PESERTA PIDI
WAHANA RSU MITRA MEDIKA AMPLAS
ATRIAL FIBRILASI
Disusun Oleh :
dr. M. Hafiz Muflih
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “ATRIAL FIBRILASI”.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Diketahui bawah sekitar 25% pasien FA juga menderita penyakit jantung
koroner. Walaupun hanya 10% dari seluruh kejadian infark miokard akut yang
mengalami FA, tetapi kejadian tersebut akan meningkatkan angka mortalitas
sampai 40%. Penyakit katup reumatik meningkatkan kemungkinan terjadinya FA
dan mempunyai risiko 4 kali lipat untuk terjadinya komplikasi tromboemboli. Pada
pasien dengan disfungsi ventrikel kiri, kejadian FA ditemukan pada satu diantara
lima pasien. Pada hipertensi sistemik ditemukan 45% dan diabetes melitus 10%
dari pasien FA. Demikian pula dengan beberapa keadaan lain seperti penyakit paru
obstruktif kronik dan emboli paru akut.10
1.2 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.3 MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah dapat
meningkatkan pemahaman dan kemampuan klinis peserta Program Internship
Dokter mengenai kasus Atrial Fibrilasi di fasilitas kesehatan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.3 Faktor Resiko Fibrilasi Atrium
Fibrilasi atrium (FA) mempunyai kaitan erat dengan kelainan pada sistem
kardiovaskuler. Beberapa literatur membagi faktor risiko FA menjadi dua jenis
yaitu FA dengan kondisi kelainan jantung (cardiac) maupun kelainan non jantung
(non cardiac). Beberapa contoh faktor risiko klasik seperti hipertensi, penyakit
katup jantung, kardiomiopati, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, dan
penyakit tiroid.15 Pada beberapa kasus, FA bisa muncul tanpa adanya kelainan
pada sistem kardiovaskuler yang disebut lone FA. Pada kasus lone FA, suatu
penelitian menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor risiko lain yang
diperkirakan dapat menimbulkan FA seperti obesitas, sleep apneu, intoksikasi
alkohol, olahraga yang berlebihan, inflamasi dan faktor genetik. Namun,
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisa dan memvalidasi faktorfaktor
risiko baru tersebut.16
Secara umum, faktor risiko FA dibagi menjadi dua kategori yaitu kelainan
pada jantung dan kelainan non jantung. Faktor risiko tersebut meliputi:12,13
1) Kelainan pada jantung
a. Penyakit katup mitral
b. Gagal jantung
c. Infark miokard
d. Kardiomiopati hipertrofik
4
e. Perikarditis
f. Sick Sinus Syndrome
g. Wolff-Parkinson-White syndrome
h. Post operasi bypass arteri koroner
2) Penyakit non jantung
a. Konsumsi alkohol
b. Hipertiroidisme atau hipotiroidisme
c. Emboli pulmonal
d. Sepsis, pneumonia
e. Obesitas
f. Hipertensi
g. Penyakit paru obstruktif kronik
Faktro-faktor risiko tersebut mempengaruhi struktur jantung atau secara
langsung mempengaruhi irama denyut jantung sehingga menimbulkan FA.
5
banyak, kondisi FA tetap dapat dipertahankan. 11,20
6
Anamnesis
Spektrum presentasi klinis AF sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik
hingga syok kardiogenik atau kejadian serebrovaskular berat. Hampir >50%
episode AF tidak menyebabkan gejala. Beberapa gejala ringan yang mungkin
dikeluhkan:22
1. Palpitasi
2. Mudah lelah atau toleransi rendah terhadap aktivitas fisik
3. Presinkop atau sinkop
4. Kelemahan umum, pusing
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik selalu dimulai dengan pemeriksaan jalan nafas (airway),
pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation) serta tanda-tanda vital untuk
mengarahkan tindak lanjut terhadap AF. Pemeriksaan fisis juga dapat memberikan
informasi tentang dasar penyebab dan gejala sisa dari AF.23
1. Tanda vital
Pengukuran laju nadi, tekanan darah, kecepatan nafas dan saturasi oksigen
sangat penting dalam evaluasi stabilitas hemodinamik dan kendali laju yang
adekuat pada AF. Pada pemeriksaan fisis, denyut nadi umumnya ireguler dan
cepat, sekitar 110- 140x/menit, tetapi jarang melebihi 160-170x/menit. Pasien
dengan hipotermia atau dengan toksisitas obat jantung (digitalis) dapat mengalami
bradikadia.
