“STROKE ISKEMIK”
Bagian Radiologi
Penguji:
Disusun Oleh:
CIREBON
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang maha kuasa
karena atas rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini.
Dalam pengerjaan referat ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang
membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik berupa saran,
masukan, dan bimbingan yang begitu bermanfaat untuk penulis. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Nunik Royyani, Sp.Rad, selaku
peembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dan kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas referat ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................2
1.3 Manfaat............................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................2
2.1 ANATOMI.......................................................................................................3
2.2 DEFINISI.........................................................................................................6
2.3 EPIDEMIOLOGI...........................................................................................7
2.4 FAKTOR RESIKO.........................................................................................8
2.5 KLASIFIKASI................................................................................................8
2.6 PATOFISIOLOGI........................................................................................10
2.7 MANIFESTASI KLINIS.............................................................................15
2.8 DIAGNOSIS.................................................................................................17
2.9 PENATALAKSANAAN...............................................................................20
BAB III..................................................................................................................27
PEMBAHASAN...................................................................................................27
BAB IV..................................................................................................................33
KESIMPULAN.....................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Otak sebagai sistem saraf pusat dibagi menjadi beberapa bagian yang
bisa digambarkan pada skema berikut ini.
Tabel 1. Skema pembagian otak.6
Bagian utama otak Rongga dalam otak
Otak depan Serebrum Ventrikulus lateralis kiri dan kanan
Diensefalon Ventrikulus tertius
Otak tengah Aquaductus cerebri
Otak belakang Pons Ventrikulus quartus dan kanalis sentralis
Medulla oblongata
Serebellum
Vaskularisasi otak
Suplai darah cerebral berasal dari arteri karotis interna dan arteri
vertebralis. Arteri karotis interna pada kedua sisi menghantarkan darah ke otak
5
melelui percabangan utamanya, arteri cerebri media dan arteri cerebri anterior
serta arteri khoroidalis anterior (sirkulasi anterior). Kedua arteri vertebralis
bergabung di garis tengah pada batas kaudal pons untuk membentuk arteri
basilaris, yang menghantarkan darah ke batang otak dan cerebellum, serta
sebagian hemisfer serebri melalui cabang terminalnya, arteri cerebri posterior
(sirkulasi posterior). Sirkulasi anterior dan posterior berhubungan satu dengan
yang lainnya melalui sirkulus arteriosus Willisi. Interkoneksi ini memungkinkan
kelanjutan perfusi jaringan otak bahkan jika salah satu pembuluh darah besar
mengalami stenosis atau oklusi.7
Sirkulus itu sendiri terdiri dari segmen pembuluh darah besar dan arteri
yang disebut arteri komunikans yang menghubungkan satu pembuluh besar
dengan lainnya. Berjalan dari satu sisi lingkaran dari anterior ke posterior akan
ditemukan arteri komunikans anterior, segmen proksimal arteri serebri anterior,
segmen distal arteri karotis interna, arteri komunikans posterior segmen proksimal
arteri serebri posterior,dan basilar tip.7
Arteria cerebri anterior merupakan cabang terminal arteria carotis interna
yang kecil. Arteria cerebri anterior berjalan ke depan dan medial, superior
terhadap nervus opticus dan masuk ke fissura longitudinalis cerebri. Disini, arteri
6
ini berhubungan dengan arteria cerebri anterior sisi kontralateral melalui arteria
communicans anterior. Arteri melengkung ke belakang di atas corpus callosum,
dan akhirnya beranastomosis dengan arteria cerebri posterior. Cabang-cabang
kortikal memperdarahi seluruh permukaan medial cortex cerebri di bagian
posterior hingga mencapai sulcus parietooccipitalis. Cabang-cabang tersebut juga
memperdarahi cortex cerebri selebar pita 1 inci (2,5 cm) pada permukaan lateral
hemispherium cerebri yang berdekatan. Dengan demikian, arteria cerebri anterior
memperdarahi “area tungkai” gyrus precentralis. Sekelompok cabang sentral
menembus substantia perforata anterior dan membantu memperdarahi bagian-
bagian nucleus lentiformis, nucleus caudatus, dan capsula interna.8
Arteri cerebri media, cabang terbesar arteria carotis interna, berjalan ke
lateral di dalam sulcus cerebri lateralis. Cabang-cabang kortikal memperdarahi
seluruh permukaan lateral hemisherium cerebri, kecuali daerah pita sempit yang
disuplai oleh arteria cerebri anterior, polus occipitalis, dan permukaan
inferolateral hemispherium cerebri, yang diperdarahi oleh arteria cerebri posterior.
