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Tuberculosis Drug Resistance in the World. Report no.4. Geneva. 2008. p : 1
4‐7
3. Palomino, JC. Leao, SC. Ritacco, V (ed). Tuberculosis 2007; From Basic Sci
ence to Patient Care. www.TuberculosisTextbook.com. 2007. p : 635‐55
4. Sharma, SK. Mohan, A. Multidrug‐resistant Tuberculosis. Review Article.
Indian Journal Med Res 120, 354‐376. 2004.
5. Kementerian kesehatan RI. 2013. Petunjuk teknis manajemen terpadu
pengendalian tuberculosis resistan obat 2014 (edisi 1). Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
6. Fauziah,A.L., Sudaryo, M. K (2013). Faktor faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian tuberculosis multidrug resistan(TBMDR) di RSUP
Persahabatan tahun2013. Departemen epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Diakses 6 juli 2017.
17