2. Kepala dan Leher
Pemeriksaan kepala dan leher dapat menunjukkan eksoftalmus, pembesaran tiroid,
peningkatan tekanan vena jugular atau sianosis. Bruit arteri karotis
mengindikasikan penyakit arteri perifer dan kemungkinan komorbiditas PJK.
3. Paru
Pemeriksaan paru dapat mengungkap tanda-tanda gagal jantung (misalnya ronki,
efusi pleura). Mengi atau pemanjangan ekspirasi mengindikasikan adanya
penyakit paru kronik yang mungkin mendasari terjadinya AF (misalnya PPOM,
asma).
4. Jantung
Pemeriksaan jantung sangat penting dalam pemeriksaan fisis pada pasien AF.
Palpasi dan auskultasi yang menyeluruh sangat penting untuk mengevaluasi
penyakit jantung katup atau kardiomiopati. Pergeseran dari punctum maximum
7
atau adanya bunyi jantung tambahan (S3) mengindikasikan pembesaran ventrikel
dan peningkatan tekanan ventrikel kiri (VKi). Bunyi II (P2) yang mengeras dapat
menandakan adanya hipertensi pulmonal. Pulsus defisit, di mana terdapat selisih
jumlah nadi yang teraba dengan auskultasi laju jantung, dapat ditemukan pada AF.
5. Abdomen
Adanya asites, hepatomegali atau kapsul hepar yang teraba mengencang dapat
mengindikasikan gagal jantung kanan atau penyakit hati intrinsik. Nyeri kuadran
kiri atas, mungkin disebabkan infark limpa akibat embolisasi perifer.
6. Ekstremitas bawah
Pada pemeriksaan ekstremitas bawah, dapat ditemukan sianosis, jari tabuh, atau
edema. Ekstremitas yang dingin dan tanpa nadi mungkin mengindikasikan emboli
perifer. Melemahnya nadi perifer dapat mengindikasikan penyakit arteri perifer
atau curah jantung yang menurun.
7. Neurologis
Tanda-tanda transient ischemic attack (TIA) atau kejadian serebrovaskular
terkadang dapat ditemukan pada pasien AF. Peningkatan refleks dapat ditemukan
pada hipertiroidisme.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium bertujuan mencari gangguan/ penyakit yang
tersembunyi, terutama apabila laju ventrikel sulit dikontrol. Satu studi
menunjukkan elevasi ringan troponin-I saat masuk rumah sakit terkait dengan
mortalitas dan kejadian kardiak yang lebih tinggi, dan mungkin berguna untuk
stratifikasi risiko.24
Pemeriksaan laboratorium yang dapat diperiksa antara lain:22
1. Darah lengkap (anemia, infeksi)
2. Elektrolit, ureum, kreatinin serum (gangguan elektrolit atau gagal ginjal)
3. Enzim jantung seperti CKMB dan atau troponin (infark miokard sebagai
pencetus AF)
4. Peptida natriuretik (BNP, N-terminal pro-BNP dan ANP) memiliki asosiasi
dengan AF.