Dengan demikian, arteria ini memperdarahi seluruh daerah motorik kecuali “area
tungkai. Cabang-cabang sentral masuk ke substantia perforata anterior dan
memperdarahi nucleus caudatus, capsula interna.8
Arteria cerebri posterior melengkung ke arah lateral dan belakang di
sekeliling mesencephalon, kemudian bergabung dengan ramus communicans
posterior arteriae carotidis internae. Cabang-cabang kortikal memperdarahi
permukaan inferolateral dan medial lobus temporalis dan permukaan lateral dan
medial lobus occipitalis. Dengan demikan arteria cerebri posterior memperdarahi
korteks visual. Cabang-cabang sentral menembus substansi otak dan
memperdarahi bagian-bagian thalamus dan nucleus lentiformis, serta
mesencephalon, glandula pinealis, dan corpus geniculatum mediale. Ramus
choroideus masuk ke dalam cornu inferius ventriculi lateralis dan memperdarahi
plexus choroideus. Arteri ini juga memperdarahi choroideus ventriculi tertii.8
7
2.2 DEFINISI
Menurut WHO (World Health Organization) stroke adalah suatu
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala
klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat
langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan gangguan
peredaran darah otak non traumatik.6
8
2.3 EPIDEMIOLOGI
Stroke dapat mempengaruhi individu dari segala usia, meskipun insiden
dan prevalensi kondisi ini meningkat tajam seiring bertambahnya usia. Untuk
setiap dekade berturut-turut setelah usia 55 tahun, tingkat stroke meningkat dua
kali lipat pada pria dan wanita. Laporan menunjukkan bahwa 75-89% stroke
terjadi pada individu berusia> 65 tahun. Dari stroke tersebut, 50% terjadi pada
orang yang berusia ≥70 tahun dan hampir 25% terjadi pada individu yang
berusia> 85 tahun.11
10
Seperti yang diketahui, dua jenis utama stroke adalah iskemik dan
hemoragik, prevalensi stroke iskemik lebih besar dibandingkan dengan stroke
hemoragik, masing-masing terhitung sekitar 80% dan 15%. Stroke iskemia akut
memegang peranan sekitar 80% dari semua stroke dan merupakan penyebab
penting morbiditas dan kematian di Amerika Serikat. Beberapa factor resiko
yang sering menjadi penyebab stroke iskemia, baik pada usia muda maupun tua
yaitu diabetes mellitus, hipertensi dan dyslipidemia.
2.4 FAKTOR RESIKO
Faktor resiko stroke meliputi resiko yang tidak dapat diubah seperti
umur, suku, jenis kelamin, dan genetik. Bila faktor resiko ini ditanggulangi
dengan baik, maka kemungkinan mendapatkan stroke dikurangi atau
ditangguhkan, makin banyak faktor resiko yang dipunyai makin tinggi pula
kemungkinan mendapatkan stroke sedangkan faktor resiko yang dapat diubah
merupakan faktor resiko terjadinya stroke pada seseorang yang keberadaannya
dapat dikendalikan ataupun dihilangkan sama sekali, gaya hidup merupakan
tindakan atau perilaku seorang yang biasa dilakukan sehari-hari atau sudah
menjadi kebiasaan. Faktor resiko yang dapat diubah yang memiliki kaitan erat
dengan kejadian stroke berulang diantaranya hipertensi, diabetes mellitus,
kelainan jantung, kebiasaan merokok, aktifitas fisik/olahraga, kepatuhan kontrol,
obesitas, minum alkohol, diit, pengelolaan faktor resiko ini dengan baik akan
mencegah terjadinya stroke berulang.9
Tabel 2. Faktor resiko stroke.
2.5 KLASIFIKASI
Secara umum stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu stroke hemoragik
dan stroke infark. Stroke hemoragik dibagi menjadi beberapa subtipe antara lain
perdarahan intraserebral, perdarahan subdural, perdarahan epidural, dan
11
penurunan atau gangguan aliran darah otak atau cerebral blood flow(CBF) yang
mempengaruhi fungsi neurologis karena penurunan atau kehilangan glukosa dan
oksigen. Sekitar 45% dari stroke iskemik disebabkan oleh trombus arteri kecil
atau besar, 20% adalah emboli, dan yang lain memiliki penyebab yang tidak
diketahui. Fokal stroke iskemik disebabkan oleh gangguan aliran darah arteri ke
daerah yang bergantung pada parenkim otak oleh trombus atau embolus. Dengan
kata lain, stroke iskemik didefinisikan sebagai onset akut, (menit atau jam),
defisit neurologis fokal yang konsisten dengan lesi vaskular yang bertahan
selama lebih dari 24 jam. Stroke iskemik adalah proses dinamis, dimana semakin
lama oklusi arteri terjadi, semakin besar ukuran infark dan semakin tinggi risiko
perdarahan pasca perfusi.12
Stroke iskemik adalah suatu kompleks dengan berbagai etiologi dan
variabel klinismanifestasi. Dalam 10 detik setelah aliran otak berhenti, kegagalan
metabolism jaringan otak terjadi. EEG menunjukkan perlambatan aktivitas listrik
dan disfungsi otak yang nyata secara klinis. Jika sirkulasi segera pulih, maka
terjadi pemulihan fungsi otak secara tiba-tiba dan lengkap. Terdapat tiga
patologi utama stroke iskemik yaitu a) trombosis, b) embolisme dan, c) stroke
iskemia global (hipotensi).12
2.6.1. Trombosis
Trombosis serebral mengacu pada pembentukan trombus (bekuan
darah) di dalam arteri seperti arteri karotis internal, arteri vertebral
proksimal dan intrakranial yang menghasilkan lacunes, infark kecil ke
lokasi khas termasuk ganglia basal, talamus, kapsula internal, pons dan
cerebellum yang berkembang di bagian pembuluh yang tersumbat.
Aterosklerosis adalah salah penyebab obstruksi vaskular yang
mengakibatkan stroke trombotik. Plak aterosklerotik dapat mengalami
perubahan patologis seperti trombosis. Gangguan endothelium yang dapat
terjadi dalam melewati proses rumit yang mengaktifkan banyak vasoaktif
yang merusak enzim.12
Aktivasi agregasi platelet ke dinding pembuluh darah membentuk
trombosit dan fibrin kecil. Trombosis dapat terbentuk di arteri ekstrakranial
dan intrakranial ketika dinding tunika intima rusak dan membentuk plak di
14
2.6.2. Emboli
Emboli serebral umumnya mengacu pada gumpalan darah yang
terbentuk di lokasi lain dalam sistem peredaran darah, biasanya jantung dan
arteri besar bagian atas dan leher. Stroke embolik terjadi ketika gumpalan
pecah, dan dibawa oleh aliran darah dan terjepit di arteri percabangan yang
berukuran sedang. Microemboli dapat melepaskan diri dari plak sclerosis di
arteri karotis atau dari sumber jantung seperti fibrilasi atrium, atau
hipokinetik ventrikel kiri. Embolisme ke otak mungkin berasal dari arteri
atau jantung. Sumber jantung untuk embolisme yang diakui secara umum
termasuk fibrilasi atrium, gangguan sinoatrial, infark miokard akut,
endokarditis bakteri subakut, tumor jantung, dan gangguan katup, baik
yang asli maupun buatan.12
Pada sekitar sepertiga pasien stroke iskemik, emboli ke otak berasal
dari jantung, terutama pada fibrilasi atrium. Selain bekuan, fibrin, potongan
plak atheromatous, bahan yang dikenal untuk embolisasi ke dalam sirkulasi
sentral seperti lemak, udara, tumor atau metastasis, bakteri, dan benda asing
berkontribusi pada mekanisme ini. Menurut database stroke dari negara-
negara Barat, cardioembolisme adalah penyebab paling umum stroke
iskemik. Emboli stroke biasanya disertai dengan defisit neurologis.12
2.6.3. Global - Stroke iskemik atau hipotensi
Mekanisme ketiga dari stroke iskemik adalah hipoperfusi sistemik
karena kehilangan tekanan arteri secara umum. Beberapa proses dapat
menyebabkan hipoperfusi sistemik, yang paling banyak dikenal dan
17
dipelajari adalah henti jantung karena infark miokard dan / atau aritmia atau
hipotensi berat (syok). Lapisan sel piramidal hippocampus dan lapisan sel
Purkinje dari area korteks serebelum sangat dipengaruhi.12
Iskemia global lebih buruk daripada hipoksia, hipoglikemia, dan
kejang karenaselain menyebabkan kegagalan energi, dapat juga
menghasilkan akumulasi asam laktat dan metabolit beracun lainnya yang
biasanya dibuang oleh sirkulasi. Stroke fatal pada pasien usia lanjut sering
muncul karena hipotensi akut yang disebabkan oleh peristiwa ekstrakranial
sepertI gagal jantung, perdarahan okultisme, atau emboli paru multipel.