5. D-dimer (bila pasien memiliki risiko emboli paru)
6. Fungsi tiroid (tirotoksikosis)
7. Kadar digoksin (evaluasi level subterapeutik dan/atau toksisitas)
8
8. Uji toksikologi atau level etanol
Elektrokardiogram (EKG)
Pada elektrokardiogram (EKG) FA menunjukkan gelombang P yang
digantikan oleh gelombang getar (fibrilasi) yang bervariasi bentuk, durasi dan
amplitudo yang dapat diikuti dengan respon ventrikel yang ireguler.12Gambaran
FA pada EKG umumnya memiliki gambaran sebagai berikut:13
a) Pola interval RR yang ireguler dan tidak repetitif.
b) Tidak terdapat gelombang P yang jelas pada gambaran EKG. Kadang-
kadang dapat terlihat aktivitas atrium yang ireguler pada beberapa sadapan
EKG, paling sering pada sadapan V1.
c) Siklus atrium (interval antara dua gelombang aktivasi atrium) tersebut
biasanya bervariasi, umumnya kecepatannya melebihi 450x/menit.
Sumber : Lilly, LS. Pathophysiology of Heart Disease 4th ed. Lippincott & Wilkins.
9
Tabel 5. Agen antiaritmia untuk mempertahankan irama sinus.
10
Cardioversi dilakukan pada pasien yang dipuasakan dan dalam pemberian
anesthesia short acting yang adekuat. Inisial shock 100 J seringkali terlalu rendah
dan inisial energi 200 J atau lebih direkomendasikan untuk electrical cardioversion
pada pasien AF. Energi yang lebih kecil juga dapat diberikan pada arus listrik
dengan biphasic waveform, dibandingkan dengan monophasic waveform. Irama
sinus dapat dikembalikan dengan direct-current cardioversion, namun tingkat
relaps tinggi kecuali obat antiaritmia diberikan bersamaan. Risiko electrical
cardioversion adalah kejadian emboli dan aritmia.
Sumber : 2014 AHA/ACC/HRS Guideline for the Management of Patients With Atrial
Fibrillation: Executive Summary
11
Pemberian penyekat beta atau antagonis kanal kalsium non-dihidropiridin
oral dapat digunakan pada pasien dengan hemodinamik stabil. Antagonis kanal
kalsium non-dihidropiridin hanya boleh dipakai pada pasien dengan fungsi sistolik
ventrikel yang masih baik. Obat intravena mempunyai respon yang lebih cepat
untuk mengontrol respon irama ventrikel. Digoksin atau amiodaron
direkomendasikan untuk mengontrol laju ventrikel pada pasien dengan FA dan
gagal jantung atau adanya hipotensi. Pada FA dengan preeksitasi, obat yang
digunakan adalah antiaritmia kelas I (propafenon, disopiramid, mexiletine) atau
amiodaron. Obat antiaritmia oral dapat digunakan untuk mengendalikan laju
ventrikel namun bersifat sementara. Diharapkan laju jantung akan menurun dalam
waktu 1-3 jam setelah pemberian antagonis kanal kalsium (ditiazem 30 mg atau
verapamil 80 mg), penyekat beta (propanolol 20-40 mg, bisoprolol 5 mg, atau
metoprolol 50 mg). Penting untuk menyingkirkan adanya riwayat dan gejala gagal
jantung. Kendali laju yang efektif tetap harus dengan pemberian obat antiaritmia
intravena.2
12
(bifasik). Bila tidak menunjukkan hasil dapat dinaikkan menjadi 200 Joule. Pasien
dipuasakan dan dilakukan anestesi kerja pendek. Kardioversi dinyatakan berhasil
apabila didapatkan satu atau dua gelombang P setelah kardioversi. Risiko
tromboemboli atau stroke emboli tidak berbeda antara kardioversi elektrik dan
farmakologis sehingga rekomendasi pemberian antikoagulan sama pada
keduanya.11
Terapi Antitrombotik