Selain itu terjadi beberapa konsekuensi setelah stroke yang dapat
dijelkaskan pada gambar 3.
Pada stroke infark, defisit neurologis fokal yang terjadi bergantung dari
bagian otak mana yang mengalami infark akibat gangguan pada pembuluh darah
yang menyuplai darah ke daerah tersebut. Tanda defisit neurologis fokal stroke
adalah :16
1. Gejala motorik : kelemahan salah satu sisi tubuh, kelemahan kedua sisi tubuh,
kesulitan menelan, dan ketidakseimbangan.
2. Gangguan bicara/bahasa : kesulitan memahami atau mengekspresikan bahasa
lisan, kesulitan dalam membaca atau menulis, bicara pelo, dan kesulitan dalam
menghitung.
3. Gejala sensorik : perubahan rasa pada tubuh baik seluruhnya maupun
sebagian.
4. Gejala visual : gangguan penglihatan pada satu mata, gangguan penglihatan
pada separuh atau seperempat lapang pandang, kebutaan bilateral, dan
peglihatan ganda
5. Gejala perilaku/kognitif : kesulitan berpakaian, menyisir rambut, menyikat
gigi diorientasi geografik, dan lupa.
Tanda-tanda diatas perlu dipikirkan terlebih dahulu apakah disebabkan
oleh proses non vaskular atau vascular. Proses non vascular contohnya seperti
tumor otak, gangguan metabolik, infeksi, intoksisitas, atau kerusakan akibat
trauma yang gejala klinisnya menyerupai stroke. 7Untuk mengenali apakah
seseorang menderita stroke maka dapat mengenali tanda dan gejala klinis stroke
dengan mudah dan cepat menggunakan metode FAST yang meliputi:17
F : Face drooping
Facial drooping adalah wajah yang tertarik ke satu sisi atau ke bawah
dan sulit untuk digerakkan. Biasanya akan mudah mengenali gejala ini karena
tampak jelas. Misalnya, daerah wajah terlihat seperti “terjatuh” pada satu
bagian.
A : Arm weakness
Arm weakness adalah ketika seseorang mengalami kesulitan untuk
menggerakan lengan tangannya. Cara mengetahuinya dengan meminta
penderita untuk mengangkat kedua tangan ke atas kemudian amati apakah
salah satu tangan jatuh atau tidak terangkat secara sempurna. Pada beberapa
19
kejadian penderita mengalamai mati rasa atau sensasi kebas meskipun masih
bisa menggerakkan tangan.
S : Speech difficulties
Speech difficulties artinya kesulitan berbicara. Pada bagian ini,
penderita berbicara dengan tidak jelas dan cenderung sulit dipahami (bicara
pelo). Cara mengetahuinya dengan meminta pasien tersebut atau dengan
mengajaknya berbicara.
T : Time
Time disini maksudnya adalah dianjurkan untuk segera memanggil bantuan
medis dan membawa penderita ke rumah sakit. Pada pasien dengan stroke,
waktu amatlah penting. Semakin cepat memperoleh pertolongan, maka akan
semakin banyak sel otak yang dapat terselamatkan.17
2.8 DIAGNOSIS
2.8.1. Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan terutama mengenai gejala awal, waktu timbul,
aktivitas pada saat serangan, gejala seperti nyeri kepala, mual, muntah,
rasa berputar, kejang, gangguan visual, penurunan kesadaran, serta faktor
risiko stroke.5
2.8.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan berupa penilaian respirasi, sirkulasi,
oksimetri, dan suhu tubuh. Pemeriksaan kepala dan leher (misalnya cedera
kepala akibat jatuh saat kejang, bruit karotis, dan tanda-tanda distensi vena
jugular pada gagal jantung kongestif). Pemeriksaan torak (jantung dan
paru), abdomen, kulit dan ekstremitas.Selaian pemeriksaan fisik umum,
perlu juga dilakukan pemeriksaan neurologis terutama pemeriksaan saraf-
saraf kranialis, rangsang selaput otak (meningens), sistem motorik,
sensorik, koordinasi, fungsi kognitif, serta refleks fisiologis dan patologis
untuk mendeteksi adanya kelainan.5
2.8.3. Pemeriksaan Neurologi
20
+ + + Perdarahan
+ - - Perdarahan
- + - Perdarahan
- - + Infark
- - - Infark
Tidak ada 0
Nilai tertinggi pada skor Hasanuddin adalah 44 dan nilai terendah: 2
Interpretasi skor Hasanuddin
1. Skor <15 mengarah kepada stroke infark
2. Skor >15 mengarah kepada stroke hemoragik
2.9 PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan stroke secara umum adalah menurunkan
morbiditas dan menurunkan tingkat kematian serta menurunnya angka kecacatan.