Secara umum FA merupakan faktor yang dapat memicu stroke. Sehingga
penting mengindentifikasi pasien FA yang memiliki risiko tinggi stroke dan
tromboemboli. Penggunaan antitrombotik pada pasien dengan faktor risiko rendah
mengalami stroke tidak direkomendasikan karena untuk menghindari efek
pemberian antikoagulan.6 Terapi antritrombotik tidak direkomendasikan pada
pasien FA yang berusia lebih dari 65 tahun dan lone FA karena kedua kelompok
pasien tersebut mempunyai risiko tingkat kejadian stroke yang rendah.26
Penilaian stratifikasi risiko stroke pada pasien FA menggunakan skor
CHA2DS2-VASc:
Tabel. 7 Skor CHADS2: Penilian risiko stroke pada fibrilasi atrium.27
Score CHADS2 Risk Criteria
1 Point Congestive heart failure
1 Point Hypertension
1 Point Age > 75 years
1 Point Diabetes mellitus
2 Point Stroke / transient ischemic attack
13
Terapi antitrombotik yang digunakan untuk prevensi stroke pada pasien FA
meliputi antagonis vitamin K (warfarin atau coumadin), dabigatran, rivaroxaban,
apixaban, maupun antiplatelet (aspirin dan clopidogrel).6
Keputusan pemberian tromboprofilaksis perlu diseimbangkan dengan risiko
perdarahan akibat antikoagulan, khususnya perdarahan intrakranial yang bersifat
fatal atau menimbulkan disabilitas. Penggabungan skor CHADS2 dan HAS-BLED
sangat bermafaat dalam keputusan tromboprofilaksis pada praktik sehari-hari.
Tabel 9. Karakteristik HAS-BLED.6
14
BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
Anamnesis Pribadi
Nama : Tn. D
Umur : 41 tahun
Tanggal masuk : 02 Juni 2022
Alamat : Jl. Sumber Bakti
Pekerjaan : Buruh
No RM : 00007458
Diagnosa : Atrial Fibrilasi
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Jam Masuk : 10:45 WIB
Anamnesis Penyakit
Keluhan Utama : Jantung berdebar debar
Telaah :
Os datang ke rumah sakit dengan keluhan jantung berdebar-debar hal ini dirasakan
os sejak pagi hari waktu bangun tidur, disertai dengan dada terasa tidak nyaman dan
nyeri. Os juga mengeluhkan sakit kepala dan pusing, keluhan mual (-) muntah (-),
penurunan napsu makan (-). Keluhan diare (-), BAB dalam batas normal. BAK
dalam batas normal. Riwayat demam dan batuk tidak ada. Riwayat os dengan
keluhan yang serupa dijumpai disangkal.
15
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign (02/06/2022)
Sens : Compos Mentis Anemis :-
TD : 150/100 mmHg Ikterik :-
Nadi : 104 x/i irreguler Sianosis :-
Pernafasan : 22 x/i Dyspnoe :-
Suhu : 36,oc Oedema :-
Berat Badan : 63 kg
Tinggi Badan : 165 cm
VAS :5
Status Generalisata
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Pemeriksaan
Konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Refleks pupil (+/+)
Isokor, ka=ki
Thorax :
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : SF kanan = kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi :
Jantung : S1 (n), S2 (n), S3 (-), S4 (-) reguler, Murmur (-)
Paru : Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan : Ronchi (-/-), Wheezing (-/-)
16
Abdomen :
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Nyeri tekan dan nyeri lepas (-), Nyeri ketok CVA -/-
Perkusi : Timpani
Auskultasi: Peristaltik (+) normal
Ekstremitas :
Akral hangat, CRT>2 detik, Clubbing finger (-), Oedem pretibia (- / -), Refleks
KPR : (+/+), Refleks APR (+/+)