Salah satu upaya yang berperan penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah
pengenalan gejala-gejala stroke dan penanganan stroke secara dini yang dimulai
dari penanganan prahospital yang cepat dan tepat. Dengan penanganan yang
benar pada jam-jam pertama, angka kecacatan stroke paling tidak akan berkurang
sebesar 30%. Penanganan stroke prahospital terdiri dari deteksi gejala stroke,
pengiriman pasien yang tepat, ambulans atau transportasi yang memadai, serta
hubungan yang komprehensif dengan unit gawat darurat atau rumah sakit yang
dituju.21
23
Deteksi dini gejala stroke perlu dilakukan oleh keluarga dan tenaga
kesehatan untuk dapat segera melakukan pertolongan yang cepat dan tepat
apabila terjadi serangan stroke. Pada proses pengiriman pasien diperlukan
transportasi yang memadai. Fasilitas ideal yang harus ada yaitu meliputi personil
yang terlatih, mesin EKG, peralatan dan obat-obatan resusitasi dan gawat darurat,
obat-obat neuroprotektan, telemedisin, dan ambulans yang dilengkapi dengan
peralatan gawat darurat, antara lain, pemeriksaan glukosa (glucometer), serta
kadar saturasi 02 (pulse oximeter).21
2.9.1. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat
A. Evaluasi Cepat dan Diagnosis
Oleh karena jendela terapi dalam pengobatan stroke akut sangat
pendek, maka evaluasi dan diagnosis harus dilakukan dengan cepat,
sistematik, dan cermat. Evaluasi gejala dan klinis stroke meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologi dan skala
stroke.5
B. Terapi Umum
1. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan.5
- Pemantauan secara terus menerus terhadap status neutologis,
nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan Saturasi oksigen
dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien dengan defisit neurologis
yang nyata
- Pembetian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi
oksigen < 95%
- Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada
pasien yang tidak sadar. Berikan bantuan ventilasi pada pasien
yang mengalami penurunan kesadaran atau disfungsi bulbar
dengan gangguan jalan napas
- Terapi oksigen diberikan pada pasien hipoksia
- Pasien stroke iskemik akut yang nonhipoksia tidak mernerlukan
terapi oksigen
- Intubasi ETT (Endo Tracheal Tube) atau LMA (Laryngeal
Mask Airway) diperlukan pada pasien dengan hipoksia (p02 <60
24
mmHg atau pCO2 >50 mmHg), atau syok, atau pada pasien
yang berisiko untuk terjadi aspirasi.
- Pipa endotrakeal diusahakan terpasang tidak lebih dari 2
minggu. Jika pipa terpasang lebih dari 2 rninggu, maka
dianjurkan dilakukan trakeostomi
2. Stabilisasi Hemodinamik
- Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena dan hindari
pernberian cairan hipotonik seperti glukosa.
- Dianjurkan pemasangan Central Venous Catheter(CVC),
dengan tujuan untuk memantau kecukupan cairan dan sebagai
sarana untuk rnemasukkan cairan dan nutrisi
- Bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan cairan sudah
mencukupi, maka obat-obat vasopressor dapat diberikan secara
titrasi seperti dopamin dosis sedang atau tinggi, norepinefrin
atau epinefrin dengan target tekanan darah sistolik berkisar 140
mmHg
- Pemantauan jantung (cardiac monitoring) harus dilakukan
selama 24 jam pertama setelah serangan stroke infark.
- Bila terdapat adanya penyakit jantung kongestif, segera atasi
dengan konsultasi ke kardiologi.
- Hipotensi arterial harusdihindari dan dicari penyebabnya.
Hipovolemia harus dikoreksi dengan larutan salin normal dan
aritmia jantung yang mengakibatkan penurunan curah jantung
sekuncup harus dikoreksi.
3. Pemeriksaan Awal Fisik Umum
Pada pemeriksaan fisik umum yang perlu diperiksa :
- Tekanan darah
- Pemeriksaan jantung dan pemeriksaan neurologi umum awal
seperti, derajat kesadaran, pemeriksaan pupil dan okulomotor
sertakeparahan hemiparesis.5
4. Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK)
25
BAB III
PEMBAHASAN
seluruh area ASPECTS dengan DWI – MRI yang dilakukan dalam 3 jam onset
stroke. 15 Hal tersebut diperkirakan karena DWI – MRI dapat lebih dini
mengidentifikasi gambaran iskemi akut dibandingkan CT scan, dan DWI – MRI
memiliki kapabilitas yang superior dalam identifikasi iskemi sirkulasi anterior.15
15. Mitomi M, Kimura K, Aoki J, Iguchi Y. Comparison of CT and DWI findings in ischemic
stroke patients within 3 hours of onset. J Stroke Cerebrovasc Dis. 2014;23(1):37– 42.
2. CT Scan Normal
Gambar 6. Batang otak dan cerebellum tanpa bukti lesi fokal. Volume ventrikel
lateral normal. Ventrikel ketiga dan keempat di garis tengah. Konfigurasi basal
subarachnoid cisterns normal. Abnormalitas fokal tidak diamati pada parenkim
otak. Diferensiasi gray matter-white matter cukup.5
3. Gambaran Stroke Iskemia berdasarkan waktu
a. Stroke Iskemia Hiperakut
32
Pada stroke iskemia subakut, terbagi menjadi 2 fase yaitu fase awal
dan fase akhir.
d. Infark Kronis
Pada fase ini edema telah berakhir. Jaringan saraf yang mati akan
dihilangkan dan diganti dengan gliosis dan degenerasi kistik
(ensefalomalasia kistik). Infark lakunar biasanya berupa rongga
kecil berisi cairan yang dikelilingi oleh zona gliosis dan kehilangan
volume fokal. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari infark, hal
ini dapat menyebabkan fokal kortikal atrofi atau dilatasi fokal pada
ventrikel yang berdekatan (Gambar 5). Jika infark melibatkan
saluran kortikospinalis, akan ada degenerasi wallerian yaitu atrofi
pedunkulus serebral sisi ipsilateral dan pons.5
BAB IV
KESIMPULAN
Hiperakut
Waktu 0-6 jam
Gamba
ran CT
Scan
Ciri Dalam beberapa jam, akan muncul beberapa tanda awal tergantung daerah
khas yang terkena.
1. Gambaran pada beberapa kasus bisa terlihat normal
2. Tanda hiperdens pada pembuluh darah yang terkena.
3. Hilangnya batas antara grey matter dan white matter
4. adanya hipoatenuasi pada nucleus lentiformis
5. hipodensitas kortikal dengan pembengkakan parenkim terkait dengank
penipisan girus yang dihasilkan
Akut
Waktu 6 jam – 3 hari
34
Gambaran CT Scan
Kronis
Waktu >2 minggu
35
Gambaran CT Scan
DAFTAR PUSTAKA
1. Kanyal N. The Science of Ischemic Stroke: Pathophysiology &
Pharmacological Treatment; International Journal of Pharma Research &
Review, Oct 2015; 4(10):65-84
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI. Riset Kesehatan Dasar.Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI; 2013. h.223-226
3. Caplan LR. Caplan’s Stroke Clinical Approach. 4th edition. Philadelphia:
Saunders Elsevier; 2009. p.581-604
4. Chung JW, Park SH, Kim N, et al. Trial of ORG 10172 in Acute Stroke
Treatment (TOAST) Classification and Vascular Territory of Ischemic
Stroke Lesions Diagnosed by Diffusion-Weighted Imaging; Journal of the
American Heart Association 2014;3:e001119.
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2011. Guideline stroke
tahun 2011. PERDOSSI.
6. Yuyun Y. Pencitraan Pada Stroke. Malang. Universitas Brawijaya Press :
2016.
7. Duus P, Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala; Ed
ke 4; EGC; Jakarta, 2010; 372-390.
8. Sylvia A dan Lorraine. Patofisiologi, Konsep klinis proses penyakit.
Jakarta. EGC; 2012
9. Setyopranoto I. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan; CDK 185/Vol.38
no.4/Mei-Juni 2011.
10. Chung JW, Park SH, Kim N, et al. Trial of ORG 10172 in Acute Stroke
Treatment (TOAST) Classification and Vascular Territory of Ischemic
Stroke Lesions Diagnosed by Diffusion-Weighted Imaging; Journal of the
American Heart Association 2014;3:e001119.
11. Adams HP, Bendixen BH, Kappelle J, et al. Classification of Subtype of
Acute Ischemic StrokeDefinitions for Use in a Multicenter Clinical Trial.
Vol 24, No 1 January 1993, 35-41
35