DIAGNOSIS KERJA
Atrial Fibrilasi Paroxysmal + HHD
DIAGNOSIS BANDING
1. Supraventrikuler Takikardia
2. Atrial Flutter
3. Sinus Takikardi.
TATALAKSANA IGD
17
PEMERIKSAAN PENUNJANG
18
Thorax Xray (02/06/2022)
Kesimpulan :
19
EKG 02/06/2022
EKG 04/06/2022
20
BAB IV
FOLLOW UP PASIEN
Status Lokalisata :
- Kepala : Dalam batas normal
- Thorax: Sp : Vesikuler (+/+), St : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
- Jantung : S1-S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
- Abdomen : soepel, peristaltik + normal, nyeri tekan epigastrium (-)
A PAROXYSMAL + HHD
P • IVFD Nacl 0,9% 10gtt/i
• Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
• Inj. Ondansetron 4 mg/8 jam
• Inj. Amiodaron 150 mg dalam D5% menjadi 10 cc Bolus IV
selama 15 menit (IGD). Lanjut Drips Amiodaron 600 mg dalam
D5% menjadi 50 cc 2 cc/jam
• Candesartan 1 x 8 mg (Malam)
• Miniaspi 1 x 80 mg (Pagi)
• Nitrokaf Retard 2x 2,5 mg (Pagi-Malam)
• Bisoprolol 1 x 5 mg (Pagi)
• Atorvastatin1 x 20 mg
21
Tanggal 03 Juni 2022
S Jantung berdebar dialami os dari tadi pagi waktu bangun tidur
Dada terasa tidak nyaman dan nyeri.
Sesak nafas tidak ada.
Sakit kepala dan pusing (+).
Demam dan Batuk tidak ada. Lemas (+)
O RPT : HT, Peny. Jantung
O : Sens : CM
TD : 133/80 mmHg
HR : 70 x/i, irreguler
RR : 22 x/i
Temp : 36,9 C
VAS : 5
Status Lokalisata :
- Kepala : Dalam batas normal
- Thorax: Sp : Vesikuler (+/+), St : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
-
A Post AF + HHD
P • IVFD Nacl 0,9% 10gtt/i
• Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
• Inj. Ondansetron 4 mg/8 jam (AFF)
• (+) Inj. Ketorolac 1 amp (Extra)
• Candesartan 1 x 8 mg (Malam)
• Miniaspi 1 x 80 mg (Pagi)
• Concor 1 x 1,25 mg (Pagi)
• Amiodaron 1 x 200 mg (Malam)
• Nitrokaf Retard 2x 2,5 mg (Pagi-Malam)
• Bisoprolol 1 x 5 mg (Pagi)
• Atorvastatin1 x 20 mg
23
Tanggal 05 Juni 2022
S Jantung berdebar berkurang
Dada terasa tidak nyaman dan nyeri berkurang
Nyeri pada tengkuk berkurang
O RPT : HT, Peny. Jantung
O : Sens : CM
TD : 112/70 mmHg
HR : 78 x/i, irreguler
RR : 20 x/i
Temp : 36,5 C
-
A Post AF + HHD
P • Concor 1 x 1,25 mg (Pagi)
• Candesartan 1 x 8 mg (Malam)
• Amiodaron 1 x 200 mg (Malam)
• Ibuprofent 3 x 200 mg
• Simvastatin 1 x 20 mg (Malam)
PBJ
24
BAB V
DISKUSI KASUS
25
Tujuan dalam penatalaksanaan FA terdiri dari tiga aspek fundamental
yaitu: mengontrol laju irama ventrikel, mengembalikan ke irama sinus, dan
pencegahan tromboemboli.11 Dalam penatalaksanaan FA perlu diperhatikan
apakah pada pasien tersebut dapat dilakukan konversi ke irama sinus atau
cukup dengan pengontrolan laju irama ventrikel. Konversi ke irama sinus
merupakan tindakan utama apabila kardioversi masih dapat dilakukan.12
26
BAB VI
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
28
9. Damanik BP. Hubungan Antara Hipertensi dan Hipertrofi Ventrikel Kiri pada
Pasien Lansia dengan Atrial Fibrilasi.Laporan Hasil Penelitian Karya Tulis
Ilmiah. 2014 Jul:1-5.
10. Nasution SA, Ismail D. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4. Jakarta. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2006 May. p.1522-1527.
11. Nasution SA, Ranitya R, Ginanjar E. Fibrilasi Atrial. In: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 6th ed. Interna Publishing; 2014. p. 1365–79.
12. Gehi AK, Mounsey PJ. Atrial Fibrillation. In: Netter’s Cardiology. 2nd ed.
Elsevier Inc; 2010. p. 233–9.
13. Camm AJ, Kirchhof P, Lip GYH, Schotten U, Savelieva I, Ernst S, et al.
Guidelines for the management of atrial fibrillation: The Task Force for the
Management of Atrial Fibrillation of the European Society of Cardiology
(ESC). Eur Heart J. 2010;31(19):2369–429.
14. Fuster V, Rydén LE, Cannom DS, Crijns HJ, Curtis AB, Ellenbogen KA, et
al. ACC/AHA/ESC 2006 Guidelines for the Management of Patients With
Atrial Fibrillation. Circulation. 2006;114(7):700–52.
15. Benjamin EJ. Independent Risk Factors for Atrial Fibrillation in a Population-
Based Cohort. JAMA. 1994;271(11):840.
16. Schoonderwoerd BA, Smit MD, Pen L, Van Gelder IC. New risk factors for
atrial fibrillation: causes of “not-so-lone atrial fibrillation.” Europace.
2008;10(6):668–73
17. Jaïs P, Haïssaguerre M, Shah DC, Chouairi S, Gencel L, Hocini M, et al. A
focal source of atrial fibrillation treated by discrete radiofrequency ablation.
Circulation. 1997;95(3):572–6.
18. Takahashi Y, Hocini M, O’Neill MD, Sanders P, Rotter M, Rostock T, et al.
Sites of focal atrial activity characterized by endocardial mapping during atrial
fibrillation. J Am Coll Cardiol. 2006;47(10):2005–12.
19. Tse HF, Lau CP, Kou W, Pelosi F, Oral H, Kim M, et al. Prevalence and
significance of exit block during arrhythmias arising in pulmonary veins. J
Cardiovasc Electrophysiol. 2000;11(4):379–86.
29
20. Prystowsky EN, J. Padanilam B, L.Waldo A. Atrial Fibrillation, Atrial Flutter,
and Atrial Tachycardia. In: Hurst’s The Heart. 13th ed. The McGraw-Hill
Companies,Inc.; 2011. p. 963–86.
21. Morady F, P.Zipes D. Atrial Fibrillation: Clinical Features, Mechanisms, and
Management. In: Braunwald’s Heart Disease. 10th ed. Elsevier Inc.; 2015. p.
798–813.
22. PERKI. 2019. Pedoman Tata Laksana Fibrilasi Atrium Nonvalvular. Edisi 2.
Jakarta : PT. Trans Medical International.
23. PERKI. 2014. Pedoman Tata Laksana Fibrilasi Atrium. Edisi 1. Jakarta :
Centra Communications.
24. Van den Bos EJ, Constantinescu AA, van Domburg RT, Akin S, et al. 2011.
Minor elevations in troponin I are associated with mortality and adverse
cardiac events in patients with atrial fibrillation. European Heart Journal.
32(5):611-617.
26. Camm AJ, Lip GYH, De Caterina R, Savelieva I, Atar D, Hohnloser SH, et al.
2012 focused update of the ESC Guidelines for the management of atrial
fibrillation. Eur Heart J. 2012;33(21):2719–47.
27. Levine E. CHADS2 Score for Stroke Risk Assessment in Atrial Fibrillation.
Medscape [internet]. 2014 May 20 [cited 2016 Jun 05]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/2172597-overview
30